Lahir Masa sekolah Biografi Djaga Depari

BAB III PENGARUH SITUASI EKONOMI, POLITIK DAN SOSIAL BUDAYA

TERHADAP PEMIKIRAN DEPARI

3.1 Biografi Djaga Depari

Dalam bab ini, penulis mendapatkan informasi tentang masa hidup Djaga Depari dari wawancara dengan Bapak R. Ginting dan salah seorang penulis yang pernah menulis tentang Djaga Depari yaitu Robert Perangin-angin. Karena keterbatasan waktu, tempat dan dana maka wawancara dengan Robert Perangin-angin dilakukan melalui media internet yaitu dengan media e-mail 17 . Selain itu penulis juga banyak mendapat tambahan informasi dari buku yang ditulis oleh Robert Perangin-angin yang berjudul Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” dan buku-buku lainnya yang berhubungan dengan masa hidup Djaga Depari.

3.1.1 Lahir

Djaga Depari dilahirkan di Desa Seberaya, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo pada tanggal 5 Mei 1922. Ayah Djaga Depari adalah Ngembar Sembiring Depari. Ayahnya bekerja sebagai seorang mandor besar Wer bas elkawe Perusahaan Pekerjaan Umum Deli Hulu pada masa penjajahan Belanda. Ibu Djaga Depari adalah Siras br Karo Sekali. Djaga depari mempunyai empat saudara perempan dan satu saudara laki- laki. Djaga Depari merupakan anak kedua. 17 e-mail : media surat menyurat elektronik dilakukan melalui jaringan internet. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Berikut adalah nama-nama saudara-saudari Djaga Depari : Tempat Br Depari, Djalim Depari, Nengeni Br Depari, Ngasali Br Depari dan Senter Br Depari 18 . Sejak usia dini, walaupun Djaga Depari seorang anak mandor, namun dalam pergaulan beliau tidak tinggi hati, melainkan menyatu dan membaur dengan anak-anak sebaya. Sebagai anak yang masih kecil, seperti kebiasaan masyarakat di desanya, pekerjaan sehari-hari di samping sekolah hanyalah bermain-main dan bersenang-senang saja, tidak pernah memikirkan segala sesuatunya yang diperlukan. Sebab, meskipun sesuatunya sangat sederhana, namun karena didikan kedua orang tuanya, semuanya diterima apa adanya. Djaga Depari di lingkungan keluarga, kerabat, teman dekat sering dipanggil Djaga atau Depari saja. Sebagian besar teman satu permainannya adalah anak- anak yang berasal dari kalangan rakyat biasa.

3.1.2 Masa sekolah

Umumnya pada jaman penjajahan, tidak sembarangan orang yang dapat bersekolah. Hal itu disebabkan mahalnya biaya sekolah pada saat itu. Karena Djaga Depari anak seorang mandor, beliau dapat langsung dimasukkan ke sekolah Belanda. Pendidikan dasar Djaga Depari dimulai pada tahun 1935. Saat itu beliau disekolahkan di salah satu sekolah Belanda yaitu di Christelijk Hollandsch Inlandche School Christelijk HIS 19 . Djaga Depari merupakan siswa yang cerdas di sekolahnya. Selain itu Djaga Depari juga dikenal ramah, disiplin dan santun terhadap sesama siswa dan guru. Djaga 18 Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” Robert Perangin-angin 2009 : 12 19 Salah satu sekolah dasar unggulan di Kabanjahe pada saat itu Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Depari juga pandai menyanyikan beberapa lagu berbahasa Belanda dengan suara merdu, diantaranya lagu kun je nog zingen, zing dan mee 20 . Sehingga sering kali guru-guru dan teman-temannya menyuruhnya menyanyi di depan kelas. Setelah menamatkan sekolah di Christelijk HIS ini, Djaga Depari melanjutkan jenjang pendidikan ke sekolah HIS lanjutan di Medan. Di masa penjajahan Belanda dulu, anak-anak Indonesia yang bisa belajar di HIS dapat dihitung dengan jari. Hal itu bukan pengaruh kecerdasan, namun karena mahalnya biaya sekolah pada saat itu. Pada masa itu umumnya masyarakat Indonesia berpenghasilan sangat rendah. Di antara pemuda pelajar Karo yang bisa duduk di berbagai sekolah lanjutan HIS yang ada di kota Medan saat itu adalah : Amin Adab Sebayang, Asan Sini Suka, Bena Pande Besi Sitepu, Bom Ginting, Djamin Ginting, Jaga Bukit, Kerani Bukit, Keras Surbakti, Kontan Bangun, Koran Karo-karo, Lahi Raja Munte, Manis Manik, Mbaba Bangun, Nelang Sembiring, Netap Bukit, Ngerajai Meliala, Payung Bangun, Metehsa Tarigan, R.I. Manang Perangin-angin, R.N. Maha, Rakutta Sembiring, Raja Sungkunen Ginting Suka, Roga Ginting, Rumani Barus, Selamat Ginting dan Teramuli Gintings 21 . Ketika duduk di bangku HIS lanjutan inilah Djaga Depari dan beberapa kawan sekolahnya membentuk sebuah kelompok musik. Di kelompok musik ini Djaga Depari memegang alat musik biola. Djaga Depari tidak mempunyai pendidikan khusus di bidang musik tapi beliau sangat piawai dalam menggesek dawai biola. Dia mengandalkan biola dalam meramu not-not lagu karyanya. Lagu-lagu yang dibawakan Djaga Depari di kelompok musik ini adalah lagu-lagu populer pada saat itu yang bukan 20 Beberapa lagu-lagu Belanda yang terkenal saat itu 21 Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” Robert Perangin-angin 2009 : 17-18 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara berbahasa Indonesia yaitu lagu barat Perancis, Spanyol, Italia. Pada periode inilah Djaga Depari mulai mencoba mengarang beberapa buah lagu. Walaupun Djaga Depari gemar memainkan lagu-lagu barat, lagu-lagu yang beliau ciptakan kebanyakan berbahasa Karo. Banyak sekali lagu-lagu berbahasa Karo yang kita kenal sekarang merupakan karya dari Djaga Depari. Lagu-lagu karya Djaga Depari ini diciptakan pada masa penjajahan dan setelah kemerdekaan Indonesia. Djaga depari menamatkan sekolah di HIS lanjutan pada tahun 1939. Pada masa ini Djaga Depari dihadapkan pada sebuah pilihan yang sulit. Pilihan tersebut adalah tetap melanjutkan sekolah atau menekuni dunia musik. Kedua pilihan tersebut sama- sama penting bagi Djaga Depari. Namun Djaga Depari harus tetap memilih salah satu di antaranya. Pada akhirnya setelah mempertimbangkan dengan cukup matang segala konsekuensinya, Djaga Depari memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya. Djaga Depari dapat meluluhkan hati ayahnya, Ngembar Depari yang menginginkan Djaga Depari tetap melanjutkan sekolah. Namun, supaya tidak terlalu mengcewakan hati Ngembar Depari, maka Djaga Depari mengikuti kursus bahasa Inggris, kursus mengetik dan kursus di bidang administrasi. Di sela-sela kesibukan kursus ini, Djaga Depari bersama teman-temannya membentuk suatu grup musik yang diberi nama “Orkes Melati Putih”. Di grup ini Djaga Depari memegang jabatan sebagai pemain biola. Grup ini langsung popular di kalangan masyarakat kelas menengah ke bawah di Medan saat itu. Grup ini sering diundang untuk mengisi acara pesta perkawinan, sunatan dan lain-lain.

3.1.3 Masa dewasa