Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seni adalah satu bentuk ungkapan yang indah dari isi kehidupan. Isi kehidupan diungkap, diangkat, diterjemahkan dan dituangkan dalam aneka bentuk yang indah sebagai seni sastra, seni lukis, seni drama, seni musiksuara, dan sebagainya. Seni juga satu bentuk kecakapan yang tinggi dalam membawa satu ide di atas jalan yang rumit dan merealisasi secara tepat sampai pada tujuannya. Kesenian tidak pernah berdiri sendiri dan lepas dari kondisi sosial budaya masyarakatnya. Sebagai salah satu unsur budaya yang penting, kesenian merupakan ungkapan kreatifitas dari kebudayaan itu sendiri. Masyarakat yang menyangga kebudayaan dan kesenian selalu dapat menciptakan, memberi peluang untuk bergerak, memelihara, menularkan dan mengembangkannya untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru. Akan tetapi, masyarakat adalah suatu perserikatan manusia yang mana kreatifitas masyarakat berasal dari manusia-manusia yang mendukungnya Umar Kayam, 1981 : 38-39. Manusia tidak pernah lepas dari kebudayaan karena masyarakat turut mengambil andil dalam kebudayaan tersebut dengan cara menjadi bagian dari setiap fase-fase kehidupannya. Seni yang merupakan bagian dari kebudayaan, di dalamnya terdiri dari para pelaku seni atau seniman, manajer, pencipta atau pengkreasi seni. Di antara para Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara pekerja seni yang pernah mengabdikan hidupnya sebagai penghasil karya seni, ada yang begitu menonjol dikenal oleh karena karya yang mereka hasilkan. Dalam tulisan ini penulis akan mengangkat tema-tema dari lagu karya Djaga Depari. Djaga Depari adalah seorang komponis nasional yang berasal dari Tanah Karo. Djaga Depari lahir pada 5 Mei 1922 di Desa Seberaya, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo. Ayah Djaga Depari bernama Ngembar Sembiring Depari seorang mandor besar Wer bas elkawe Pekerjaan Umum Deli Hulu pada masa penjajahan Belanda. Ibu Djaga Depari bernama Siras Br 1 Karo Sekali. Djaga Depari merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Berikut adalah nama-nama saudara-saudari Djaga Depari 2 : 1. Tempat Br Depari, 2. Djalim Depari, 3. Nengeni Br Depari, 4. Ngasali Br Depari, dan 5. Senter Br Depari. Djaga Depari menikah pada tahun 1943 di usia 21 tahun. Beliau menikahi impal 3 nya yang bernama Djendam Br Pandia, anak kedua dari lima bersaudara dari keturunan pamannya yang bernama Dokan Pandia yang bekerja sebagai petani pada saat itu. Dari pernikahan ini Djaga Depari dan istrinya dikaruniai tujuh orang anak empat 1 Di kalangan masyarakat Karo termasuk juga Tapanuli, khususnya untuk para wanita, pada namanya ditambahkan kata Beru bahasa Karo, di masyarakat Tapanuli disebut Boru di depan marganya dan biasanya disingkat menjadi Br. 2 Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” Robert Perangin-angin 2009 : 12 3 Anak perempuan dari paman, saudara laki-laki dari ibu Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara laki-laki dan tiga perempuan. Berikut adalah nama-nama dari putra-putri Djaga Depari 4 : 1. Sadarman Depari, lahir pada tanggal 11 Desember 1944 di Desa Seberaya 2. Sutrisno Depari, lahir pada tanggal 24 November 1946 di Desa Seberaya 3. Maya Rita Br Depari, lahir pada tanggal 4 Mei 1953 di Desa Seberaya 4. Agustina Br Depari, lahir pada tanggal 17 Agustus 1959 di Desa Seberaya 5. Junita Br Depari, lahir pada tanggal 17 Juni 1960 di Kabanjahe 6. Waktu Depari, lahir pada tanggal 10 Juni 1962 di Kabanjahe 7. Ngapuli Depari, lahir pada tanggal 17 Juni 1963 di Kabanjahe Pada tahun 1935 Djaga Depari mengawali pendidikannya di sekolah dasar. Pada saat itu Djaga Depari dimasukkan ke sekolah Belanda yang bernama Christelijk Hollandsch Inlandche School Christelijk HIS 5 , salah satu sekolah unggulan di Kabanjahe. Setelah menamatkan sekolah di Christelijk HIS ini, Djaga Depari melanjutkan jenjang pendidikan ke sekolah HIS lanjutan di kota Medan. Ketika duduk di bangku HIS lanjutan inilah Djaga Depari dan beberapa kawan sekolahnya membentuk sebuah kelompok musik. Di kelompok musik ini Djaga Depari memegang alat musik biola. Djaga Depari tidak mempunyai pendidikan khusus di bidang musik tapi sangat piawai dalam menggesek dawai biola. Dia mengandalkan biola dalam membentuk komposisi not-not lagu karyanya. Lagu-lagu yang dibawakan Djaga Depari di kelompok musik ini adalah lagu-lagu populer pada saat itu yang bukan berbahasa Indonesia yaitu 4 Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” Robert Perangin-angin 2009 : 36-39 5 Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” Robert Perangin-angin 2009 : 15 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara lagu barat Perancis, Spanyol, Italia. Pada periode inilah Djaga Depari mulai mencoba mengarang beberapa buah lagu. Djaga depari menamatkan sekolah di HIS lanjutan ini pada tahun 1939. Walaupun Djaga Depari gemar memainkan lagu-lagu barat, lagu-lagu yang beliau ciptakan kebanyakan berbahasa Karo. Banyak sekali lagu-lagu berbahasa Karo yang kita kenal sekarang merupakan karya dari Djaga Depari. Lagu-lagu karya Djaga Depari ini diciptakan pada masa penjajahan dan setelah kemerdekaan Indonesia. Dari data yang didapat pada masa penjajahan Jepang sekitar tahun 1942 Djaga Depari mencipta sejumlah lagu di antaranya Tanah Ersuki, Ranting Jabi-jabi, Anak U- we, Naki-naki, Kanam-kanam, Regi-regi, Jolah jemole, Perbaju Joe, Berngi Singongo, Persentabin, Sada Kata, Pergawah dan Angin Si Lumang 6 . Sedangkan pada masa kemerdekaan, Djaga Depari juga mencipta sejumlah lagu. Beberapa diantaranya adalah Famili Taksi, Padang Sambo, Sora Mido, Tanah karo Simalem, Rudang Mejile, Roti Manis, Tiga Sibolangit, Lasam-lasam, Make Ajar, Pecat- pecat Seberaya, Didong-didong Padang Sambo, Io-io Beringin, Andiko Alena, Sue-sue dan Rudang-rudang 7 . Sampai saat ini, masyarakat Karo masih banyak yang menggunakan lagu-lagu Karya Djaga Depari dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan lagu tersebut mencakup banyak hal seperti sebagai lagu pengiring dalam upacara adat, sebagai koleksi pribadi, sebagai media hiburan dan lain-lain. Hal itu berhubungan dengan tema-tema yang tersirat dalam lagu-lagu karya Djaga Depari tersebut. 6 Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” Robert Perangin-angin 2009 : 29 7 Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” Robert Perangin-angin 2009 : 46 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Djaga Depari tidak hanya menulis lagu-lagu romantika kehidupan masyarakat Karo tapi beliau juga menuliskan lagu-lagu tentang perjuangan masyarakat Karo menentang penjajahan bangsa asing. Apabila semangat patriotisme Djaga Depari tergugah, maka lagu yang diciptakannya menjadi sangat berbeda. Kesan kesenduan lagu-lagu Karo berubah menjadi hentakan yang bersemangat ingin membebaskan diri dari belenggu ketertindasan. Salah satu lagunya adalah “Erkata Bedil Dentuman Senjata“. Lagu Erkata Bedil ini menggambarkan semangat perjuangan yang beliau embankan kepada para pemuda Karo untuk ikut mengangkat senjata melawan penjajah di tanah Karo walaupun para pemuda itu sedang dilanda asmara. Lagu ini kemudian menjadi lagu nasional perjuangan rakyat Indonesia. Selain itu pada lagu “Kemerdekaanta” karya Djaga Depari juga tersirat makna-makna perjuangan rakyat. Dalam lirik lagu ini dilukiskan bahwa seorang pemuda berkata kepada kekasihnya “bila kelak kita telah mendapat kemerdekaan, maka kita akan bersatu dalam pelaminan”. Karya-karya Djaga Depari yang bertemakan perjuangan masyarakat Karo ini kemudian membuat pemerintah Indonesia memberikan gelar kepadanya sebagai Komponis Nasional. Untuk mengabadikan pengabdiannya, pemerintah propinsi Sumatera Utara diprakarsai oleh Lembaga Permusyawaratan Kebudayaan Karo LPKK Sumatera Utara mendirikan sebuah monumen Djaga Depari di kota Medan yang terletak di persimpangan jalan Iskandar Muda Medan. Djaga Depari telah mempersembahkan yang terbaik yang ada di dirinya untuk masyarakat Karo khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Beliau juga dikenal Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara sangat konsisten dalam karya-karyanya. Konsistensi 8 pemikiran Djaga Depari ini juga akan diangkat dalam tulisan ini. Pembahasannya akan berlanjut pada pengaruh situasi ekonomi, politik, sosial budaya pada masa hidup Djaga Depari terhadap pemikiran Djaga Depari dalam karya-karyanya. Maksudnya disini adalah apakah situasi ekonomi, politik dan sosial budaya mempengaruhi pemikiran Djaga Depari dalam penciptaan karya. Hal ini juga nantinya akan berkaitan dengan tema yang muncul dalam lagu-lagu karya Djaga Depari. Dari uraian di atas terlihat bahwa dalam semua lagu yang diciptakan Djaga Depari memiliki tema-tema tertentu. Tema-tema tersebut muncul dari pengalaman- pengalaman Djaga Depari semasa hidupnya yaitu pada masa penjajahan dan kemerdekaan. Kemudian dari tema-tema yang ada, bagaimana sebenarnya masyarakat Karo menggunakan lagu-lagu karya Djaga Depari dalam kehidupan sehari-hari. Apakah lagu-lagu karya Djaga Depari digunakan sesuai dengan tema. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk meneliti, mengkaji, serta menuliskannya dalam sebuah tulisan ilmiah dengan judul: “Deskripsi Tema Lagu Ciptaan Djaga Depari dalam Konteks Sosial Budaya Masyarakat Karo.”

1.2 Pokok Permasalahan