Sekalipun Djaga Depari sudah terjun ke dunia musik saat itu, namun Djaga Depari belum menciptakan karya-karyanya. Hal itu dikarenakan dalam Orkes Melati
Putih, Djaga Depari kebanyakan memainkan lagu-lagu berbahasa asing. Sehingga Djaga Depari belum terpikir untuk mencipta lagu.
Dari informasi yang penulis dapat, kreatifitas Djaga Depari di bidang penciptaan lagu mulai berkembang pada masa akhir penjajahan Belanda atau pada saat awal Jepang
masuk ke Indonesia yaitu sekitar tahun 1942. Namun ada juga yang berpendapat bahwa Djaga Depari mencurahkan perhatian penuh di bidang penciptaan lagu pada masa perang
kemerdekaan yaitu sejak pertengahan tahun 1940an sampai dengan awal tahun 1960an.
3.2.2 Masa penjajahan Belanda
Pada tahun 1870, Belanda telah menduduki Sumatera Timur yaitu di Langkat dan sekitar Binjai membuka perkebunan tembakau dan karet. Belanda ingin memperluas
usaha perkebunan ke Tanah Karo dengan alasan tanah di sekitar Binjai telah habis ditanami.
Tanah Karo telah diketahui Belanda karena kerbau sebagai penarik kereta keperluan perkebunan diperoleh dari Tanah Karo. Disamping itu Binjai pada waktu itu
telah menjadi kota yang didiami tuan-tuan kebun Belanda dimana banyak didatangi orang-orang Karo dari Karo Tinggi dan ada diantaranya yang bekerja sebagai pekerja
kebun maupun mandor.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Pada tahun 1904 serdadu ekspedisi Belanda datang dari Aceh melalui Gayo Alas dan Dairi menuju Medan. Dalam perjalanannya ke Medan melalui Tanah Karo, pasukan
tersebut memasuki kampung Seberaya dimana saat itu terjadi perang saudara. Dalam perjalanan pasukan Belanda mampir di kampung Sukajulu terjadi pertempuran dengan
pasukan Simbisa Urung dan pasukan Urung tewas 20 orang. Pada masa masuknya Belanda ke Tanah karo, yaitu sekitar tahun 1870, Djaga
Depari belum lahir. Sehingga secara otomatis belum ada karya-karya Djaga Depari yang muncul pada saat itu.
Pada masa akhir penjajahan Belanda yaitu sekitar tahun 1940an, dimulailah kreatifitas Djaga Depari di bidang kesenian dan musik. Itu pun Djaga Depari
memulainya dengan membentuk suatu grup musik saja. Kesimpulannya karya-karya Djaga Depari belum muncul pada saat masa penjajahan Belanda.
3.2.3 Masa penjajahan Jepang
Dari informasi yang penulis dapatkan, Jepang masuk ke Indonesia pada tahun 1942. Pada saat itu Jepang sangat diharapkan dapat membebaskan bangsa Indonesia dari
penjajahan Belanda. Namun Jepang malah lebih kejam dari Belanda. Jepang menghapus segala sesuatu yang dibuat Belanda di Indonesia. Hampir seluruh peninggalan Belanda
dirubah oleh Jepang. Beberapa perubahan yang dibuat Jepang adalah penanggalan masehi diganti
menjadi sistem penanggalan Jepang yang disebut kigenreki, negara Jepang harus disebut dengan Nippon atau dai Nippon, semua masyarakat Indonesia harus menghormati Kaisar
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Jepang dengan cara membungkukkan badan ke arah Tokyo ibukota Jepang, satu- satunya bendera yang dapat berkibar adalah bendera Jepang, semua toko, restoran,
bioskop, perusahaan, perkumpulan dan lain-lain harus mengganti papan nama yang berbahasa Belanda dengan bahasa Jepang, semua sekolah harus memberikan mata
pelajaran bahasa Jepang. Semua hal tersebut diputuskan oleh hakko ichiu
28
. Dengan demikian semakin terpuruklah nasib masyarakat Indonesia pada masa penjajahan
Jepang. Hal ini berlaku di seluruh penjuru nusantara termasuk Sumatera Utara khusunya Tanah Karo. Namun hal tersebut tidak membuat Djaga Depari diam saja. Pada masa
inilah kreatifitas Djaga Depari di bidang penciptaan karya mulai berkembang. Pada pertengahan tahun 1942 atau tahun pertama Jepang menduduki Indonesia,
Djaga Depari sudah mencipta sejumlah lagu berbahasa Karo, diantaranya adalah Tanah Ersuki, Ranting Jabi-jabi, Anak U-we, Naki-naki, Kanam-kanam, Regi-regi, Jolah
Jemole, Tetapkan Ukur, Perudang Mayang, Perbaju Joe, Berngi Singongo, Persantabin, Sada Kata, Pergawah dan Angin Si Lumang
29
. Proses penciptaan karya oleh Djaga Depari terus berlanjut sampai pada masa
perang kemerdekaan. Beberapa lagu yang diciptakan Djaga Depari pada masa perang kemerdekaan antara lain Famili Taksi, Padang Sambo, Sora Mido, Tanah karo Simalem,
Rudang Mejile, Roti Manis, Tiga Sibolangit, Lasam-lasam, Make Ajar, Pecat-pecat Seberaya, Didong-didong Padang Sambo, Io-io Beringin, Andiko Alena, Sue-sue dan
Rudang-rudang
30
.
28
Gabungan Negara-negara Asia Timur disebut juga Persemakmuran Asia Timur.
29
Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” Robert Perangin-angin 2009 : 29
30
Lihat Djaga Depari “Komponis dari Tanah Karo” Robert Perangin-angin 2009 : 46
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
3.3 Situasi Ekonomi, Politik, Sosial Budaya tahun 1920-1963 masa hidup Djaga