3.3 Situasi Ekonomi, Politik, Sosial Budaya tahun 1920-1963 masa hidup Djaga
Depari dan Pengaruhnya Terhadap Pemikiran Djaga Depari
3.3.1
Situasi ekonomi
Pada masa hidup Djaga Depari perekonomian di seluruh nusantara sangat memprihatinkan. Hal itu dikarenakan pada masa hidup Djaga Depari, para penjajah tidak
perduli dengan nasib masyarakat Indonesia. Namun karena ayah Djaga Depari seorang mandor, maka secara ekonomi Djaga Depari dapat hidup dengan layak pada waktu itu.
Djaga Depari dapat sekolah di sekolah yang layak pada masa penjajahan tersebut. Dengan bersekolah, Djaga Depari dapat menuntut ilmu dan memperluas pergaulannya.
Sehingga Djaga Depari dapat mengembangkan jiwa seninya di masa hidupnya. Dari bangku sekolah ini Djaga Depari mengenal dunia musik dan orkes.
Sehingga dapat disimpulkan karena keadaan ekonomi keluarga Djaga Depari yang cukup, beliau dapat bersekolah dan mengembangkan pemikirannya dalam hal
penciptaan karya-karyanya.
3.3.2 Situasi politik
Pada masa perang kemerdekaan, Djaga Depari juga ikut berperan dalam perang kemerdekaan tersebut. Sekitar tahun 1945, Djaga Depari sempat bergabung dalam
barisan laskar Napindo Tanah Karo yang dipimpin oleh Mayor Selamat Ginting. Disini Djaga Depari diberi pangkat Sersan mayor dengan jabatan seksi penyiaran radio dan
sandiwara. Tugas utamanya adalah menginformasikan berita-berita pimpinan kepada
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
laskar-laskar di pedalaman. Selain itu, karena Djaga Depari juga pernah terjun dalam dunia sandiwara, maka Djaga Depari juga bertugas untuk menghibur laskar dan
masyarakat melalui sandiwara yang dilakoninya. Hal ini semakin mempertegas keberadaan Djaga Depari sebagai pemusik pejuang.
Dalam situasi politik yang seperti ini, pemikiran Djaga Depari mulai mengarah pada penciptaan lagu-lagu perjuangan. Banyak juga lagu-lagu karya Djaga Depari yang
tercipta dikarenakan situasi politik ini. Salah satunya adalah Erkata Bedil yang bertemakan perjuangan. Lagu ini sangat besar pengaruhnya terhadap masyarakat dan
pejuang pada waktu itu.
3.3.3 Situasi sosial budaya
Situasi sosial budaya berhubungan dengan hal-hal budaya yang ada pada masa hidup Djaga Depari. Salah satunya adalah dunia sandiwara yang sempat digeluti Djaga
Depari pada masa hidupnya. Salah satu kelompok drama yang pernah diikuti Djaga Depari adalah
“Perhimpunan Teater Rakyat”
31
yang dipimpin oleh Datuk H. Wan Umaruddin Barus. Di kelompok ini Djaga Depari bertugas sebagai pemusik yaitu pemain biola. Pada masa
ini pemikiran Djaga Depari untuk berkarya tidak juga surut. Umumnya lagu-lagu yang diciptakan Djaga Depari pada masa ini berbentuk puisi lembut yang bersifat menghibur.
Salah satu lagu yang tercipta pada masa ini adalah Tanah Karo Simalem yang bertemakan ketenangan, ketenteraman dan cinta tanah kelahiran.
31
Pada masa penjajahan Jepang nama kelompok drama ini berubah menjadi “Dai Toa Gekidan”
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB IV ANALISA KUMPULAN LAGU KARYA DJAGA DEPARI
4.1 Kumpulan Lagu-lagu Karya Djaga Depari
Pada bab ini penulis mendeskripsikan tema dari lagu-lagu Djaga Depari yang masih dikenal sampai sekarang. Djaga Depari telah banyak menciptakan lagu. Djaga
Depari telah mencipta kurang lebih 363 lagu
32
. Semua lagu yang diciptakan itu berbahasa Karo dan tentu saja mempunyai tema tertentu yang berbeda-beda.
Karena keterbatasan data yang didapat maka tidak semua lagu Djaga Depari dapat dideskripsikan. Maka penulis hanya dapat mengumpulkan sebagian lagu-lagu
Djaga Depari yang diharapkan dapat mewakili seluruh lagu karya Djaga Depari yaitu: 1.
Bulan Purnama 2.
Bunga Pariama 3.
Dalin Ku Rumah 4.
Erkata Bedil 5.
Io-io Beringen 6.
Lampas Tayang 7.
Make Ajar 8.
Mari Kena 9.
Pernantin 10.
Piso Surit
32
Hasil wawancara dengan Bapak R. Ginting
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara