sangat konsisten dalam karya-karyanya. Konsistensi
8
pemikiran Djaga Depari ini juga akan diangkat dalam tulisan ini. Pembahasannya akan berlanjut pada pengaruh situasi
ekonomi, politik, sosial budaya pada masa hidup Djaga Depari terhadap pemikiran Djaga Depari dalam karya-karyanya. Maksudnya disini adalah apakah situasi ekonomi,
politik dan sosial budaya mempengaruhi pemikiran Djaga Depari dalam penciptaan karya. Hal ini juga nantinya akan berkaitan dengan tema yang muncul dalam lagu-lagu
karya Djaga Depari. Dari uraian di atas terlihat bahwa dalam semua lagu yang diciptakan Djaga
Depari memiliki tema-tema tertentu. Tema-tema tersebut muncul dari pengalaman- pengalaman Djaga Depari semasa hidupnya yaitu pada masa penjajahan dan
kemerdekaan. Kemudian dari tema-tema yang ada, bagaimana sebenarnya masyarakat Karo menggunakan lagu-lagu karya Djaga Depari dalam kehidupan sehari-hari. Apakah
lagu-lagu karya Djaga Depari digunakan sesuai dengan tema. Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk meneliti, mengkaji, serta menuliskannya dalam sebuah tulisan
ilmiah dengan judul:
“Deskripsi Tema Lagu Ciptaan Djaga Depari dalam Konteks Sosial Budaya Masyarakat Karo.”
1.2 Pokok Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka ada beberapa hal pokok yang menjadi perhatian utama dalam skripsi ini, yaitu :
1. Apa tema-tema dari lagu karya Djaga Depari
8
Berasal dari kata konsisten : tetap, selaras, sesuai sumber : Kamus Besar Bahasa Indonesia on line
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2. Bagaimana pengaruh situasi ekonomi, politik, sosial budaya pada tahun 1920-
1963 masa hidup Djaga Depari terhadap pemikiran Djaga Depari dalam karya- karyanya
3. Bagaimana penggunaan dan fungsi dari lagu-lagu Djaga Depari bagi masyarakat
Karo
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan pokok permasalahan di atas maka tujuan utama dari penulisan ini adalah :
1. Untuk mendeskripsikan tema dari lagu-lagu karya Djaga Depari yang muncul
dari pengalaman-pengalaman Djaga Depari semasa hidupnya 2.
Mengetahui pengaruh situasi pada masa hidup Djaga Depari yaitu situasi ekonomi, politik dan sosial budaya terhadap pemikiran Djaga Depari dalam
hal penciptaan karya 3.
Untuk menganalisa penggunaan dan fungsi lagu Djaga Depari dalam kehidupan masyarakat Karo
1.3.2 Manfaat
Penelitian ini akan berguna sebagai sebuah naskah kajian ilmiah akademisi yang mendeskripsikan tema dari lagu-lagu karya Djaga Depari, manganalisa penggunaan dan
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
fungsi lagu-lagu karya Djaga Depari dalam kehidupan masyarakat Karo dan mengetahui pengaruh dari situasi ekonomi, politik dan sosial budaya terhadap pemikiran Djaga
Depari dalam hal penciptaan karya. Hasil penelitian ini Juga bermanfaat bagi disiplin Ilmu Etnomusikologi USU
khususnya memperdalam kajian tentang deskripsi karya seni, mengingat lulusan Ethnomusikologi adalah bagian dari studi yang melahirkan sarjana-sarjana seni, agar
memahami lebih jauh tentang deskripsi karya seni, khususnya lagu-lagu karya Djaga Depari yang menjadi salah satu pemersatu semangat perjuangan masyarakat Karo.
1.4 Kerangka Konsep dan Teori
1.4.1 Kerangka konsep
Konsep adalah rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari pengertian konkret, gambaran mental dari objek atau apapun yang ada di luar bahasa yang
digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:456.
Untuk mendapatkan pengetahuan mendasar tentang objek penelitian dan untuk menghindari ambiguitas, maka diperlukan definisi-definisi terhadap terminologi yang
menjadi pokok bahasan. Definisi ini merupakan kerangka konsep yang mendasari
batasan-batasan makna terhadap topik-topik yang menjadi pokok penelitian.
Deskripsi adalah upaya pengolahan data menjadi sesuatu yang dapat diutarakan dengan kata-kata secara jelas dan tepat dengan tujuan agar dapat dimengerti oleh orang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
yang tidak langsung mengalaminya sendiri
9
. Berangkat dari pengertian ini, penulis akan menguraikan dengan kata-kata hal yang menjadi bahan penelitian dalam tulisan ini.
Dalam hal ini yang menjadi bahan penelitian adalah lagu-lagu karya Djaga Depari adalah
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005 : 983 tema adalah pokok pikiran ataupun dasar cerita yg dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang, menggubah
sajak. Di setiap karya seni dalam hal ini lagu ciptaan pastilah mempunyai sebuah tema, karena dalam karya tersebut dianjurkan harus memikirkan tema apa yang akan
dibuat. Tema juga hal yang paling utama dilihat oleh para penikmat sebuah karya. Tema yang dimaksud adalah pesan-pesan yang terkandung di dalam lagu-lagu karya Djaga
Depari. Salah satu contohnya adalah tema perjuangan. Menurut wikipedia bahasa Indonesia lagu merupakan gubahan seni nada atau
suara dalam urutan, kombinasi dan hubungan temporal biasanya diiringi dengan alat musik untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan
kesinambungan mengandung irama. Lagu yang penulis maksud di sini adalah lagu- lagu karya Djaga Depari.
Konteks adalah bagian suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna; situasi yg ada hubungannya dengan suatu kejadian Kamus
Besar Bahasa Indonesia, 2005: 465. Konteks di sini berkatian dengan ruang lingkup atau situasi tertentu. Dalam hal ini konteksnya adalah masyarakat karo.
9
Lihat “Filsafat Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar”, Dani Vardiansyah 2008 : 9
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dalam mendefenisikan masyarakat, penulis mengacu pada pendapat Koentjaraningrat 1986:146-147 yaitu masyarakat adalah sebagai kesatuan hidup
manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat berkelanjutan dan terikat oleh suatu rasa identitas. Karo adalah salah satu suku bangsa
yang ada di propinsi Sumatera Utara. Jadi masyarakat karo adalah kesatuan hidup manusia yang saling beriteraksi menurut sistem adat istiadat karo.
Berdasarkan konsep-konsep di atas, maka dalam tulisan ini penulis mendeskripsikan tema-tema lagu karya Djaga Depari dalam konteks masyarakat karo,
termasuk juga penulis menganalisa penggunaan dan fungsi lagu-lagu karya Djaga Depari dalam kehidupan masyarakat Karo.
1.4.2 Teori
Teori merupakan prinsip-prinsip umum yang diambil dari fakta-fakta, mungkin juga dugaan yang menerangkan sesuatu Marzuki 1999 : 33. Sebelum melakukan
penelitian, seorang peneliti harus menyusun sebuah kerangka teori untuk sebuah kejelasan. Titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan masalah. Maka untuk
itu perlu disusun kerangka teori. Kerangka teori itu disusun sebagai landasan berpikir yang menunjukkan dari sudut mana peneliti mengamati masalah yang akan diteliti.
Dengan adanya kerangka teori ini maka peneliti akan lebih terbantu dalam mencari kebenaran dari apa yang diteliti.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dalam penelitian ini teori-teori yang dianggap berkaitan adalah fungsi dan penggunaan yang ditawarkan Merriam 1964: 209-227 menjelaskan adanya 10 fungsi
musik, yaitu: 1 Sebagai pengungkapan emosional; 2 Sebagai hiburan; 3 Sebagai penghayatan estetis; 4 Sebagai komunikasi; 5 Sebagai reaksi jasmani; 6 Sebagai
perlambangan; 7 Sebagai suatu yang berkaitan dengan norma-norma sosial ; 8 Sebagai perlambangan pengesahan lembaga sosial dan upacara kagamaan; 9 Sebagai
kesinambungan budaya; 10 Sebagai pengintegrasian masyarakat. Dari kesepuluh 10 fungsi musik tersebut, penulis akan membahas bagaimana
penggunaan dan fungsi lagu-lagu karya Djaga Depari dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Karo. Tetapi di dalam ini fungsi tersebut berkaitan dengan tema lagu-lagu
karya Djaga Depari. Misalnya dalam lagu Sora Mido tema yang terkandung adalah tema perjuangan. Tema perjuangan di sini mempunyai fungsi membangkitkan semangat
berjuang yang disertai dengan keberanian dan ketegaran berjuang. Makna adalah suatu yang terlihat di balik bentuk dan aspek isi suatu kata atau
teks yang kemudian dibagi menjadi dua bagian yaitu makna konotatif dan makna denotatif. Makna konotatif adalah makna kata yang mengandung arti tambahan,
sedangkan makna denotatif adalah makna yang tidak mengandung arti tambahan atau disebut dengan makna sebenarnya Keraf 1991 : 25.
Berhubungan dengan hal di atas, untuk menjelaskan makna dari kata-kata dalam lagu karya Djaga Depari maka penulis menggunakan pendapat yang dikemukakan oleh
Kempson 1977: 11 : “ada tiga hal yang dicoba jelaskan oleh para filsuf dan linguis
sehubungan dengan usaha menjelaskan istilah makna. Ketiga hal itu yakni :
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
1 menjelaskan makna kata secara alamiah, 2 mendeskripsikan kalimat secara alamiah, dan 3 menjelaskan makna dalam proses komunikasi.”
Selanjutnya Kempson berpendapat untuk menjelaskan istilah makna harus dilihat dari segi : 1 kata; 2 kalimat; dan 3 apa yang dibutuhkan
pembicara untuk berkomunikasi.”
1.5 Metode Kerja Lapangan
Penulis menggunakan beberapa cara untuk mencari dan mengumpulkan data. Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengumpulkan data di lapangan. Dalam
penulisan ini diperoleh dari sumber yang berhubungan dengan objek yang menjadi informasi bagi tulisan ini. Menurut Nettl 1964: 62-64, dalam pengumpulan data dapat
dilakukan dengan dua cara kerja yaitu kerja lapangan field work dan kerja laboratorium desk work.
Kerja lapangan merupakan langkah awal yang penulis lakukan untuk mendapatkan data dan informasi di lapangan. Hal ini bertujuan agar penulis dapat
terlibat langsung dengan objek yang diteliti dan data yang diperoleh pun dapat dijamin kebenarannya.
Kerja laboratorium yaitu pencarian data yang dilakukan penulis melalui referensi buku-buku, artikel, majalah ataupun tulisan lain yang berhubungan dengan objek
tersebut. Selain itu, penulis juga melakukan penganalisisan data-data yang sudah didapatkan di lapangan.
1.5.1 Metode penelitian
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Untuk memperoleh data di lapangan, penulis melakukan kerja lapangan dengan menggunakan metode lapangan. Metode yang penulis lakukan adalah metode penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat
suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu untuk menentukan frekuensi dari suatu gejala-gejala lain dalam masyarakat Koentjaraningrat, 1990: hal 29. Penelitian
yang bersifat kualitatif berwujud data yang bersifat konsep atau pengertian abstrak dalam penelitian fakta-fakta sosial.
Dalam penelitian lapangan ini, penulis membaginya dalam dua cara yaitu 1.
Wawancara 2.
Observasi Wawancara merupakan metode yang dilakukan penulis dalam berhubungan
dengan informan, di lapangan penulis mengajukan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan objek penelitian. Sebelum mencari data lebih dalam, penulis
terlebih dahulu mencari orang yang bisa dijadikan sebagai informan pangkal. Wawancara yang penulis lakukan tidak terfokus pada informan kunci saja, tetapi
juga pada beberapa informan yang ada di lapangan guna menambah informasi. Pemilihan informan dilakukan penulis karena dibutuhkannya informasi yang dapat
dipercaya dari sumber yang tepat. Data-data yang didapat di lapangan, direkam dan kemudian penulis mencatat
segala hal yang berhubungan dengan objek penelitian di lapangan, serta dari jawaban atas pertanyaan yang penulis ajukan kepada informan. Dalam penentuan jawaban yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
cocok atas pertanyaan yang penulis ajukan, penulis melakukan penyelesian agar informasi lebih akurat dan tepat, sedangkan jawaban yang kurang cocok dijadikan data
masukan untuk diperjelas selanjutnya. Untuk referensi pertanyaan selanjutnya, penulis mengambil dari jawaban yang berkembang berdasarkan hasil pengamatan penulis.
Selain itu, penulis juga menganalisa lagu-lagu karya Djaga Depari yang sudah pernah direkam kemudian menuliskannya ke atas kertas.
Observasi pengamatan, yaitu penulis mengamati semua kejadian secara langsung, yang bertujuan untuk memperoleh data-data yang tidak didapatkan melalui
wawancara. Observasi yang dilakukan bukan hanya tentang objek penelitian, tetapi juga lokasi penelitian. Namun demikian cara observasi ini tidak hanya berambisi
mengumpulkan data dari sisi kuantitasnya, tetapi juga berusaha memperoleh pemahaman yang lebih mendalam.
1.5.2 Kerja laboratorium
Untuk mencapai hasil kerja yang maksimal dalam pengumpulan data, penulis juga melakukan kerja laboratorium yang merupakan proses pengklarifikasian dari data
yang diperoleh di lapangan dan studi kepustakaan. Ini bertujuan untuk mengorganisasikan data-data yang diperoleh dan sekaligus mengkoreksi data-data yang
belum dapat atau yang belum diketahui penulis. Di sini penulis berusaha menyeleksi segala data yang berhubungan dengan objek
yang diteliti dan menyesuaikannya dengan jawaban-jawaban dari informan, kemudian menjadikannya satu tulisan. Namun bila ada data yang tidak berhubungan, maka penulis
akan menyimpannya. Sedangakan data-data yang ada dalam pita rekaman, penulis
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dengarkan dan tulis kembali kemudian diteliti dan disatukan dengan jawaban yang ditulis.
Dalam kerja laboratorium ini, data yang terkumpul dianalisis setiap waktu secara induktif selama penelitian berlangsung dengan mengolah bahan empirik synthesizing,
supaya dapat disederhanakan kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca, dipahami dan diinterpretasikan dalam sebuah tulisan.
1.5.3 Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu penulis membaca beberapa literatur yang bisa mendukung tulisan ini, dan bisa dipergunakan untuk membuat pertanyan yang akan
dipertanyakan di lapangan, berupa buku-buku, majalah-majalah, informasi dari internet dan tulisan yang berhubungan dengan lagu-lagu karya Djaga Depari. Studi ini bertujuan
untuk mencari informasi awal mengenai objek penelitian, yang nantinya bisa digunakan untuk membantu memperoleh konsep serta teori-teori yang relevan untuk membahas
pokok masalah penelitian ini.
1.5.4
Pemilihan informan
Sebelum melakukan penelitian, penulis terlebih dahulu menentukan informan pangkal yang mengetahui siapa yang dapat memberikan informasi untuk keperluan
penelitian tersebut. Setelah mendapat informan pangkal, penulis menentukan informan kunci yang dibantu oleh informan pangkal. Yang menjadi informan kunci adalah Bapak
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
R. Ginting 50 tahun. Beliau mempunyai informasi yang luas tentang kehidupan Djaga Depari dan kolektor lagu-lagu Djaga Depari.
1.6 Lokasi Penelitian
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis tidak menetapkan lokasi penelitian di suatu tempat tertentu. Hal ini dikarenakan oleh penulis umumnya melakukan wawancara
pada berbagai narasumber di berbagai daerah yang berlainan sehinga tidak terfokus pada satu tempat saja, seperti di Desa Seberaya, Brastagi, Kampus Etnomusikologi USU,
Sanggar-sanggar kebudayaan Karo di Medan. Sebelum mencari data penulis membuat kesepakatan terlebih dahulu mengenai tempat pertemuan dengan narasumber. Hal ini
juga didasari karena minimnya referensi data yang ada, baik berupa buku maupun data lainnya yang dapat membantu informasi dalam penyelesaian penelitian ini.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
BAB II GAMBARAN UMUM SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT KARO
2.1 Sejarah Keberadaan Masyarakat Karo
Menurut mitos yang masih hidup sampai sekarang, terutama di kalangan masyarakat Batak Toba, leluhur pertama dari seluruh orang Batak bernama Si Raja
Batak. Leluhur ini tinggal di kaki gunung Pusuk Buhit, yang terletak di sebelah barat Danau Toba. Keturunan Si Raja Batak ini mendiami pulau Samosir yang terletak di
tengah danau itu. Sebagian di antaranya menyeberang ke daratan dan tinggal terpencar di wilayah sekitar danau. Pada mulanya suku bangsa ini terbagi atas dua cabang, yakni
cabang Toba dan cabang Pakpak-Dairi. Cabang Toba terbagi lagi atas beberapa ranting, yaitu ranting Toba, Angkola, Mandailing dan Simalungun. Cabang Pakpak-Dairi terbagi
atas ranting Dairi dan Karo.
Karo adalah suku asli yang mendiami Dataran Tinggi Karo, Kabupaten Deli
Serdang, Kota Binjai, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kota Medan, dan Kabupaten Aceh Tenggara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama kabupaten di salah
satu wilayah yang mereka diami dataran tinggi Karo yaitu Kabupaten Karo. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo. Sebagian besar masyarakat suku
Karo tidak mau disebut sebagai orang Batak karena mereka merasa berbeda. Suku Karo mempunyai sebutan sendiri untuk orang Batak yaitu Kalak Teba.
Dari beberapa literatur yang penulis dapatkan tentang karo asal kata Karo berasal dari kata Haru. Kata Haru ini berasal dari nama kerajaan Haru yang berdiri sekitar abad
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara