Namun untuk keperluan tertentu, seperti ungkapan keluh kesah, pembicaraan adat, bernyanyi dan lain sebagainya dilakukan pemilihan kosa kata yang dianggap paling
sesuai. Salah satu jenis pemilihan kosa kata dalam masyarakat karo cakap lumat bahasa halus. Cakap lumat adalah dialog yang dipadu dengan pepatah, perumpamaan atau
pantun.. Cakap lumat ini sering digunakan dalam upacara adat seperti upacara perkawinan, memasuki rumah baru dan dalam pergaulan muda-mudi ungkapan
percintaan. Berkaitan dengan hal di atas, Djaga Depari juga menggunakan cakap lumat
dalam mencipta lirik-lirik lagu. Sehingga sering muncul makna-makna kiasan dalam lirik-lirik lagu yang beliau ciptakan.
2.3.2.1 Tingkatan bahasa
Dari berbagai sumber yang didapat, ada 3 dialek utama dalam pengucapan dan tulisan masyarakat Karo menurut letak geografisnya :
a. Dialek Gunung-gunung “cakap Karo gunung-
gunung”, yaitu di daerah Kecamatan Munte, Juhar, Tigabinanga, Kutabuluh dan Mardinding.
b. Dialek Kabanjahe “Cakap orang julu“ di daerah
Kecamatan Kabanjahe, Tigapanah, Barusjahe, Simpang Empat dan Payung. c.
Dialek Jahe-jahe “Cakap kalah Karo Jahe“ dipakai oleh penduduk di kecamatan Pancurbatu, Biru-biru, Sibolangit, Limabekeri dan
Namo rante semua termasuk kabupaten Deli Ladang dan di daerah Kabupaten Langkat Hulu seperti Salapian, Kuwala, Bohorok dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2.3.2.2 Tata cara penggunaan bahasa
Adapun tata cara penggunaan bahasa pada masyarakat karo dibedakan dalam hal-hal berikut :
a. Tabas atau mantra adalah
untuk para “guru si baso” dukun dan masyarakat awam jarang mengetahuinya. Umumnya tabas ini digunakan untuk mengobati orang sakit, upacara
pemanggilan roh dan sebagainya. b.
Pantun dikenal dengan 2 jenis berupa pantun biasa dan pantun berkias. Biasanya digunakan untuk
golongan muda-mudi yang sedang pacaran, orang tua yang ingin menyampaikan petuah dan nasehat atau bisa juga dinyanyikan oleh para biduan di dalam acara
pertunjukan kesenian tradisional. c.
Perumpamaan atau tamsil, perumpamaan Karo ada yang memakai keterangan dan ada pula yang tidak.
Keterangan itu dapat disebut lebih dahulu dan di belakang. Seperti juga halnya perumpamaan Melayu yang di dalamnya terdapat kata-kata seperti, sebagai,
ibarat, bak. d.
Turi-turin atau cerita adalah berbentuk prosa mengenai berbagai hal seperti kesedihan, kesaktian, asal-usul
kampung, hewan, legenda. e.
Cakep lumat merupakan dialog diselingi dengan pepatah, perumpamaan, pantun dan gurindam yang
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
digunakan untuk sepasang kekasih untuk saling menggoda. Misalnya dahulu seorang pemuda bercintaan dengan seorang gadis di ture teras rumah adat maka
untuk menarik perhatian gadis tersebut dia menggunakan cakep lumat. f.
Bilang-bilang adalah kata- kata yang dilagukan atau didendangkan berupa ratapan peleh orang biasanya
kaum wanita yang sedang mengalami kemalangan. g.
Ndung-ndungen adalah
sejenis puisi tradisional yang hampir sama dengan pantun dalam sastra Melayu, terdiri dari empat baris, di mana dua baris pertama adalah sampiran dan dua baris
terakhir merupakan isi. h.
Ermangmang adalah bila seorang “guru si baso” atau orang lain mengucapkan pidato tanpa teks di
hadapan kaum kerabat yang menghadiri suatu upacara misalnya memanggil arwah leluhur.
2.4 Sistem Kekerabatan