Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

PT. Pawani adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan buah kopi menjadi biji kopi dengan berbagai jenis dan kualitas. Pabrik PT. Pawani berlokasi di Jalan Jemadi No. 24, Medan, Sumatera Utara, sedangkan kantor PT. Pawani berlokasi di Jalan Kolonel Sugiono No. 14-F, Medan, Sumatera Utara. Ruang lingkup aktivitas perusahaan yaitu mengolah buah kopi dan mengekspor biji kopi. Proses produksi dan perpindahan bahan dilakukan secara manual oleh pekerja dan ada beberapa proses yang menggunakan mesin. Bahan baku yang digunakan perusahaan yaitu buah kopi yang berasal dari Mandailing dan Takengon. Produk biji kopi yang dihasilkan saat ini yaitu biji kopi jenis Arabica Grade-1, fancy select dan golden. Produksi kopi jenis Robusta dihentikan sementara karena tingginya biaya bahan baku dan rendahnya harga jual. Hasil produksi diekspor ke luar negeri, seperti Amerika Serikat dan Taiwan, melalui Pelabuhan Belawan. Banyaknya persaingan dalam usaha ekspor biji kopi mendorong para pengekspor biji kopi untuk terus menyesuaikan dan mempertahankan spesifikasi biji kopi yang dihasilkan. Salah satu spesifikasi yang menentukan mutu biji kopi yaitu kadar air. Menurut dokumen Standar Nasional Indonesia SNI nomor 01- 2907-2008 mengenai Biji Kopi yang diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional BSN, spesifikasi persen kadar air maksimum biji kopi adalah sebesar 12,5. Apabila kadar air lebih tinggi dari angka tersebut, biji kopi berpotensi ditumbuhi lumut dan mengalami fermentasi berlebihan sehingga menyebabkan rusaknya rasa dan aroma kopi serta berkurangnya daya tahan biji kopi. Pengujian kadar air ini dilakukan oleh instansi-instansi pemerintah yang bergerak di bidang pemeriksaan, pengawasan, pengujian, dan pengkajian, seperti PT. Superintending Company of Indonesia Persero atau disingkat PT. Sucofindo. Biji kopi yang tidak memenuhi spesifikasi pengujian tidak dapat diekspor. Untuk memenuhi spesifikasi kadar air biji kopi untuk ekspor, proses yang harus diperhatikan yaitu proses pengeringan biji kopi. Saat ini, perusahaan melakukan pengeringan dengan hanya berdasarkan perkiraan. Keadaan dan jangka waktu pengeringan ditentukan oleh insting dari kepala pabrik. Pengeringan dilakukan selama lebih kurang 2 jam dengan tumpukan biji kopi setebal satu telapak tangan atau lebih kurang 1,5 cm. Pengadukan dilakukan 4 kali setiap jam. Dengan kondisi pengeringan tersebut, rata-rata kadar air yang diperoleh dari eksperimen adalah sebesar 13,6. Angka tersebut masih berada di atas spesifikasi maksimum, yaitu 12,5. Penentuan setting yang optimal pada proses pengeringan dapat dilakukan dengan Response Surface Methodology RSM. RSM dapat digunakan untuk menentukan titik optimum pada setting kondisi proses agar hasil yang diperoleh lebih baik. Alasan menggunakan RSM yaitu jumlah eksperimen yang diperlukan tidak besar karena menggunakan desain central composite dengan replikasi yang minimal sehingga lebih efisien dari segi waktu dan biaya. Menurut Montgomery 1991, RSM juga dapat mencari titik optimal baru dengan bergerak ke luar daerah penelitian apabila daerah penelitian kita belum memberikan hasil yang paling optimal. Hal ini berguna bagi perusahaan, karena kondisi pengeringan yang digunakan perusahaan saat ini masih didasarkan pada insting dan belum diketahui apakah sudah merupakan pengaturan yang optimal. Data yang dibutuhkan akan dikumpulkan dengan melakukan eksperimen. Faktor-faktor yang akan digunakan untuk eksperimen merupakan yang dapat dikendalikan controllable. Dengan menggunakan RSM, data hasil eksperimen akan dianalisa untuk menentukan bagaimana variabel-variabel harus disesuaikan agar optimal dan mendapatkan perbaikan hasil. Setelah setting optimal diperoleh, biayanya akan dihitung dan dibandingkan dengan biaya dari setting lama. Studi ini adalah sebuah penelitian dan perancangan setting yang tepat untuk proses pengeringan biji kopi dengan metode Response Surface agar kadar air biji kopi yang dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi untuk ekspor. Perbaikan spesifikasi produk ini diharapkan dapat menjaga minat pembeli luar negeri terhadap biji kopi yang diekspor PT. Pawani.

1.2. Rumusan Masalah