Studi Ruang Terbuka Hijau Kota Manado dengan Pendekatan Sistem Dinamik

(1)

DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

INGERID LIDIA MONIAGA

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Studi Ruang Terbuka Hijau Kota Manado dengan Pendekatan Sistem Dinamik adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2008 Ingerid Lidia Moniaga NRP. A 352050021


(3)

INGERID LIDIA MONIAGA. Study of Green Open Space at Manado City using Dinamic Modelling. Under supervising of SETIA HADI and SITI NURISJAH.

The research aims to find out the required green open space for Manado city using dynamic modelling. Analysing green open space of the city were based on topography as representation of physical factors, Gross Domestic Regional Product (PDRB) as representation of economic aspects, and population number as representation of social factors. Stella program release 8.0 was carried out to formulated and analyzed the dynamic model.Secondary data was collected along with ground check.

Eventhough green open space covered 70%, the city still having environmental problems especially flooding and landslide. The research find out that topography, PDRB, and population number affect the required city green covered area. It also concluded that spatial data are very useful and workable to estimate and decide the requirement as well as the location of green covered area required by the city of Manado.


(4)

RINGKASAN

INGERID LIDIA MONIAGA. Studi Ruang Terbuka Hijau Kota Manado dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Dibimbing oleh SETIA HADI dan SITI NURISJAH.

Kota Manado adalah kota yang dikelilingi oleh wilayah pegunungan dengan udaranya yang sejuk dan juga berada di tepi pantai Laut Sulawesi atau Teluk Manado yang indah. Karakteristik lanskap alami Kota Manado terbentuk atas trimatra yakni

pantai, daratan dan perbukitan yang terbentang dengan jarak yang relatif sempit antara tiga matra tersebut. Lanskap Kota Manado yang indah dengan bentukan tiga matra ini ternyata memiliki kendala dalam pengembangan kota karena datarannya yang sempit dan rentan terhadap perubahan. Sementara lahan layak huni Kota Manado terbatas pada kelerengan dan topografi yang mudah berdampak pada resiko terjadinya banjir, longsor, dan erosi. Keterbatasan lahan daratan yang sempit telah menyebabkan pembangunan fisik Kota Manado menyebar ke arah lahan-lahan berbukit yang berfungsi lindung secara ekologis. Hal tersebut menyebabkan gangguan pada tiga matra pembentuk kota ini.

Penelitian ini bertujuan hendak menjaga lanskap Kota Manado baik laut, darat maupun perbukitan guna mencapai kelestarian dan keindahan Kota Manado yang berkelanjutan. Salah satu bentuk pendekatan yang akan dilakukan yakni dengan melakukan penelitian ruang terbuka hijau (RTH). RTH diasumsikan melindungi areal yang topografikal atau berbukit sehingga gangguan terhadap kerusakan kota dan penurunan kualitasnya dapat dikendalikan.

Kajian RTH pada penelitian ini terdiri atas aspek fisik dengan topografi sebagai peubah utama yang membentuk pola lanskap; aspek ekonomi dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai peubah yang berperan penting pada penggunaan lahan ;

aspek sosial dengan jumlah penduduk sebagai peubah yang juga berperan pada pembentukan land use (penggunaan lahan). Ketiga parameter fisik, sosial, dan ekonomi dengan masing-masing peubah diolah dengan simulasi komputer yang menggunakan alat bantu software Stella versi 8.0 untuk mendapatkan nilai acuan besaran RTH.

Pengumpulan data dilakukan berdasarkan data sekunder yang kemudian diolah dalam pemodelan dinamik, dan data primer berupa ground cek lapangan dan wawancara

stakeholder. Konsep model pada penelitian ini mengacu pada penataan ruang dengan mengatur lahan sesuai kelayakan topografi yang merupakan karakteristik Kota Manado dengan pokok acuannya yakni RTH.

Luas RTH Kota Manado saat ini, secara total mencapai 70% dari luas wilayah kota. Walaupun telah memenuhi persyaratan persentase luas yang ditetapkan dalam UU No. 26 tahun 2007 dan Permendagri No 1. tahun 2007 tetapi Kota Manado masih mengalami masalah lingkungan terutama erosi, longsor, dan banjir. Hal ini terjadi karena konversi lahan perkotaan dari lahan bervegetasi atau RTH, menjadi lahan terbangun.

Dari hasil penelitian terhadap tiga peubah perubahan lahan untuk RTH, yaitu faktor-faktor fisik topografis, PDRB, dan jumlah penduduk, didapatkan bahwa ekonomi yang berkembang telah mempengaruhi jumlah penduduk (urbanisasi) yang kemudian berdampak pada penurunan RTH berupa konversi penggunaan lahan bervegetasi (pertanian) menjadi penggunaan lahan terbangun (pemukiman).

Besaran RTH pada suatu kota, tidak terpaku pada luas administratif yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah, tetapi elemen utama pembentuk lanskap kota


(5)

tersebut. Dari sembilan kecamatan Kota Manado, maka kecamatan-kecamatan yang bertopografis >15% harus telah dialokasikan menjadi RTH.


(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah ; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atas seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(7)

DENGAN PENDEKATAN SISTEM DINAMIK

INGERID LIDIA MONIAGA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Arsitektur Lanskap

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008


(8)

(9)

Dinamik

Nama : Ingerid Lidia Moniaga N R P : A.352050021

Disetujui Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Setia Hadi, M.Sc. Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana Arsitektur Lanskap

Dr. Ir. Nizar Nasrullah, M.Agr. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.


(10)

(11)

Puji Syukur penulis panjatkan dan persembahkan kepada Allah Yang Kuasa, atas karuniaNya yang dianugerahkan kepada penulis dalam berpikir sehingga dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Studi Ruang Terbuka Hijau Kota Manado dengan Pendekatan Sistem Dinamik. Pelaksanaan penelitian dan penulisan hasil laporan tidak terlepas dari bimbingan, bantuan dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh karena hal tersebut, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya antara lain kepada :

Dr. Ir. Setia Hadi, MSc selaku Ketua Komisi Pembimbing tesis, dan Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA selaku Anggota Komisi Pembimbing atas arahan, motivasi, semangat, dan saran-saran yang telah diberikan. Teman-teman angkatan ke-7 pada program S-2 Departemen Arsitektur Lanskap: Pak Kas, Pak Budi, Mba Dwi, dan Dini, atas kebersamaan dan keterjalinan hubungan persaudaraan yang begitu erat. Teman-teman Asrama Mahasiswa Sulut Cipunagara Bogor Baru 2 atas kekeluargaan dan kebersamaan selama di asrama. Juga selama penyelesaian tulisan tesis penulis dimudahkan atas kesediaan membantu memahami operasionalisasi program software Stella 8.0 dari bapak Hatta dan keluarga. Pula kepada Ari Krisno yang telah membantu penyelesaian analisis spasial. Pendidikan Tinggi atas bantuan Beasiswa Program Pasca Sarjana yang diberikan selama dua tahun. Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara yang telah memberi kesempatan untuk menempati fasilitas daerah selama berada di Bogor. Gubernur Sulut: Drs, S.H. Sarundayang, Bupati Minahasa Induk: Bpk. Drs. Freeke Runtu, Bupati Minahasa Selatan: Bpk Drs. Ramoy Luntungan, Bupati Minut: Ibu Vonny Panambunan, Walikota Bitung: Bpk Drs. Hanny Sondakh, atas bantuan dana selama masa penelitian dan penyelesaian tesis. Kedua orang tua Papa dan Mama, yang selalu mendoakan kelancaran dan proses penyelesaian studi saya. Suami dan anakku tercinta, yang telah tulus mengijinkan saya untuk sekian lama waktunya berpisah menempuh pendidikan dan yang selalu mendoakan serta memotivasi saya setiap waktu. Dan pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimalah ucapan terima kasih penulis. Allah Sumber Kasih Karunia akan membalas dan melimpahkan Berkat AnugerahNya.


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manado pada tanggal 18 September 1973 dari ayah Prof. Piet Moniaga, SH dan ibu Saartje Rumimpunu. Penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara.

Tahun 1991 penulis lulus dari SMA Frater Don Bosco Manado dan pada tahun yang sama melanjutkan studi ke Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Sipil Program Studi Arsitektur. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan Strata-1 pada tahun 2000, pada tahun 2004 penulis menjadi Staf Pengajar pada Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Sam Ratulangi Manado.

Pada tahun 2005 penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan studi Strata-2 di Sekolah Pascasarjana IPB, dengan program studi Arsitektur Lanskap dan mendapat Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) diperoleh dari Departemen Pendidikan Nasional.


(13)

DAFTAR TABEL …………....………. vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN... xii

DAFTAR ISTILAH... xiii

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang………...……... 1

1.2 Perumusan Permasalahan..………... 2

1.3 Tujuan dan Manfaat... ………....………...…... 2

1.4 Kerangka Pemikiran..……….………...……... 3

1.5 Lingkup dan Batasan Penelitian…………...………... 6

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian RTH………...……...…... 7

2.2 RTH Perkotaan………...…... 16

2.3 Pendekatan Sistem Dinamik... 17

3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian...………... 22

3.2 Metode Pengumpulan Data...………... 22

3.3 Metode Analisis...………... 23

3.4 Konstruksi Model... 24

3.5 Batasan dan Asumsi Model serta Skenario Model... 26

4 KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografi dan Administrasi...……… ……... 28

4.2 Kondisi Biofisik………... 29

4.3 Pemerintahan………... 35

4.4 Kependudukan……….………... 36

4.5 Perekonomian………..………... 37

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi Kegiatan Kota Manado………... 38

5.2 Model RTH...……...………..………... 38

5.3 Simulasi Model Dinamis RTH Kota Manado... 43

5.4 Faktor – faktor yang berpengaruh pada Model Dinamis RTH Kota Manado... 46

5.4.1 Penduduk... 47

5.4.2 Penggunaan Lahan…... 59

5.4.3 RTH...………... 70

5.4.4 Produk Domestik Regional Bruto Kota Manado………... 85


(14)

Halaman 6 SIMPULAN DAN SARAN…... 99

6.1 Simpulan………

6.2 Saran...

DAFTAR PUSTAKA……… 100


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Standar Perencanaan RTH di Lingkungan Permukiman Kota…………..………. 14

2 Standar Luas RTH untuk Umum………. 15

3 Data Penelitian dan Sumber Data……….. 23

4 Luas Wilayah Kota Manado Per Kecamatan………..…... 29

5 Kondisi Topografi Kota Manado... 30

6 Nilai Inisial RTH pada setiap Kecamatan di Kota Manado……….. 34

7 Luas dan Presentase Penggunaan Lahan di Kota Manado Tahun 2005………… 35

8 Jumlah Kecamatan dan Kelurahan di Kota Manado………... 36

9 Jumlah Penduduk Kota Manado Tahun 2000 s/d 2003………... 36

10 Nilai Inisial Jumlah Penduduk per Wilayah Kecamatan yang digunakan... dalam model ... 48

11 Perubahan Total Penduduk Kota Manado Tahun 1996-2005………... 45

12 Kepadatan Penduduk Berdasarkan Luas Lahan Layak Mukim pada... Setiap Kecamatan Hasil Estimasi Model... 59

13 Kebutuhan Lahan Per Unit Permukiman di Setiap Kecamatan... 60

14 Luas Inisial RTH pada setiap Kecamatan di Kota Manado... 71

15 Perubahan Rasio RTH dengan Luas Total Lahan hasil Simulasi Tiga... Skenario... 80

16 Perubahan RTH dengan Luas Lahan Pemukiman Hasil Estimasi... Tiga Skenario... 80

17 Perubahan 4 komponen RTH : Luas Lahan Pemukiman setelah 20 tahun berdasarkan hasil estimasi pada ketiga skenario………....…... 82

18 Perubahan RTH Hutan Kota pada setiap Wilayah Kecamatan Hasil... Estimasi Tiga Skenario... 82

19 Perubahan RTH Taman Kota pada setiap Wilayah Kecamatan Hasil... Estimasi Tiga Skenario... 82


(16)

Halaman 20 Perubahan RTH Jalur Hijau Jalan pada setiap Wilayah Kecamatan Hasil...

Estimasi Tiga Skenario... 83 21 Perubahan RTH Jalur Hijau Sungai pada setiap Wilayah Kecamatan...

Hasil Estimasi 3 Skenario... 83 22 Rasio RTH Perkapita pada 9 Kecamatan Kota Manado... 84 23 Koefisien Peningkatan Sektor Penerimaan PDRB berdasarkan Pertambahan

Penduduk... 86 24 Rangkuman hasil simulasi, persentase, dan peningkatan per sektor PDRB...

pada skenario satu... 91 25 Rasio RTH : Luas Lahan Sembilan Kecamatan di Kota Manado...

hasil simulasi model skenario tiga... 93 26 Luas RTH Kota Manado hasil analisis GIS menggunakan peta...

land cover dan land use tahun 2005... 94 27 Luas RTH existing hasil analisis spasial………... 95


(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Bagan Alir Kerangka Pemikiran………... 5

2 Peta Administrasi Kota Manado………... 6

3 Simpal Kausal Model RTH Kota Manado... 6

4 Kerangka Pendekatan Operasional Penelitian RTH Kota Manado…………... 26

5 Gunung Tertinggi di Kota Manado………... 30

6 Lanskap Kota Manado…...…... 31

7 Rataan Curah Hujan bulanan Periode 1985 – 2004 di Wilayah Kota... Manado... 32

8 Suhu Udara Kota Manado………... 33

9 Rataan Kecepatan Angin Kota Manado………... 33

10 Beberapa Bentuk RTH Kota Manado………... 34

11 Struktur Sub Model RTH………... 39

12 Struktur Sub Model Penduduk... 40

13 Struktur Sub Model Ekonomi... 41

14 Struktur Pembuatan Model RTH Kota Manado... 42

15 Perubahan Jumlah Penduduk, RTH, PDRB, Lahan Pemukiman dan Lahan... Pertanian berdasarkan hasil simulasi skenario bebas, agak konservatif,... Konservatif……….… 45

16 Prediksi jumlah populasi penduduk pada kecamatan Mapanget, Sario,…….…... Malalayang, Wanea, Tikala (a) dan kecamatan Bunaken, Tuminting,……….…. Singkil, Wenang (b) berdasarkan hasil simulasi model skenario bebas... 49

17 Prediksi jumlah populasi penduduk pada kecamatan Mapanget, Sario,... Malalayang, Wanea, Tikala (a) dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil,.... Wenang (b) berdasarkan hasil simulasi model skenario agak konservatif... 50

18 Prediksi jumlah populasi penduduk pada kecamatan Mapanget,……….. Sario, Malalayang, Wanea, Tikala (a) dan kecamatan Bunaken,……….. Tuminting, Singkil, Wenang (b) berdasarkan hasil simulasi model……….. skenario konservatif……….……. 51

19 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah Pengangguran pada skenario agak konservatif……….…….… 53


(18)

Halaman 20 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah

Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah

Pengangguran pada skenario agak konservatif……...……….……….…. 54 21 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah………

Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah……….. Pengangguran pada skenario konservatif..………... 54 22 Kepadatan Penduduk Luas Lahan Pemukiman di 9 kecamatan pada skenario…..

bebas……….. 54

23 Kepadatan Penduduk Luas Lahan Pemukiman di 9 kecamatan pada skenario…..

Agak konservatif……… 56 24 Kepadatan Penduduk Luas Lahan Pemukiman di 9 kecamatan pada skenario…………

Konservatif……… 57 25 Luas Penggunaan Lahan Pertanian di 9 kecamatan Hasil simulasi selama 20...

tahun pada skenario bebas... 61 26 Luas Penggunaan Lahan Pertanian di 9 kecamatan Hasil simulasi selama 20...

tahun pada skenario agak konservatif………... 62

27 Luas Penggunaan Lahan Pertanian di 9 kecamatan Hasil simulasi selama 20... tahun pada skenario konservatif………... 63 28 Kebutuhan Penggunaan Lahan untuk pemukiman, kebutuhan land use per unit..

rumahtangga, dan pertambahan penduduk total Kota Manado berdasarkan ….... hasil simulasi skenario bebas.……… 64 29 Kebutuhan Penggunaan Lahan untuk pemukiman, kebutuhan land use per unit..

rumah tangga, dan pertambahan penduduk total kota manado berdasarkan……. hasil simulasi skenario agak konservatif…….…….………... 64 30 Kebutuhan land use untuk pemukiman, kebutuhan land use per unit rumah….…

tangga, dan pertambahan penduduk total kota manado berdasarkan……….……

hasil simulasi skenario konservatif...……… 65 31 Luas Penggunaan Lahan Pertanian di 9 kecamatan Hasil simulasi selama 20...

tahun pada skenario bebas... 67 32 Luas Penggunaan Lahan Pertanian di 9 kecamatan Hasil simulasi selama 20...


(19)

Halaman 33 Luas Land Use Pertanian di 9 kecamatan Hasil simulasi selama 20……...……

Tahun pada skenario bebas………... 69 34 Perubahan luas RTH Total Kota Manado berdasarkan hasil simulasi ………….

pada tiga skenario ... 72 35 Luas RTH Taman Kota di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea,….

Tikala (a), dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang………… (b). Hasil simulasi selama 20 tahun pada skenario bebas……… 73 36 Luas RTH Taman Kota di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea,.…

Tikala (a), dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang,……….. (b). Hasil simulasi selama 20 tahun pada Skenario agak konservatif…………... 74 37 Luas RTH Taman Kota di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea,…. Tikala (a), dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang………… (b). Hasil simulasi selama 20 tahun pada Skenario konservatif... 75 38 Perubahan Rasio 4 komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman pada...

masing-masing kecamatan berdasarkan hasil simulasi skenario bebas... 77 39 Perubahan Rasio 4 komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman...

pada masing-masing kecamatan berdasarkan hasil simulasi hasil ...

skenario agak konservatif………... 78 40 Perubahan Rasio 4 komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman...

pada masing-masing kecamatan berdasarkan hasil simulasi hasil... skenario konservatif………...……... 79 41 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah…………...

Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah………...

Pengangguran pada skenario bebas………... 87 42 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah……….

Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah………...

Pengangguran pada skenario agak konservatif………... 88 43 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah……….……

Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah………...

Pengangguran pada skenario konservatif...………... 89 44 Peta Arahan Kawasan Terbangun Kota Manado...……... 96 45 Peta Arahan RTH Kota Manado... 97


(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Persamaan-persamaan Model RTH Kota Manado…….………... 102

2 Total RTH Kota Manado hasil Model Dinamik pada ketiga skenario……... 118

3 Empat Komponen RTH Kota Manado hasil Model Dinamik 20 tahun... 119

4 Perubahan luas RTH pada sembilan kecamatan hasil skenario tiga... 132

5 Rasio RTH berbanding Luas Lahan hasil Model Dinamik 20 tahun... 134

6 Rasio RTH berbanding Luas Lahan Pemukiman hasil Model Dinamik... 20 tahun hasil skenario 3... 136

7 Nilai PDRB Kota Manado Tahun 2000-2005... 138

8 Hasil Regresi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) yang... Mengikuti Pertumbuhan Penduduk... 139


(21)

Ruang

 Wadah yang meliputi ruang daratan, lautan dan udara sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lainnya hidup dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya (UU No. 26 tahun 2007).

 Ruang mempunyai arti yang penting bagi kehidupan manusia semua kehidupan dan kegiatan manusia berkaitan dengan aspek ruang. Adanya hubungan antara manusia dengan suatu obyek, baik secara visual maupun melalui indra pendengar, indera pencium, ataupun perasa, akan selalu menimbulkan kesan ruang (Hakim.R, 1991).

Ruang Terbuka

 Suatu wadah yang dapat menampung kegiatan aktivitas tertentu dari warga lingkungan tersebut baik secara individu atau secara kelompok (Hakim R, 1991).

 Ruang terbuka sebagai keseluruhan lansekap, perkerasan (jalan dan trotoar), taman, dan tempat rekreasi di dalam kota (Shirvani, 1985 dalam Hakim R, 2003).

 Ruang terbuka di dalam kota dapat berbentuk man made atau natural, yang terjadi akibat teknologi, koridor jalan, bangunan tunggal, bangunan majemuk, atau hutan-hutan kota dan aliran sungai serta daerah alamiah lainnya yang memang telah ada sebelumnya (Hakim, 2003).

Ruang Terbuka Hijau

 Ruang terbuka yang ditanami dengan tanaman, mulai dari yang bersifat alami (rumput, jalur hijau, taman bermain dan taman lingkungan di daerah pemukiman), (Nurisyah, 2005).

 Ruang terbuka yang memiliki kekhususan sifat yang dimilikinya, yaitu pengisian ruang terbuka lebih didominasi oleh unsur hijau (tumbuhan),


(22)

sedangkan unsur lainnya yaitu struktur bangunan merupakan pengisi dalam persentase penutupan yang kecil (kurang dari 20%).

 Ruang kota yang berfungsi sebagai kawasan Hijau Pertamanan Kota, Kawasan Hijau Hutan Kota, Kawasan Hijau Rekreasi Kota, Kawasan Hijau Pemakaman, kawasana Hijau Pertanian, Kawasan Hijau Jalur Hijau, dan Kawasan Hijau Pekarangan (Perda No.7 tahun 2002 Kota Surabaya).

Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK)

 RTHK adalah ruang-ruang yang terdapat di dalam kota, baik berupa koridor/ jalur ataupun area / kawasan sebagai tempat pergerakan / penghubung, dan tempat perhentian / tujuan, dimana unsur hijau (vegetasi) yang alami dan sifat ruang terbuka lebih dominan (Hakim, 2003).

Lahan Layak Mukim

 Batas kelayakan penggunaan lahan atau bagian dari sistem model yaitu kelayakan kemiringan yang mana kelayakan kemiringannya adalah 0 % sampai 15% merupakan penggunaan lahan yang bisa dibangun, sedangkan kemiringan > 15% merupakan penggunaan lahan yang tidak bisa dibangun. Sistem

 Himpunan atau kombinasi dari bagian-bagian yang membentuk sebuah kesatuan yang kompleks.

 Suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian.

 Hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen secara teratur.

Pendekatan Sistem

 Proses berpikir menyeluruh dan terpadu yang mampu menyederhanakan kerumitan tanpa kehilangan esensi atau unsur utama dari obyek yang menjadi perhatian.

 Metode ilmiah di dalam usaha memecahkan masalah atau menerapkan

”kebiasaan berpikir atau beranggapan bahwa ada banyak sebab terjadinya sesuatu” di dalam memandang atau menghadapi kesaling terhubungkannya


(23)

Model

 Suatu perwakilan atau penyederhanaan abstraksi dari sebuah obyek atau situasi aktual.

 Suatu penyederhanaan dari suatu realitas yang kompleks.

 Representasi sistem dalam kehidupan nyata yang menjadi fokus perhatian dan menjadi pokok permasalahan.

Model Dinamik

 Kumpulan dari variabel-variabel yang saling mempengaruhi antara satu dengan lainnya dalam suatu kurun waktu, setiap variabel berkorespondensi dengan suatu besaran yang nyata atau besaran yang dibuat sendiri dan semua variabel tersebut memiliki nilai numerik dan sudah merupakan bagian dari dirinya. Pada waktu mensimulasikan model, variabel-variabel akan saling dihubungkan membentuk suatu sistem yang dapat menirukan kondisi sebenarnya.

Simulasi

 Tiruan dari sistem nyata yang dikerjakan secara manual atau komputer, yang kemudian diobservasi dan disimpulkan untuk mempelajari karakterisasi sistem.

 Suatu model sistem yang mana komponennya direpresentasikan oleh proses-proses aritmatika dan logika yang dijalankan komputer untuk memperkirakan sifat-sifat dinamis sistem tersebut.

 Proses perancangan model dari sistem nyata yang dilanjutkan dengan pelaksanaan eksperimen terhadap model untuk mempelajari perilaku sistem atau evaluasi strategi.

Stella

 Alat bantu yang digunakan untuk melakukan simulasi dari sebuah model, yang secara tepat dapat melihat perilaku dari model yang telah dibuat.


(24)

1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kota Manado adalah kota yang dikelilingi oleh wilayah pegunungan dengan udaranya yang sejuk dan juga berada di tepi pantai Laut Sulawesi atau Teluk Manado yang indah. Pulau Bunaken yang terletak pada bagian barat kota merupakan bagian dari wilayah kota yang memiliki taman laut dan menjadi aset yang tinggi nilainya bagi Kota Manado.

Karakteristik lanskap alami Kota Manado terbentuk atas trimatra yakni pantai,

daratan dan perbukitan yang terbentang dengan jarak yang relatif sempit antara tiga matra tersebut. Wilayah Kota ini juga memiliki beberapa sungai yang mengalir dari daerah perbukitan dan bermuara ke pantai Teluk Manado. Secara morfologis Kota Manado juga terbentuk karena karakteristik alamnya dengan struktur lapisan tanah dan batuan yang mudah tererosi ketika berubah fungsinya dari kondisi bervegetasi menjadi tanpa vegetasi.

Lanskap Kota Manado yang indah dengan bentukan tiga matra ini ternyata memiliki kendala dalam pengembangan kota karena datarannya yang sempit dan rentan terhadap perubahan. Sementara lahan layak huni Kota Manado terbatas pada kelerengan dan topografi yang mudah berdampak pada resiko terjadinya banjir, longsor, dan erosi. Keterbatasan lahan daratan yang sempit telah menyebabkan pembangunan fisik Kota Manado menyebar ke arah lahan-lahan berbukit yang berfungsi lindung secara ekologis. Hal tersebut menyebabkan gangguan pada tiga matra pembentuk kota ini. Gangguan yang terjadi pada matra darat akan berpengaruh pula pada matra laut yang mana terdapat aset Nasional yaitu Taman Laut Bunaken.

Penelitian ini bertujuan hendak menjaga lanskap Kota Manado baik laut, darat maupun perbukitan guna mencapai kelestarian dan keindahan Kota Manado yang berkelanjutan. Salah satu bentuk pendekatan yang akan dilakukan yakni dengan melakukan penelitian ruang terbuka hijau (RTH). RTH diasumsikan melindungi areal yang topografikal atau berbukit sehingga gangguan terhadap kerusakan kota dan penurunan kualitasnya dapat dikendalikan. RTH merupakan salah satu bagian pengelolaan tata ruang yang harus direncanakan sejak awal dengan baik guna


(25)

mewujudkan tata Kota Manado yang indah, alami, berkarakteristik, dan juga berkelanjutan.

Kajian RTH pada penelitian ini terdiri atas aspek fisik dengan topografi sebagai peubah utama yang membentuk pola lanskap; aspek ekonomi dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai peubah yang berperan penting pada penggunaan lahan ;

aspek sosial dengan jumlah penduduk sebagai peubah yang juga berperan pada pembentukan land use (penggunaan lahan). Ketiga parameter (fisik, sosial, dan ekonomi) dengan masing-masing peubah diolah dengan simulasi komputer yang menggunakan alat bantu software Stella versi 8.0 untuk mendapatkan nilai acuan besaran RTH.

1.2. Perumusan Permasalahan

Peningkatan aktivitas ekonomi di Kota Manado cenderung telah meningkatkan konversi penggunaan lahan terutama konversi penggunaan lahan bervegetasi (pertanian) menjadi penggunaan lahan non vegetasi (pemukiman, industri, dan infrastruktur). Konversi lahan ini telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti banjir, longsor, erosi, suhu yang meningkat, serta pencemaran. Permasalahan ini sangat terkait dengan RTH. Padahal RTH harus terus dijaga dan dipertahankan sesuai fungsi ekologis. Pokok yang terkait dengan peningkatan ekonomi, kualitas fisik dan pertambahan jumlah penduduk adalah mempelajari kebutuhan ruang khususnya RTH dengan pendekatan model sistem dinamik. Dengan adanya bentuk keterkaitan tersebut serta upaya untuk memecahkan permasalahan yang ada, maka pertanyaan penelitian yang diajukan adalah ;

a. Berapa ketersediaan RTH yang dibutuhkan dan distribusinya pada tiap wilayah kecamatan di Kota Manado saat ini?

b. Bagaimana bentuk pengelolaan tata ruang terutama RTH secara spasial sesuai dengan lahan layak mukim dan hubungannya dengan distribusi penduduk dan PDRB ?

1.3. Tujuan dan Manfaat

Penelitian bertujuan mengetahui ketersediaan RTH Kota Manado dengan cara menganalisis dan mengestimasi dinamika spasiotemporal RTH dan keterkaitannya


(26)

3 dengan faktor sosial, ekonomi, pemanfaatan lahan, jumlah serta distribusi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :

a. Menyusun dan mensimulasi model dinamis yang mengkaitkan faktor fisik, sosial, ekonomi, dan ketersediaan RTH.

b. Menyusun arahan pengelolaan RTH yang berkelanjutan berdasarkan lahan layak mukim.

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini antara lain : (1) memberikan informasi yang dapat menjadi pertimbangan dalam mengatur tata ruang dengan pokok pertimbangan RTH dan pemukiman terkait dengan pertumbuhan penduduk ; (2) mendorong pemerintah dan masyarakat untuk memperhatikan kualitas lingkungan perkotaan.

1.4. Kerangka Pemikiran

Di beberapa kota dewasa ini RTH dianggap sebagai lahan tidak efisien, atau sebagai tanah cadangan untuk membangun struktur kota. Hal ini terjadi karena tingginya nilai tanah di daerah perkotaan, sehingga setiap bidang tanah di daerah perkotaan, diupayakan seproduktif mungkin untuk mencapai optimalisasi ekonomi. Keadaan demikian mengakibatkan fungsi-fungsi lahan yang dinilai kurang produktif, kurang diperhitungkan keberadaannya sebagai suatu subsistem dalam sistem ruang perkotaan secara keseluruhan, sehingga banyak lahan perkotaan yang telah ditetapkan sebagai RTH berubah fungsinya menjadi penggunaan lain.

Di sisi lain kita ketahui bahwa cukup banyak manfaat yang diperoleh dari keberadaan RTH yakni antara lain : keindahan dan kesejukan kota, suasana alami di tengah hiruk pikuknya kota, terkendalinya polusi udara, bertambahnya persediaan air tanah, tersedianya tempat rekreasi dan olahraga bagi warga kota, dan tempat bersosialisasinya masyarakat perkotaan.

Dengan fungsi kota yang beranekaragam dan kepadatan yang semakin tinggi, maka kualitas lingkungan kota menjadi amat rawan. Padahal kenyamanan kota yang mendukung produktivitas dan fungsi kota tersebut amat ditentukan oleh kualitas lingkungannya seperti temperatur dan kelembaban, kandungan debu dan bahan kimia di udara dan di perairan, bentuk visual seperti warna dan keanekaragaman bentang alam.


(27)

Dalam hal ini RTH amat penting fungsinya untuk mengatur temperatur kota, mengatur kandungan oksigen dan mengurangi karbon-dioksida, menjadi perangkap bahan pencemar baik debu maupun gas, meningkatkan peresapan air, memberi bentuk visual yang menarik dan sehat untuk rekreasi, menjadi habitat bagi semua mahluk hidup dan meningkatkan keanekaragaman kehidupan di lingkungan kota.

Khusus Kota Manado yang memiliki karakteristik lanskap alami yang indah, visualisasi yang menarik, namun juga rawan akan bahaya lingkungan (banjir, erosi, longsor dan pencemaran) hendaknya dilestarikan dengan Sistem RTH Kota (Green Open Space System) yang tetap mempertimbangkan unsur-unsur bentang alam alami dan pengembangan sistem lingkungan buatan dalam sistem RTH. Keberadaan sistem ini akan mengatur koordinasi antar instansi dan model yang ada, sehingga peran serta masyarakat dapat pula dikembangkan. Model ini membutuhkan suatu studi yang tidak sama pada setiap kota. Penelitian pemodelan ini diarahkan pada studi RTH di Kota Manado dengan pendekatan sistem dinamik yakni suatu cara berpikir menyeluruh dari kekompleksan yang terjadi dengan kajian aspek fisik,ekonomi, dan sosial. Ketiga aspek tersebut digunakan pada pembuatan model sistem dinamik dengan di dukung data kuantitatif yang berubah menurut waktu dan yang nantinya akan menghasilkan pendugaan ke masa depan mengenai kebutuhan RTH, dengan memperhatikan pertambahan penduduk, peningkatan tingkat kesejahteraan ekonomi dan perbaikan kualitas lingkungan.


(28)

5

Gambar 1 Bagan Alir Kerangka Pemikiran. Memodelkan RTH Kota Manado

dengan Pendekatan Sistem Dinamik

Manado dan Lanskap yang indah berkarakter

Rentan terhadap perubahan Mudah berdampak banjir,

erosi & longsor

Perlu perbaikan Tata Ruang Pertimbangan aspek fisik, sosial,

ekonomi ;

Pengembangan model RTH sesuai kebutuhan kota

Tata Ruang yang kurang baik

Konsep Penataan Tata Ruang RTH ; Estimasi dan Distribusi


(29)

1.5. Lingkup dan Batasan Penelitian

Lingkup dari penelitian ini adalah wilayah administrasi Kota Manado dengan sembilan kecamatan, diantaranya : Kecamatan Bunaken, Kecamatan Mapanget, Kecamatan Tuminting, Kecamatan Singkil, Kecamatan Wenang, Kecamatan Tikala, Kecamatan Sario, Kecamatan Wanea, Kecamatan Malalayang.

Sebagai acuan referensi digunakan Rencana Umum Tata Ruang Kota Manado 2006-2016.

Gambar 2 Peta Administrasi Kota Manado.

6 9 0 0 0 0

6 9 0 0 0 0

6 9 5 0 0 0

6 9 5 0 0 0

70 0 0 0 0

70 0 0 0 0

70 5 0 0 0

70 5 0 0 0

710 0 0 0

710 0 0 0

7150 0 0

7150 0 0

1

6

0

0

0

0 16

0 0 0 0 1 6 5 0 0 0 1 6 5 0 0 0 1 7 0 0 0 0 1 7 0 0 0 0 1 7 5 0 0 0 1 7 5 0 0 0 1 8 0 0 0 0 1 8 0 0 0 0 Kota Manado Kab. Minahasa Utara

Kota Bitung Kab. Minahasa Kab. Minahasa Selatan

Kota Tomohon

Dan

au

Tonda

no

Inset Lokasi Peta Peta Administrasi

Kota Manado

U

1 0 1 2 K m

1:100000

Legenda :

Sumber : - Peta Dasar RBI Bakosurtanal Skala 1 : 50.000. - Bappeko Manado 2004

P. MANADO TU A

P. BU NAKEN

P. SILADEN

T e l u k M a n a d o

KEC. BUNAKEN KEC. MAPANGET KEC. TUMINTING KEC. SINGKIL KEC. TIKALA KEC. WENANG KEC. WANEA KEC. MALALAYANG KEC. SARIO KEC. BUNAKEN Bunaken Malalayang Mapanget Sario Singkil Tikala Tuminting Wanea Wenang Batas Kota Batas Kecam atan Garis Pantai Wilayah Kecamatan Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota Manado Gambar 3.1 Peta Administrasi Kota Manado


(30)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian RTH

Dari berbagai referensi pengertian tentang eksistensi nyata sehari-hari, maka

ruang terbuka hijau adalah : (1) suatu lapangan yang ditumbuhi berbagai tetumbuhan, pada berbagai strata, mulai dari penutup tanah, semak, perdu dan pohon (tanaman tinggi

berkayu); (2) ”Sebentang lahan terbuka tanpa bangunan yang mempunyai ukuran, bentuk,

dan batas geografis tertentu dengan status penguasaan apapun, yang di dalamnya terdapat tetumbuhan hijau berkayu dan tahunan (perennial woody plants), dengan pepohonan sebagai tumbuhan penciri utama dan tumbuhan lainnya (perdu, semak, rerumputan, dan tumbuhan penutup tanah lainnya), sebagai tumbuhan pelengkap, serta benda-benda lain yang juga sebagai pelengkap dan penunjang fungsi RTH yang bersangkutan (Direktorat Jenderal Penataan Ruang Departemen Pekerjaan Umum, 2006).

Menurut Nurisjah (2005), ruang terbuka hijau adalah ruang terbuka yang ditanami dengan tanaman, mulai dari yang bersifat alami (rumput, jalur hijau, taman bermain dan taman lingkungan di daerah pemukiman). Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang mengartikan Ruang Terbuka Hijau sebagai area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. Pakpahan (2006), menyatakan ruang terbuka hijau merupakan elemen fisik yang menyatupadukan tata bangunan dengan lingkungannya, termasuk mengisi ruang antar bangunan, agar dapat tercipta suatu lingkungan binaan yang lebih fungsional, lebih berkualitas serta lebih layak dihuni dan berjati diri. Adapun Fungsi RTH antara lain sebagai ;

2.1.1. Fungsi Ekologi

Secara ekologis fungsi RTH antara lain :

(1) Ameliorasi iklim; elemen dasar iklim antara lain penyinaran matahari, suhu udara, aliran udara dan kelembaban yang sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Beberapa proses yang berkaitan dengan ameliorasi iklim yaitu :

a. Modifikasi suhu; pada siang hari daun-daun tanaman menyerap sinar matahari dalam proses asimilasi, yang mengubah gas CO2 dan air menjadi karbohidrat dan O2.


(31)

Bersama vegetasi lain menguapkan uap air melalui proses evapotranspirasi, oleh karena itu suhu dibawah tegakan pohon menjadi rendah dibandingkan diluar tegakan pohon.

b. Pelindung terhadap angin; kecepatan angin dapat dikurangi 75-85% oleh kelompok vegetasi (windbreak) yang efektifitasnya tergantung dari tinggi pohon dan lebarnya

windbreak, perlindungan terbaik yang diberikan adalah sejauh 20 kali tinggi pohon. Jenis tanaman mengatur angin dengan menghalangi, menyalurkan, membelokkan dan menyaring, pengaruhnya tergantung dari ukuran daun, jenis daun, kepadatan daun, bentuk tajuk, ketahanan serta penempatan tanaman.

c. Curah hujan dan kelembaban; vegetasi dapat menahan butir-butir air hujan dengan intersepsi dan memperlambat kecepatan jatuhnya air hujan sehingga mengurangi kekuatan hempasan butir-butir tanah, sehinggga daya infiltrasi tanah meningkat, aliran permukaan berkurang dan erosi menjadi kecil.

(2) Konservasi tanah dan air; pada umumnya lahan di perkotaan banyak yang tidak tertutup oleh vegetasi dan banyak dipergunakan sebagai lahan terbangun dan ditutup oleh perkerasan, sehingga peresapan air ke dalam tanah menjadi terganggu. Salah satu fungsi RTH di perkotaan adalah untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dengan meningkatkan peresapan air melalui vegetasi dan disimpan di dalam tanah berupa air tanah, kemudian dipergunakan kembali sehingga terjadi siklus hidrologi.

(3) Rekayasa lingkungan:

a. Pengendalian erosi dan aliran permukaan (erotion and surface flow). Penanaman vegetasi dan sistem perakaran dapat mengurangi aliran permukaan dan erosi.

b. Aliran bawah permukaan (sub surface flow); air yang masuk ke dalam lapisan tanah tidak dapat diserap oleh akar tanaman karena perkolasi (arus air vertikal atau mendekati vertikal di bawah lapisan tanah), akibat perkolasi nutrisi yang dibutuhkan tanaman tidak bisa dijerap oleh akar tanaman, karena porositas yang tinggi.

c. Mengatasi penggenangan; kawasan yang sering tergenang dapat dikendalikan dengan penanaman vegetasi dari jenis yang mempunyai daya evapotranspirasi yang tinggi,


(32)

9 jenis tanaman yang memenuhi kriteria ini adalah yang mempunyai daun banyak, jumlah stomata banyak, serta jumlah luas permukaan daun yang tinggi.

d. Mengatasi intruisi air laut; kawasan yang terletak dekat dengan sungai atau laut dapat ditanami dengan jenis tanaman yang mempunyai daya tahan salinitas tinggi dan tahan terhadap penggenangan.

e. Pengendalian air limbah; konsep yang dapat dikembangkan untuk menanggulangi air limbah telah banyak dilakukan dengan cara kimiawi, biologis, maupun melalui penyaringan.

f. Pengelolaan sampah; tanaman dapat diarahkan sebagai upaya dalam pengelolaan sampah, berupa penyekat bau yang ditimbulkan oleh sampah, penyerap bau, sebagai pelindung tanah hasil dari dekomposisi sampah, dan penyerap zat berbahaya yang mungkin terkandung dalam sampah seperti logam berat, pestisida, serta bahan beracun lainnya.

g. Penangkal kebisingan; suara bising umumnya adalah suara yang berlebihan sehingga tidak dapat diterima dengan wajar oleh telinga manusia.

h. Mengurangi pencemaran udara; polutan berupa gas atau partikel debu yang berasal dari industri antara lain karbon monoksida, dari kendaraan bermotor, atau dari rumah tangga, partikel-partikel tersebut dapat dijebak oleh daun-daun, cabang dan ranting melalui proses impaction yang berfungsi sebagai filter di udara.

i. Pengendalian cahaya yang menyilaukan; vegetasi dapat memperlunak cahaya yang menyilaukan baik primer (cahaya yang langsung dari matahari) maupun sekunder (melalui pantulan dari benda-benda lain) tergantung dari ukuran dan kerapatannya.

(4) Habitat satwa; salah satu satwa yang umumnya terdapat pada kawasan RTH kota adalah burung. Burung membutuhkan tanaman sebagai tempat bersarang atau mencari makan, kawasan perkotaan merupakan potensi bagi pelestarian satwa burung, hal ini disebabkan karena ekosistem perkotaan, ketersediaan tempat hinggap merupakan suatu faktor yang mempengaruhi keanekaan habitat di lingkungan perkotaan.


(33)

2.1.2. Fungsi Ekonomi

Salah satu peranan penting dari RTH yang mempunyai fungsi ekonomi adalah dapat memberikan nilai ekonomi kepada masyarakat baik secara langsung dan tidak langsung. Sumber daya alam sebagai aset kota dapat dijadikan paket ekowisata apabila kawasan tersebut dikelola dengan baik, hutan kota sebagai hutan hujan tropis, pemukiman masyarakat lokal tepi sungai sebagai water front city culture tourism, yang dapat memberikan pendapatan kepada daerah .

2.1.3. Fungsi Sosial

Salah satu fungsi sosial RTH adalah sebagai wadah pendidikan masyarakat terhadap permasalahan lingkungan serta solusi pemecahannya melalui berbagai forum yang berkaitan dengan isu konservasi lingkungan. Bentuk-bentuk RTH seperti lahan pertanian, kehidupan tepi sungai merupakan salah satu kegiatan penting dalam rangka pembangunan nilai-nilai sosial dan sumberdaya alam suatu kota. Selanjutnya Grey and Denneke (1986) menyatakan bahwa RTH mempunyai peran dalam meningkatkan interaksi sosial diantara warga kota.

2.1.4. Fungsi Budaya

Fungsi RTH dalam meningkatkan identitas lingkungan kota akan terwujud apabila RTH yang dikembangkan mampu membangkitkan kesan yang mendalam bagi warga kota akan ciri khas suatu kawasan atau unit administrasi tertentu (Nurisjah, 2006).

Manfaat RTH kota, baik secara langsung maupun tidak langsung, sebagian besar dihasilkan dari adanya fungsi ekologis. Penyeimbang antara lingkungan alam dengan

lingkungan buatan, yaitu sebagai ’penjaja’ fungsi kelestarian lingkungan pada media air,

tanah, dan udara serta konservasi sumber daya hayati flora dan fauna. Kondisi ’alami’ ini dapat dipertimbangkan sebagai pembentuk berbagai faktor. Berlangsungnya fungsi ekologis alami dalam lingkungan perkotaan secara seimbang dan lestari akan membentuk kota yang sehat dan manusiawi.

Manfaat tanaman adalah sebagai komponen sekaligus sumber kehidupan (biotik) dan produsen primer dalam rantai makanan bagi lingkungan dan dapat menjadi sumber pendapatan. Proses fotosintesis, yang mana zat hijau (klorofil) yang banyak terdapat dalam daun dengan bantuan energi matahari dan air, menghasilkan makanan, berupa


(34)

11 karbohidrat, protein, lemak juga vitamin dan mineral, sangat berguna bagi kehidupan manusia dan mahluk lain.

Tanaman adalah pabrik tanpa butuh bahan bakar fosil, bahkan tanaman adalah sumber karbon, tidak membutuhkan energi listrik atau api untuk memasak makanannya agar bisa terus tumbuh. Pabrik tersebut tidak mencemari media lingkungan, bahkan

membantu ’membersihkan’ media udara yang kotor serta ’menyegarkan’ udara. Akar

pohon berfungsi untuk menarik bahan baku dari dalam media tanah, antara lain berbagai macam mineral yang larut dalam air. Zat-zat tersebut ’dimasak’ dalam ’pabrik’ berupa daun, menghasilkan karbohidrat (tepung, gula, selulosa/serat), oksigen, yang seringkali disimpan dalam gudang berbentuk buah dan biji sebagai agen pertumbuhan selanjutnya.

Manfaat bagi Kesehatan, tanaman sebagai penghasil oksigen (O2), terbesar dan penyerap karbon dioksida (CO2) dan zat pencemar udara lain, khusus di siang hari, merupakan pembersih udara yang sangat efektif melalui mekanisme penyerapan (absorpsi) dan penjerapan (adsorpsi) dalam proses fisiologis, yang terjadi terutama pada daun, dan permukaan tumbuhan (batang, bunga dan daun).

Pembuktian bahwa tumbuhan dapat efektif membentuk udara bersih dapat dicermati dari hasil studi penelitian Bernatzky (Direktorat Jenderal Penataan Ruang) menyatakan bahwa setiap satu ha RTH yang ditanami pepohonan, perdu, semak, dan penutup tanah, dengan jumlah permukaan daun seluas lima ha, maka sekitar 900 Kg CO2, akan dihisap dari udara dan melepaskan sekitar 600 Kg O2 dalam waktu 12 jam.

Hasil penelitian Hennebo (Direktorat Jenderal Penataan Ruang) menyimpulkan, terjadinya pengendapan debu (aerosol) pada lahan terbuka, khusus pada hutan kota. Pengendapan debu dipengaruhi oleh jarak RTH terhadap sumber debu, jenis dan konsentrasi debu, kondisi iklim, topografi, jenis, dan kelompok tanaman, serta struktur arsitektural RTH.

Ameliorasi Iklim, dengan adanya RTH sebagai ’paru-paru’ kota, akan terbentuk iklim yang sejuk dan nyaman. Kenyamanan ini ditentukan oleh adanya saling keterkaitan antara faktor-faktor suhu udara, kelembaban udara, cahaya, dan pergerakan angin.

Hasil penelitian di Jakarta, membuktikan bahwa suhu di sekitar kawasan RTH (di bawah pohon teduh), dibanding dengan suhu di ’luarnya’, bisa mencapai perbedaan angka sampai dua sampai empat derajat celcius (Direktorat Jenderal Penataan Ruang,


(35)

2006). RTH membantu sirkulasi udara. Pada siang hari, dengan adanya RTH maka secara alami udara panas akan terdorong ke atas dan sebaliknya pada malam hari udara dingin akan turun di bawah tajuk pepohonan. Pohon adalah pelindung yang paling tepat dari terik sinar matahari di samping sebagai penahan angin kencang, peredam kebisingan dan bencana alam lain, termasuk erosi tanah. Bila terjadi tiupan angin kencang di ’atas’ kota tanpa tanaman, maka polusi udara akan menyebar lebih luas dan kadarnya pun akan semakin meningkat. RTH sebagai penjamin terjadinya keseimbangan alami, secara ekologis dapat menampung kebutuhan hidup manusia itu sendiri, termasuk sebagai habitat alami flora, fauna, dan mikroba yang diperlukan dalam siklus hidup manusia.

Manfaat Terkait Fungsi Ekonomi (Produktif), tanaman sebagai salah satu komponen hidup (biotik) di dunia sangat diperlukan manusia dan mahluk hidup lain. Tanpa tanaman tidak akan ada kehidupan lain di dunia karena tanaman merupakan

’pabrik makanan’ (produsen primer) dalam siklus rantai makanan, sedang yang lain adalah konsumen. ’Pabrik makanan’ tersebut dibagi dalam tiga tingkat (trophic level), primer, sekunder, dan tersier, artinya hanya tumbuhan hijau (tanaman) yang dapat membuat makanannya sendiri melalui proses fotosintesis yang terjadi pada bagian tanaman yang mempunyai zat hijau daun (klorofil), dengan bantuan pusat energi (sinar matahari).

Pada RTH , siklus-siklus kehidupan dapat dikatakan berlangsung dengan karakter alami, yang mana fungsi pokoknya adalah menjadi unsur penyeimbang dalam lingkungan binaan yang sehat, seharusnya ada tersebar merata di antara dominasi struktur fisik bangunan dalam kawasan binaan secara proporsional. Sedang bentuk RTH itu sendiri bisa memanjang, membulat, persegi empat maupun bulat atau bentuk-bentuk geografis arsitektural, bahkan bentuknya bisa dikatakan tak perlu beraturan (alami) sesuai dengan tujuan dan kondisi geografisnya.

RTH merupakan bagian Sistem Tata Ruang Kota, yaitu ruang terbuka (open space), yang mana berbagai fungsi dapat berlangsung sesuai dengan tujuan perencanaan maupun perancangannya, yaitu : seperti untuk Taman Kota ( Urban Parks), konservasi lahan (tanah, air dan sumberdaya alam lain) seperti Taman Hutan-Kota, serta tujuan untuk mempertahankan estetika sesuai nilai budaya dalam sejarahnya. Dalam kelompok tersebut termasuk pula Taman Pemakaman Umum (TPU), serta Ruang Terbuka untuk


(36)

13 pengaman fasilitas yang ada, seperti sarana penampung sampah padat sementara maupun akhir (TPA/TPS), dan sebagainya.

Manfaat yang terkait Arsitektur, pertimbangan dari berbagai aspek, maka hubungan antara arsitektur dan arsitektur lansekap secara alami bersifat sangat

’komplementer’ dan saling mendukung pada skala yang luas, sebab pada hakikatnya

kedua disiplin tersebut mempunyai dasar tujuan sama, yaitu berpikir, berkreasi, dan berkarya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan habitat hidup yang sehat, serasi, produktif, dan indah, sesuai dengan akar budaya bahkan falsafah kehidupan serta pandangan masing-masing kelompok manusia pada era dan lokasi tertentu.

Arsitektur dan Arsitektur Lanskap, tentu mempunyai kesamaan tradisional dan sejarahnya, baik dalam fungsi, bentuk maupun arti, dalam media maupun teknik-teknik pelaksanaannya. Meski sebenarnya mudah dimengerti bahwa arsitektur lanskap tak selalu harus ada struktur bangunannya. Yang jelas kedua profesi tersebut memiliki landasan berpikir yang sama (common ground), yaitu ’menggubah ruang yang mempunyai lantai

dasar, atap dan ’dinding’ bagi kenyamanan hidup manusia’. Keduanya bisa saling

bersintesa maupun berintegrasi. Karenanya tidak mengherankan bila profesi arsitektur sering melakukan pekerjaan arsitektur lansekap, dan sebaliknya hanya tentu saja penekanan terutama pada struktur bangunan dan alamnya berbeda-beda.

Kebutuhan Luas RTH, penetapan berapa besar luasan yang harus disediakan untuk menciptakan RTH di suatu wilayah dapat ditetapkan dalam suatu standar. Menurut Eckbo (1964) untuk mengakomodasikan kebutuhan 100-300 orang diperlukan paling sedikit 40.000 m2 luasan RTH. Luasan ini didistribusikan menjadi :

a. Taman lingkungan ketetanggaan (neighbourhood parks) ≥ 4.000 m2 dengan jangkauan pelayanan 10-200 m.

b. Taman Lingkungan komunitas ≥ 100.000 m2 dengan jangkauan pelayanan 625 - 900 m.

c. Taman kota atau taman regional dengan luasan yang lebih besar dan berada di daerah strategis.


(37)

Standar luasan RTH kota di Indonesia menurut Permendagri No. 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan (RTHKP), dihitung berdasarkan persentase luas wilayah kota yaitu 20% dari luas kawasan Perkotaan harus dihijaukan.

Berdasarkan Kepmen Pekerjaan Umum (PU) No.378/Kpts/1987 tentang Petunjuk Perencanaan Kawasan Perumahan Kota yang mengatur standar perencanaan RTH di lingkungan permukiman kota menyatakan bahwa kebutuhan kota terhadap taman kota, hutan kota, jalur hijau, dan pemakaman dihitung berdasarkan kebutuhan masing-masing penduduk (lihat Tabel 1).

Tabel 1 Standar Perencanaan RTH di Lingkungan Permukiman Kota Unit Lingkungan dan Jumlah Penduduk Jenis RTH Dibutuhkan Luas Per Unit Standar Per Kapita Lokasi L-I Rukun Tetangga 250 jiwa Tempat bermain anak-anak

250 m2 1,00 m2 Di tengah kelompok pemukiman L-II Rukun Warga 3.000 jiwa Taman dan Tempat olah raga remaja

150 m2 0,50 m2 Di pusat kegiatan rukun warga L-III Kelurahan 30.000 jiwa Taman dan lapangan olah raga

1 ha 0,35 m2 Dikelompok kan dengan sekolah L-IV

Kecamatan 200.000 jiwa

Stadion 4 ha 0,20 m2 Dikelompok kan dengan sekolah L-V Wilayah Kota 1.000.000 jiwa Taman Kota dan Komplek Stadion

150 ha 1,50 m2 Di pusat wilayah kota

Penyempurnaan Hutan Kota 6,00 m2 15,00 m2 0,58 m2

Dalam kesatuan yang

kompak atau tersebar

*Sumber : Kepmen PU No. 378/KPTS/1987 tentang Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan


(38)

15 Standar luasan RTH lainnya diajukan oleh Simonds (1983) yang secara hirarki mempertimbangkan kebutuhan dalam suatu wilayah (Tabel 2).

Tabel 2 Standar Luas RTH untuk Umum Hirarki

Wilayah

Jumlah KK Jumlah Jiwa Ruang Terbuka (m2/1000

jiwa)

Penggunaan Ruang Terbuka Ketetanggaan 1.200 4.320 12.000 Lapangan

bermain, areal rekreasi, taman

Komunitas 10.000 36.000 20.000 Lapangan bermain, lapangan atau taman (termasuk ruang terbuka ketetanggaan)

Kota 100.000 - 40.000 Ruang

terbuka umum, taman areal bermain ( termasuk ruang terbuka untuk komuniti) Wilayah/Region 1.000.000 - 80.000 Ruang

terbuka umum, taman areal rekreasi, berkemah (termasuk ruang terbuka kota)


(39)

2.2. RTH Perkotaan

RTH Perkotaan, secara umum penataan ruang ditujukan untuk menghasilkan suatu perencanaan tata ruang yang kita inginkan di masa yang akan datang. Pada dasarnya perencanaan tata ruang perkotaan seyogyanya dimulai dengan mengidentifikasi kawasan-kawasan yang secara alami harus diselamatkan (kawasan lindung) untuk menjamin kelestarian fungsi lingkungan, dan kawasan-kawasan yang secara alami rentan terhadap bencana ( prone to natural hazards) seperti gempa, longsor, banjir, maupun bencana alam lainnya. Kawasan-kawasan inilah yang harus dikembangkan sebagai ruang terbuka, baik hijau maupun non-hijau. Dengan demikian keberadaan RTH dalam perencanaan tata ruang menjadi sangat penting mengingat perencanaan tata ruang harus dimulai dengan pertanyaan dimana kita tidak boleh membangun? Bukan sebaliknya.

Dalam konsep perencanaan pembangunan yang berkelanjutan, secara nyata ditegaskan bahwa upaya pembangunan yang kita lakukan saat ini, sebaiknya dilakukan dengan tidak mengabaikan hak-hak generasi mendatang dalam ikut menikmati sumber-sumber daya yang ada, terutama sumber-sumberdaya alam dan lingkungan. Dengan demikian perencanaan tata ruang di perkotaan seyogyanya harus mengakomodasi kepentingan-kepentingan ekonomi untuk menjamin produktivitas kota, kepentingan-kepentingan-kepentingan-kepentingan sosial untuk mewadahi aktivitas masyarakat, serta kepentingan-kepentingan lingkungan untuk menjamin keberlanjutan.

Agar keberadaan RTH di perkotaan dapat berfungsi secara efektif baik secara ekologis maupun secara planologis, pengembangan RTH tersebut sebaiknya dilakukan secara hierarki dan terpadu dengan sistem struktur ruang yang ada di perkotaan. Dengan demikian keberadaan RTH bukan sekadar menjadi elemen pelengkap dalam perencanaan suatu kota semata, melainkan merupakan pembentuk struktur ruang kota, sehingga kita dapat mengidentifikasi hierarki struktur ruang kota melalui keberadaan komponen pembentuk RTH yang ada.

RTH sebagai Unsur Utama Tata Ruang Kota, permasalahan degradasi lingkungan hidup perkotaan digambarkan dari semakin mewabahnya penyakit-penyakit akibat kualitas lingkungan yang semakin memburuk bahkan sulit diatasi, sebagai akibat tidak adanya ruang bagi penampung buangan kegiatan manusia berupa limbah padat maupun


(40)

17 limbah cair yang semakin menumpuk dan mengalir tidak terkendali yang menjadi wadah yang subur bagi media pertumbuhan penyakit.

Berbagai kondisi lingkungan yang negatif tersebut, memacu kejadian kerusakan lingkungan kota menjadi berantai dan kait mengkait. Pada kawasan permukiman kota tepi air misalnya, masalah klasik adalah bencana banjir, pada kawasan pesisir terjadi kerusakan dan pencemaran pantai. Adanya genangan air laut ke arah darat, seperti di muara kali Semarang misalnya, tentunya membawa kerusakan akibat pengaruh air asin, atau intruisi air laut yang mengisi kantong-kantong air tanah (aquifer). Pada kota-kota di daerah lereng pegunungan terjadi tanah longsor dan juga banjir antara lain akibat kurang atau tidak adanya tanaman yang bisa mengikat atau menahan air hujan yang terakumulasi, terutama bila terjadi curah air hujan tinggi.

Upaya-upaya pelestarian fungsi lingkungan dengan menyisihkan sebagian ruang kota, terutama di wilayah-wilayah yang rawan bencana, harus segera dilaksanakan. Artinya ruang-ruang yang rawan tersebut bukan diproyeksikan untuk pemukiman, seperti tepian badan air (sungai, danau/dam atau laut), atau mendirikan bangunan pada lereng yang relatif curam. Ruang untuk menampung kegiatan konservasi lingkungan kota harus dikaitkan dengan RTRWK dan Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTR).

RTH baik di kawasan perkotaan maupun perdesaan adalah ”sepenggal alam” yang

masih tersisa atau sengaja disisakan guna mengimbangi lingkungan buatan (kota) baik yang sengaja dirancang dan direncanakan melalui kreativitas arsitektur lansekap maupun

karena ’warisan’ wajah alami yang sengaja dibiarkan sedemikian agar kita semua suatu

saat masih memperoleh kesempatan untuk dapat menikmatinya, langsung maupun tidak.

2.3. Pendekatan Sistem Dinamik

Sistem adalah keseluruhan inter-aksi antar unsur dari sebuah obyek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja mencapai tujuan. Pengertian keseluruhan adalah lebih dari sekedar penjumlahan atau susunan (aggregate), yaitu terletak pada kekuatan (power) yang dihasilkan oleh keseluruhan itu jauh lebih besar dari suatu penjumlahan atau susunan. Pengertian inter-aksi adalah pengikat atau penghubung antar unsur, yang memberi bentuk/struktur kepada obyek, membedakan dengan obyek lain, dan mempengaruhi perilaku dari obyek. Pengertian unsur adalah benda, baik konkrit atau


(41)

abstrak, yang menyusun obyek sistem. Unjuk kerja dari sistem ditentukan oleh fungsi unsur. Gangguan salah satu fungsi unsur mempengaruhi unsur lain sehingga mempengaruhi unjuk kerja sistem sebagai keseluruhan. Unsur yang menyusun sistem ini disebut juga bagian sistem atau sub sistem.

Konsep pengertian sistem sebagai suatu metode dikenal dalam pengertian umum sebagai pendekatan sistem (system approach). Pada dasarnya pendekatan tersebut merupakan penerapan metode ilmiah di dalam usaha memecahkan masalah. Atau

menerapkan ”kebiasaaan berpikir atau beranggapan bahwa ada banyak sebab terjadinya sesuatu” di dalam memandang atau menghasilkan kesaling terhubungkannya sesuatu

benda, masalah, atau peristiwa. Jadi, pendekatan sistem berusaha menyadari adanya kerumitan di dalam kebanyakan benda, sehingga terhindar dari memandangnya sebagai sesuatu yang amat sederhana atau bahkan keliru.

Hal tersebut menunjukkan sifat berpikir secara sistem (system thinking) yang bersegi banyak (multidimensi) dan pelik. Mempergunakan pendekatan sistem menuntut pemahaman bahwa setiap benda atau sistem tersebut berada (menjadi bagian) dari sistem yang lebih besar atau lebih luas, sehingga semua benda dengan sesuatu cara, saling berkaitan. Semakin lama orang semakin menghendaki adanya hasil penerapan pendekatan sistem tersebut yang lebih obyektif dan tepat. Keinginan tersebut terwujud dalam bentuk berkembangnya teknik-teknik pemecahan masalah (problem solving) yang tinggi (canggih, sophisticated), seperti penelitian operasi (operations research), analisa statistika, model simulasi, dan sistem informasi yang mempergunakan komputer. Berbagai macam hasil perkembangan tersebut ditujukan pada peningkatan mekanisme kontrol sistem organisasi, yang dengan demikian memungkinkannya untuk merencanakan dan menanggapi perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan secara efektif. Kebanyakan definisi tentang sistem lebih menunjuknya sebagai suatu wujud benda, jarang yang mengenai sistem sebagai metode. Jadi lebih mendekati arti kata

systema dalam bahasa aslinya (Yunani) ”systema” yang mempunyai pengertian ; suatu keseluruhan yang tersusun dari sekian banyak bagian (Amirin, 1986). Jadi, dengan kata

lain istilah ”systema” itu mengandung arti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan (a whole).


(42)

19

Pendekatan Sistem, teori sistem menyatakan bahwa kesisteman adalah suatu metakonsep atau metadisiplin, formalitas dan proses dari keseluruhan disiplin ilmu dan pengetahuan sosial dapat dipadukan dan berhasil (Suwarto, 2006). Karena sistem selalu mencari keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh, maka perlu suatu kerangka fikir yang dikenal sebagai pendekatan sistem (system approach) dalam studi Ruang Terbuka Hijau di perkotaan.

Pendekatan sistem dalam studi RTH Kota Manado adalah cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan ruang sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem RTH yang dianggap efektif. Dalam pendekatan sistem umumnya ditandai oleh dua hal, yaitu (1) mencari semua faktor penting yang ada dalam mendapatkan solusi yang baik untuk menyelesaikan masalah dan (2) dibuat suatu model kuantitatif untuk membantu keputusan secara rasional (Eriyatno, 2003). Pengambilan keputusan yang efektif dari permasalahan kompleks di dunia nyata menyebabkan kita harus mengkaji permasalahan secara holistik dengan menggunakan pendekatan sistem (Hartrisari, 2007). Dalam

pendekatan sistem, kita dapat menggunakan model sebagai alat untuk memahami proses dan memprediksi perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Dalam ilmu sistem pemahaman seperti itu dikenal dengan istilah mensimulasi perilkau sistem. Sistem dinamik merupakan metoda yang dapat menggambarkan proses, perilaku dan kompleksitas dalam sistem. Model yang berbasis sistem dinamik dapat digunakan untuk menunjang pengambilan keputusan dan bahkan kebijakan.

Pendekatan sistem dengan menggunakan komputer, bertujuan memudahkan penggunaan model dan teknik simulasi dalam sistem, terutama dalam menghadapi masalah yang cukup luas dan kompleks yang mana banyak sekali peubah, data dan interaksi-interaksi yang mempengaruhi, seperti halnya dalam penelitian studi RTH di Kota Manado.

Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah yang penting dan tepat. Teknik kuantitatif seperti persamaan regresi dan simulasi digunakan untuk mempelajari keterkaitan antar peubah dalam sebuah model (Eriyatno, 2003). Model dinamik mampu menelusuri jalur waktu dari peubah-peubah model. Model dinamik lebih sulit dan mahal pembuatannya, namun memberikan


(43)

kekuatan yang lebih tinggi pada analisis dunia nyata. Pendekatan sistem dalam suatu lingkungan dinamik, adalah suatu proses berkesinambungan, mencakup penyesuaian dan adaptasi melalui lintasan waktu.

Yang dimaksud adalah kondisi aktual atau sistem RTH yang ada di Kota Manado, yang terdiri atas komponen aktivitas sosial, aktivitas ekonomi, dan aktivitas fisik. Proses pembuatan model yang dibagi menjadi beberapa sub model bermaksud agar supaya lebih fokus dalam pembuatannya.

Dalam melakukan pendekatan sistem bisa dengan menggunakan komputer atau tanpa menggunakan komputer. Akan tetapi adanya fasilitas komputer memudahkan penggunaan model dan teknik simulasi dalam sistem, terutama bila menghadapi masalah yang cukup luas dan kompleks yang mana banyak sekali peubah, data dan interaksi-interaksi yang saling mempengaruhi (Eriyatno,2003).

Sistem Dinamik, konsep dasar sistem dinamik mengenalkan secara sederhana elemen-elemen dasar yang menyusun sebuah sistem yang bersifat dinamis, yang dilengkapi dengan langkah-langkah berpikir membangun model umum (generic model) mulai dari identifikasi gejala sampai menghasilkan struktur permasalahan untuk analisis

kebijakan. Dengan konstruksi berpikir sistem akan jelas ”dimana” batas hubungan antara sistem dengan lingkungan ; ”apa” komponen, unsur, dan cirinya, serta ”bagaimana”

interaksi keseluruhan di dalam dan ke luar sistem yang jadi perhatian.

Selanjutnya tentang pemodelan sistim dinamik dalam bentuk diagram komputer

dengan menggunakan bahasa perangkat lunak ”Stella version 8.0.” Penggunaan perangkat lunak komputer tersebut adalah sebagai ”alat” untuk memudahkan perumusan

interaksi dalam sistem yang rumit kedalam alur pemikiran yang konsisten agar dapat disimulasikan. Analisis sistem dinamik yang dapat digunakan untuk menangani kerumitan, perubahan, dan ketidakpastian dari sebuah sistem nyata, sehingga perlunya pembelajaran tentang proses dinamis secara holistik dalam membawa kesadaran berpikir sistemik yang kreatif dengan pandangan antisipatif kedepan.

Pemodelan dan Simulasi, model merupakan representasi sistem dalam kehidupan nyata yang menjadi fokus perhatian dan menjadi pokok permasalakan. Proses pembuatan model dimulai dengan adanya permasalahan pada sistem nyata, yang dilihat oleh pemodel dengan menggunakan sudut pandang tertentu tergantung pada nilai yang dianut,


(44)

21 pengetahuan dan pengalaman si pembuat model, sampai akhirnya tercipta suatu model. Model selanjutnya akan diuji keabsahannya dengan menggunakan data sampel sehingga dapat dihasilkan suatu model yang valid.

Pengembangan suatu model dapat dilakukan dengan menggunakan aturan-aturan diantaranya, yaitu: (1) Elaborasi. Pengembangan model sebaiknya dimulai dari yang paling sederhana kemudian bertahap dielaborasi menjadi model yang representatif. Penyederhanaan permasalahan dapat dilakukan dengan menggunakan asumsi-asumsi yang diperlukan, sesuai dengan tujuan pembuatan modelnya. (2) Analogi. Pengembangan model dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip dan teori-teori yang sudah dikenal luas. (3) Dinamis. Pengembangan model bukanlah suatu proses mekanis dan linier sehingga dalam tahap pengembangannya mungkin saja terdapat proses pengulangan.

Simulasi adalah tiruan dari sistem nyata yang dikerjakan secara manual atau komputer, yang kemudian diobservasi dan disimpulkan untuk mempelajari karakterisasi sistem (Suryani 2006). Simulasi didefinisikan sebagai sekumpulan metode dan aplikasi untuk menirukan atau mempresentasikan perilaku dari suatu sistem nyata, yang biasanya dilakukan pada komputer dengan menggunakan perangkat lunak tertentu (Suryani, 2006). Simulasi merupakan proses aplikasi membangun model dari sistem nyata atau usulan sistem, melakukan eksperimen dengan model tersebut untuk menjelaskan perilaku sistem, mempelajari kinerja sistem, atau untuk membangun sistem baru sesuai dengan kinerja yang diinginkan (Suryani, 2006).

Manfaat dari model simulasi yakni merupakan tool yang cukup fleksibel untuk memecahkan masalah yang sulit untuk dipecahkan dengan model matematis biasa. Model simulasi sangat efektif digunakan untuk sistem yang relatif kompleks untuk pemecahan analitis dari model tersebut. Penggunaan simulasi akan memberikan wawasan yang lebih luas pada pihak manajemen dalam menyelesaikan suatu masalah. Simulasi model dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai skenario sebagai input. Berdasarkan variasi output yang dihasilkan dapat dipilih alternatif terbaik dari berbagai skenario yang merupakan input model tersebut. Dalam hal ini, model berfungsi sebagai alat bantu dalam menunjang pengambilan keputusan (Hartrisari, 2007).


(45)

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kota Manado, Sulawesi Utara yang terletak di antara 1o30’ – 1o40’ lintang utara ; 124o40’ – 126o 50’ bujur timur.

Waktu penelitian dilaksanakan selama empat belas bulan mulai bulan Maret 2007 sampai dengan bulan Mei 2008 yang terdiri atas dua tahap yaitu survey lapangan untuk ground cek dan wawancara stakeholder (Maret 2007 sampai Juli 2007) serta konstruksi model dinamik (Agustus 2007 sampai Mei 2008).

3.2. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan berdasarkan data sekunder yang kemudian diolah dalam pemodelan dinamik, dan data primer berupa ground cek lapangan dan wawancara stakeholder. Data dan informasi yang dibutuhkan terbagi dalam tiga kategori : (1) data fisik , (2) data ekonomi, dan (3) data sosial. (Tabel 3).

Ketiga aspek yang terkait dengan RTH ini masing-masing memiliki peubah yang berbeda-beda untuk diteliti. Untuk mencapai hasil yang terpadu pada masing-masing peubah yang berbeda dilakukanlah pendekatan sistem dinamik. Pendekatan sistem dinamik adalah suatu metode pemodelan dengan simulasi komputer yang menggunakan alat bantu software Stella versi 8.0. Program Stella merupakan perangkat lunak yang berbasis flow chart. Dasar pemilihannya adalah merupakan paket yang handal, fleksibel dan mudah untuk membuat sistem permodelan dinamik baik dalam prosesnya maupun dalam melakukan simulasi. Model simulasi tersebut sangat efektif pula digunakan untuk sistem yang relatif kompleks guna pemecahan analitis dari model. Selanjutnya dengan pendekatan sistem dinamik dapat dipahami proses dan prediksi perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu.

Konsep model pada penelitian ini mengacu pada penataan ruang dengan mengatur lahan sesuai kelayakan topografi yang merupakan karakteristik Kota Manado dengan pokok acuannya yakni RTH. Dengan memperhitungkan jumlah penduduk terkait penyediaan penggunaan lahan pemukiman serta RTH, maka hal tersebut menjadi acuan yang digunakan dalam menata penggunaan lahan di Kota Manado.


(46)

23

Tabel 3 Data Penelitian dan Sumber Data

Aspek Peubah Sumber

Data biofisik - Kelerengan - Topografi

- Penggunaan Lahan - Iklim & Cuaca - Luas Taman Kota - Luas Hutan Kota

Badan Pertanahan Nasional Provinsi Sulut, Kotamadia Manado dan Dinas Agribisnis Kota Manado ; Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup ; Dinas Tata Kota Manado

Data ekonomi

- PDRB

- Pendapatan per sektor

Badan Pusat Statistik Kota Manado

Data Sosial - Jumlah Penduduk - Jumlah Rumah Tangga - Jumlah Angkatan Kerja

Badan Pusat Statistik Kota Manado

3.3. Metode Analisis

Struktur Model RTH dengan pendekatan sistem dinamik pada penelitian ini diartikan sebagai konstruksi model yang disusun berdasarkan pada parameter ekonomi, parameter sosial, dan parameter fisik. Kegiatan fisik merupakan kegiatan utama sebagai basis mendukung tata ruang untuk menentukan luas RTH. Sehingga Tata Ruang akan merekomendasikan RTH yang berhubungan dengan kualitas fisik dan lahan layak mukim . Lahan layak mukim yang dimaksud adalah batas kelayakan lahan atau bagian dari sistem model ini yakni kelayakan kemiringan yang mana kelayakan kemiringan adalah 0-15%. Model pengaturan hasil terdiri dari tiga sub model , antara sub model satu dengan sub model lainnya saling mempengaruhi. Sub model fisik akan mempengaruhi sub model ekonomi dan sub model sosial. Keterkaitan tiga sub model ini dapat dilihat pada simpal kausal Gambar 3.


(47)

LUAS RTH HUTAN RTH PERTAMANAN KOTA LAHAN INDUSTRI PDRB HUTAN KOTA TAMAN KOTA ANGK. KERJA

J. H. JALAN

J. H. SUNGAI

LAHAN PEMUKIMAN LAHAN PERTANIAN PENDUDUK MIGRASI EMIGRASI IMIGRASI NATALITAS MORTALITAS HARGA + + + + + + + + + + + -+ + -+ + + SEKTOR JASA + + + SEKTOR WISATA + + PERMINTAAN + + SEKTOR PAJAK +

Gambar 3 Simpal Kausal Model RTH Kota Manado.

3.4. Konstruksi Model

Konsep dasar model ini mengacu pada Penataan Ruang dengan mengatur lahan sesuai kelayakan topografi (bergunung, berbukit, berombak, dan landai) yang merupakan karakteristik Kota Manado dan merupakan peubah lanskap utama yang


(48)

25

dimodelkan dengan pokok acuannya adalah RTH. Dengan jumlah penduduk Kota Manado yang terus meningkat dari waktu ke waktu akan berimplikasi pada semakin tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota , sehingga penataan ruang perlu mendapat perhatian yang khusus, terutama terkait dengan penyediaan kawasan pemukiman serta RTH. Hal tersebut merupakan acuan yang digunakan dalam mengatur penggunaan lahan.

Model pengelolaan RTH wilayah Kota Manado dibangun berdasarkan konsep terpadu dalam upaya pengaturan tata ruang. Potensi tata ruang wilayah dengan karakteristik alami yang dikaji difokuskan pada faktor kebutuhan penggunaan lahan pemukiman di setiap kecamatan wilayah Kota Manado berdasarkan luas lahan layak mukim. Optimalisasi potensi penggunaan lahan pemukiman tersebut berkaitan dengan kepadatan penduduk luas lahan pemukiman setiap kecamatan dan kebutuhan lahan pemukiman dengan jumlah rumah tangga setiap kecamatan.

Model RTH Kota Manado dalam penelitian ini diartikan sebagai konsep model yang disusun berdasarkan pertumbuhan penduduk yang berpengaruh pada penggunaan ruang. Penggunaan ruang dimaksud adalah lahan yang digunakan khususnya bagi pemukiman. Dengan pertumbuhan penduduk yang semakin bertambah mengakibatkan terjadinya konversi pada lahan vegetasi (pertanian dan hutan). Dari segi kelayakan kedua fungsi lahan ini sangatlah terbatas. Kondisi topografi Kota Manado yang landai, berombak, berbukit dan bergunung. Selanjutnya model ini dikombinasikan juga dengan PDRB (produk dometik regional bruto) guna mengetahui perkembangan ekonomi yang terkait pula dengan pertumbuhan penduduk. Diharapkan terjadi peningkatan ekonomi dan lingkungan yang tetap lestari dan optimal. Hal tersebut, hendak mengetahui implikasi dari peluang-peluang masalah lingkungan seperti banjir, longsor dan erosi.

Dalam pelaksanaan metode pendekatan sistem diperlukan tahapan kerja yang sistematis (Hartrisari 2001). Prosedur analisis sistem meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut : analisis kebutuhan, formulasi permasalahan, identifikasi sistem, pemodelan sistem, verifikasi model dan implementasi (Eriyatno 1999).


(49)

Atas dasar pendekatan sistem tersebut, maka disusunlah suatu kerangka pendekatan operasional penelitian sebagaimana disajikan pada Gambar 4 (Setia Hadi,Suwarto, Rusdiana, 2005).

Gambar 4 Kerangka Pendekatan Operasional Penelitian Ruang Terbuka Hijau Kota Manado.

3.5. Batasan dan Asumsi Model serta Skenario Hasil

Dengan keterbatasan data yang didapatkan selama pengambilan data di lapangan, maka model yang direncanakan didasarkan pada beberapa asumsi. Asumsi-asumsi ini dibuat agar model lebih mendekati realistik dan logis, sehingga memungkinkan untuk diterapkan pada tingkat kebijakan.

Asumsi yang digunakan bukanlah suatu nilai nominal melainkan prosentase sehingga model yang dibuat tetap dan tidak berubah. Asumsi tersebut bisa dilengkapi ketika data yang diperlukan tersedia. Asumsi dasar yang dibuat pada model ini yaitu tata ruang yang cukup guna menghasilkan pengelolaan tata ruang optimal dengan

Konsep Tata Ruang RTH Perencanaan Tata Ruang

Ruang Terbuka Hijau Parameter Biofisik Parameter Sosial Parameter Ekonomi -Kelerengan -Topografi -Land Use -Iklim & Cuaca

- Jumlah penduduk

- Jumlah Rumah Tangga

- Laju Pertumbuhan Penduduk

- Angkatan Kerja

PDRB - Pendapatan per sektor

ekonomi

- Distribusi penduduk

- Angkatan kerja terserap

Kondisi RTH & Penggunaan Lahan

Skenario Penataan Ruang

Isu Permasalahan Kelayakan RTH Analisis Kebutuhan Formulasi Permasalahan Identifikasi Sistem Pemodelan Sistem Verifikasi Validasi Estimasi


(50)

27

pengaturan RTH pada setiap kecamatan di wilayah Kota Manado dan tetap mengakomodir jumlah penduduk dan ekonomi mengalami pertumbuhan.

Model yang dibuat dibatasi dalam ruang lingkup wilayah kota Manado yang terdiri dari sembilan kecamatan, enam klasifikasi lahan pada empat kategori topografi, empat klasifikasi RTH diluar pertanian dan hutan dan sembilan sektor PDRB. Model dibatasi dan difokuskan pada tujuan memprediksi perubahan lahan akibat perkembangan penduduk dan dampaknya kepada perekomian daerah. Alternatif pemilihan langkah dalam pengelolaan tata ruang dibatasi pada penataan konversi lahan pertanian dan kehutanan yang layak mukim berdasarkan topografi dan dampaknya pada kondisi lingkungan. Beberapa koefisien dan peubah yang diasumsikan dibuat pada skala nilai dari nilai minimal sampai maksimal.

Asumsi skala pelaksanaan tata ruang diimplementasikan kedalam tiga model skenario penataan ruang yaitu :

Skenario bebas : pembangunan berjalan tanpa memperhatikan rasio tata ruang dan RTH, konversi lahan pertanian menjadi pemukiman dan alokasi penduduk tidak diatur. Pada skenario ini semua tidak diperhatikan sehingga hasilnya adalah yang buruk.

Skenario agak konservatif : pembangunan berjalan dengan memperhatikan tata ruang dan RTH, konversi lahan pertanian menjadi pemukiman hanya dilakukan pada lahan yang layak mukim menurut topografi dan alokasi penduduk tidak diatur. Pada skenario ini RTH sudah diperhatikan namun hasilnya belum optimal.

Skenario konservatif : pembangunan berjalan dengan memperhatikan tata ruang dan RTH, konversi lahan pertanian menjadi pemukiman dilakukan mengikuti proporsi lahan pertanian yang belum terbangun di setiap kecamatan menurut topografi dan alokasi penduduk diatur agar proporsi kepadatan penduduk lebih merata antar kecamatan.


(1)

Lampiran 5 Rasio RTH : LL Hasil Model Dinamik selama 20 Tahun

Years

Rasio RTH :LL [Mapanget]

Rasio RTH:LL[Sario]

Rasio RTH : LL[Malayang]

Rasio RTH: LL[Wanea]

Rasio RTH : LL[Tikala]

0 0.88 0 0.67 0.29 0.52

1 0.88 0 0.67 0.32 0.57

2 0.88 0 0.67 0.32 0.57

3 0.88 0 0.73 0.32 0.57

4 0.88 0 0.73 0.32 0.57

5 0.88 0 0.73 0.32 0.57

6 0.88 0 0.73 0.32 0.57

7 0.88 0 0.73 0.32 0.57

8 0.88 0 0.73 0.32 0.57

9 0.88 0 0.73 0.32 0.57

10 0.88 0 0.73 0.32 0.57

11 0.88 0 0.73 0.32 0.57

12 0.88 0 0.73 0.32 0.57

13 0.88 0 0.72 0.32 0.57

14 0.88 0 0.72 0.32 0.57

15 0.88 0 0.72 0.32 0.57

16 0.88 0 0.72 0.33 0.57

17 0.88 0 0.72 0.33 0.57

18 0.88 0 0.72 0.33 0.57

19 0.88 0 0.72 0.33 0.57


(2)

135

Lampiran 5 Lanjutan

Years

Rasio RTH : LL[Bunaken]

Rasio RTH : LL[Tuminting]

Rasio RTH : LL[Singkil]

Rasio RTH: LL[Wenang]

Rasio RTH : LL[Total Kota Manado]

0 0.94 0.32 0.43 0.02 0.75

1 0.94 0.35 0.47 0.03 0.75

2 0.94 0.35 0.47 0.03 0.75

3 0.95 0.35 0.47 0.03 0.76

4 0.94 0.35 0.47 0.03 0.76

5 0.94 0.35 0.47 0.03 0.76

6 0.94 0.35 0.47 0.03 0.76

7 0.94 0.35 0.47 0.03 0.76

8 0.94 0.35 0.47 0.03 0.76

9 0.94 0.35 0.47 0.03 0.76

10 0.94 0.34 0.47 0.03 0.76

11 0.94 0.34 0.47 0.03 0.76

12 0.94 0.34 0.47 0.02 0.76

13 0.94 0.34 0.47 0.02 0.76

14 0.94 0.34 0.47 0.02 0.76

15 0.94 0.34 0.47 0.02 0.76

16 0.94 0.34 0.47 0.02 0.76

17 0.94 0.34 0.47 0.02 0.76

18 0.94 0.34 0.47 0.02 0.76

19 0.94 0.34 0.47 0.02 0.76


(3)

Lampiran 6 Rasio RTH : Luas Lahan Pemukiman Hasil Model Dinamik selama 20

Tahun Skenario Konservatif

Years

Rasio RTH : LL Pem[Mapanget]

Rasio RTH : LL Pem[Sario]

Rasio RTH : LL Pem[Malayang]

Rasio RTH : LL Pem[Tikala]

Rasio RTH : LL

Pem[Wanea]

0 10.21 0 2.54 1.21 0.49

1 9.74 0 2.54 0.68 0.39

2 9.49 0 2.53 0.68 0.39

3 8.79 0 1.37 0.68 0.39

4 8.79 0 1.37 0.68 0.39

5 8.78 0 1.37 0.68 0.39

6 8.78 0 1.37 0.68 0.39

7 8.78 0 1.37 0.68 0.39

8 8.38 0 1.36 0.68 0.38

9 8.36 0 1.36 0.68 0.38

10 8.08 0 1.36 0.68 0.38

11 8.08 0 1.36 0.68 0.38

12 8.07 0 1.36 0.68 0.38

13 7.96 0 1.36 0.67 0.38

14 7.96 0 1.36 0.67 0.38

15 7.96 0 1.36 0.67 0.38

16 7.92 0 1.36 0.67 0.37

17 7.74 0 1.36 0.67 0.37

18 7.74 0 1.36 0.67 0.37

19 7.74 0 1.36 0.67 0.37


(4)

137

Lampiran 6 Lanjutan

Years

Rasio RTH : LL Pemukiman [Bunaken]

Rasio RTH : LL

Pemukiman [Tuminting]

Rasio RTH : LL Pemukiman [Singkil]

Rasio RTH : LL

Pemukiman [Wenang]

Rasio RTH : LL

Pemukiman [Total Kota Manado]

0 20.83 0.5 0.81 0.04 3.74

1 17.73 0.39 0.54 0.04 3.56

2 17.37 0.39 0.54 0.04 3.47

3 16.16 0.39 0.54 0.04 3.2

4 16.15 0.39 0.54 0.04 3.2

5 16.15 0.39 0.54 0.04 3.2

6 16.14 0.39 0.54 0.04 3.2

7 16.14 0.39 0.54 0.04 3.2

8 15.42 0.39 0.54 0.04 3.07

9 15.33 0.39 0.54 0.04 3.07

10 14.86 0.39 0.54 0.04 2.96

11 14.86 0.39 0.54 0.04 2.96

12 14.85 0.39 0.54 0.04 2.96

13 14.64 0.39 0.54 0.04 2.93

14 14.64 0.39 0.54 0.04 2.93

15 14.64 0.39 0.54 0.04 2.93

16 14.59 0.39 0.54 0.04 2.91

17 14.29 0.39 0.54 0.04 2.84

18 14.29 0.39 0.54 0.04 2.84

19 14.28 0.39 0.53 0.04 2.84


(5)

Lampiran 7 Nilai PDRB Kota Manado Tahun 2000 - 2005

No.

Sektor PDRB Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun

2000 2001 2002 2003 2004 2005

1

Pertanian 33688 35549 37907 40618 43465 95337

2

Pertambangan dan Penggalian 1093 1206 1361 1536 1793 3844 3

Industri Pengolahan 73404 76984 80748 85175 90188 261023 4

Listrik/Gas/Air Bersih 4856 5117 5373 5716 6082 31138

5

Bangunan 81054 85371 89779 94827 100398 599315

6

Perdagangan/Hotel/Restoran 232566 247655 264276 285309 307749 1054088 7

Angkutan & Komunikasi 225031 235487 244599 254798 267511 562411 8 Keuangan, Sewa dan Jasa

Perusahaan 40252 41656 43086 44931 47700 319840

9 Jasa-Jasa 204528 214030 223885 235153 246357 917233

T o t a l 896472 943055 991014 1048063 1111243 3844229


(6)

Lampiran 8 Hasil Regresi Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) yang mengikuti Pertumbuhan Penduduk

PDRB 1 y = 0.1611x + 5124.1

R2

= 0.9543

y = 0.2108x - 44858 R2 = 0.9799 0 10000 20000 30000 40000 50000

0 100000 200000 300000 400000 500000 Penduduk A Kerja Linear (A Kerja) Linear (Penduduk)

PDRB 2 y = 0.0112x - 914.13

R2

= 0.9263

y = 0.0148x - 4425.9 R2 = 0.9587 0 500 1000 1500 2000

0 100000 200000 300000 400000 500000 Penduduk A Kerja Linear (A Kerja) Linear (Penduduk)

PDRB 3

y = 0.2718x + 25399

R2 = 0.9464 y = 0.3579x - 59808

R2 = 0.9836 0 20000 40000 60000 80000 100000

0 100000 200000 300000 400000 500000 Penduduk A Kerja Linear (A Kerja) Linear (Penduduk)

PDRB 4 y = 0.0198x + 1350.1

R2

= 0.942

y = 0.0261x - 4873.7 R2 = 0.9803 0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000

0 100000 200000 300000 400000 500000 Penduduk A Kerja Linear (A Kerja) Linear (Penduduk)

PDRB 5 y = 0.3135x + 25814

R2

= 0.949 y = 0.4129x - 72538 R2 = 0.9874 0 20000 40000 60000 80000 100000 120000

0 100000 200000 300000 400000 500000 Penduduk A Kerja Linear (A Kerja) Linear (Penduduk)

PDRB 7

y = 0.6756x + 106555 R2

= 0.9392 y = 0.8957x - 107668 R2 = 0.9899 220000 230000 240000 250000 260000 270000

0 100000 200000 300000 400000 500000 Penduduk A Kerja Linear (A Kerja) Linear (Penduduk)

PDRB 8

y = 0.1173x + 19396 R2

= 0.9143 y = 0.1553x - 17704

R2 = 0.9603 0 10000 20000 30000 40000 50000 60000

0 100000 200000 300000 400000 500000

Penduduk A Kerja Linear (A Kerja) Linear (Penduduk)

PDRB 9

y = 0.6839x + 84142

R2 = 0.955 y = 0.8992x - 129747

R2 = 0.9898

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000

0 100000 200000 300000 400000 500000

Penduduk A Kerja Linear (A Kerja) Linear (Penduduk) P D R B 6

y = 1.2253x + 15532 R2 = 0.9464

y = 1.6095x - 367088 R2 = 0.9791

0 200000 400000

0 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 450000

Penduduk A Ker j a