Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Model Dinamis RTH Kota Manado Penduduk

mengikuti persamaan y = -22360 + 11365x R 2 = 0.996. Oleh karena itu digunakan koefisien laju pertumbuhan penduduk sebesar 11365. Angka kematian atau mortalitas diasumsikan secara acak dari satu sampai dua persen sedangkan angka imigrasi dan emigrasi dibuat berimbang dalam model ini dengan perubahan acak dari satu sampai lima persen. Pengaruh jumlah penduduk ke perubahan jumlah rumah tangga dihitung berdasarkan hasil regresi antara jumlah rumah tangga dengan jumlah penduduk pada sembilan kecamatan. Sehingga diperoleh nilai perubahan jumlah rumah tangga setiap penambahan jumlah penduduk sebesar 0,2318 dengan nilai intercept sebesar 643,23. Dampak perubahan penduduk terhadap angkatan kerja dihitung berdasarkan regresi angkatan kerja dengan jumlah penduduk dengan koefisien sebesar 1,2152 x jumlah pendudukkecamatan – 273877. Sesuai perubahan pertumbuhan dan pengurangan penduduk, selisihnya setiap tahun merupakan pertambahan jumlah penduduk. Hasil simulasi model menujukkan bahwa perbedaan tidak signifikan antar ketiga skenario. Hal tersebut disebabkan karena dalam model ini tidak difungsikan kembali dampak dari setiap skenario terhadap perubahan jumlah penduduk. Meskipun demikian diketahui bahwa dampak itu mungkin saja terjadi melalui perubahan angka mortalitas mengikuti perubahan kualitas lingkungan dan perbedaan rasio imigrasi dan emigrasi berdasarkan perubahan ekonomi. Oleh karena itu hasil simulasi model memperlihatkan variasi trend pertumbuhan penduduk antar wilayah kecamatan dibanding antar skenario dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan distribusi spasial dan pemerataan penduduk Kota Manado. Tabel 10 Nilai inisial jumlah penduduk tahun 2003 per wilayah kecamatan yang digunakan dalam model Kecamatan Jumlah Penduduk Malalayang 53613 Sario 27210 Wanea 58945 Wenang 37955 Tikala 70884 Mapanget 45407 Singkil 47112 Tuminting 45975 Bunaken 18481 Total Kota Manado 405582 Tabel 11 Perubahan Total Penduduk Kota Manado Tahun 1996-2005 Tahun Jumlah 1996 323386 1997 334412 1998 34837 1999 359591 2000 369723 2001 383882 2002 395515 2003 405582 2004 416771 2005 422355 Sumber BPS Kota Manado, 2003 a b Gambar 16 Prediksi jumlah penduduk pada kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala a dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, Wenang b berdasarkan hasil simulasi model skenario bebas. a b Gambar 17 Prediksi jumlah populasi penduduk pada kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala a dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, Wenang b berdasarkan hasil simulasi model skenario agak konservatif. a b Gambar 18 Prediksi jumlah populasi penduduk pada kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala a dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, Wenang b berdasarkan hasil simulasi model skenario konservatif. Berdasarkan pada gambar 16,17,18, diatas terlihat bahwa profil kurva perubahan penduduk relatif mirip antar kecamatan pada skenario yang sama. Fluktuasi naik turunnya jumlah penduduk menurut waktu disebabkan oleh pengaruh keacakan angka mortalitas, emigrasi, dan imigrasi serta faktor lain yang menyebabkan pengurangan jumlah penduduk. Perbedaan jumlah penduduk antar kecamatan disebabkan karena perbedaan nilai inisial atau nilai awal jumlah penduduk pada masing-masing kecamatan. Sementara berdasarkan perbedaan antar skenario lebih disebabkan karena pengaruh semua faktor keacakan yang mempengaruhi koefisien dan variabel-variabel yang berhubungan dengan pertambahan dan pengurangan jumlah penduduk. Estimasi hasil simulasi model terhadap perubahan jumlah penduduk hingga 20 tahun yang akan datang menunjukkan bahwa pertambahan penduduk dalam sembilan kecamatan bervariasi antara 5235 sampai 20079 jiwa dengan rata-rata 12766 jiwa setara dengan 28,33 dari penduduk mula-mula. Berdasarkan jumlah pertumbuhan penduduk tersebut jika dinyatakan secara linier maka pertambahan jumlah penduduk setiap tahunnya adalah berkisar 261-1004 jiwa dengan rata-rata 639 jiwa per kecamatan per tahun. Prediksi ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk total kota Manado setelah 20 tahun akan datang mencapai sekitar 520471 jiwa atau meningkat sebanyak 28,33 dari total penduduk awal Kota Manado. Berdasarkan hasil simulasi model ini maka prediksi terhadap jumlah angkatan kerja, jumlah pertambahan penduduk, jumlah rumah tangga, presentase tenaga kerja terserap, serta jumlah penggangguran seperti yang disajikan dalam Gambar 19, 20, 21. Gambar 19 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah Pengangguran pada skenario bebas. Gambar 20 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah Pengangguran pada skenario agak konservatif. Gambar 21 Perubahan Jumlah angkatan kerja, Pertambahan Penduduk, Jumlah Rumah Tangga, Persentase Tenaga Kerja Terserap, dan Jumlah Pengangguran pada skenario konservatif. Perbedaan profil kurva diatas bukan berarti disebabkan oleh hasil skenario tetapi disebabkan oleh perbedaan angka keacakan ketika masing-masing skenario dijalankan. Dengan demikian untuk melihat hubungan antara perubahan jumlah penduduk dengan kelima variabel tersebut, harus ditunjukkan pada ketiga skenario agar bersesuaian dengan jumlah penduduk pada setiap menjalankan satu skenario. Angkatan kerja, jumlah rumah tangga dan presentase tenaga kerja terserap menujukkan trend meningkat yang sebenarnya mengikuti jumlah penduduk. Pertambahan penduduk berfluktuasi secara acak disebabkan oleh selisih antara pertumbuhan penduduk dengan pengurangan yang berubah secara acak. Kecenderungan penurunan jumlah pengangguran disebabkan karena peningkatan jumlah tenaga kerja terserap yang melebihi laju pertumbuhan angkatan kerja. Proyeksi kepadatan penduduk berdasarkan lahan dihitung relatif terhadap luas lahan layak mukim sesuai topografi asumsi bahwa hanya lahan yang layak mukim yang akan dikonversi menjadi lahan pemukiman diperoleh dari simulasi model ini setelah 20 tahun yang akan datang maka kepadatan penduduk bervariasi antar kecamatan. Variabilitas ini ditentukan oleh keragaman jumlah penduduk dan luas lahan layak mukim di masing-masing wilayah kecamatan. Karena luas lahan layak mukim yang dihitung berdasarkan topografi adalah tetap maka perubahan kepadatan penduduk sangat ditentukan oleh perubahan jumlah penduduk sehingga profil kurva yang ditampilkan cenderung mirip dengan kurva perubahan jumlah penduduk Gambar 22 sampai 24. a b Gambar 22 Kepadatan Penduduk Luas Lahan Pemukiman di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala a dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, Wenang b pada skenario bebas. a b Gambar 23 Kepadatan Penduduk Luas Lahan Pemukiman di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala a dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, Wenang b pada skenario agak konservatif. a b Gambar 24 Kepadatan Penduduk Luas Lahan Pemukiman di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala a dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, Wenang b pada skenario konservatif. Kepadatan penduduk yang dihitung dari jumlah penduduk terhadap luas lahan layak mukim menurut estimasi model pada sembilan kecamatan mengalami peningkatan yang berkisar antara 2,38 sampai 43,99 jiwa per hektar dengan rata-rata 9,35 jiwa per hektar selama 20 tahun. Nilai peningkatan kepadatan penduduk ini setara dengan 0,119 sampai 2,1995 jiwa per hektar per tahun atau rata-rata total kota Manado 0,4675 jiwa per hektar per tahun. Berdasarkan Tabel 12 terhitung kepadatan penduduk yang melebihi rata-rata kepadatan dari sembilan kecamatan diantaranya adalah kecamatan Sario, Wanea, Tuminting, Singkil, dan Wenang. Kepadatan tertinggi di kecamatan Sario disebabkan karena luas lahan di kecamatan tersebut cukup sempit sementara penduduknya cukup banyak sehingga menurut estimasi model kepadatan penduduk di kecamatan ini dapat mencapai hampir 200 199,25 jiwa per hektar. Sebaliknya kepadatan penduduk di kecamatan Bunaken sangat rendah dan menurut estimasi model setelah 20 tahun kepadatan penduduk di wilayah kecamatan ini hanya mencapai 10,78 jiwa per hektar. Pembandingan kepadatan penduduk antar dua kondisi ekstrim antara kecamatan Sario dengan kecamatan Bunaken menunjukkan kesenjangan yang sangat tinggi karena dapat dikatakan bahwa rasio kepadatan penduduk antar kedua kecamatan tersebut mencapai 20 18,48 kali lipat. Kesimpulan umum yang diperoleh dari hasil simulasi model ini adalah terjadi perbedaan atau distribusi kepadatan penduduk yang tidak merata antar wilayah kecamatan di Kota Manado berdasarkan alokasi luas lahan layak mukim. Tabel 12 Kepadatan penduduk berdasarkan luas lahan layak mukim pada setiap wilayah kecamatan dan hasil estimasi model Kecamatan Kepadatan penduduk jiwaha LLM Awal Setelah 20 Thn Pertambahan Mapanget 90,67 97,88 7,21 Sario 202,23 252,29 50,06 Malalayang 119,19 136,93 17,74 Wanea 124,87 125,16 0,29 Tikala 108,69 102,71 -5,98 Bunaken 91,44 89,47 -1,97 Tuminting 167,36 172,71 5,35 Singkil 187,7 198,43 10,73 Wenang 164,88 199,02 34,14 Total Kota Manado 128,05 136,97 8,92

b. Penggunaan Lahan

Luas penggunaan lahan atau yang menunjuk pada fungsi lahan meliputi enam komponen : pemukiman, pertanian, hutan, perusahaan, industri, dan jasa. Dalam model ini simulasi lebih ditekankan pada perubahan komponen lahan untuk pemukiman dan pertanian. Pertambahan lahan untuk pemukiman yang diakibatkan oleh pertambahan penduduk lebih didominasi oleh konversi lahan pertanian yang diprioritaskan pada lahan yang layak mukim sesuai dengan topografinya yaitu; landai dengan kemiringan 0-8, dan berombak dengan kemiringan 8-15. Besarnya pertambahan lahan untuk pemukiman hampir seimbang dengan pengurangan lahan untuk pertanian. Simulasi model ini membedakan pertambahan luas lahan pemukiman pada masing-masing wilayah kecamatan berdasarkan skenario yang disusun dan berdampak lanjut pada persentase alokasi lahan untuk RTH. Hasil simulasi model menunjukkan selama 20 tahun pada ketiga skenario menyebabkan peningkatan luas lahan untuk pemukiman dalam jumlah yang sedikit bervariasi. Peningkatan lahan pemukiman ini mengikuti perubahan jumlah penduduk. Variasi kebutuhan lahan per unit pemukiman terlihat antar kecamatan di Kota Manado Tabel 13 Besarnya jumlah unit rumah tangga dan kebutuhan lahan per unit serta laju pertumbuhan penduduk yang berbeda antar kecamatan menyebabkan perbedaan peningkatan luas lahan pemukiman antar wilayah kecamatan Gambar 24,25,26. Tabel 13 Initial Kebutuhan Lahan per Unit Pemukiman di setiap Kecamatan Kecamatan Luas Pemukiman Ha Jumlah Rumah Tangga unit Luas Lahan per Unit RT HaRT Mapanget 500,8 11169 0,0400 Sario 134,55 6951 0,0200 Malalayang 449,8 13071 0,0300 Wanea 472,05 14307 0,0300 Tikala 652,15 17074 0,0400 Bunaken 202,1 4927 0,0400 Tuminting 274,7 11300 0,0200 Singkil 251 11564 0,0200 Wenang 230,2 9441 0,0300 Total Kota Manado 3167,35 94657 0,0300 a