RTH Studi Ruang Terbuka Hijau Kota Manado dengan Pendekatan Sistem Dinamik

lahan pemukiman. Akibatnya adalah terjadi penurunan luas RTH mengikuti laju pertumbuhan penduduk yang lebih cepat pada skenario bebas dibanding skenario agak konservatif dan konservatif. Luas RTH taman kota dari hasil simulasi tiga skenario disajikan dalam gambar 35, 36, dan 37. Tabel 14 Luas Ha Nilai Initial Ruang Terbuka Hijau pada setiap Kecamatan di Kota Manado Kecamatan Hutan Kota Taman Kota Jalur Hijau Jalan Jalur Hijau Sungai Pertanian Hutan Total RTH Mapanget 0,3 2,4 0,03 0,13 5024,2 87,5 5112,17 Sario 1,4 0,02 0,2 0,3 0,52 Malalayang 3,7 1,28 0,03 0,06 1126,15 14,5 1144,43 Wanea 0,16 0,02 0,12 225,35 6,05 231,53 Tikala 0,5 0,34 0,02 0,15 770,2 20,75 791,62 Bunaken 219,5 0,25 0,02 3817,7 171,75 4208,98 Tuminting 0,02 0,2 136 0,8 137,02 Singkil 0,08 0,02 0,03 199 4,2 203,26 Wenang 0,47 0,03 0,2 3 5,6 8,83 Total Kota Manado 224 6,38 0,21 1,09 11301,6 311,45 11838,36 Sumber : Manado Dalam Angka 2006. 11600 11650 11700 11750 11800 11850 11900 11950 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 Tahun Ke... L u a s T o ta l R T H H e k ta r Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Gambar 34 Perubahan luas RTH Total Kota Manado berdasarkan hasil simulasi pada tiga skenario. a b Gambar 35 Luas RTH Taman Kota di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala a, dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang b. Hasil simulasi selama 20 tahun pada skenario bebas. a b Gambar 36 Luas RTH Taman Kota di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala a, dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang b. Hasil simulasi selama 20 tahun pada skenario agak konservatif. a b Gambar 37 Luas RTH Taman Kota di kecamatan Mapanget, Sario, Malalayang, Wanea, Tikala a, dan kecamatan Bunaken, Tuminting, Singkil, dan Wenang b Hasil simulasi selama 20 tahun pada skenario konservatif. Pola perubahan komponen RTH lainnya yaitu ; jalur hijau sungai dan jalur hijau jalan cenderung mengikuti pola perubahan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 37 . Hal ini disebabkan karena komponen tersebut mengikuti perubahan luas wilayah pemukiman yang bertambah menurut jumlah penduduk. Mekanisme pertambahan luas RTH dapat dijelaskan melalui dinamika pertumbuhan penduduk yang diikuti oleh pertambahan luas lahan pemukiman dan skala pelaksanaan tata ruang. Ketika tata ruang tidak dapat dijalankan atau kurang dapat diterapkan maka yang dijalankan pada skenario satu dalam model ini yakni tambahan luas lahan pemukiman yang tidak diikuti pertambahan luas RTH bahkan menyebabkan penurunan karena pembangunan pemukiman tidak mengindahkan tata ruang. Dalam kondisi tersebut konversi lahan pertanian dan jalur terbuka hijau lainnya yang ada selama ini dapat terjadi di semua kecamatan akibatnya kecenderungan penurunan luas RTH mengikuti peningkatan jumlah penduduk. Berdasarkan hasil simulasi model ini maka rasio empat komponen RTH terhadap total luas lahan, total luas pemukiman setelah 20 tahun diperoleh hasil seperti dalam lampiran 5. Secara spesifik bahkan rasio empat komponen RTH lebih memungkinkan untuk di kelola yaitu taman kota, hutan kota, jalur hijau jalan, dan jalur hijau sungai, dengan luas pemukiman pada masing-masing kecamatan dapat diestimasi. Hasil simulasi model pada skenario bebas menunjukkan bahwa terjadi penurunan dari awal hingga 20 tahun terakhir rasio empat komponen RTH dengan lahan pemukiman. Hasil simulasi rasio 4 komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman pada skenario agak konservatif dan konservatif seperti ditunjukkan dalam gambar 38, 39 40. a b Gambar 38 Perubahan Rasio 4 komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman pada masing-masing kecamatan berdasarkan hasil simulasi hasil skenario bebas. Perbedaan hasil simulasi pada skenario agak konservatif terlihat pada perubahan rasio empat komponen RTH terhadap luas pemukiman yang telah menunjukkan tendensi meningkat yang mana pada skenario bebas terus mengalami penurunan. Skala peningkatan rasio RTH terhadap total luas lahan dan rasio empat komponen RTH mengalami peningkatan lebih tajam pada skenario konservatif penyebabnya adalah lebih meningkatnya proporsi RTH terhadap pemukiman. Secara umum pada tiga skenario terjadi penurunan rasio RTH terhadap total luas pemukiman karena laju pertambahan luas pemukiman lebih besar dari laju pertambahan RTH. Kondisi ini jelas menyebabkan semakin menurunnya rasio RTH terhadap total luas pemukiman. a b Gambar 39 Perubahan Rasio 4 komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman pada masing-masing kecamatan berdasarkan hasil simulasi hasil skenario agak konservatif. a b Gambar 40 Perubahan Rasio 4 komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman pada masing-masing kecamatan berdasarkan hasil simulasi hasil skenario konservatif. Jika pada tiga gambar diatas menunjukkan atau mempresentasikan rasio empat komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman maka variasi yang terjadi antar kecamatan sangat ditentukan oleh ; pertumbuhan jumlah penduduk, luas lahan pemukiman, dan total luas lahan pada masing-masing wilayah kecamatan. Berdasarkan hasil simulasi pada ketiga skenario maka setelah 20 tahun diperoleh nilai rasio antar empat RTH terhadap luas lahan pemukiman, rasio RTH terhadap total luas lahan dan rasio RTH terhadap luas lahan pemukiman diperkirakan seluas seperti disajikan pada tabel 15,16. Tabel 15 Perubahan Rasio RTH : Total Luas Lahan setelah 20 tahun berdasarkan hasil estimasi pada tiga skenario Awal Akhir Kecamatan S1 S2 S3 Mapanget 0,88 0,87 0,88 0,88 Sario 0,00 0,00 0,00 0,00 Malalayang 0,67 0,66 0,68 0,72 Wanea 0,29 0,29 0,34 0,33 Tikala 0,52 0,52 0,56 0,56 Bunaken 0,94 0,94 0,94 0,94 Tuminting 0,32 0,32 0,36 0,34 Singkil 0,43 0,43 0,47 0,47 Wenang 0,02 0,02 0,02 0,02 Total Kota Manado 0,75 0,75 0,76 0,76 Tabel 16 Perubahan RTH : Luas Lahan Pemukiman setelah 20 tahun berdasarkan hasil estimasi pada tiga skenario Awal Akhir Kecamatan S1 S2 S3 Mapanget 10,21 8,76 7,74 7,74 Sario Malalayang 2,54 2,32 2,08 1,36 Wanea 0,49 0,39 0,4 0,37 Tikala 1,21 0,91 0,86 0,67 Bunaken 20,83 16,2 14,25 14,28 Tuminting 0,5 0,41 0,41 0,39 Singkil 0,81 0,68 0,65 0,53 Wenang 0,04 0,04 0,04 0,04 Total Kota Manado 3,74 318 2,85 2,84 Luasnya wilayah hutan kota di Kecamatan Bunaken jauh melampaui luas lahan pemukiman dan total luas lahan menyebabkan tingginya rasio di kecamatan Bunaken. Implikasinya adalah jika pembangunan pemukiman di Kecamatan Bunaken dalam jangka cukup lama tidak menyebabkan gangguan yang disebabkan oleh rasio RTH yang rendah. Sebaliknya di beberapa kecamatan lain jika dibiarkan pembangunan pemukiman yang tidak mengindahkan kebijakan tata ruang yang menyediakan RTH maka hasilnya memperlihatkan bahwa rasio RTH yang tidak proporsional. Dari simulasi ini tergambar bahwa yang melaksanakan tata ruang dalam skala agak konservatif atau konservatif diperoleh hasilnya dalam 20 tahun yang akan datang hampir di semua kecamatan telah mencapai rasio empat komponen RTH dengan luas pemukiman yang berkisar antar 0 sampai 85. Mengingat nilai ini hanya merupakan empat komponen RTH tidak termasuk pertanian dan hutan maka kebijakan pelaksanaan tata ruang pada skenario agak konservatif dan konservatif sangat memungkinkan untuk mencapai rasio RTH yang ideal jika memasukkan luas hutan dan pertanian sebagai RTH. Hal ini dapat terlihat pada tabel diatas bahwa rasio RTH berbanding total luas lahan dan rasio RTH : luas pemukiman melampaui 20 kecuali di kecamatan sario dan wenang yang nilainya lebih kecil dari 10 baik pada skenario agak konservatif maupun skenario konservatif. Distribusi spasial rasio empat komponen RTH terhadap luas lahan pemukiman berdasarkan wilayah kecamatan menunjukkan variasi yang cukup besar antar kecamatan. Kecamatan Bunaken yang memiliki luas taman kota yang cukup besar bahkan pada awalnya melampaui luas total lahan pemukiman rasio = 1,09 seperti pada Tabel 17 sedangkan di kecamatan lainnya hampir merata dengan proporsi yang sangat rendah. Luas empat komponen RTH yaitu hutan kota, taman kota, jalur hijau jalan JHJ dan jalur hijau sungai JHS pada awalnya sedemikian rendah nilainya seperti disajikan pada tabel 18,19,20,21. Hasil tersebut mengindikasikan sedemikian rendahnya komponen RTH dari taman kota dan hutan kota yang berada di seluruh wilayah kecamatan Kota Manado selain kecamatan Bunaken Tabel 17. Tabel 17 Perubahan 4 komponen RTH : Luas Lahan Pemukiman setelah 20 tahun berdasarkan hasil estimasi pada tiga skenario Awal Akhir Kecamatan S1 S2 S3 Mapanget 0,01 0,00 0,05 0,05 Sario 0,01 0,01 0,01 0,01 Malalayang 0,01 0,01 0,05 0,12 Wanea 0,00 0,00 0,05 0,04 Tikala 0,00 0,00 0,06 0,06 Bunaken 1,09 0,85 0,80 0,80 Tuminting 0,00 0,00 0,02 0,01 Singkil 0,00 0,00 0,05 0,04 Wenang 0,00 0,00 0,00 0,00 Total Kota Manado 0,07 0,06 0,10 0,10 Tabel 18 Perubahan RTH Hutan Kota pada setiap wilayah kecamatan berdasarkan hasil estimasi pada tiga skenario Awal Akhir Kecamatan S1 S2 S3 Mapanget 0,3 0,3 1,88 1,88 Sario Malalayang 3,7 3,67 4,85 8,84 Wanea 1,81 1,3 Tikala 0,5 0,5 3,37 3,93 Bunaken 219,5 217,77 218,58 218,57 Tuminting 0,98 0,61 Singkil 0,84 0,89 Wenang 0,02 0,02 Total Kota Manado 224 222,24 232,33 236,04 Tabel 19 Perubahan RTH Taman Kota pada setiap wilayah kecamatan berdasarkan hasil estimasi pada tiga skenario Awal Akhir Kecamatan S1 S2 S3 Mapanget 2,4 2,38 26,1 26,11 Sario 1,4 1,39 1,39 1,39 Malalayang 1,28 1,27 19 78,83 Wanea 0,16 0,16 27,31 19,71 Tikala 0,34 0,34 43,47 51,92 Bunaken 0,25 0,25 12,38 12,31 Tuminting 0,98 0,61 Singkil 0,08 0,08 12,66 13,41 Wenang 0,47 0,47 0,7 0,7 Total Kota Manado 6,38 6,34 143,99 204,99 Tabel 20 Perubahan RTH Jalur Hijau Jalan pada setiap wilayah kecamatan berdasarkan hasil estimasi pada tiga skenario Awal Akhir Kecamatan S1 S2 S3 Mapanget 0,03 0,03 4,78 4,78 Sario 0,02 0,02 0,02 0,02 Malalayang 0,03 0,03 3,57 15,54 Wanea 0,02 0,02 5,45 3,93 Tikala 0,02 0,02 8,64 10,33 Bunaken 0,02 0,02 2,45 2,44 Tuminting 0,02 0,02 2,95 1,84 Singkil 0,02 0,02 2,54 2,69 Wenang 0,03 0,03 0,08 0,08 Total Kota Manado 0,21 0,21 30,48 41,65 Tabel 21 Perubahan RTH Jalur Hijau Sungai pada setiap wilayah kecamatan berdasarkan hasil estimasi pada tiga skenario Awal Akhir Kecamatan S1 S2 S3 Mapanget 0,13 0,13 1,71 1,71 Sario 0,2 0,2 0,2 0,2 Malalayang 0,06 0,06 1,24 5,23 Wanea 0,12 0,12 1,93 1,42 Tikala 0,15 0,15 3,03 3,59 Bunaken 0,81 0,81 Tuminting 0,2 0,2 1,18 0,81 Singkil 0,03 0,03 0,87 0,92 Wenang 0,2 0,2 0,21 0,21 Total Kota Manado 1,09 1,09 11,18 14,9 Dari fakta bahwa rasio RTH yang bervariasi antar kecamatan memberikan informasi penting untuk pengambilan kebijakan tata ruang pada massa yang akan datang. Secara keseluruhan bila dilihat dari total Kota Manado maka RTH masih sangat besar luasannya tetapi faktanya ternyata di kecamatan sario sudah jauh dibawah kebutuhan minimal rasio RTH yang direkomendasikan. Artinya adalah dalam perencanaan dan pengembangan kota sebaiknya memperhatikan lebih detail pada setiap kecamatan agar dapat memenuhi kebutuhan minimal di setiap kecamatan secara merata. Langkah tersebut dapat ditempuh melalui perencanaan secara khusus pada wilayah-wilayah kecamatan yang bermasalah seperti di kecamatan Sario dan Wenang. Berdasarkan hasil simulasi model dinamik maka terdapat tiga kecamatan di wilayah Kota Manado yang tidak mencapai kebutuhan RTH yang mencukupi yaitu kecamatan Sario, Wanea dan Wenang. Kondisi paling parah terjadi di kecamatan Sario dan Wenang yang rasionya hanya mencapai dibawah tiga persen sedangkan pada kecamatan Wanea menghampiri 29 dari total luas lahan. Sedangkan pada skenario bebas yang tidak menyisihkan komponen RTH dalam pemukiman tidak akan mengalami perubahan rasio RTH dari awal hingga 20 tahun kemudian. Perbedaan luas RTH pada masing-masing wilayah kecamatan dan distribusi penduduk yang bervariasi menyebabkan perbedaan rasio RTH per kapita pada wilayah kecamatan Kota Manado. Pada awalnya kondisi sekarang RTH perkapita di Kota Manado berkisar antara 0,19 m2 sampai 2277,4 m2jiwa dengan rata-rata keseluruhan Kota Manado sekitar 292 m2jiwa. Sesuai nilai tersebut maka secara umum RTH perkapita Kota Manado masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan daerah lain seperti Jakarta yang 1,5 m2jiwa ataupun Malaysia yang 1,9 m2jiwa, meskipun demikian rasio RTH total perkapita di dua kecamatan yakni Sario dan Wenang sangat rendah dengan nilai masing-masing 0,19 dan 2,33 m2jiwa Tabel 22. Hasil simulasi model dinamik yang diperoleh ini merupakan sebuah alat ukur terhadap nilai RTH di Kota Manado dengan karakter lanskap yang berbukit-bukit. Tabel 22 Rasio RTH perkapita pada sembilan kecamatan Kota Manado Awal Akhir Kecamatan S1 S2 S3 Mapanget 1125,86 895,34 900,92 911,79 Sario 0,19 0,15 0,15 0,21 Malalayang 213,46 169,76 173,29 187,45 Wanea 39,28 31,24 36,16 35,20 Tikala 111,68 88,81 95,32 97,76 Bunaken 2277,46 1811,16 1818,18 1840,07 Tuminting 29,80 23,70 27,11 26,13 Singkil 43,14 34,31 37,16 37,78 Wenang 2,33 1,85 1,92 2,39 Total Kota Manado 291,89 232,12 236,11 240,45 Setelah disimulasikan maka estimasi model ini pada 20 tahun yang akan datang dapat meningkatkan nilai rasio RTH perkapita kecuali pada dua daerah yang lahannya cukup terbatas yakni Kecamatan Sario dan Kecamatan Wenang. Sekalipun peningkatan RTH hampir seimbang antara skenario agak konservatif dan konservatif namun karena tambahan penduduk dari awal didistribusikan berdasarkan luas lahan yang layak mukim secara topografi dan selama ini dimanfaatkan sebagai lahan pertanian maka skenario konservatif dialokasikan proporsional sehingga cenderung menyebabkan pemerataan penduduk. Hal ini tentu menyebabkan distribusi RTH perkapita relatif lebih merata dibanding dengan skenario agak konservatif.

d. Produk Domestik Regional Bruto Kota Manado PDRB

Produk domestik regional bruto merupakan sub model yang merepresentasikan perekonomian wilayah kota Manado dan menjadi indikator perekonomian setempat. Sub model ini dimodelkan dengan konstruksi input sebagai pertambahan PDRB yang tidak dilengkapi dengan output sebagai faktor yang menurunkan atau mengurangi PDRB. Penerimaan dihitung menurut sektor penerimaan yang terdiri atas pertanian, pertambangan, industri pengolahan, listrik gas dan air minum, perdagangan hotel dan restoran, angkutan dan komunikasi, keuangan sewa dan perusahaan, jasa dan konstruksibangunan. Penerimaaan PDRB per sektoral peningkatannya di pengaruhi oleh pertambahan penduduk. Besarnya peningkatan atau pertambahan PDRB yang dihitung secara sektoral menggunakan koefisien pertumbuhan yang diperoleh dari hasil regresi antara PDRB setiap sektor dengan waktu tahun dari 2001-2004. Trend masing-masing sektor rentang tahun tersebut dijadikan sebagai koefisien pertambahan pendapatan sektoral mengikuti jumlah penduduk. Dengan nilai masing-masing pada setiap sektor seperti dalam Tabel 23. Perhitungan pada tabel dibawah menggunakan data dari tahun 2001-2004. data tahun 2005 tidak dimasukkan dalam analisis regresi karena menunjukkan anomali yang cukup besar dari trend tahun-tahun sebelumnya. Meskipun demikian nilai trend yang digunakan tetap mengikuti data pada tahun 2005. Tabel 23 Koefisien Peningkatan Sektor Penerimaan PDRB berdasarkan Pertambahan Penduduk Sektor PDRB Koefisien Pertambahan PDRB 10 6 Pertanian 43,5627 Pertambangan dan penggalian 4,9024 Industri pengolahan 70,175 Listrik Gas dan Air 5,4897 Bangunan 0,4129 Perdagangan Hotel dan Restoran 348,0096 Angkutan dan Komunikasi 142,3028 Keuangan Sewa dan Perusahaan 50,529 Jasa-jasa 126,2886 Sumber : BPS Manado dalam Angka 2006 Berdasarkan hasil simulasi dari Gambar 41,42,43 terlihat adanya perbedaan mendasar antara skenario bebas dengan hasil simulasi skenarioagak konservatif dan konservatif. Pada skenario bebas terlihat jelas bahwa laju peningkatan dari sektor angkutan lebih rendah dibanding sektor lainnya. Sementara pada skenario agak konservatif dan konservatif PDRB dari sektor industri pengolahan memiliki laju pertumbuhan PDRB yang relatif lebih lambat dibandingkan dengan sektor PDRB lainnya. Rendahnya laju pertumbuhan PDRB pada skenariobebas disebabkan karena fungsi penerimaan PDRB dalam model ini tidak mengikuti atau tidak signifikan berkorelasi linear dengan pertumbuhan penduduk. Sementara sektor-sektor lainnya memiliki tendensi meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk. Kemiripan trend peningkatan PDRB pada skenario agak konservatif dan konservatif disebabkan karena faktor yang paling utama mempengaruhi penerimaan PDRB per sektoral adalah jumlah penduduk. Oleh karena itu seperti dijelaskan pada sub bahan sebelumnya tidak tergantung dari skenario yang disimulasikan yaitu perbedaan skala pelaksanaan tata ruang sebagai implikasi dari perbedaan jumlah anggaran yang disediakan.