Teknik, Pergeseran dan Tingkat Keterbacaan Terjemahan Buku Bilingual Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom...

(1)

TEKNIK, PERGESERAN DAN TINGKAT

KETERBACAAN TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL

KUMPULAN CERITA KASIH IBU I LOVE YOU MOM…..

TESIS

Oleh

NURHAYUNA

097009018 / LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

TEKNIK, PERGESERAN DAN TINGKAT

KETERBACAAN TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL

KUMPULAN CERITA KASIH IBU I LOVE YOU MOM…..

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Megister Sains pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NURHAYUNA

097009018 / LNG

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

Judul Tesis : TEKNIK, PERGESERAN DAN TINGKAT

KETERBACAAN TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL KUMPULAN CERITA KASIH IBU I LOVE YOU

MOM….. Nama Mahasiswa : Nurhayuna NIM : 097009018 Program Studi : Linguistik

Konsentrasi : Kajian Terjemahan

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D.) (Prof.Dr Erman Munir, M.Sc)


(4)

Telah diuji pada Tanggal : 31 Juli 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. T. Silvana Sinar, M.A., Ph.D Anggota : 1. Dr. Roswita Silalahi, M. Hum

2. Dr. Muhizar Muchtar, M.S 3. Dr. Syahron Lubis, M.A 4. Dr. Eddy Setia, M.Ed. TESP


(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

“TEKNIK, PERGESERAN DAN TINGKAT KETERBACAAN

TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL KUMPULAN CERITA

KASIH IBU

I LOVE YOU MOM

…..”

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Megister dari Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri.

Adapun pengutipan - pengutipan yang saya lakukan pada bagian – bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah saya cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau bagian tesis ini bukan hasil karya saya sendiri atau adanya plagiat dalam bagian – bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang saya sandang dan sanksi – sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 25 Oktober 2013

Penulis


(6)

TEKNIK, PERGESERAN DAN TINGKAT KETERBACAAN

TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL KUMPULAN CERITA

KASIH IBU

I LOVE YOU MOM

…..

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis-jenis teknik penerjemahan, pergeseran dan keterbacaan pada terjemahan buku bilingual cerita anak. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengindetifikasi teknik- teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah,2) mengidentifikasi pergeseran yang terjadi pada terjemahan cerita anak, 3) mengukur tingkat keterbacaan terjemahan, yang tujuannya untuk membuktikan bahwa peranan terjemahan teks cerita anak terhadap media belajar bahasa asing dapat dilihat dari keberhasilan suatu proses penerjemahan yang berdasarkan tujuan terjemahan sehingga hasilnya merefleksikan kebutuhan orang yang memerlukannya. Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriftif atas data terpancang merujuk pada teori analisis data kualitatif Miles and Huberman melalui tahap pengumpulan data, penyajian data, reduksi dan verifikasi atau kesimpulan. Sumber data penelitian ini adalah buku bilingual Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom dan untuk menilai tingkat keterbacaan terjemahan buku bilingual cerita anak, penulis meminta 21 siswa yang duduk di kelas VIII sekolah menengah pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat delapan (8) teknik penerjemahan yang digunakan berdasarkan teori Molina dan Albir, diantaranya adalah 1)Transposisi sebanyak 102 data (26,4%), 2) Modulasi sebanyak 94 data (24,4%), 3) Kompensasi sebanyak 68 data (17,6%),4) Literal sebanyak 54 data (12%), 5) Penghilangan sebanyak 29 data (7,5%),6). Penambahan sebanyak 28 data (7,25%),7) Borrowing sebanyak 10 data (2,6%) diklasifikasikan pada Peminjaman murni 3 data (0,77 %) peminjaman alamiah sebanyak 7 data (1,8). 8) Kesepadanan Lazim 1 data (0,25). Sementara Pergeseran bentuk yang terjadi dalam proses penerjemahan teks cerita anak adalah Pergeseran struktur sebanyak 88 data ( 86,3%), 2) Pergeseran Unit sebanyak 11 data (10,8%) dan Pergeseran kelas sebanyak 3 data (2,9%). Dalam proses analisis teknik dan pergeseran pada penelitian ini, diperoleh tingkat keterbacaan tinggi sebanyak 369 data (95,5%) dan tingkat keterbacaan rendah sebanyak 17 data (4,4%).

Kata Kunci : Teknik, Pergeseran (Shifts), Keterbacaan.


(7)

TECHNIQUES, AND SHIFTS READABILITY LEVEL TRANSLATION BOOK COLLECTION BILINGUAL STORY YOU MOM I LOVE YOU MOM ...

ABSTRACT

This study is about the kinds of translation techniques, shifts and readability in translating bilingual children’s story book. The purposes of this study is,1) to identify the kinds of translation techniques used by translators ,2) to identify of shifts that occur in children's literature,3)to measure the readability level of translation, which aims to prove that the role of children's literature text translation of foreign language learning can be seen from the success of the translation process is based on a translation purposes so that the results reflect needs of people who need it. The research method employed in this study as descriptive qualitative method referring to the theory of data analysis developed by Miles and Huberman through the stages of data collection, data presentation, reduction, and verification or conclusion.The data resource of this study is a bilingual children’s story book entitled I Love You Mom containing a collection of the stories about mother’s love. The writer of this thesis asked 21 students of the grade VIII of junior high school to evaluate the level of readability in translation of this bilingual children’s story book.The results of this study showed that there were 8 (eight) translation techniques used by theory of Molina and Albir, such as the techniques 1)transposition (102 data or 26,4%), 2)Modulation (94 data or 24,4%), 3) Compensation (68 data or 17,6%),4) Literal (54 data or 14%), 5)Deleting/Omission (29 data or 7,25%),6) Adding (28 data or 7,25%), 7)Borrowing (10 data or 2,6 %) in classified in pure 3 data (0,77%) natural borrowing as much as 7 data (0,81), 8) Established Equivalence (1 data or 0,25%). In terms of shifts occured in translating this bilingual children’s story book, we found structure shifts (88 data or 86,3%), unit shifts (11 data or 10,2%), and class shifts (3 data or 2,9%). In the process of technique analysis and shifts in this study, it was found out the rates in high level of readability there are (369 data or 95,5% and lowest level of readabilty (17 data or 4,4%) .

Keywords: Technique, Shifts, Readability


(8)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkankan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya pada penulis, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis yang berjudul : Teknik, Pergeseran dan Tingkat Keterbacaan

Terjemahan Buku Bilingual Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom...

Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Megister Linguistik Pada Program Studi Linguistik Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara (USU).

Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu, penulis berterima kasih kepada semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung memberikan kontribusi dalam penyelesaian tesis ini, yaitu:

1. Prof.Dr.dr.Syahril Pasaribu, DTM & H, MSc (CTM), Sp.A (K), selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Prof.Dr.Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

3. Prof.T. Silvana Sinar, M.A.,Ph.D., dam Dr.Nurlela,M.Hum.,selaku Ketua dan

Sekretaris Program Studi Linguistik, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Dr.Roswita Silalahi,M.Hum dan Dr.Muhizar Muchtar,M.S.,selaku Dosen

Pembimbing I dan II yang dengan setulus hati telah membrikan bimbingan dan pengarahan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.

5. Dr. Syahron Lubis, M.A, dan Dr. Eddy Setia,M.Ed.TESP selaku penguji

yang telah memberikan koreksi dan masukan dalam penyempurnaan tesis ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Lingustik Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara.

7. Bapak Kepala Sekolah dan Staff Pengajar serta siswa – siswi kelas VIII SMP

Negeri 10 Medan, yang telah berkenan dengan sepenuh hati untuk memberikan waktu dan kesempatan untuk penyelesaian penelitian tesis ini

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini, yang tidak

dapat penulis cantumkan satu persatu. yang memberikan dukungan dalam penelitian tesis ini.

Secara khusus penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ayahanda Badruddin Saleh dan Ibunda Maryani Afra , suami tercinta H. Ambali Azwar Siregar, S.KP, M.Biomedik, kakak ipar Peristiwati, S.Pd dan seluruh keluarga tercinta yang senantiasa memberikan motivasi baik secara moril dan materil kepada penulis untuk


(9)

menyelesaikan tesis ini. Semoga Allah SWT tetap memberikan kesehatan dan kelapangan waktu serta rezeki.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa tesis ini belum dapat dikatakan sempurna, oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.Amin.

Medan, Oktober 2013 Penulis

Nurhayuna


(10)

RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama Lengkap : Nurhayuna

Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tgl. Lahir : Tualang Cut, 01 Agustus 1984

Alamat : Jl. Merak Gg. Saudara No.11 A

Sei Sikambing B, Medan Sunggal 20122.

No. HP : 081370833350

Agama : Islam

II. Riwayat Pendidikan

SD : SD Yayasan Pesantren Modren Adnan (1996)

SMP : Pesantren Darul Arafah (1999)

SMU : Pesantren Darul Arafah (2002)

S – I : Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara

(IAIN- SU),2007 ,Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris

S – 2 : S2 Program Studi Linguistik.

Kosentrasi Penerjemahan Sekolah Pascasarjana USU.

III. Riwayat Pekerjaan

1. Staff pengajar pada tingkat SMP – SMA Yayasan Peguruan Mayjen

Sutoyo Medan, 2008-2009

2. Dosen pada Akademi Keperawatan, Akademi Kebidanan dan Akademi

Farmasi Yayasan Indah Medan, 2009 - sekarang.

3. Dosen pada Universitas Prima Indonesia, 2012 - sekarang.


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR DIAGRAM ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

DAFTAR SINGKATAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Batasan dan Perumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.4.1 Manfaat Teoritis ... 5

1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

1.5 Klarifikasi Makna Istilah ... 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8

2.1 Hakikat Terjemahan dan Jenis Terjemahan ... 8

2.1.1 Hakikat Terjemahan... 8

2.1.2 Jenis Terjemahan ... 11

2.2 Pengertian dan Aturan Bagi Penerjemah ... 13

2.3 Proses Penerjemahan ... 15

2.4 Pengertian Kata, Frasa, Klausa, dan Kalimat ... 19

2.4.1 Kata ... 19

2.4.2 Frasa ... 20

2.4.3 Klausa ... 22

2.4.4 Kalimat ... 23

2.5 Teknik Penerjemahan ... 26

2.6 Pergeseran dalam Penerjemahan... 35

2.7 Masalah Keterbacaan Pada Terjemahan Teks ... 39

2.7.1 Faktor-faktor yang menentukan tingkat keterbacaan Terjemahan Teks Cerita Anak ... 39

2.8 Penelitian yang Relevan ... 43


(12)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 47

3.1 Metode Penelitian... 47

3.2 Data Dan Sumber Data ... 49

3.2.1 Data... 49

3.2.2 Sumber Data ... 49

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.4 Analisis Data ... 52

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 56

4.1 Analisis Teknik Penerjemahan yang digunakan Penerjemah ... 56

4.1.1 Teknik Transposisi ... 58

4.1.2 Teknik Modulasi ... 59

4.1.3 Teknik Kompensasi ... 61

4.1.4 Teknik Literal ... 63

4.1.5 Teknik Penghilangan ... 65

4.1.6 Teknik Penambahan (Addition) ... 66

4.1.7 Teknik Borrowing... 68

4.1.8 Teknik Kesepadanan Lazim ... 70

4.2 Pergeseran (Shifts) ... 71

4.2.1 Pergeseran Struktur (Structure (Shifts) ... 71

4.2.2 Pergeseran Unit (UnitShifts) ... 73

4.2.3 Pergeseran Kelas (ClassShifts) ... 74

4.3 Tingkat Keterbacaan Terjemahan ... 76

4.3.1 Tingkat Keterbacaan Tinggi ... 76

4.3.2 Tingkat Keterbacaan Terendah... 78

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 85

5.1 Simpulan ... 91

5.2 Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

No 1.

2. 3.

Judul

Instrumen Pengukur Tingkat Keterbacaan Terjemahan………... (Silalahi dalam Modifikasi, 2012:75)

Jumlah Hasil data dari Teknik Penerjemahan dan Persentasenya

Jumlah Hasil Data Pergeseran (Shifts) dan Persentasenya……...

Halaman

52

74 75


(14)

DAFTAR GAMBAR

NO Judul Halaman

1. Proses Penerjemahan oleh Nida dan Taber (1969:33) ………… 16

2. Proses Penerjemahan menurut Larson (1984:2)……….. 18

3. Model Proses Analisis Interaktif (Miles dan Huberman

(1992:23) ……….

53


(15)

DAFTAR DIAGRAM

NO Judul Halaman

1. Tingkat Keterbacaan Terjemahan ... 83


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kumpulan Cerita Kasih Ibu “I Love You Mom”………….. 90

2. Sepuluh Judul Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom……… 91 3. Hasil Identifikasi Data Teknik Penerjemahan ………... 92

4. Hasil Identifikasi Data Pergeseran (Shifts)………. 127

5. Kuesioner ……….. 130

6. Keterangan Tentang Diri Peserta Didik ………. 151

7. Dokumentasi Penelitian ………. 172

8. Data Pribadi Narasumber ………... 173

9. Hasil Wawancara……… 174

10. Surat Keterangan Izin Penelitian……… 175


(17)

DAFTAR SINGKATAN

Tsu : Teks Sumber

Tsa : Teks Sasaran

BSu : Bahasa Sumber

BSa : Bahasa Sasaran

SS : Stucture Shifts (Pergeseran Struktur) CS : Class Shifts (Pergeseran Kelas Kata) US : Unit Shifts ( Pergeseran Unit)

DM : Diterangkan Menerangkan

MD : Menerangkan Diterangkan

SMP : Sekolah Menengah Pertama

Hal : Halaman

Dt : Data


(18)

TEKNIK, PERGESERAN DAN TINGKAT KETERBACAAN

TERJEMAHAN BUKU BILINGUAL KUMPULAN CERITA

KASIH IBU

I LOVE YOU MOM

…..

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis-jenis teknik penerjemahan, pergeseran dan keterbacaan pada terjemahan buku bilingual cerita anak. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengindetifikasi teknik- teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah,2) mengidentifikasi pergeseran yang terjadi pada terjemahan cerita anak, 3) mengukur tingkat keterbacaan terjemahan, yang tujuannya untuk membuktikan bahwa peranan terjemahan teks cerita anak terhadap media belajar bahasa asing dapat dilihat dari keberhasilan suatu proses penerjemahan yang berdasarkan tujuan terjemahan sehingga hasilnya merefleksikan kebutuhan orang yang memerlukannya. Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriftif atas data terpancang merujuk pada teori analisis data kualitatif Miles and Huberman melalui tahap pengumpulan data, penyajian data, reduksi dan verifikasi atau kesimpulan. Sumber data penelitian ini adalah buku bilingual Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom dan untuk menilai tingkat keterbacaan terjemahan buku bilingual cerita anak, penulis meminta 21 siswa yang duduk di kelas VIII sekolah menengah pertama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat delapan (8) teknik penerjemahan yang digunakan berdasarkan teori Molina dan Albir, diantaranya adalah 1)Transposisi sebanyak 102 data (26,4%), 2) Modulasi sebanyak 94 data (24,4%), 3) Kompensasi sebanyak 68 data (17,6%),4) Literal sebanyak 54 data (12%), 5) Penghilangan sebanyak 29 data (7,5%),6). Penambahan sebanyak 28 data (7,25%),7) Borrowing sebanyak 10 data (2,6%) diklasifikasikan pada Peminjaman murni 3 data (0,77 %) peminjaman alamiah sebanyak 7 data (1,8). 8) Kesepadanan Lazim 1 data (0,25). Sementara Pergeseran bentuk yang terjadi dalam proses penerjemahan teks cerita anak adalah Pergeseran struktur sebanyak 88 data ( 86,3%), 2) Pergeseran Unit sebanyak 11 data (10,8%) dan Pergeseran kelas sebanyak 3 data (2,9%). Dalam proses analisis teknik dan pergeseran pada penelitian ini, diperoleh tingkat keterbacaan tinggi sebanyak 369 data (95,5%) dan tingkat keterbacaan rendah sebanyak 17 data (4,4%).

Kata Kunci : Teknik, Pergeseran (Shifts), Keterbacaan.


(19)

TECHNIQUES, AND SHIFTS READABILITY LEVEL TRANSLATION BOOK COLLECTION BILINGUAL STORY YOU MOM I LOVE YOU MOM ...

ABSTRACT

This study is about the kinds of translation techniques, shifts and readability in translating bilingual children’s story book. The purposes of this study is,1) to identify the kinds of translation techniques used by translators ,2) to identify of shifts that occur in children's literature,3)to measure the readability level of translation, which aims to prove that the role of children's literature text translation of foreign language learning can be seen from the success of the translation process is based on a translation purposes so that the results reflect needs of people who need it. The research method employed in this study as descriptive qualitative method referring to the theory of data analysis developed by Miles and Huberman through the stages of data collection, data presentation, reduction, and verification or conclusion.The data resource of this study is a bilingual children’s story book entitled I Love You Mom containing a collection of the stories about mother’s love. The writer of this thesis asked 21 students of the grade VIII of junior high school to evaluate the level of readability in translation of this bilingual children’s story book.The results of this study showed that there were 8 (eight) translation techniques used by theory of Molina and Albir, such as the techniques 1)transposition (102 data or 26,4%), 2)Modulation (94 data or 24,4%), 3) Compensation (68 data or 17,6%),4) Literal (54 data or 14%), 5)Deleting/Omission (29 data or 7,25%),6) Adding (28 data or 7,25%), 7)Borrowing (10 data or 2,6 %) in classified in pure 3 data (0,77%) natural borrowing as much as 7 data (0,81), 8) Established Equivalence (1 data or 0,25%). In terms of shifts occured in translating this bilingual children’s story book, we found structure shifts (88 data or 86,3%), unit shifts (11 data or 10,2%), and class shifts (3 data or 2,9%). In the process of technique analysis and shifts in this study, it was found out the rates in high level of readability there are (369 data or 95,5% and lowest level of readabilty (17 data or 4,4%) .

Keywords: Technique, Shifts, Readability


(20)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Kuantitas terjemahan buku - buku bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia terus meningkat karena membuka jalur informasi yang begitu lebar, tidak hanya sebagai media cetak untuk sarana belajar bahasa melainkan memiliki dampak positif pada pertukaran informasi, pengetahuan dan kebudayaan antarnegara. Karya-karya sastra baik karya klasik, karya populer atau karya sastra anak, menjadi bahan penerjemahan yang populer saat ini, hal tersebut dapat dilihat dari maraknya karya sastra terjemahan yang ditawarkan diberbagai toko buku salah satunya adalah buku bilingual cerita anak.

Berkembangnya penerbitan buku bilingual cerita anak diimbangi dengan dukungan para penulis buku-buku panduan atau kiat - kiat dalam belajar bahasa Inggris yang efektif, diantaranya adalah Oliva (2008:144) mengatakan “Dalam belajar bahasa asing, anak dapat belajar dengan cara membaca cerita yang berbahasa asing berikut terjemahannya, kemudian mereka dapat mencoba untuk menceritakan kembali dengan memperoleh informasi dan perbendaraan kosakata yang telah dicetak dalam ingatannya; selanjutnya, Medikawati (2012:38) menambahkan,“Buku - buku cerita bergambar dan buku cerita asing yang dilengkapi dengan terjemahannya, bagi anak remaja dapat menarik minat mereka pada komunitas membaca yang lebih luas, meliputi masa depan,dunia virtual, humor dan fantasi serta dapat membentuk


(21)

karakter yang lebih positif ; demikian pula, Hanaco (2012:16) mengungkapkan “Dengan membaca buku cerita dapat mempengaruhi perkembangan kosa kata, daya pikir, daya kreasi dan mental akhlak anak sehingga dapat membentuk karakter anak yang positif ”. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa bahan bacaan bagi anak harus benar - benar tepat sasaran pada rentang usia anak yang tujuannya agar anak mampu memahami maksud dari apa yang mereka baca.

Peruntukkan bahan bacaan dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkatan usia pembacanya. Tingkatan tersebut juga termasuk dalam jenjang pendidikan yang dialami oleh pembaca seperti usia SD dimulai dari 6 sampai 11 tahun, usia SMP 11 sampai dengan 14 tahun, dan usia SMA adalah 14 sampai dengan 17 tahun sesuai

dengan defenisi yang diperoleh dari Asosiasi Perpustakaan Amerika (1983:41-42)

“Cerita anak adalah bahan bacaan yang sesuai dengan tingkat kemampuan membaca dan minat anak-anak dari kelompok umur tertentu atau tingkatan pendidikan, buku secara khusus ditulis dan diberi ilustrasi untuk anak dengan kriteria usia dan pendidikan tertentu”.

Pada umumnya buku bilingual cerita anak memiliki daya tarik tersendiri, baik dalam unsur intrisiknya dan pesan moral yang disampaikan dalam teks ceritanya. Namun, bagaimanakah jika pengguna buku bacaan bilingual cerita anak mempunyai masalah dalam hal keterbacaan terhadap produk terjemahan, seperti

kalimat my mother liked to go to flea market ! menjadi Ibuku suka sekali pergi ke


(22)

menunjukkan pasar yang menjual barang bekas, selanjutnya kata cast menjadi ‘digips’, bagi penerjemah kata tersebut merupakan padanan yang wajar dan tepat karena sesuai dengan media penerjemahan (kamus), tetapi pembaca masih kurang memahami terjemahan kata tersebut.

Munculnya masalah yang dialami pembaca mendorong penulis untuk mengetahui lebih mendalam mengenai keterbacaan hasil terjemahan buku bilingual

cerita anak Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom ; Dengan kata lain,

keberhasilan suatu terjemahan dapat dilihat dari proses penerjemahan yang bergantung pada tujuan terjemahan itu dilakukan, yang hasilnya mereflesikan kebutuhan orang yang memerlukan. Pym (1992:175) menambahkan, “Kompetensi penerjemahan seperti itu mengakui bahwa model teoritis implisit dalam praktik penerjemahan, sepanjang penurunan target teks alternatif bergantung pada serangkaian hipotesis yang secara intuitif diaplikasikan.”Teori sangat berkaitan dengan praktek ,Tidak akan ada praktek tanpa teori”.

Dari beberapa permasalahan yang telah diuraikan di atas, peneliti berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai teknik – teknik yang digunakan

penerjemah dalam melakukan penerjemahannya, selanjutnya pergeseran (shifts)

yang terjadi dari proses penerjemahan dan mengenai tingkat keterbacaan hasil


(23)

1.2 Batasan Dan Perumusan Masalah.

Penelitian ini dibatasi pada pergeseran bentuk dari terjemahan buku bilingual cerita anak yang berjudul Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom..

Berdasarkan batasan masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1 Teknik – teknik penerjemahan apa yang digunakan oleh penerjemah dalam

terjemahan buku bilingual Kumpulan Cerita Kasih ibu I Love You

Mom...?

1.2.2 Pergeseran bentuk apa yang terjadi dalam terjemahan buku bilingual

Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom... ?

1.2.3 Bagaimanakah tingkat keterbacaan terjemahan buku bilingual Kumpulan

Cerita Kasih Ibu I Love You Mom..?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian diharapkan dapat mencapai tujuan sebagai berikut :

1.3.1 Untuk mengidentifikasi teknik – teknik penerjemahan apa yang digunakan

dalam terjemahan buku bilingual Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You

Mom....

1.3.2 Untuk merumuskan pergeseran bentuk yang terjadi dalam terjemahan buku

bilingual Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom...

1.3.5 Untuk mengukur tingkat keterbacaan terjemahan buku bilingual Kumpulan


(24)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian mengenai analisis penerjemahan ini memiliki manfaat teoritis akademis dan manfaat praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis akademis, penelitian ini dapat menambah atau memperkaya pengetahuan khususnya dalam bidang penerjemahan teks berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia. Manfaat teoritis akademis lainnya adalah penerjemah dapat mengaplikasikan berbagai aspek yang terkandung dalam proses penerjemahan. Di samping itu, bagi pemerhati dan peminat bidang penerjemahan, diharapkan memperoleh manfaat teoritis akademis lainnya yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan atau model penelitian sejenis.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti sendiri, pembaca, dan para penerjemah dengan memberi kontribusi berupa pengetahuan umum tentang penerjemahan dan metode analisis produk terjemahan yang didasari oleh teori terjemahan yang relevan dengan kebutuhan dan tujuan analisis tersebut.

1.5 Klarifikasi Makna Istilah

Di dalam tesis ini digunakan beberapa istilah studi penerjemahan yang perlu diklarifikasikan untuk menghindari kesalahpahaman, dikatakan demikian karena dalam literatur teori penerjemahan, beberapa istilah tersebut muncul dalam wujud


(25)

yang berbeda walaupun mengacu pada konsep yang sama. Bahkan ada pula istilah dibidang penerjemahan yang digunakan secara tidak konsisten. Di samping istilah dibidang penerjemahan, digunakan istilah yang terkait dengan penelitian penerjemahan. Beberapa istilah yang dimaksudkan tersebut adalah sebagai berikut:

Penerjemahan adalah suatu kiat yang merupakan usaha untuk mengganti suatu pesan atau pernyataan tertulis dalam satu bahasa dengan pesan atau pernyataan yang sama dengan bahasa lain.(Newmark, 1981:7)

Bahasa Sumber/Bahasa Pemberi adalah bahasa yang teksnya dalam proses terjemahan merupakan teks invarian, teks orisinal, teks asli (Moentaha, 2006:246)

Bahasa Sasaran adalah bahasa yang teksnya merupakan teks terjemahan (Moentaha, 2006:247)

Teknik Penerjemahan merupakan cara untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung dan dapat diterapkan pada berbagai satuan lingual (Molina & Albir, 2002:509)

Prosedur Penerjemahan adalah tindakan atau cara kerja yang dilakukan guna mengatasi masalah perbedaan - perbedaan antara bahasa sumber dan bahasa sasaran baik pada segi kaidah tata bahasa maupun segi makna bahasa yang terjadi pada proses penerjemahan. (Machali, 2006 :6)

Keterbacaan adalah kemampuan untuk dibaca dari seluruh unsur yang ada dalam teks (termasuk di dalamnya interaksi antar - teks) dan berpengaruh


(26)

terhadap keberhasilan pembaca dalam memahami materi yang dibacanya pada kecepatan membaca yang optimal (Dale & Chall dalam Gilliland, 1972 :9).

S

tilistik adalah penggunaan bahasa dan gaya bahasa dalam kesusastraan. (Burhani MS dan Lawrents, 2000:631)

Intrisik adalah unsur sastra yang mendukung dari dalam karya itu sendiri (tema alur/plot, penokohan, latar/setting, adap cara bercerita/point of view). (Burhani MS dan Lawrents, 2000:226)

Sastra anak adalah pembayangan atau pelukisan kehidupan anak yang imajinatif ke dalam bentuk struktur bahasa anak. Sastra anak merupakan sastra yang ditujukan untuk anak, bukan sastra tentang anak. Sastra tentang anak bisa saja isinya tidak sesuai untuk anak-anak, tetapi sastra untuk anak sudah tentu sengaja dan disesuaikan untuk anak-anak selaku pembacanya. (Puryanto, 2008: 2)

Kosakata adalah kata - kata yang segera kita ketahui artinya mendengar kembali tulisan, perbedaharaan kata atau kosakata adalah keseluruhan yang dimiliki oleh suatu bahasa.(Keraf, 1991:68)


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Terjemahan dan Jenis Terjemahan 2.1.1 Hakikat Terjemahan

Dalam literatur linguistik, teori terjemahan sering juga disebut ilmu

terjemahan (science of translation). Namun, kata “ilmu” di sini berarti teori,

metode, teknik dan bukannya ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, mengingat linguistik terjemahan adalah bagian dari ilmu linguistik atau lebih tepatnya cabang dari linguistik aplikasi / lingustik terapan.

Menurut Moentaha (2006:9) ada dua pengertian yang menyangkut kata “terjemahan” yakni proses dan hasil / analisis sintesis. Pertama, terjemahan sebagai proses kegiatan manusia di bidang bahasa (analisis) yang hasilnya merupakan teks terjemahan (sintesis). Kedua, terjemahan hanya sebagai hasil saja dari proses kegiatan manusia itu. Hasil itu kita sebut teks terjemahan, misalnya jika kita mengatakan :”Belum lama ini terbit terjemahan Soneta Shakespeare. Ini adalah karya terjemahan yang paling baik yang pernah saya baca” .

Selanjutnya G.Jager (11:194) mengungkapkan proses terjemahan adalah transformasi teks dari satu bahasa ke teks bahasa lain tanpa mengubah isi teks asli. Jadi, terjemahan adalah jenis transformasi antar bahasa yang berbeda dengan jenis transfortasi intrabahasa, yakni transformasi yang terjadi di dalam bahasa itu sendiri, jenis yang terakhir ini disebut juga transfortasi terjemahan merupakan hubungan riil


(28)

yang ada antar teks dalam berbagai bahasa, sedangkan transformasi gramatikal adalah transformasi struktur gramatikal ujaran tanpa mengganti komponen - komponen leksikalnya.

Dalam proses transformasi terjemahan, kita selalu berhadapan dengan dua teks – teks bahasa asli dan teks bahasa terjemahan. Timbul pertanyaan, kalimat bahasa Indonesia : apa dasarnya, kita bisa mengatakan, bahwa kalimat bahasa

Inggris: My uncle live in Jakarta adalah terjemahan kalimat bahasa Indonesia :

Pamanku tinggal di Jakarta, sedangkan kalimat bahasa Indonesia :” Saya belajar di sebuah Institut” tidak merupakan terjemahan kalimat bahasa Inggris tersebut di atas.

Tampaknya, tidak semua penggantian teks dalam satu bahasa dengan teks dalam bahasa lain merupakan terjemahan. Untuk dapat disebut terjemahan, teks dalam bahasa A harus mengandung sesuatu yang sama dengan teks dalam bahasa B. dengan kata lain, dalam memindahkan informasi dari sistem bahasa yang satu ke sistem bahasa yang lain harus dipertahankan isi informasi teks asli. Proses penerjemahan bisa berlangsung berkat adanya satuan - satuan bahasa : morfem (satuan bahasa terkecil), kata, rangkaian kata – kata (tunggal dan majemuk) dan teks / wacana (satuan bahasa terbesar).

Setiap satuan bahasa dalam setiap bahasa mengandung dua sisi / tingkat (level) : tingkat pengungkapan (level of expression) dan tingkat isi (level of content). Berbagai bahasa mempunyai satuan-satuan yang berlainan tingkat pengungkapannya,


(29)

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia: Ini (adalah) meja, yang berbeda tingkat pengungkapannya (bentuknya), tapi sama pada tingkat isinya (maknanya).

Dalam proses terjemahan selalu ada dua teks yang pertama disusun berdasarkan pada tingkat isi kedua, sedangkan yang kedua disusun berdasarkan pada tingkat isi yang pertama. Teks yang pertama disebut teks asli, sedangkan teks kedua disebut teks terjemahan. Bahasa, yang teksnya merupakan teks asli, disebut bahasa

sumber (source languange) atau bahasa pemberi, sedangkan bahasa, yang teksnya

merupakan teks terjemahan disebut bahasa sasaran atau bahasa target.

Dengan demikian, dapat dirumuskan bahwa terjemahan adalah proses pergantian dengan teks dalam bahasa sasaran tanpa mengubah tingkat isi teks bahasa dalam bahasa sasaran. Namun, dari awal perlu ditekankan di sini, bahwa pengertian “tingkat isi” harus dipahami secara maksimal, yakni tidak hanya yang menyangkut

arti dasar (material meaning), ide atau konsepsi yang terkandung dalam teks bahasa

sasaran yaitu berupa norma – norma bahasa, seperti makna leksikal, makna

gramatikal, nuansa stilistik / nuansa ekspresif. lebih jelasnya bahwa kepatuhan pada norma - norma bahasa tesebut dalam penerjemahan merupakan kewajiban yang tidak boleh dilanggar oleh penerjemah, kendati dia bebas memilih sarana yang satu, maupun yang lain dalam melakukan kegiatan terjemahan dengan prosedur tetap mempertahankan semua informasi yang terkandung dalam teks bahasa sasaran. Misalnya pengungkapan informasi dalam teks asli menggunakan sarana gramatikal, tapi tetap disampaikan dalam teks terjemahan dengan bantuan sarana leksikal kalimat


(30)

sarana gramatikal - kala pluperfektum (past perfect tense) yang tidak ada dalam sistem gramatikal bahasa Indonesia, sehingga penerjemahannya menggunakan sarana leksikal : ‘Dia dulu pernah begitu cantik’. Penggantian sarana gramatikal dengan sarana leksikal dalam penerjemahan mungkin tidak terjadi, jika teks menyampaikan semua informasi yang ada dalam teks bahasa sasaran, termasuk sarana gramatikalnya.

2.1.2 Jenis Terjemahan

Roman Jacobson (1959 : 234) membedakan terjemahan menjadi tiga jenis yaitu :

1) Terjemahan intrabahasa (Intralingual translation )

2) Terjemahan antar bahasa (Interlingual translation )

3) Terjemahan intersemiotik (Intersemiotic translation )

Berdasarkan jenis – jenis terjemahan tersebut, dapat dijelaskan seperti dibawah ini:

1) Terjemahan intrabahasa (Intralingual translation atau rewording), adalah

pengubahan suatu teks lain berdasarkan interpretasi penerjemah, dan kedua teks ditulis dalam bahasa yang sama.

Contohnya :

Pada saat seorang anak yang sedang belajar berbahasa. Anak tersebut belum menguasai banyak kosakata, ketika dia mendengar atau menemukan kata yang belum dimengerti, dia akan bertanya kepada orang lain. Misalnya dia akan bertanya kepada orang yang paling dekat dengannya, yaitu ayah atau ibunya,


(31)

kemudian mereka menjelaskan kata yang tidak dimengerti dengan menggunakan kata yang sederhana sesuai pola berpikir anaknya dapat mengerti. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan penjelasan terhadap kata tersebut, atau memberikan sinonimnya. Sebenarnya ayah atau ibu tersebut telah melakukan penerjemahan untuk anaknya.

2) Terjemahan antar bahasa (Interlingual translation atau Translation proper)

yaitu terjemahan dalam arti sesungguhnya, seperti menerjemahkan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.

Contohnya :

Suatu teks dalam bahasa Inggris diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dapat

diberikan contoh kata house atau home diterjemahkan menjadi ‘rumah’.

3) Terjemahan intersemiotik (Intersemiotic translation atau transmutation).

Jenis terjemahan yang ketiga yaitu penerjemahan dari bahasa tulisan ke dalam media lain seperti gambar, musik dan lain – lain, terjemahan jenis ini mencakup penafsiran sebuah teks ke dalam bentuk atau sisi tanda yang lain.

Contoh :

Seorang guru menulis kata dalam bahasa Inggris yaitu banana, bila

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berarti ‘pisang’ . Namun, dalam hal ini peserta didik menterjemahkannya bukan dalam bentuk bahasa sasaran (bahasa Indonesia ) tetapi dalam bentuk gambar.


(32)

2.2 Pengertian dan Aturan bagi Penerjemah

Menurut Bell (1991:15) defenisi penerjemah adalah seorang agen bilingual yang menangani antara seorang komunikasi monolingual dalam dua perbedaan komunikasi bahasa. Penerjemah mengirimkan kode pesan pada satu bahasa dan mereka memberikan kode kembali kepada yang lainnya baik dalam bentuk lisan atau

tulisan.

Dalam penerjemahan teks tulisan hasil rekaan atau non fiksi yang mengandung cerita seperti cerita - cerita yang diterbitkan untuk anak yang pada umumnya mempunyai plot, pelaku dan mempunyai bahasa yang lugas, kadangkala penerjemah memiliki masalah - masalah dalam menerjemahkan cerita anak diantaranya adalah pertama, pengaruh budaya bahasa dalam teks asli. Pengaruh budaya ini bisa muncul dalam gaya bahasa, latar dan tema. Kedua, tujuan moral yang ingin disampaikan kepada pembaca. Dalam prakteknya, masalah ini berada pada proses penerjemahan seperti nama baik, baik nama karakter atau nama tempat, yang mungkin dikenal dalam bahasa sasaran, selain itu perlu diperhatikan pada ciri- ciri konvensi kesusastraan pada saat karya itu ditulis, dengan demikian penerjemah tidak salah memahami naskah aslinya.

Menurut Belloc yang dikutip oleh Basnett – McGuire (1980:116), ada enam aturan umum bagi penerjemah dalam prosa fiksi (tulisan hasil rekaan yang mengandung cerita):

1. Penerjemah tidak boleh menentukan langkahnya hanya untuk menerjemah kata


(33)

keseluruhan karya, baik karya aslinya ataupun karya terjemahannya. Ini berarti penerjemah harus menganggap naskah aslinya sebagai satu kesatuan unit integral, meskipun saat menerjemahkannya ia mengerjakan bagian perbagian.

2. Penerjemah hendaknya menerjemahkan idiom menjadi idiom pula. Di sini harus

diingat bahwa idiom dalam bahasa sumber mungkin sekali mempunyai padanan idiom dalam BSa, meskipun kata – kata yang dipergunakan tidak sama persis,

contoh ekspresi ‘It doesn’t pay”. Dalam menerjemahkan ekspresi itu, penerjemah

tidak bisa menerjemahkannya menjadi ‘itu tidak bisa membayar’, hal tersebut akan menimbulkan bisa jadi tidak sesuai dengan teks yang ingin disampaikan sehingga tidak ada korelasi pada teks tersebut. Oleh karena itu, alangkah baiknya penerjemah perlu mencari padanan dari idiom bahasa sumber di dalam bahasa sasaran.

3. Penerjemah harus menerjemahkan “maksud” menjadi “ maksud” juga, Kata

“maksud’ di sini berarti muatan emosi atau perasaan yang dikandung oleh

ekspresi tertentu. seperti ungkapan “Yuna, Please” ungkapan tersebut dapat

berupa memohon atau mempersilahkan. Oleh karena itu, penerjemah harus lebih bijaksana untuk memilih terjemahan yang lebih tepat dengan konteks cerita yang dimaksud .

4. Penerjemah harus waspada terhadap kata- kata atau struktur yang kelihatannya

sama dalam BSu dan BSa, tetapi sebenarnya sangat berbeda. Sebagai contoh


(34)

Saya tak akan panjang’ Setelah disimak kembali ternyata bukan itu padanannya dalam bahasa Indonesia. Padanannya adalah ‘saya tak akan lama’.

5. Penerjemah hendaknya berani mengubah segala sesuatu yang perlu diubah dari

BSu ke dalam BSa dengan tegas. Seperti ungkapan kebangkitan kembali ‘ Jiwa asing dalam tubuh pribumi’, tentu saja yang dimaksud adalah “ Tubuh Pribumi” ini adalah bahasa Sasarannya (BSa)

6. Meskipun penerjemah harus mengubah segala yang perlu diubah, tetapi pada

langkah ke enam penerjemah tidak boleh membubuhi cerita aslinya dengan menambah atau mengurangkan kosakata yang bisa membuat cerita dalam BSa itu lebih buruk atau lebih indah sekalipun. Tugas penerjemah adalah menghidupkan ‘Jiwa Asing’ tadi, bukan memperindah bahkan memperburuk sehingga tidak sesuai dengan pesan yang disampaikan penulis cerita aslinya atau teks sumbernya.

Dengan demikian jelas sekali bahwa dalam penerjemahan prosa fiksi (cerpen/novel/cerita anak), penerjemah mementingkan makna, bentuk , pesan, kemudian gaya bahasa hal tersebut sama seperti apa yang disampaikan Larson dalam penerjemahan berdasarkan makna (1984 : 2), Nida dan Taber dalam teori dan praktek penerjemahan (1969:33), Molina dan Albir dalam teknik penerjemahan (509 - 511) serta Catford dalam pergeseran yang terjadi pada penerjemahan (1965:73).


(35)

2.3 Proses Penerjemahan

Proses Penerjemahan yang dimaksud di sini adalah suatu model untuk menerangkan proses pikir (internal) yang dilakukan manusia saat melakukan penerjemahan. Nida dan Taber (1969:33) mengambarkan proses penerjemahannya, sebagai berikut:

A (Source) B (Receptor)

(Analysis) (Restructuring)

X (Transfer) Y Gambar 1.1 : Proses Penerjemahan oleh Nida dan Taber (1982:33)

Dalam Proses ini terdapat tiga tahap yaitu tahap analisis (analysis), tahap

pengalihan (transfer) dan tahap penyusunan kembali (restructuring). Penerjemah

menganalisis teks BSu dalam hal (a) hubungan gramatikal kata - kata untuk memahami makna atau isinya secara keseluruhan. Hasil tahap ini, yaitu makna BSu yang telah dipahami, ditransfer ke dalam pikiran penerjemah dari BSu ke dalam BSa.Setelah itu, dalam tahap restrukturisasi, makna tersebut ditulis kembali dalam BSa sesuai dengan aturan dan kaidah yang ada dalam BSa.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut:


(36)

1. Analisis. pada tahap pertama penerjemah memikirkan hal–hal berikut. She

adalah subjek kalimat asli. taught adalah kata kerjanya. She adalah orang ketiga

tunggal dan berjenis kelamin perempuan. kata kerja teach secara grammar

harus berubah menjadi taught, hal tersebut untuk menunjukkan bahwa

kejadiannya sudah berlangsung. Sedangkan them adalah objek yang penderita,

all about flower diterjemahkan menjadi ‘semua hal tentang bunga’, meskipun penerjemah menambahkan kata ‘hal’. untuk memperjelaskan bahwa yang diajarkan bukan hanya mengenai bunga melainnya segala sesuatu yang berhubungan dengan bunga.

2. Transfer. Pada tahap kedua penerjemah mengalihkan materi – materi yang telah

dianalisis dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran diantaranya yaitu orang ketiga tunggal adalah ia, dia, dan beliau dalam bahasa Indonesia. Jenis kelamin perempuan tidak dapat diwakili dengan kata lain selain kata perempuan atau

wanita. taught terjemahan menjadi mengajari yang menjelaskan pekerjaan

tersebut telah selesai dikerjakan. Selanjutnya, all about flower yang

diterjemahkan menjadi semua hal tentang bunga, penerjemahan tersebut tidak mengalami pergeseran, tetapi penerjemah menambahkan kata hal untuk menjelaskan bahwa dia mengajari segala yang ada pada bunga tersebut, meskipun pada penerjemahan. (harus diingat, semua yang dilakukan dalam tahap ini hanya terjadi di dalam pikiran penerjemah ).


(37)

3. Restrukturisasi. Pada tahap ketiga, mulailah penerjemah menyusun kembali makna dengan menuliskan sesuatu terjemahan dari kalimat tersebut di atas, contohnya :

‘Dia (perempuan) mengajari semua hal tentang bunga.’

4. Evaluasi dan Revisi. Dalam tahap ini penerjemah kembali mengamati hasil

kerjanya. Dia merasa bahwa kalimat itu kurang luwes dalam bahasa Indonesia, maka kata ‘perempuan’ tidak diterjemahkan. Kata beliau dirasanya terlalu sopan, maka penerjemah bisa merevisi kalimat itu menjadi ‘dia mengajari semua hal tentang bunga’.

Selain Nida dan Taber, Larson (1984:3) juga mengajukan model proses terjemahan. Hal tersebut terlihat pada gambar berikut :

SOURCE LANGUAGE RECEPTOR LANGUAGE

Gambar 1.2 : Proses penerjemahan menurut Larson (1984:2)

Text to be translated

Discoverthe meaning

Meaning

Re-express the meaning


(38)

Gambar tersebut menunjukkan proses yang sama dengan restrukturasi Nida dan Taber, yang berbeda adalah tahap transfer. Larson tidak mengungkapkan secara terpisah pada tahap ini, tatapi Larson menganggap bahwa dalam tahap transfer pada proses penerjemahan yang dilakukan secara otomatis hadir jika penerjemah mengungkapkan kembali makna yang dipahami di dalam BSa.

Dari bahasan tentang proses penerjemahan dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses penerjemahan terdiri dari dua tahap : (a) Analisis teks asli dan pemahaman makna dan atau pesan teks asli dan (b) pengungkapan kembali makna atau pesan yang berterima dalam bahasa sasaran, termasuk gaya bahasa yang digunakan penerjemah dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.

2.4 Pengertian Kata, Frasa, Klausa dan Kalimat.

Dalam mencari kesepadanan pada penerjemahan salah satunya di antaranya adalah menyangkut padanan formal bahasa, yaitu berupa padanan kata per kata

frase per frase, klausa per kluasa dan kalimat per kalimat

,

tetapi dalam

penerjemahan, bentuk struktur pada bahasa sumber dan bahasa sasaran tentunya tidak selalu sama, oleh karena itu untuk lebih memahami perbedaan antara tataran kata, frasa, klausa dan kalimat dapat dijelaskan sebagai berikut :

2.4.1 Kata

Kata adalah kumpulan dari beberapa huruf / letter yang membentuk


(39)

1) Kata penuh (fullword), yaitu kata yang secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan mengalami proses morfologi, merupakan kelas terbuka, dan dapat berdiri sendiri sebagai sebuah satuan tuturan. Yang termasuk kata penuh adalah nomina, verba, adjektiva, adverbia dan numeralia seperti : nuggets (nugget) (Dt:231) , enjoy (Dt:272), home (rumah).(Dt:322),

2) Kata tugas (function word), yaitu kata yang secara leksikal tidak mempunyai

makna, tidak mengalami proses morfologi, merupakan kelas tertutup dan tidak

dapat berdiri sendiri, yang termasuk kategori ini adalah preposisi dan

konjungsi.

Contoh : and (dan)(Dt:222), always (selalu)(Dt:027). 2.4.2 Frasa

Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif. Pendapat ini dikemukakan oleh Kridalaksana (2001:59). Contoh frasa dalam bahasa

Inggris misalnya playing soccer (bermain sepak bola), a red dress (baju merah), dan

beautiful girl (perempuan cantik).

Dalam bahasa Inggris, terdapat unsur-unsur pembentuk frasa yaitu:

1) Head, yaitu unsur pusat frasa

2) Premodification, yaitu keterangan yang terletak sebelum unsur pusat 3) Postmodification, yaitu keterangan yang terletak setelah unsur pusat

Frasa dalam bahasa Inggris dibagi menjadi beberapa jenis, sesuai dengan komponen-komponen penyusun dan fungsinya. yaitu


(40)

1) Frasa nomina, digunakan sebagai nomina dan salah satu fungsinya dalam kalimat adalah sebagai subjek.

Contohnya:

The pilot landed the plane (Pilot mendaratkan pesawat).

The flower seller lady sewed petals after of flowers

(Si wanita penjual bunga menjahit kelopak demi kelopak bunga) (Dt:178)

2) Frasa adjektiva, digunakan sebagai adjektiva yang menerangkan nomina.

Contoh:

Blue is my favorite color

(Biru adalah warna kesukaanku)

3) Frasa adverbia, digunakan sebagai kata keterangan.

Contoh:

He drives the car very slowly.

Dia mengendarai mobil sangat lambat. She planted the most beautiful flowers.

Dia menanam bunga yang terindah (Dt:176)

4) Frasa verba, dalam kalimat berfungsi sebagai predikat. Frasa ini dapat

berbentuk kelompok kata ataupun satu kata.

Contoh:

He landed the plane, she smiled.

Dia mendaratkan pesawat, dia tersenyum My mother and I laught


(41)

5) Frasa preposisi, dalam kalimat berfungsi sebagai keterangan, ditandai dengan hadirnya preposisi sebagai unsur pembentuk frasa.

Contoh:

He lives in the village. Dia tinggal di desa

One day, I was invited to stay at my friend’s house

Suatu hari,aku diajak menginap di rumah temanku (Dt:141)

2.4.3 Klausa

Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Pengertian ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Kridalaksana (2001:110).

Senada dengan Kridalaksana, Chaer (1994:231) menyebut klausa sebagai satuan sintaksis yang berupa runtutan kata - kata berfungsi predikatif. Fungsi subjek dan predikat merupakan fungsi yang harus ada dalam konstruksi klausa. Ia juga mengemukakan bahwa klausa berpotensi untuk menjadi kalimat tunggal karena di dalamnya sudah ada fungsi sintaksis wajib, yaitu subjek dan predikat.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa klausa adalah kumpulan kata - kata yang memiliki subjek dan predikat. Klausa dalam bahasa Inggris dibagi menjadi dua,yaitu:


(42)

Contoh:

The boys run

s v

(Anak laki-laki itu berlari)

s v

The girl was sad

s v

(Gadis itu merasa sedih) (Dt:064)

s v

2) Subordinate clause, yaitu klausa yang hadir bersama mainklausa untuk mengungkapkan ide tambahan. Klausa ini tidak bisa berdiri sendiri.

Contoh:

The man who stand in the corner is my friend in the campus

clause main clause

Laki-laki yang berdiri diujung sana adalah teman saya di kampus.

Klausa main klausa

The box mean a lot to her because she had owned it since she was a child (Dt:113)

clausa main clause

Kotak itu amat berarti baginya karena dia sudah memiliki kotak dia sudah memiliki

klausa main klausa

kotak itu sejak kecil.

Klausa bebas mempunyai struktur lengkap, sedangkan klausa terikat sebaliknya. Unsur yang ada dalam klausa ini mungkin hanya subjek , predikat , objek, atau berupa keterangan.


(43)

2.4.4 Kalimat

Pengertian kalimat menurut Kridalaksana (2001:92), dalam Kamus Linguistik adalah “Konstruksi gramatikal yang terdiri dari satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu dan dapat berdiri sendiri sebagai satu kesatuan”.

Selanjutnya, Chaer (1994:240),mengemukakan pendapatnya yaitu bahwa “kalimat merupakan satuan sintaksis, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final”. dan untuk lebih jelasnya Chear juga membagi jenis - jenis kalimat menjadi:

1) Kalimat inti dan kalimat non - inti

Kalimat inti adalah kalimat yang dibentuk klausa inti yang lengkap. Sedangkan kalimat non - inti terbentuk karena adanya proses transformasi seperti pemasifan, pertanyaan, dan lain - lain terhadap kalimat inti.

Contoh:

Kalimat inti Kalimat non-inti

I went to the movie yesterday I didn’t go to the movie yesterday.

Saya pergi ke bioskop kemarin Saya tidak pergi ke bioskop kemarin

Did I go to the movie yesterday?

Apakah saya pergi ke bioskop kemarin

She is my brave bodyguard She doesn’t my brave bodyguard

Dia adalah penjagaku yang berani Dia bukan penjagaku yang berani

(Dt:030)

Does she my brave bodyguard Apakah dia penjagaku yang berani?


(44)

2) Kalimat tunggal dan Kalimat majemuk

Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa, sedangkan kalimat majemuk terdiri lebih dari satu klausa.

Contoh:

Kalimat tunggal Kalimat majemuk

The birds sing along the day He opened the door then closed the window

Burung - burung berkicau sepanjang Dia membuka pintu kemudian membuka

hari. jendela.

I will see you soon My mother is perfect because she serves

Kita akan segera bertemu (Dt:16) perfectbecause she serves perfect dinner.

Ibuku sempurna karena dia menyajikan

makan malam yang sempurna (Dt:241)

3) Kalimat mayor dan Kalimat minor

Jika klausa pada satu kalimat lengkap, sekurang-kurangnya memiliki unsur subjek dan predikat, maka kalimat itu disebut kalimat mayor. Jika tidak lengkap, maka disebut kalimat minor.

Contoh:

Kalimat mayor Kalimat minor

My brother runs every morning Hallo!

Abang saya berlari setiap pagi Hallo!

No Smoking!

Flo gave the old lady her lunch Dilarang Merokok! Flo memberikan makan siangnya

pada wanita tua.(Dt:171) Excuse me!


(45)

4) Kalimat verbal dan Kalimat non - verbal

Kalimat verbal dibentuk dari klausa verbal atau kalimat yang predikatnya berupa kata kerja atau frasa verba. Sedangkan kalimat non - verbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frasa verbal. Karena banyaknya tipe verba, maka setiap bahasa mempunyai cara tersendiri untuk membentuk kalimat ini.

Dalam bahasa Inggris dikenal adanya kalimat transitif dan intransitif, yang predikatnya berupa verba transitif atau intransitif.

Contoh:

Kalimat verbal Kalimat non - verbal

The baby cries (Intransitif) My sister is beautiful

Bayi menangis Kakak saya cantik

I cut the grass (Transitif) She is a teacher

Saya potong rumput Dia adalah seorang guru

My mother and I giggled (Intransitif) She is a mathematician

Ibu dan aku terkikik (Dt:340) Dia adalah seorang matematika (Dt:010)

She loved the box (Transitif) She is also a scientist

Dia mencintai kotak itu (Dt:137) Dia juga seorang ilmuan (Dt:012)

2.5 Teknik Penerjemahan

Teknik penerjemahan ialah cara yang digunakan untuk mengalihkan pesan dari BSu ke BSa, diterapkan pada tataran kata, frasa, klausa dan kalimat. Menurut Molina dan Albir (2002:509), teknik penerjemahan memiliki lima karakteristik: 1. Teknik penerjemahan mempengaruhi hasil terjemahan.


(46)

3. Teknik berada tataran mikro.

4. Teknik tidak saling berkaitan tetapi berdasarkan konteks tertentu. 5. Teknik bersifat fungsional.

Setiap pakar memiliki istilah tersendiri dalam menentukan suatu teknik penerjemahan, sehingga cenderung tumpang tindih antara teknik dari seorang pakar satu dengan yang lainnya. Teknik yang dimaksud sama namun memiliki istilah yang berbeda. Dalam hal keberagaman tentunya hal ini bersifat positif, namun di sisi lain terkait penelitian akan menimbulkan kesulitan dalam menentukan istilah suatu teknik tertentu. Molina dan Albir (2002) mengembangkan 20 teknik yang dapat digunakan untuk menganalisis dan mengklasifikasikan bagaimana kesepadanan terjemahan berlangsung yang diterapkan pada berbagai satuan lingual. Pada bagian berikut ini dikemukakan teknik penerjemahan versi Molina – Albir (2002: 509 -511).

1. Adaptasi (Adaptation) adalah teknik ini dikenal dengan teknik adaptasi budaya. Teknik ini dilakukan dengan mengganti unsur - unsur budaya yang ada BSu dengan unsur budaya yang mirip dan ada pada BSa. Hal tersebut bisa dilakukan karena unsur budaya dalam BSu tidak ditemukan dalam BSa, ataupun unsur budaya pada BSa tersebut lebih akrab bagi pembaca sasaran. Teknik ini sama dengan teknik padanan budaya.

Contoh :

Dalam bahasa Inggris, breakfast berkaitan dengan kata milk, orange juice, egg,

roll dan bread, sementara itu di dalam budaya Indonesia secara umum, kata


(47)

ungkapan breakfast menjadi ‘sarapan’ mengacu pada makan di pagi hari, meskipun jenis makanan kedua budaya tersebut berbeda.

2. Amplifikasi (Amplification) adalah teknik penerjemahan yang mengeksplisitkan atau memparafrase suatu informasi yang implisit dalam bahasa sumber.

Contoh :

Kata Imlek dapat diparafrasekan menjadi hari raya tahun baru Tiongkok. Kata

Imlek yang merupakan kata atau gabungan kata yang dengan diparafasekan dalam bahasa sumbernya secara implisit (informasi yang tersembunyi). Tetapi dalam teknik penerjemahannya memberikan informasi yang diekspresikan secara jelas pada unsur bentuk gramatikalnya, yaitu hari raya tahun baru Tiongkok.

3. Peminjaman (Borrowing) ialah teknik penerjemahan yang dilakukan dengan

meminjam kata atau ungkapan dari BSu. Peminjaman itu bisa bersifat murni (pure

borrowing) tanpa penyesuaian atau peminjaman yang sudah dinaturalisasi (naturalized borrowing) dengan penyesuaian pada ejaan ataupun pelafalan. Kamus resmi pada BSa menjadi tolak ukur apakah kata atau ungkapan tersebut merupakan suatu pinjaman atau bukan.

Contoh :

BSa : Mixer BSu : Mixer Peminjaman Murni

BSa : Mixer BSu : Mikser Peminjaman Alamiah

4. Calque adalah teknik penerjemahan dimana penerjemah menerjemahkan frasa bahasa sumber secara literal.


(48)

Contoh:

Directorate general diterjemahkan menjadi ‘Direktorat Jendral’. Intereferensi

struktur bahasa sumber pada bahasa sasaran adalah khas dari teknik calque.

Pada frasa Directorate general yang diterjemahkan menjadi ‘Direktorat general’

tidak mengubah makna dan letak strukturnya pada bahasa sasaran.

5. Kompensasi (Compensation) yakni teknik penerjemahan dimana penerjemah memperkenalkan unsur-unsur informasi atau pengaruh stilistik teks bahasa sumber di tempat lain dalam teks bahasa sasaran.

Contoh:

Why don’t you write a good thrilling detective story? ‘she asked.

Me? exclaimed Mrs. Albert Forrester, for the first time in her life regardless of grammar.

“Mengapa Anda tidak menulis roman detektif yang menegangkan?”tanyanya.

“Apaan?” teriak Ny. Albert Forrester, untuk pertama kali dalam kalimat elipsi

bentuk kasus datif /akusatif (kasus objek)pronominal persona me dan bukannya

I, karena penggunaan me dianggap oleh banyak orang sebagai “pelanggaran”

norma gramatikal, padahal anggapan seperti itu tidak cukup berdasar, karena

bentuk me dalam hal semacam itu sudah lama menjadi norma bahasa standar

Prof. M. Whitehall (51:104) dari Universitas Udayana (dalam Moentaha Salihen, 2006:35), yang mengakui “pelanggaran” gramatikal seperti itu sebagai bentuk yang resmi dan sah bahasa Inggris percakapan. Dan pengakuannya diperkuat


(49)

this and that, written English uses these and those. “Them men have arrived”, Tapi dalam proses terjemahan, bagaimana pun juga “ pelanggaran” gramatikal dalam sastra tetap mengandung nuansa ekspresif yang wajib disampaikan (lewat teknik kompensasi) oleh penerjemah ke dalam teks terjemahan, tidak pandang akan adanya pengakuan, bahwa pelanggaran seperti itu tidak masalah.

Mengingat bahasa Indonesia tidak mengenal sistem kasus yang mengubah bentuk pronominal personal seperti itu penerjemah memutuskan untuk menggunakan

teknik kompensasi, yaitu mengkompensasikan me dengan pronomina ragam

cakapan “apaan” di tempat pronominal ragam baku “apa”. Dengan demikian,

penerjemah berha sil menyampaikan informasi yang sama juga “melanggar” norma gramatikal karena menggunakan pronominal ragam tidak baku.

Contoh terjemahan di atas menunjukkan, bahwa teknik kompensasi digunakan, terutama sekali, untuk menyampaikan spesifikasi bahasa pemberi, seperti nuansa dialek, pertuturan individual yang spesifik, yang tidak selalu mempunyai padanan dalam bahasa sumber.

6. Deskripsi (Description) merupakan teknik penerjemahan yang diterapkan dengan menggantikan sebuah Istilah atau ungkapan dengan deskripsi bentuk dan fungsinya.

Contoh :

Samurai (The sword of Japanese aristocracy)

Dalam bahasa Jepang tidak bisa diterjemahkan dengan kaum bangsawan


(50)

untuk itu, padanan deskriptif harus digunakan. Kaum Samurai harus diterjemahkan menjadi aristocrat Jepang pada abad XI sampai XIX yang menjadi pegawai pemerintahan, padanan deskriptif ini sering kali ditempatkan

menjadi satu dalam daftar kata - kata atau glossary. Padanan ini berusaha

mendeskripsikan makna atau fungsi dari bahasa sumber, teknik ini dilakukan karena kata bahasa sumber tersebut sangat terkait dengan budaya khas bahasa sumber dan penggunaan padanan budaya dirasa tidak bisa memberikan derajat ketepatan yang dikehendaki seperti yang telah dijelaskan pada contoh tersebut.

7. Kreasi diskursif (Discursive creation) dimaksudkan untuk menampilkan kesepadanan sementara yang tidak terduga atau keluar dari konteks. Teknik ini lazim diterapkan dalam menerjemahkan judul buku atau judul film.

Contoh :

A betrayed son si Malinkundang diterjemahkan Si Malingkundang

8. Kesepadanan Lazim (Established equivalent) adalah teknik dengan penggunaan istilah atau ungkapan yang sudah lazim (berdasarkan kamus atau penggunaan sehari-hari). Teknik ini mirip dengan penerjemahan harfiah.

Contoh :

Kata handphone lebih dikenal dari pada telepon genggam.

Pada teknik penerjemahan kata handphone berasal dari bahasa Inggris namun

sudah menjadi Istilah umum dan lazim digunakan dalam berbahasa sehari – hari meskipun kata tersebut terletak pada bahasa sumber (bahasa Indonesia) namun padanannya tetap digunakan dalam terjemahannya.


(51)

9. Generalisasi (Generalization) Teknik ini menggunakan istilah yang lebih umum pada BSa untuk BSu yang lebih spesifik. Hal tersebut dilakukan karena BSa tidak memiliki padanan yang spesifik.

Contoh:

She was letting her temper go by inches diterjemahkan dia sedikit demi sedikit kehilangan kesabaran’.

Pada contoh pertama,tidak mungkin digunakan padanan kamus kata

bahasa Inggris, Inchi – ‘inci’, karena dalam bahasa Indonesia kata ‘inci’ biasanya

tidak digunakan dalam bahasa makna kiasan atau metaforis seperti dalam bahasa Inggris.

Contoh lainnya :

Penthouse diterjemahkan menjadi tempat tinggal

10. Amplifikasi Linguistik (Linguistic Amplification) yakni teknik penerjemahan dengan menambah unsur – unsur linguistik dalam teks bahasa sasaran. Teknik ini lazim diterapkan dalam pengalihbahasaan secara konsekutif

atau sulih suara (dubbing).

11. Kompresi Linguistik (Linguistic compression) merupakan teknik penerjemahan yang dapat diterapkan penerjemah dalam pengalihbahasaan dalam penerjemahan teks film.

12. Penerjemahan harfiah (Literal translation) merupakan teknik penerjemahan di mana penerjemah menerjemahkan ungkapan kata demi kata.


(52)

Contoh :

I have quite a few friends diterjemahkan saya mempunyai sama sekali tidak banyak teman

13. Modulasi (Modulation) merupakan teknik penerjemahan dengan mengubah sudut pandang, fokus atau kategori kognitif dalam kaitannya dengan teks sumber. Perubahan sudut pandang tersebut dapat bersifat leksikal atau struktural.

Contoh :

Bsu : I broke my hand

Bsa : Tanganku patah

Pada contoh di atas, penerjemah memandang persoalannya dari objeknya, yaitu tangan, bukan dari segi pelaku ‘saya’. Cara pandang ini merupakan suatu keharusan karena dalam struktur bahasa Indonesia.

14. Partikularisasi (Particularization) adalah Teknik penerjemahan dimana penerjemah menggunakan istilah yang lebih konkrit, presisi atau spesifik, dari superordinat ke subordinat. Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik generalisasi.

Contoh:

Air transportation di terjemahkan menjadi Pesawat.

15. Reduksi (Reduction) merupakan kebalikan dari teknik Amplifikasi. Informasi teks bahasa sumber dipadatkan dalam bahasa sasaran.


(53)

The month of fasting diterjemahkan Ramadhan, Teknik ini mirip dengan teknik

penghilangan (Ommission atau deletion atau subtaction atau implisitasi).

Dengan kata lain, informasi yang eksplisit dalam teks bahasa sumber dijadikan implisit dalam teks bahasa sasaran.

16. Substitusi (Substitution) merujuk pada pengubahan unsur – unsur linguistik dan paralinguistik (intonasi atau isyarat). Bahasa isyarat dalam bahasa Arab,

yaitu dengan menaruh tangan di dada diterjemahkan menjadi Terima kasihatau

bila diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi Thank you.

17. Variasi (Variation) adalah dengan mengubah unsur - unsur linguistik atau paralinguistik yang mempengaruhi variasi linguistik : Perubahan tekstual, gaya bahasa, dialek sosial, dialek geografis. Teknik ini lazim diterapkan dalam menerjemahkan naskah drama.

18. Transposisi. Teknik penerjemahan di mana penerjemah melakukan perubahan kategori gramatikal. Teknik ini sama dengan teknik pergeseran kategori, struktur dan unit. Seperti kata menjadi frasa.

Contoh: BSu : Adept

BSa: Sangat terampil

19. Penambahan adalah teknik yang lazim diterapkan dalam kegiatan penerjemahan berupa penambahan informasi yang pada dasarnya tidak ada dalam kalimat sumber. Kehadiran informasi tambahan dalam kalimat sasaran dimaksudkan


(54)

untuk lebih memperjelas konsep yang hendak disampaikan penulis asli kepada para pembaca sasaran.

Contoh :

The women came late di terjemahkan menjadi wanita tua itu datang terlambat. Di dalam contoh kalimat ditambahkan kata ‘tua’ agar teks bahasa sasaran menjadi lebih dipahami.

20. Penghilangan (Deletion) adalah penghapusan kata atau bagian teks bahasa sumber di dalam teks bahasa sasaran. Dengan kata lain penghapusan berarti tidak diterjemahkan kata atau bagian teks bahasa sumber di dalam teks bahasa sasaran. Pertimbangannya adalah agar tidak mengalami pengulangan kata, selain itu kata atau bagian teks bahasa sumber tersebut tidak begitu penting bagi keseluruhan teks bahasa sasaran dan biasanya agak sulit diterjemahkan. Jadi mungkin penerjemah berfikir daripada harus menterjemahkan kata atau teks bahasa sumber itu dengan konsekuensi pembaca bahasa sasaran agak bingung, maka lebih baik bagi penerjemah untuk menghilangkan saja bagian itu

Contoh :

BSu : “Just like Cut Pamela her sister , “he whispered

BSa : “Sama dengan kakaknya , “katanya lirih

Contoh di atas menunjukkan bahwa dari teknik penerjemahan

dilakukan penghilangan yaitu pada nama Cut Pamela, dengan kata lain penerjemah tidak melakukan terjemahan terhadap nama, meskipun secara


(55)

dapat menjadi ‘memotong’. Agar pesan yang dimaksud penulis tidak menjadi kesalahpahaman pembaca , penerjemah melakukan teknik penghilangan pada kata tersebut.

2.6 Pergeseran dalam Penerjemahan

Larson (1989:1) mengaitkan kata “makna” dalam mendefenisikan penerjemahan, yang menyatakan bahwa penerjemahan merupakan pengalihan makna dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, maknalah yang harus dipertahankan, sedangkan bentuk boleh diubah.

Sementara, menurut Catford (1965 :20) penerjemahan berarti mentransfer

bahasa sumber ke bahasa sasaran. Penerjemahan (translating) merupakan

penggantian materi tekstual pada bahasa sumber ke bahasa sasaran. Dalam proses

penerjemahan, penerjemah (translator) selalu berusaha mendapatkan unsur bahasa

sasaran yang sepadan dengan bahasa sumbernya agar dapat mengungkapkan pesan yang sama dalam teks sasaran. Karena setiap bahasa mempunyai aturan tersendiri, maka perbedaan aturan ini akan menyebabkan terjadinya pergeseran.

Sehubungan dengan hal tersebut, Catford (1965:73) kemudian membagi

pergeseran menjadi dua jenis, yaitu :

(1) Pergeseran Tingkatan (Level Shifts)

(2) Pergeseran Kategori (Category Shifts) .

Dalam pergeseran ini, Catford (1965: 73) menyatakan bahwa sebuah


(56)

terjemahan dengan sistem bahasa yang sepadan dalam tingkat linguistik yang berbeda, umumnya pergeseran ini terjadi di sekitar perihal kosakata (leksikal) dan tata bahasa (gramatikal) .

Contoh :

Grammar to lexis

She is swimming diterjemahkan menjadi ‘Dia sedang berenang’

to be + v-ing (grammar) diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan leksikon

‘sedang’

Selanjutnya pada pergeseran kategori, pada pergeseran jenis tersebut kebebasan dalam menerjemahkan sangat diutamakan, karena dalam menerjemahkan banyak mengikuti aturan penulisan bahasa sasaran sehingga hasil penerjemahan tidak terlihat seperti bahasa terjemahan. Pergeseran kategori ini terbagi atas 4 (empat) kelompok, yaitu:

1. Pergeseran Struktur (Structure Shifts)

Dalam pengelompokan pergeseran kategori, pergeseran struktur inilah yang paling sering terjadi. Secara gramatika, pergeseran struktur dapat muncul pada berbagai tataran (kata, frase, klausa, atau kalimat), namun masih dalam tingkatan yang sama. Sebagai contoh, sebuah kalimat dalam bahasa sumber diterjemahkan masih dalam tingkatan kalimat juga, walaupun secara gramatikal kalimat dalam bahasa sasaran berbeda.

Contoh:


(57)

BSu :Your message has been sent

BSa : Kami telah mengirim pesan anda

2. Pergeseran Kelas Kata (Class Shifts)

Pergeseran kelas kata ini terjadi ketika kelas kata dalam bahasa sumber berbeda dengan kelas kata dalam bahasa sasaran.

Contoh :

Preposisi menjadi konjungsi

BSu :After that, I walked her home

BSa : Setelah kami berbelanja, aku mengantarnya pulang.

3. Pergeseran Unit (Unit Shifts)

Pergeseran ini hampir sama dengan pergeseran struktur (structure-shifts),

tetapi pada pergeseran tataran ini, tingkatan antara bahasa sumber dan bahasa sasarannya berbeda. Misalnya, dua buah kata dalam bahasa sumber dapat menjadi sebuah kata saja dalam bahasa sasaran.

Contoh :

kata menjadi frasa

BSu :Summer

BSa : Musim panas

BSu : Crib


(58)

4. Pergeseran Intra Sistem (Intra System-Shifts)

Sesuai dengan namanya, pergeseran ini terjadi pada kasus-kasus yang melibatkan sistem internal pembentukan bahasa dalam terjemahan. seperti pergeseran yang terjadi pada gramatikal yang sama

Contoh :

BSu : The king married Balqis BSa : Raja kawin dengan Balqis

Kata merried dalam bahasa Inggris adalah transitif sedangkan kata kawin

dalam bahasa Indonesia adalah verba intransitif.

2.7 Keterbacaan Teks Terjemahan

Pada awalnya istilah keterbacaan hanya dikaitkan dengan kegiatan membaca. Kemudian, istilah keterbacaan itu digunakan dalam bidang penerjemahan karena setiap kegiatan menerjemahkan tidak bisa lepas dari kegiatan membaca. Dalam konteks penerjemahan, istilah keterbacaan itu pada dasarnya tidak hanya menyangkut keterbacaan teks bahasa sumber tetapi juga keterbacaan teks bahasa sasaran. Hal itu sesuai dengan hakekat dari setiap proses penerjemahan yang memang selalu melibatkan kedua bahasa itu sekaligus. Akan tetapi, hingga saat ini indikator yang digunakan untuk mengukur tingkat keterbacaan suatu teks masih perlu dipertanyakan keandalannya.

Ukuran keterbacaan suatu teks yang didasarkan pada faktor-faktor kebahasaan oleh karena itu, seorang penerjemah perlu memahami konsep keterbacaan teks


(59)

bahasa sumber dan bahasa sasaran. Pemahaman yang baik terhadap konsep keterbacaan itu akan sangat membantu penerjemah dalam melakukan tugasnya.

2.7.1 Faktor-faktor yang Menentukan Tingkat Keterbacaan Terjemahan Teks Cerita Anak.

Pada bagian ini dibahas faktor-faktor yang menentukan tingkat keterbacaan teks. Contoh-contoh yang diberikan dikutip dari berbagai sumber dan dalam berbagai bahasa. Akan tetapi, ada baiknya jika penafsiran terhadap definisi keterbacaan itu dikemukakan terlebih dahulu sebagai pedoman utama dalam membahas faktor-faktor yang menentukan tingkat keterbacaan teks dalam konteks penerjemahan.

Keterbacaan, atau dalam bahasa Inggris disebut readability, menunjuk pada

derajat kemudahan sebuah tulisan untuk dipahami maksudnya. Pelibatan unsur pembaca dalam menentukan tingkat keterbacaan suatu teks merupakan unsur tambahan yang sangat penting pada faktor-faktor kebahasaan. Bagaimana pun juga setiap teks yang dihasilkan adalah untuk dibaca, dan dengan demikian secara otomatis teks itu melibatkan pembaca.

Sakri dalam Nababan (2003 : 63) mengemukakan faktor-faktor mengenai keterbacaan, seperti yang tertuang dalam kutipan di bawah ini.

"Keterbacaan, antara lain bergantung pada kosa kata dan bangun kalimat yang dipilih oleh pengarang atau penerjemah untuk tulisannya. Tulisan yang banyak mengandung kata yang tidak umum lebih sulit dipahami daripada yang menggunakan kosa kata sehari-hari, yang sudah dikenal oleh pembaca pada umumnya”.


(60)

Selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, faktor-faktor lainnya, seperti penggunaan kata – kata baru , kata taksa , kata kias (Idiom), kalimat tidak lengkap juga dapat membuat tingkat keterbacaan teks menjadi rendah, untuk lebih memahami faktor – faktor keterbacaan tersebut , dapat di jelaskan sebagai berikut:

Penggunaan Kata - Kata Baru

Kata - kata baru baik berupa istilah asing atau kata bahasa daerah, yang masih asing bagi pembaca, akan mengakibatkan uraian keterbacaan suatu teks menjadi rendah. sebagai contoh penggunaan kata istilah yang berhubungan dengan kedokteran

yaitu “cast” yang terjemahannya digips (Dt: 322), pada hasil terjemahan tersebut

terdapat dalam kamus Inggris – Indonesia (Echols dan Shadly, 2003:101l ). Penerjemahan di atas serupa dengan terjemahan yang terdapat dalam buku

bilingual Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom.

Penggunaan Kata Taksa

Kata taksa, dalam bahasa Inggris disebut ambiguous word, menunjukkan kepada kata yang mempunyai lebih dari satu makna, terdapat dalam setiap bahasa,

seperti canvas yang diterjemahkan kanvas (Dt :202), kain kanvas, kain mota /

terpal,kain tebal untuk alas lantai ring tinju.

Menerjemahkan kalimat yang mengandung kata – kata yang mengandung kata-kata taksa memerlukan ke hati- hatian dari pihak pembaca. Penerjemah harus mampu mengetahui konteks dan suatu teks.


(61)

Penggunaan Kata Kias (Idiom)

Idiom atau kata kias adalah kata – kata yang tidak bisa di mengerti dan di terjemahkan secara harfiah dan biasanya menyimpang dari kaidah gramatika yang umum. Untuk itu penerjemah harus memahami maknanya adalam kaitannya dengan konteksnya meskipun ada beberapa idiom yang sudah sangat umum. seperti : (contoh dalam Suryawinata, 2003:116)

BSu : Don’t lose your heart. The sun always rises in the morning.

BSa : Jangan patah semangat. matahari selalu terbit tiap pagi

Namun dalam beberapa Idiom memungkinkan pembaca sulit memahaminya disebabkan faktor ungkapan - ungkapan yang belum umum diketahui, didengar atau dipelajari, sebagai contoh :

BSu : True friend are the true treasure (Dt:055)

BSa : Teman sejati adalah harta sesungguhnya.

Pada umumnya hubungan darah seperti anak atau keluarga yang dikiaskan

dengan harta sesungguhnya, namun untuk pesan yang disampaikan dalam terjemahan (BSa) bahwa teman sejati sebanding dengan seseorang yang memiliki harta yang sangat berharga dalam kehidupannya.

Kata kias (Idiom) sering muncul dalam karya-karya sastra, kaidah-kaidah sastra memperbolehkan pemakaian kata atau kalimat yang bermakna konotatif. Penafsiran sastra terrhadap makna kata atau kalimat dalam karya sastra diserahkan


(62)

sepenuhnya kepada pembaca. Itulah sebabnya karya sastra seperti drama,novel, cerita anak lebih sulit diterjemahkan daripada karya ilmiah.

Penggunaan kalimat yang tidak lengkap

Kalimat tidak lengkap menunjukkan kalimat yang unsur-unsur yang membentuk seperti subjek, predikat, dan objek. Ketidak-lengkapan, unsur-unsur itu akan mempersulit pembaca dalam memahami pesan yang dimaksudkan oleh penerjemah.

Contoh :

BSu : She always protects me from dangerous animals

BSa : Dia selalu melindungi dari hewan – hewan yang berbahaya. (Dt :031)

Terjemahan pada kalimat di atas menunjukkan kalimat yang tidak lengkap tampak dari tidak hadirnya objek dalam terjemahan meskipun dalam penerjemahan teknik penghilangan itu diberlakukan namun jika ketidaklengkapan unsur - unsur yang membentuk struktur kalimat dalam suatu teks akan menyulitkan si pembaca untuk memahami suatu teks terjemahan, tidak menutup kemungkinan tingkat keterbacaan teks akan menjadi sangat rendah.

2.8 Penelitian yang Relevan

Kajian yang relevan dengan penelitian yang dapat menjadi acuan dalam penelitian tesis ini adalah :


(63)

Dalam tesis Novalinda. S 130908010. 2010. yang berjudul “Analisis Teknik, Metode, Ideologi dan Kualitas Terjemahan Cerita Anak Serial Erlangga for Kids”.. Program Magister Linguistik Penerjemahan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Kata kunci : Teknik, Metode, Ideologi, Kualitas terjemahan, Cerita anak.

Penelitian ini adalah penelitian tentang jenis - jenis teknik penerjemahan, metode penerjemahan, ideologi penerjemahan dan kualitas terjemahan terhadap dwi bahasa cerita anak serial Erlangga for Kids. Tujuan dari penelitian ini adalah: petama untuk mengidentifikasi teknik - teknik penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan cerita anak, kemudian menganalisis metode dan ideologinya. Tujuan kedua adalah untuk mengidentifikasi dampak penerapan teknik-teknik penerjemahan pada kualitas terjemahan cerita anak yang dilihat berdasarkan keakuratan, keberterimaan dan keterbacaan. Tujuan terakhir adalah mengidentifikasi teknik mana yang memiliki tingkat keakuratan dan keberterimaan paling tinggi.

Metode penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Sumber data penelitian ini adalah buku cerita anak yang berupa bilingual book dan juga para informan. Dari data tersebut diidentifikasi teknik-teknik penerjemahannya, kemudian berdasarkan teknik penerjemahan yang digunakan dapat disimpulkan metode penelitian dan ideologi penerjemahannya. Untuk menilai keakuratan dan keberterimaan data tersebut dinilai oleh tiga orang rater yang sudah terbiasa dengan bidang penerjemahan dan bahasa Indonesia, sedangkan untuk keterbacaan penulis meminta lima orang anak yang duduk di kelas 3 dan 4 sekolah dasar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat sepuluh teknik penerjemahan


(64)

yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan yaitu literal sebanyak 253 data dari 388 data atau 65 %, transposisi sebanyak 58 data atau 15%, reduksi sebanyak 27 data atau 7%, Amplifikasi sebanyak 21 data atau 5,4%, modulasi sebanyak 9 data atau 2,3 %, adaptasi sebanyak 10 data atau 2,6%, pure borrowing 4 data atau 1 %, kreasi diskursif 1 data atau 0,25%, padanan tetap yang 3 data atau 0,7% dan generalisasi 1 buah data atau 0,25%. Terdapat banyak data yang diterjemahkan menggunakan lebih dari 1 teknik. Berdasarkan mayoritas teknik penerjemahan yang digunakan penerjemah dapat ditarik simpulan bahwa metode penerjemahannya adalah metode penerjemahan literal dengan kecenderungan mempertahankan bentuk bahasa sumber atau ideologi foreinisasi.

Penerapan teknik penerjemahan juga berdampak terhadap kualitas terjemahan yaitu adanya terjemahan yang sudah akurat, kurang akurat dan tidak akurat. Untuk tingkat keberterimaan pun demikian menghasilkan terjemahan yang berterima, kurang berterima dan tidak berterima. Hal ini dibuktikan bahwa dari 388 data sebanyak 287 data (73,9%) termasuk kategori terjemahan yang akurat, sebanyak 88 data (22,6%) dikategorkan terjemahan kurang akurat dan sebanyak 14 data (3,6%) termasuk kategori tidak akurat. Sementara untuk tingkat keberterimaan sebanyak 326 data (84%) masuk kategori terjemahan berterima, 52 data (13,4%) termasuk kategori terjemahan kurang berterima dan sebanyak 10 data (2,57%) termasuk kategori terjemahan tidak berterima. Untuk tingkat keterbacaan pada umumnya terbaca hanya teknik peminjamanlah yang punya tingkat keterbacaan rendah.


(65)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Novalinda dan seperti yang telah diuraikan di atas, penulis mengambil rujukan untuk melakukan penelitian lebih lanjut yaitu berupa teknik, pergeseran dan tingkat keterbacaan terjemahan buku

bilingual Kumpulan Cerita Kasih Ibu I Love You Mom.. Beberapa Indikator yang

digunakan dalam penelitiannya memiliki tujuan yang sama dengan penelitian yang dilakukan penulis dalam tesis ini yaitu teknik dan tingkat keterbacaan. Namun yang berbeda adalah pembaca sasaran untuk hasil terjemahan cerita anak ditemukan penyesuaian bahan bacaan terhadap tingkat usia anak termasuk tingkat pendidikan, karena teknik penerjemahan untuk memilih tataran kata dalam proses penerjemahan akan mempengaruhi tingkat keterbacaan hasil terjemahan.

Oleh karena itu, dalam tesis ini penulis akan membahas bahwa penerjemahan bukan sekedar mengalihkan bahasa sumber ke bahasa sasaran yang hanya berdasarkan teknik penerjemahan secara teori, namun seyogyanya terjemahan dapat menghasilkan terjemahan yang komunikatif dan dapat dipahami serta dapat dinikmati oleh pembaca buku bilingual cerita anak .


(1)

(2)

LAMPIRAN VII

DOKUMENTASI PENELITIAN

Peneliti sedang membacakan teks terjemahan buku bilingual kumpulan cerita kasih ibu

I Love You Mom…

Siswa sedang menyimak dan memberi tanda checklist pada lembaran kuesioner

Siswa sedang mengisi lembaran kuesioner berdasarkan pemahamannya.

Peneliti sedang menjelaskan kata yang sulit bagi pembaca terjemahan buku bilingual kumpulan cerita kasih ibu I Love You Mom…


(3)

DATA PRIBADI NARASUMBER

NAMA

: SUMARTI, S.Pd

NIP

: 19550330 198612 2 001

JABATAN

: GURU BAHASA INDONESIA

UNIT KERJA

: SMP NEGERI 10 MEDAN

ALAMAT UNIT KERJA

: JL. LEDJEND DJAMIN GINTING

KM.4,5 PADANG BULAN MEDAN

NOMOR TELP / HP

: ( 61)778247/081370200055

LAMPIRAN VIII


(4)

HASIL WAWANCARA

Pewawancara : Nurhayuna (N) Nara Sumber : Sumarti (S)

N : Assalamualaikum, selamat siang bu...? S : Wa’alaikum salam…..selamat siang

N : Bu... bisa anda jelaskan dalam mata pelajaran bahasa Indonesia, apakah cerita anak sudah dipelajari?

S : Ya... dalam materi, mata pelajaran saya, cerita anak sudah saya ajarkan, untuk kelas VII SMP dan VIII lebih berfokus pada cerita anak dalam bentuk cerita dongeng, sedangkan untuk kelas IX dalam bentuk novel. N : Sejauh ini, adakah kendala ibu dalam proses belajar mengajar terutama

ketika ibu menyampaikan materqi cerita anak ?

S : Tidak ada, ketika saya mengajarkan cerita anak, mereka dapat mengikuti materi saya, seperti dapat menceritakan kembali apa yang sudah saya ceritakan.

N : Dalam teks cerita anak, biasanya sebagian kalimat mengandung kata kias atau Idiom, apakah kata tersebut dapat dimengerti oleh siswa kelas VIII ? S : Pada umumnya kata kias yang digunakan dalam cerita anak sudah umum

digunakan, namun jika ada yang belum paham, pastinya saya akan menjelaskan kembali, termasuk juga kata - kata yang baru mereka ketahui seperti kata istilah dan kata serapan.

N : Terima kasih ibu atas informasinya S : Terima kasih kembali.

LAMPIRAN IX


(5)

(6)