Proses Penerjemahan KAJIAN PUSTAKA

2.3 Proses Penerjemahan

Proses Penerjemahan yang dimaksud di sini adalah suatu model untuk menerangkan proses pikir internal yang dilakukan manusia saat melakukan penerjemahan. Nida dan Taber 1969:33 mengambarkan proses penerjemahannya, sebagai berikut: A Source B Receptor Analysis Restructuring X Transfer Y Gambar 1.1 : Proses Penerjemahan oleh Nida dan Taber 1982:33 Dalam Proses ini terdapat tiga tahap yaitu tahap analisis analysis, tahap pengalihan transfer dan tahap penyusunan kembali restructuring. Penerjemah menganalisis teks BSu dalam hal a hubungan gramatikal kata - kata untuk memahami makna atau isinya secara keseluruhan. Hasil tahap ini, yaitu makna BSu yang telah dipahami, ditransfer ke dalam pikiran penerjemah dari BSu ke dalam BSa.Setelah itu, dalam tahap restrukturisasi, makna tersebut ditulis kembali dalam BSa sesuai dengan aturan dan kaidah yang ada dalam BSa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh berikut: Kalimat asli : She taught them all about flower Dt:168 1. Analisis. pada tahap pertama penerjemah memikirkan hal–hal berikut. She adalah subjek kalimat asli. taught adalah kata kerjanya. She adalah orang ketiga tunggal dan berjenis kelamin perempuan. kata kerja teach secara grammar harus berubah menjadi taught, hal tersebut untuk menunjukkan bahwa kejadiannya sudah berlangsung. Sedangkan them adalah objek yang penderita, all about flower diterjemahkan menjadi ‘semua hal tentang bunga’, meskipun penerjemah menambahkan kata ‘hal’. untuk memperjelaskan bahwa yang diajarkan bukan hanya mengenai bunga melainnya segala sesuatu yang berhubungan dengan bunga. 2. Transfer. Pada tahap kedua penerjemah mengalihkan materi – materi yang telah dianalisis dari bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran diantaranya yaitu orang ketiga tunggal adalah ia, dia, dan beliau dalam bahasa Indonesia. Jenis kelamin perempuan tidak dapat diwakili dengan kata lain selain kata perempuan atau wanita. taught terjemahan menjadi mengajari yang menjelaskan pekerjaan tersebut telah selesai dikerjakan. Selanjutnya, all about flower yang diterjemahkan menjadi semua hal tentang bunga, penerjemahan tersebut tidak mengalami pergeseran, tetapi penerjemah menambahkan kata hal untuk menjelaskan bahwa dia mengajari segala yang ada pada bunga tersebut, meskipun pada penerjemahan. harus diingat, semua yang dilakukan dalam tahap ini hanya terjadi di dalam pikiran penerjemah . 3. Restrukturisasi. Pada tahap ketiga, mulailah penerjemah menyusun kembali makna dengan menuliskan sesuatu terjemahan dari kalimat tersebut di atas, contohnya : ‘Dia perempuan mengajari semua hal tentang bunga.’ 4. Evaluasi dan Revisi. Dalam tahap ini penerjemah kembali mengamati hasil kerjanya. Dia merasa bahwa kalimat itu kurang luwes dalam bahasa Indonesia, maka kata ‘perempuan’ tidak diterjemahkan. Kata beliau dirasanya terlalu sopan, maka penerjemah bisa merevisi kalimat itu menjadi ‘dia mengajari semua hal tentang bunga’. Selain Nida dan Taber, Larson 1984:3 juga mengajukan model proses terjemahan. Hal tersebut terlihat pada gambar berikut : SOURCE LANGUAGE RECEPTOR LANGUAGE Gambar 1.2 : Proses penerjemahan menurut Larson 1984:2 Text to be translated Discover the meaning Meaning Re-express the meaning Translation Gambar tersebut menunjukkan proses yang sama dengan restrukturasi Nida dan Taber, yang berbeda adalah tahap transfer. Larson tidak mengungkapkan secara terpisah pada tahap ini, tatapi Larson menganggap bahwa dalam tahap transfer pada proses penerjemahan yang dilakukan secara otomatis hadir jika penerjemah mengungkapkan kembali makna yang dipahami di dalam BSa. Dari bahasan tentang proses penerjemahan dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya proses penerjemahan terdiri dari dua tahap : a Analisis teks asli dan pemahaman makna dan atau pesan teks asli dan b pengungkapan kembali makna atau pesan yang berterima dalam bahasa sasaran, termasuk gaya bahasa yang digunakan penerjemah dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.

2.4 Pengertian Kata, Frasa, Klausa dan Kalimat.