Calque adalah teknik penerjemahan dimana penerjemah menerjemahkan frasa Kompensasi Compensation yakni teknik penerjemahan dimana penerjemah

ungkapan breakfast menjadi ‘sarapan’ mengacu pada makan di pagi hari, meskipun jenis makanan kedua budaya tersebut berbeda.

2. Amplifikasi Amplification adalah teknik penerjemahan yang mengeksplisitkan

atau memparafrase suatu informasi yang implisit dalam bahasa sumber. Contoh : Kata Imlek dapat diparafrasekan menjadi hari raya tahun baru Tiongkok. Kata Imlek yang merupakan kata atau gabungan kata yang dengan diparafasekan dalam bahasa sumbernya secara implisit informasi yang tersembunyi. Tetapi dalam teknik penerjemahannya memberikan informasi yang diekspresikan secara jelas pada unsur bentuk gramatikalnya, yaitu hari raya tahun baru Tiongkok.

3. Peminjaman Borrowing ialah teknik penerjemahan yang dilakukan dengan

meminjam kata atau ungkapan dari BSu. Peminjaman itu bisa bersifat murni pure borrowing tanpa penyesuaian atau peminjaman yang sudah dinaturalisasi naturalized borrowing dengan penyesuaian pada ejaan ataupun pelafalan. Kamus resmi pada BSa menjadi tolak ukur apakah kata atau ungkapan tersebut merupakan suatu pinjaman atau bukan. Contoh : BSa : Mixer BSu : Mixer Peminjaman Murni BSa : Mixer BSu : Mikser Peminjaman Alamiah

4. Calque adalah teknik penerjemahan dimana penerjemah menerjemahkan frasa

bahasa sumber secara literal. Contoh: Directorate general diterjemahkan menjadi ‘Direktorat Jendral’. Intereferensi struktur bahasa sumber pada bahasa sasaran adalah khas dari teknik calque. Pada frasa Directorate general yang diterjemahkan menjadi ‘Direktorat general’ tidak mengubah makna dan letak strukturnya pada bahasa sasaran.

5. Kompensasi Compensation yakni teknik penerjemahan dimana penerjemah

memperkenalkan unsur-unsur informasi atau pengaruh stilistik teks bahasa sumber di tempat lain dalam teks bahasa sasaran. Contoh: Why don’t you write a good thrilling detective story? ‘she asked. Me? exclaimed Mrs. Albert Forrester, for the first time in her life regardless of grammar. “Mengapa Anda tidak menulis roman detektif yang menegangkan?”tanyanya. “Apaan?” teriak Ny. Albert Forrester, untuk pertama kali dalam kalimat elipsi bentuk kasus datif akusatif kasus objekpronominal persona me dan bukannya I, karena penggunaan me dianggap oleh banyak orang sebagai “pelanggaran” norma gramatikal, padahal anggapan seperti itu tidak cukup berdasar, karena bentuk me dalam hal semacam itu sudah lama menjadi norma bahasa standar Prof. M. Whitehall 51:104 dari Universitas Udayana dalam Moentaha Salihen, 2006:35, yang mengakui “pelanggaran” gramatikal seperti itu sebagai bentuk yang resmi dan sah bahasa Inggris percakapan. Dan pengakuannya diperkuat dengan contoh Colloqual spoken English often uses them as the plural from this and that, written English uses these and those. “Them men have arrived”, Tapi dalam proses terjemahan, bagaimana pun juga “ pelanggaran” gramatikal dalam sastra tetap mengandung nuansa ekspresif yang wajib disampaikan lewat teknik kompensasi oleh penerjemah ke dalam teks terjemahan, tidak pandang akan adanya pengakuan, bahwa pelanggaran seperti itu tidak masalah. Mengingat bahasa Indonesia tidak mengenal sistem kasus yang mengubah bentuk pronominal personal seperti itu penerjemah memutuskan untuk menggunakan teknik kompensasi, yaitu mengkompensasikan me dengan pronomina ragam cakapan “apaan” di tempat pronominal ragam baku “apa”. Dengan demikian, penerjemah berha sil menyampaikan informasi yang sama juga “melanggar” norma gramatikal karena menggunakan pronominal ragam tidak baku. Contoh terjemahan di atas menunjukkan, bahwa teknik kompensasi digunakan, terutama sekali, untuk menyampaikan spesifikasi bahasa pemberi, seperti nuansa dialek, pertuturan individual yang spesifik, yang tidak selalu mempunyai padanan dalam bahasa sumber.

6. Deskripsi Description merupakan teknik penerjemahan yang diterapkan