1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat miskin selama ini belum terjangkau oleh lembaga keuangan formal. Padahal, banyak usaha produktif pada usaha mikro yang digeluti oleh
orang-orang miskin yang potensial untuk dibiayai. Kalau usaha-usaha tersebut mendapatkan pembiayaan sekaligus bantuan teknis berupa pendampingan, tentu
akan terbuka peluang untuk lebih berkembang, sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat yang akhirnya lepas dari jeratan kemiskinan.
Secara nasional pemerintah berupaya melakukan berbagai tindakan dalam menanggulangi masalah kemiskinan di antaranya melalui program jaring
pengaman sosial JPS atau social safety net SSN dan program kompensasi CP yang dipadu dengan Program Penanggulangan Kemiskinan atau Poverty
Allevation PA, Program
Modal Awal dan Padanan MAP bagi UKMK serta P2KP dalam hal ini kaum miskin di perkotaan yang mempunyai usaha produktif,
diberikan bantuan pembiayaan berupa dana bergulir, sekaligus diberikan pendampingan agar dana tersebut bisa dimanfaatkan secara optimal bagi
pengembangan usahanya.
1
1
Agus Hidayat, Program Dana Berguli, diakses pada tanggal 22 Juni 2008 dari http:www.sentrakukm.com
2
Pada upaya penanganan masalah kemiskinan di tahun 2009, pelaksanaan Kelompok Usaha Bersama KUBE telah menjangkau 3.362 KK dengan guliran
dana sebesar Rp 500.000,- KK atau meningkat 1.112 KK dari jumlah penerima di tahun 2008 sebanyak 2.150 KK. Total dana guliran pun meningkat sebesar
Rp506.000.000,00 dari Rp1.075.000.000,00 di tahun 2008 menjadi Rp1.681.000.000,00 di tahun 2009. Pelaksanaan KUBE pun telah berjalan relatif
baik karena tingkat pengembalian dana guliran hampir mencapai 100 . Selain itu, juga telah diselenggarakan serangkaian pelatihan bagi gakin yang menjadi
sasaran program dalam rangka meningkatkan kemampuan dan keterampilan, seperti potong rambut, sablon, menjahit, budi daya sayuran, dan pasca panen
sayuran. Penyaluran beras gakin yang di tahun 2009 telah mencapai 7.936.785 kg atau sekitar 99 dari target sebesar 8.017.200 kg dan telah disalurkan kepada
44.540 KK miskin yang terdiri dari 42.328 KK layak dan 2.212 KK tambahan.
2
Pada urusan koperasi dan usaha kecil dan menengah KUKM, ada beberapa indikator positif yang di antaranya tergambar dari peningkatan rata-rata
omset KUKM sebesar 160,9 atau Rp 226.427.662,00 dari target yang ditetapkan sebesar Rp 140.871.525,00. Begitu pun dengan jumlah UKM yang
2
Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Kota Bogor Tahun Anggaran 2009 diakses pada 2 Juni 2010 dari
http:www.kotabogor.go.idindex.php?option=com_contenttask=viewid=5644Itemid=62limit= 1limitstart=0
3
mencapai 32.256 unit, atau sekitar 139 dari target jumlah UKM sebanyak 25.326 unit.
3
Pada saat yang sama, jumlah koperasi di tahun 2009 telah memenuhi target yaitu sebesar 100,01 atau 758 unit koperasi dari 757 koperasi yang
ditargetkan. Namun dari jumlah tersebut, koperasi yang aktif hanya mencapai 32 atau sekitar 243 koperasi.
4
Sedangkan dalam upaya pemberdayaan Koperasi Pembiayaan Ekonomi Kelurahan KPEK telah dilakukan diberikan bantuan permodalan kepada 9
KPEK sebesar Rp10.000.000,00 per KPEK. Jadi, sampai dengan tahun 2009, jumlah KPEK yang telah menerima bantuan sampai dengan tahun 2009, ada
sebanyak 35 KPEK dari 68 KPEK se-Kota Bogor.
5
Keberhasilan Muhamad Yunus – seorang dosen Ekonomi di Universitas Chittagong, Banglades – melalui proyek percontohan Grameen Bank ’bank
pemberdayaan kaum miskin’ memberikan banyak inspirasi bagi para pelaku ekonomi mikro serta lembaga-lembaga pemberdayaan masyarakat miskin di
berbagai belahan dunia untuk mengadopsi program tersebut sebagai alternatif baru dalam pengembangan serta pemberdayaan keuangan mikro masyarakat
3
Ibid.,
4
Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Kota Bogor Tahun Anggaran 2009 diakses pada 2 Juni 2010 dari
http:www.kotabogor.go.idindex.php?option=com_contenttask=viewid=5644Itemid=62limit= 1limitstart=0
5
Ibid.,
4
miskin untuk mengeluarkannya dari garis kemiskinan serta meningkatkan kualitas hidupnya.
Menarik bahwa fokus ataupun objek yang menjadi sasaran dalam program ini adalah para perempuan-perempuan yang sebelumnya dianggap inferior dalam
pembangunan ekonomi dan sosial yang pada akhirnya mendapat kesempatan untuk turut berkiprah secara mandiri.
Kaum perempuan pun masih menghadapi masalah dengan properti yang dapat dijadikan jaminan mendapatkan dana bagi usaha mereka. Pada umumnya
properti yang dapat diterima bank sebagai jaminan adalah tanah, rumah, dan kendaraan yang terdaftar atas nama suami. Sehingga pihak istri tidak memiliki
akses atas bukti kepemilikan properti tersebut. Persyaratan ini sungguh tidak menguntungkan perempuan karena mereka dengan sendirinya tidak mempunyai
posisi tawar yang baik dalam keluarga, apalagi bila dia sudah hidup terpisah dari suami.
Namun lain halnya di Grameen Bank, sebagaimana dikatakan Yunus bahwa dalam perbincangannya dengan manajer kantor cabang Janata Bank
“Orang paling miskin diantara kaum miskin bekerja dua belas jam sehari. Mereka perlu menjual sesuatu guna memperoleh penghasilan buat dimakan. Mereka
sangat punya alasan untuk membayar kembali, yakni untuk mendapat pinjman lagi dan bisa melanjutkan hidup esok harinya. Itu jaminan terbaik yang bisa anda
5
dapatkan: nyawa mereka”.
6
Pembayaran kembali pinjaman oleh para peminjam tanpa agunan ini terbukti jauh lebih baik ketimbang mereka yang pinjamannya
dijamin oleh asset. Lebih dari 98 pinjaman dilunasi. Kaum miskin tahu bahwa ini adalah satu-satunya peluang mereka untuk keluar dari kemiskinan.
7
Muhammad Yunus dan Grameen Bank-nya telah berhasil membuktikan bahwa gerakan nyata untuk mendayagunakan ekonomi masyarakat bawah bisa
berjalan. Salah satu ciri unik Grameen Bank adalah pola pemberian kreditnya yang disandarkan pada pembentukan kelompok kecil penerima kredit. Satu
kelompok terdiri dari lima orang yang saling bantu dan mengawasi dalam proses income generating
ini.
8
Filsafat manusia yang menopang Grameen Bank cukup menarik yaitu
bahwa kemiskinan menurut filosofi itu bukan disebabkan absennya keterampilan skill,
karena keterampilan tidak berbanding lurus dengan kualitas hidup
seseorang. Dengan kata lain, keterampilan bukan ukuran posisi sosio-ekonomi seseorang. Filosof Rawls menyebutnya sebagai hasil lotre alam. Keterampilan
pun memerlukan dana untuk menatanya. Sementara orang miskin tidak memiliki cukup dana untuk itu. Kalaupun ada, dana itu berupa sumbangan yang tidak
menuntut pertanggungjawaban, bahkan menciptakan ketergantungan. Padahal,
6
Muhammad Yunus dan Alan Jolis, Bank Kaum Miskin, Tangerang: Marjin Kiri, 2007 h. 53
7
Ibid., h. 57
8
Dono Widiatmoko”Nobel untuk Muhammad Yunus dan Grameen Bank” diakses pada 22 Juni 2008 dari http:donowidiatmoko.wordpress.com20061013
6
menurut filosofi Grameen Bank, keluarnya seseorang dari kemiskinan menuntut inisiatif dan kreativitas.
9
Hal tersebut sejalan dengan firman Allah :
ﺪﻋﺮ ا :
Artinya
: “
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri
.” Q.S. Ar-Ra’d : 11
Keberhasilan Grameen Bank di Bangladesh ini selayaknya menjadi bahan pembelajaran bagi kita. Selama ini yang menjadi fokus pembangunan adalah
bagaimana menarik modal asing dan seakan melupakan potensi ekonomi kaum miskin pedesaan di Indonesia. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia
tinggal di pedesaan, mereka tidak selayaknya menjadi kelompok yang dilupakan dalam upaya meningkatkan perekonomian Indonesia. Sudah lama mereka
dilupakan dan sudah saatnya mereka dibantu untuk bangun. Namun Islam sebagai suatu sistem hidup yang komprehersip dan kaffah
mewajibkan para pemeluknya untuk menjadikannya sebagai sumber pedoman dan referensi utama dalam setiap aspek kehidupan dari mulai urusan Aqidah, Syariah,
Sosial dan Ekonomi. Wahyu ilahi yang terwujud dalam al-Quran dan Sunnah menjadi sumber kajian ekonomi Islam yang syarat dengan nilai-nilai dan prinsip-
9
Donny Gahral Adian, Grameen Bank, Bank Kaum Miskin, artikel.
7
⌧
☺ ☺
ةﺪﺋﺎ ا :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan kebenaran Karena Allah menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,
mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah,
Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Al-Maidah: 8
Dari uraian tersebut maka penelitian ini ingin mengambarkan pola pemberdayaan masyarakat miskin serta dampaknya bagi kaum miskin dengan
mengaplikasikan program ”Grameen Bank” bank pemberdayaan kaum miskin di Bangladesh namun dalam prakteknya tetap berada dalam jalur nilai-nilai dan
prinsip-prinsip ekonomi Islam dan tidak melanggar syariat.
8
Oleh karena itu, penyusun tertarik untuk membahas permasalahan tersebut ke dalam suatu penelitian sebagai karya ilmiah dalam bentuk skripsi dengan judul
”POLA GRAMEEN SYARIAH UNTUK PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT BERBASIS RUMAH TANGGA
Studi terhadap Program Pendampingan Kelompok Pembiayaan bagi Perempuan Miskin oleh Koperasi
Baitul Ikhtiar di Bogor”.
B. Identifikasi Masalah