Kemiskinan dan Klasifikasinya Pemberdayaan Ekonomi

29

4. Kemiskinan dan Klasifikasinya

Departemen Sosial RI membagi kemiskinan dalam dua kategori, yaitu: a. Kemiskinan kronis chronic poverty adalah kemiskinan yang telah berlangsung dalam jangka waktu yang lama, turun temurun, atau disebut juga sebagai kemiskinan struktural. b. Kemiskinan sementara transient poverty adalah kemiskinan yang ditandai dengan menurunnya pendapatan dan kesejahteraan anggota masyarakat secara sementara sebagai akibat dari perubahan kondisi normal menjadi kondisi kritis, bencana alam dan bencana sosial, seperti korban konflik sosial, korban gempa bumi, korban Pemutusan Hubungan Kerja PHK. Kemiskinan sementara jika tidak ditangani serius dapat menjadi kemiskinan kronis. Menurut para pemerhati kemiskinan, kemiskinan dapat dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu: 23 a. Kemiskinan absolut yaitu tingkat pendapatannya di bawah garis kemiskinan atau pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan minimum pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan; b. Kemiskinan relatif adalah kondisi dimana pendapatannya berada pada posisi di atas garis kemiskinan, jika dibandingkan dengan pendapatan masyarakat sekitarnya. Seseorang yang tergolong miskin relatif 23 Erik Syehabudin, “Pemberdayaan dan Penanggulangan Kemiskinan”. 30 sebenarnya telah hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah kemampuan masyarakat sekitarnya; c. Kemiskinan struktural adalah kondisi atau situasi miskin karena pengaruh kebijakan pembangunan yang belum menjangkau seluruh masyarakat sehingga menyebabkan ketimpangan pada pendapatan; d. Kemiskinan kultural adalah mengacu pada persoalan sikap seseorang atau masyarakat yang disebabkan oleh faktor budaya, seperti tidak mau berusaha untuk memperbaiki tingkat kehidupan, malas, pemboros, tidak kreatif, meskipun ada usaha dari pihak luar untuk membantunya. Ada dua kondisi yang menyebabkan kemiskinan bisa terjadi, yakni kemiskinan alamiah dan karena buatan. Kemiskinan alamiah terjadi antara lain akibat sumber daya alam yang terbatas, penggunaan teknologi yang rendah dan bencana alam. Kemiskinan buatan terjadi karena lembaga- lembaga yang ada di masyarakat membuat sebagian anggota masyarakat tidak mampu menguasai sarana ekonomi dan berbagai fasilitas lain yang tersedia, hingga mereka tetap miskin. Maka itulah sebabnya para pakar ekonomi sering mengkritik kebijakan pembangunan yang selalu terfokus pada pertumbuhan ketimbang pemerataan. 24 Selain itu kemiskinan perempuan disebabkan banyak faktor yang cukup komplek. Tetapi ia dapat ditelaah dalam dua hal. Pertama, perspektif 24 Dave Akhbarshah Fikarno, “Memahami Kemiskinan” diakses pada tanggal 29 Oktober 2008 dari http:daveakbarshahfikarno.wordpress.com20090127memahami-kemiskinan 31 ekonomi. Secara gamblang kemiskinan dan pemiskinan perempuan ini terlihat dalam sektor ekonomi. Seorang perempuan yang ikut mencari penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dari kelompok miskin, lebih miskin dari laki-laki dari kategori yang sama. Perempuan yang tidak memiliki penghasilan, jauh lebih buruk situasinya dibanding perempuan yang mempunyai penghasilan dalam keluarga dengan tingkat ekonomi subsisten. 25 Namun ketika perempuan ikut mencari peghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, sebagian penghasilannya dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan gizi keluarga, dan lebih meningkatkan kebutuhan dasar keluarganya dibanding laki-laki. 26 Kedua, perspektif politik. Dalam dimensi ini, perempuan tidak terwakili secara proporsional diantara kelompok miskin dan tidak punya kekuasaan. Kemiskinan perempuan ini antara lain kerentanan hidup vulnerability, kesempatan dan suara voicelessnessa and powerlessness, serta didukung pemerintah yang sangat bias gender male-biased governance system . Dimensi kemiskinan gender, bias gender juga mudah ditemui dalam kebijakan struktural, perbedaan efek kebijakan dan dana yang tidak memadai 25 Imam Cahyono, “Wajah Kemiskinan, Wajah Perempuan Poperty has a Women Face”, Jurnal Perempuan, no. 42 Juli 2005: h. 11 26 Ibid., h. 12 32 untuk mendukung kebijakan yang memihak kaum perempuan. Jadi, diskriminasi terhadap perempuan sangat kental. 27 Menurut Marguiret Robinson, pinjaman dalam bentuk micro kredit merupakan salah satu upaya ampuh dalam mengatasi kemiskinan. Hal tersebut didasarkan bahwa pada masyarakat miskin, sebenarnya terdapat perbedaan klasifikasi diantara mereka, yang mencakup: pertama, masyarakat sangat miskin the extrim poor, yakni mereka yang tidak berpenghasilan dan tidak memiliki kegiatan produktif. Kedua, masyarakat yang dikategorikan miskin tetapi memiliki kegiatan ekonomi economically active working poor. Ketiga, masyarakat berpenghasilan rendah lower income, yakni mereka yang memiliki pengahsilan meskipun tidak banyak. Pendekatan yang dipakai dalam rangka pengentasan kemiskinan tentu berbeda-beda untuk ketiga kelompok masyarakat tersebut. Kelompok pertama akan lebih tepat jika digunakan pendekatan langsung berupa program pangan, subsidi, atau penciptaan lapangan kerja sedangkan bagi kelompok kedua dan ketiga, lebih efektif jika digunakan pendekatan tidak langsung, misalnya penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan UKM, pengembangan berbagai jenis pinjaman mikro atau mensinergikan UKM dengan para pelaku usaha menengah maupun besar. 28 27 Ibid., h. 13 28 Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam ekonomi Islam: Penguatan Peran LKM dan UKM di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers,2009, h.53 33 Namun menurut Muhammad Yunus dalam bukunya Bank Kaum Miskin ”kemiskinan tidak diciptakan oleh kaum miskin. Kemiskinan diciptakan oleh struktur masyarakat dan kebijakan-kebijakan yang dijalankan oleh masyarakat”. Pengalaman Grameen menunjukan bahwa sekecil apapun dukungan modal keuangan yang diberikan, kaum miskin sepenuhnya mampu meningkatkan kehidupan mereka. 29

B. Perempuan dalam Pemberdayaan Ekonomi