Namun  pada  penelitian  ini  menemukan  hasil  bahwa  ISPA  pada  balita  dapat dipengaruhi  oleh  intensitas  penghuni  rumah  dalam  membersihkan  langi-langit.
Semakin jarang langit-langit dibersihkan kurang dari dua kali dalam setahun, maka semakin memberikan potensi kejadian ISPA pada balita. Namun jika semakin sering
dibersihkan maka juga akan memberikan potensi kejadian ISPA pada balita. Hal ini sejalan dengan penelitian Putri 2013 menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan  antara  langit-langit  rumah  dengan  kejadian  ISPA  pada  balita. Meskipun demikian,  penelitian  tersebut  menemukan  bahwa  rumah  yang  tidak  memiliki  langit-
langit dapat mempermudah debu masuk ke dalam rumah melalui celah antar dinding dan atap rumah.
Langit-langit  sangat  mempengaruhi  kenyamanan  udara  dalam  ruang.  Hal  ini dikarenakan  langit-langit  dapat  menahan  rembesan  air  dari  atap  rumah  dalam
ruangan.  langit-langit  juga  dapat  menahan  panas  yang  yang berasal  dari atap  rumah pada siang hari dan udara dingin yang ada pada malam hari Prasetya, 2005.
5.1.6 Pencahayaan
Penelitian  ini  menemukan  bahwa  pencahayaan  di dalam  rumah  baik  rumah kelompok kasus maupun kontrol, sebagian besar tidak memenuhi syarat  kurang dari
60  lux.  Meskipun demikian,  jumlah  rumah  yang  memiliki  pencahayaan  yang memenuhi  syarat  lebih  banyak  pada  kelompok  kontrol  dan  pada  kelompok  kasus
memiliki  rumah  yang  pencahayaannya  tidak  memenuhi  syarat  lebih  banyak. Hal  ini dapat terjadi dikarenakan oleh rumah yang ada pada Kelurahan Gundaling I memiliki
bentuk dan ukuran  yang relatif mirip dan berdekatan. Selain itu, rumah-rumah  yang ada  letaknya  sangat  padat  sehingga  cahaya  matahari  sulit  masuk  ke  dalam  rumah.
Lorong jalan yang sempit juga mempengaruhi intensitas cahaya yang masik kedalam rumah. Selai itu, kondisi tanah yang tidak rata, mengakibatkan perbedaan ketinggian
rumah  yang  membuat  cahaya  tidak  menyebar  secara  merata. Bagi  rumah  yang memilih  kaca  hitam  juga mempengaruhi  intensitas  cahaya  yang  mampu  masuk
kedalam rumah. hasil uji  statistik  yang  dilakukan  menunjukkan  nilai  p    0,05  0,430 yang
dapat  disimpulkan  bahwa  tidak  ada  hubungan  yang  signifikan  antara  pencahayaan dengan kejadian  ISPA pada balita. Meskipun perbedaan antara kelompok kasus dan
kelompok  kontrol,  namun  perbedaan  tersebut  tidak  memberikan  dampak  yang signifikan  terhadap  kejadian  ISPA  pada  balita. Pada  penelitian  ini,  ditemukan  nilai
OR  1. Hal ini menunjukkan bahwa pencahayaan yang baik dapat melindungi balita dari kejadian ISPA.
Hal  serupa  juga  ditemukan  dalam  penelitian  Diana  2012.  Pada  penelitian tersebut  juga  tidak  menemukan  adanya  hubungan  yang  berarti  antara  pencahayaan
dengan kejadian ISPA pada balita yang disebabkan sangat rapatnya letak rumah dan tidak tersedianya jendela.
5.1.7 Suhu
Penelitian  yang  dilakukan  menemukan  bahwa  seluruh  rumah  pada  seluruh sampel  baik  kelompok  kasus  dan  kelompok  kontrol  memiliki  suhu  yang  memenuhi
syarat  18-30
o
C. hal  ini  dapat  terjadi  dikarenakan  rumah  sampel  berada  dalam  satu lingkungan  yang  sama  dengan  ketingian  tanah  dan  intensitas  cahaya  matahari  yang
sama.  Suhu  setiap  rumah  pada  penelitian  ini  berbeda-beda  namun  perbedaan  suhu tersebut masih berada pada kisaran suhu yang memenuhi syarat.