antara kelompok kasus dan kelompok kontrol. Namun dengan nilai OR yang didapatkan, kepadatan hunian yang memenuhi syarat melindungi balita dari kejadian
ISPA. Hasil Penelitian Diana 2012, analisis statistik yang dilakukan menunjukkan
adanya hubungan yang signifikan antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada balita
Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian Rahmayatul 2013, dimana pada hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara
kepadatan hunian terhadap kejadian ISPA pada balita dengan resiko balita yang
tinggal di rumah yang kepadatan huniannya tidak memenuhi syarat 3 kali lebih beresiko dibanding balita yang tinggal di rumah yang kepadatan huniannya
memenuhi syarat. Penularan penyakit terkhusus yang menular melalui udara berbanding lurus
dengan tingkat kepadatan hunian suatu rumah. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat kepadatan hunian rumah maka penularan penyakit melalui udara akan
semakin cepat. Kepadatan hunian yang tinggi akan memperburuk sirkulasi udara. Hal ini akan mengakibatkan penyakit saluran pernapasan terkhusus yang disebabkan oleh
virus akan lebih cepat menyerang anggota keluarga. Semakin tinggi kepadatan hunian suatu rumah maka semakin mudah penularan penyakit yang disebabkan oleh
pencemaran udara pada balita seperti gangguan pernapasan atau ISPA Achmadi, 2008.
5.1.2 Ventilasi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa luas ventilasi pada rumah kelompok kasus maupun kelompok kontrol sebagian besar tidak memenuhi syarat karena
ukuran luas jendela yang sangat kecil. Ventilasi seluruh sampel sebagian besar memiliki luas yang hampir sama. Kendatipun memiliki perbedaan, namun perbedaan
itu tidak begitu jauh pada setiap ventilasi. Pada daerah penelitian, sebagian rumah responden merupakan rumah yang menempel satu dengan yang lain. Sehingga
peluang adanya vantilasi yang ada pada rumah hanya terdapat di dapur dan pada
dinding bagian depan rumah. Bentuk jendela yang digunakan pada rumah responden memiliki bentuk yang mirip. Ada yang menggunakan jendela yang menggunakan dua
daun jendela, dan ada pula yang menggunakan kaca nako. Sebagian besar rumah responden memiliki jendela yang dibuka setiap hari dengan jumlah rumah yang
hampir sama pada kelompok kasus maupun kontrol. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara ventilasi. Namun pada penilitian ini, ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara tersedianya jendela dapur pada rumah responden
dengan nilai p0,05 p=0,04. Dengan nilai OR sebesar 0,295, dapat dikatakan bahwa balita yang tinggal di rumah yang tidak memiliki jendela dapur 0,295 kali lebih
beresiko dibanding balita yang tinggal pada rumah yang memiliki jendela dapur. Pada penelitian Rahmayatul 2013, menemukan adanya hubungan yang
signifikan antara ventilasi yang memenuhi syarat dengan yang tidak memenuhi syarat. Dengan resiko balita yang tinggal di rumah yang memiliki ventilasi yang tidak
memenuhi syarat 3 kali lebih beresiko dibanding yang tinggal di rumah yang ventilasinya memenuhi syarat.
Hal yang sama juga terdapat pada penelitian Diana 2012, dimana terdapat hubungan yang bermakna antara luas ventilasi dengan kejadian ISPA pada balita
dengan nilai p sebesar 0,005. Ventilasi dalam rumah memiliki fungsi sebagai jalur sirkulasi udara atau