Formaldehid Busa, Hubungan Karakteristik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita dalam Keluarga Perokok di Kelurahan Gundaling I tahun 2014

rokok, kematian

c. Pestisida Racun serangga, racun

tikus, Keracunan

3. Polutan fisik a. Particulate

matter Pembakaran, kontaminan biologis, debu, Iritasi paru-paru, kanker paru, gangguan saluran pernapasan

b. Asbestos Asbes

Gangguan pernapasan, asbestosis, kanker paru

c. Radon Celah

dinding dan lantai bawah tanah, material bangunan Kanker paru

4. Asap rokok Rokok

Iritasi mata, hidung, dan tenggorokan, ISPA, kanker paru

5. Agen biologis a. Tungau

Karpet, tempat tidur, bantal, mainan anak Asma

b. Bulu hewan Hewan peliharaan

Asma

c. Jamur Benda yang terbuat

dari kayu, jasat hewan Reaksi alergi, asma, iritasi membran mukosa

d. Bakteri Manusia, hewan, AC

ISPA Sumber: Indoor Air Quality – A comprehensive Reference Book 1995 2.2 Infeksi Saluran Pernapasan Akut ISPA 2.2.1 Defenisi ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut ISPA adalah penyakit saluran pernafasan atas atau bawah yang dapat menular dan menimbulkan tingkatan penyakit dari penyakit tanpa gejala atau infeksi ringan sampai penyakit parah yang mematikan tergantung pada patogen penyebabnya, faktor lingkungan dan pejamunya WHO, 2007. ISPA juga dapat dikatakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernafasan mulai hidung sampai alveoli termasuk sinus, rongga telinga, dan pleura Kemenkes RI Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2012. ISPA juga diartikan sebagai radang akut saluran pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh jasat renik atau bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru. ISPA yang mengenai saluran napas bawah misalnya bronkitis, bila menyerang anak-anak, khususnya bayi, balita, dan orang tua, akan memberikan gambaran klinik yang berat dan jelek dan sering sekali berakhir dengan kematian Alsagaff, 2005.

2.2.2 Epidemiologi

ISPA masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia terutama pada balita. ISPA menduduki peringkat kedua penyebab kematian balita setelah diare di Indonesia sebesar 13,2 menurut Riskesdas 2007 dan menjadi penyebab utama mortalitas pada balita di dunia menurut WHO. Walaupun demikian, ISPA tidak banyak mendapat perhatian sehingga sering disebut pembunuh balita yang terlupakan. Di dunia sekitar 2 juta balita meninggal Karena ISPA dari 9 juta kematian balita. Dari 5 kematian balita, satu di antaranya disebabkan oleh ISPA. Di negara berkembang, kejadian penyakit ISPA 60 disebabkan oleh bakteri dan oleh virus di negara maju Kemenkes RI Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, 2012. Di Indonesia jumlah balita penderita ISPA pada tahun 2007 sekitar 477.429 balita yang tercatat dari 31 provinsi di Indonesia. Hal ini menunjukan bahwa 21,52 dari jumlah keseluruhan balita yang tercatat di Indonesia pada tahun 2007 menderita ISPA. Di Sumatera Utara sendiri, 148.431 balita menderita ISPA pada tahun 2012 Profil Kesehatan Sumatera Utara, 2012.