OR Hubungan Karakteristik Rumah dengan Kejadian ISPA pada Balita dalam Keluarga Perokok di Kelurahan Gundaling I tahun 2014

Tabel 4.12 di atas menunjukkan bahwa seluruh sampel baik kasus maupun kontrol memiliki anggota keluarga yang merokok di dalam rumah. Karena seluruh sampel pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol memiliki anggota keluarga yang merokok di dalam rumah homogen, maka nilai p dan Odds Ratio OR tidak dapat diketahui. Untuk waktu merokok di dalam rumah, kedua kelompok sampel mayoritas merokok dalam rumah pada waktu pagisiangmalam hari yaitu 23 sampel 74,2 pada kelompok kasus dan 26 sampel 83,9 pada kelompok kontrol. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil bahwa nilai p sebesar 0,349 atau p 0,05 yang artinya Ho diterima atau dengan kata lain tidak ada hubungan yang signifikan antara waktu merokok di dalam rumah dengan kejadian ISPA pada balita. Pada kebiasaan merokok dekat anak, kelompok kasus memiliki anggota keluarga yang merokok di dekat balita sebanyak 25 sampel 80,6. Dan pada kelompok kontrol, sebagian besar anggota keluarga yeng memiiki kebiasaan merokok tidak merokok dekat balita yaitu sebanyak 25 sampel 80,6. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil bahwa nilai p sebesar 0,001 atau p 0,05 yang artinya Ho ditolak atau dengan kata lain ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok dekat balita dengan kejadian ISPA pada balita. Odds Ratio OR untuk kebiasaan merokok dekat balita sebesar 17,361 artinya yaitu kebiasaan merokok dekat anak memberikan resiko penyakit ISPA pada balita 17,361 kali lebih besar dari pada tidak merokok dekat anak. 67 BAB V PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Rumah Responden

Secara keseluruhan, karakteristik rumah responden cenderung homogen baik dari segi bentuk, tata letak, dan kepadatan rumah. Pada rumah responden, mayoritas rumah menggunakan dinding bersama, dan jalan setiap lorong perumahan cukup sempit. Sebagian besar dari keluarga responden merupakan penduduk yang tidak menetap, dan tinggal dalam rumah kontrakan untuk beberapa tahun kedepan. Sehingga banyak rumah yang dibangun mirip karena diperuntukkan untuk kontrakan.

5.1.1 Kepadatan Hunian

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa kepadatan hunian pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol sebagian besar memenuhi syarat. Rumah yang dikatakan memenuhi syarat jika luas lantai dibagi jumlah penghuni lebih besar dari 4 m 2 . Hasil uji Chi Square yang dilakukan, ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kepadatan hunian rumah dengan kejadian ISPA pada balita. Hal ini dapat disebabkan karena ukuran rumah yang cenderung homogen antara rumah kelompok kasus maupun kontrol dan jumlah anggota keluarga setiap responden tidak lebih dari lima orang. Meskipun luas rumah antara kelompok kasus maupun kelompok kontrol memiliki perbedaan, namun perbedaan itu tidak cukup besar sehingga tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap analisis data yang dilakukan. Pada seluruh responden yang diwawancarai, mayoritas keluarga memiliki anggota keluarga 5 orang. Sehingga hasil analisis data menunjukkan homogenitas antara kelompok kasus dan kelompok kontrol. Namun dengan nilai OR yang didapatkan, kepadatan hunian yang memenuhi syarat melindungi balita dari kejadian ISPA. Hasil Penelitian Diana 2012, analisis statistik yang dilakukan menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kepadatan hunian dengan kejadian ISPA pada balita Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian Rahmayatul 2013, dimana pada hasil uji statistik menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara kepadatan hunian terhadap kejadian ISPA pada balita dengan resiko balita yang tinggal di rumah yang kepadatan huniannya tidak memenuhi syarat 3 kali lebih beresiko dibanding balita yang tinggal di rumah yang kepadatan huniannya memenuhi syarat. Penularan penyakit terkhusus yang menular melalui udara berbanding lurus dengan tingkat kepadatan hunian suatu rumah. Dengan kata lain semakin tinggi tingkat kepadatan hunian rumah maka penularan penyakit melalui udara akan semakin cepat. Kepadatan hunian yang tinggi akan memperburuk sirkulasi udara. Hal ini akan mengakibatkan penyakit saluran pernapasan terkhusus yang disebabkan oleh virus akan lebih cepat menyerang anggota keluarga. Semakin tinggi kepadatan hunian suatu rumah maka semakin mudah penularan penyakit yang disebabkan oleh pencemaran udara pada balita seperti gangguan pernapasan atau ISPA Achmadi, 2008.