Pengertian Profesionalisme Guru PAI Kerangka Berpikir

26 c Jika membunuh hewan, bunuhlah dengan baik, jika memotong hewan potonglah dengan pisau tajam dan istirahatkan hewan sembelihan itu. 43 Sedangkan menurut UU Sisdiknas dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.55 Tahun 2007 pada pasal 2 dijelaskan bahwa pendidikan agama bertujuan untuk berkembangnya kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. 44 Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama islam bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai islam kepada peserta didik agar dapat meningkatkan pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran islam sehingga menjadi muslim yang beriman, bertakwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

C. Pengertian Profesionalisme Guru PAI

Berdasarkan pemaparan di atas, maka yang dimaksud dengan profesionalisme guru PAI adalah kualitas suatu bidang profesi keguruan yang ditekuni oleh seseorang, dengan berbekal ilmu pengetahuan dan keterampilan khusus serta ahli di bidangnya yaitu pendidikan agama Islam yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan khusus sesuai dengan prosedur akademis yang berlaku.

D. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. 45 43 Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah, Jakarta: CV. Ruhama, 1995, cet. 2, h, 35-36 44 Depdiknas, Himpunan Peraturan Perundang-undangan…., h. 147 45 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, Cet.3, h. 895 27 Sedangkan Syaiful Bahri mendefinisikan prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan dan diciptakan baik secara individu maupun kelompok. 46 Jadi yang dimaksud dengan prestasi adalah hasil pencapaian tertentu dalam suatu usahakegiatan yang dilakukan oleh seseorang baik individu maupun kelompok. Adapun mengenai pengertian belajar terdapat beberapa pendapat diantaranya: 1. Cronbach memberikan definisi belajar yaitu “Learning is shown by change in behavior as a result of experience”. 2. Harold Spers memberikan batasan pengertian belajar yaitu “Learning is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to listen, to follow direction”. 3. Geoch mengatakan belajar adalah “Learning as a change in performance as a result of practice”. 47 Dari ketiga definisi di atas maka dapat diterangkan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan sebagainya, juga belajar itu lebih baik kalau subjek belajar itu mengalami atau melakukannya. Jadi tidak bersifat verbalistik. 48 Sedangkan pengertian belajar menurut Oemar Hamalik adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing. Menurut pengertian ini belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian ini sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar, yang menyatakan bahwa belajar adalah memperoleh pengetahuan, bahwa belajar adalah latihan- latihan pembentukan kebiasan secara otomatis dan seterusnya. 49 46 Syaiful Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha Nasional, 1991, h.19 47 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. RajaGrafindo Persada, 2003, Cet. 10, h.20 48 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar……, h. 20 49 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar….., h.27-28 28 Jadi yang dimaksud dengan belajar adalah suatu proses perubahan perilaku individu yang didapat melalui pengalaman dan latihan baik perubahan tersebut berupa sikap, pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sebagainya. Menurut Tohirin prestasi belajar adalah apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Akan tetapi mengenai apa yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar, ada juga yang menyebutnya dengan istilah hasil belajar. Pencapaian prestasi belajar atau hasil belajar siswa, merujuk kepada aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Oleh karena itu, ketiga aspek di atas juga harus menjadi indikator prestasi belajar. Artinya prestasi belajar harus mencakup aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotor. 50 Sedangkan menurut Sutratinah Tirtonegoro yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbul, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu. 51 Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan, prestasi belajar adalah sebuah tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajar dari suatu kegiatan atau usaha keras yang telah dilakukannya baik secara individu maupun kelompok, yang umumnya dinyatakan dalam bentuk skor nilai dan pencapaian tersebut mengacu pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Akyas Azhari hambatan seseorang dalam berprestasi dapat ditinjau dari dua faktor yaitu: a. Faktor internal, yaitu hambatan-hambatan terhadap seseorang yang berasal dari dalam dirinya sendiri seperti keadaan fisik kesehatan, kondisi alat indera dan sebagainya dan keadaan psikis seperti intelegensi, minat, motivasi, kognitif dan sebagainya. 50 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam…….., h.151 51 Sutratinah Tirtonegoro, Anak Supernormal dan Program Pendidikannya, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006, cet. 6, h.43 29 b. Faktor eksternal, yaitu hambatan-hambatan yang berasal dari luar dan biasanya berkaitan dengan latar belakang seseorang seperti keadaan sosial latar belakang keluarga, masyarakat, teman-teman pergaulan dan sebagainya, keadaan nonsosial suhu udara, pencahayaan, penggunaan teknologi dan sebagainya. 52 Adapun menurut Abu Ahmadi dan Joko Sutarno faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor internal dan faktor eksternal. yang termasuk faktor internal yaitu: a. Faktor jasmaniah, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, yang termasuk faktor ini misalnya: penglihatan, pendengaran dan struktur tubuh. b. Faktor psikologis antara lain: 1 Faktor interaktif yang meliputi: a Faktor potensial kecerdasan dan bakat. b Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang dimiliki. 2 Faktor non interaktif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri. c. Faktor kamatangan fisik maupun psikis Adapun yang termasuk faktor eksternal antara lain: 1 Faktor sosial terdiri dari: a Lingkungan keluarga. b Lingkungan sekolah. c Lingkungan masyarakat. d Lingkungan kelompok. 2 Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian. 3 Faktor lingkungan seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim. 4 Faktor lingkungan spiritual agama. 53 52 Akyas Azhari, Psikologi Umum dan perkembangan……., h.75 53 Abu Ahmadi dan Widodo, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, cet.2, h.138 30

E. Kerangka Berpikir

Menjadi seorang guru tidaklah semudah yang dibayangkan, karena di samping harus menguasai materi ajar yang akan diberikan kepada peserta didik, secara akademis guru tersebut juga harus menempuh jenjang pendidikan keguruan. Jadi dapat dikatakan bahwa guru memiliki syarat-syarat tersendiri yang harus dipenuhi oleh seseorang yang akan menggeluti profesi ini. Akan tetapi, yang menjadi permasalahan saat ini adalah banyaknya anggota masyarakat yang beralih ke profesi ini, namun sangat sedikit diantara mereka yang benar-benar berkompeten di bidangnya atau dengan kata lain belum menjadi guru yang profesional. Hal ini dapat dilihat pada mutu pendidikan di Indonesia yang sampai saat ini masih tertinggal jauh dengan negara-negara lain. Oleh sebab itu, untuk mutu pendidikan yang lebih baik dibutuhkan pendidik yang benar-benar berkompeten di bidangnya yang tidak hanya sekedar menyandang profesi sebagai guru saja, dalam arti mengajar hanya untuk menjalankan tugas sebagai guru tanpa adanya feed back dari peserta didik, akan tetapi seorang guru yang profesional tidak hanya baik dalam menyampaikan materi, mengelola kelas dan sebagainya melainkan guru tersebut juga memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap amanah yang diembannya demi keberhasilan peserta didik dan pendidikan yang lebih berkualitas tentunya. Dengan demikian jika proses pembelajaran yang disajikan guru PAI berjalan dengan baik maka hal ini akan berdampak positif pula pada persepsi siswa terhadap kinerja guru tersebut, walaupun pada dasarnya setiap siswa akan memiliki persepsi yang berbeda antar satu dengan yang lainnya, akan tetapi mengingat pentingnya persepsi siswa dalam hal ini, maka akan sangat membantu untuk mengetahui kualitas pengajaran dan kinerja guru tersebut dalam mengemban profesinya. Sehingga peserta didik akan lebih termotivasi untuk belajar dan berprestasi, karena seorang guru yang profesional akan mampu menyajikan materi pembelajaran dengan baik dan menyenangkan yang tidak hanya berorientasi pada ketuntasan belajar saja tetapi juga pada proses tumbuh kembang potensi peserta didik yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik menuju ke arah kedewasaan. 31 Dengan demikian penulis mengemukakan bahwa, diduga terdapat hubungan antara profesionalisme guru PAI dengan prestasi belajar PAI siswa.

F. Pengajuan Hipotesis