10 bukan ahlinya, sebab jika tugas ini diserahkan kepada yang bukan ahlinya
maka tunggulah kehancuran.
12
2. Syarat-syarat Profesionalisme Guru
Menjadi seorang guru tidaklah semudah yang dibayangkan, karena ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum seseorang menyandang profesi
ini, yaitu hal-hal yang berkaitan dengan persyaratan menjadi guru, terlebih menjadi guru profesional di samping harus memahami dan menguasai
teknikmetode pembelajaran, guru tersebut juga harus memiliki kepribadian yang baik sebagai cerminan teladan bagi peserta didiknya.
Hal ini dianggap penting karena mengingat profesi guru saat ini banyak diminati oleh kalangan masyarakat, akan tetapi sangat sedikit diantara mereka
yang benar-benar berkompeten di bidangnya. Dengan kata lain sosok guru yang profesional masih sangat terbatas dan dibutuhkan pula keberadaannya
sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas. Menurut Oemar Hamalik, persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang
guru profesional meliputi: 1. Memiliki bakat menjadi guru.
2. Memiliki keahlian sebagai guru. 3. Memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi.
4. Memiliki mental yang sehat. 5. Berbadan sehat.
6. Memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas. 7. Guru adalah manusia yang berjiwa pancasila.
8. Guru adalah seorang warga negara yang baik.
13
Menurut al-Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin sebagaimana yang dikutip oleh Asrorun Ni’am Shaleh menyatakan bahwa, al-Ghazali
12
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1997, Cet. 8, hal.1
13
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara, 2005, h.118
11 memberikan batasan yang ketat bagi profesi pendidik sebagai prasyarat yang
harus dipenuhi diantaranya: a. Pendidik harus mempunyai sifat kasih sayang terhadap anak didik serta
mampu memperlakukan mereka sebagaimana anak sendiri. Sifat kasih sayang pendidik pada akhirnya akan melahirkan keakraban, percaya diri dan
ketentraman belajar. Suasana yang kondusif inilah yang mempermudah proses transformasi dan transfer ilmu pengetahuan.
b. Pendidik melakukan aktifitas karena Allah swt. Artinya pendidik tidak melakukan komersialisasi dunia pendidikan. Dunia pendidikan adalah
sarana transfer ilmu pengetahuan yang merupakan kewajiban bagi setiap orang yang berilmu.
c. Pendidik harus mampu memberi nasehat yang baik kepada anak didik. Nasehat ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, seperti pendidik harus
mengarahkan murid dalam tahapan-tahapan belajar. Nasehat itu juga bisa berbentuk warning orientasi belajar yaitu untuk mendekatkan diri kepada
Allah.
d. Pendidik harus mampu mengarahkan anak didik kepada hal-hal yang positif dan mencegah mereka melakukan aktifitas yang dekstruktif. Segala bentuk
nasehat ini dilakukan dengan cara yang halus dan tidak melukai perasaan. Hal ini untuk menjaga kestabilan emosi mereka dalam kerangka proses
belajar.
e. Mengenali tingkat nalar dan intelektualitas anak didik. Hal ini diperlukan sebagai acuan untuk menentukan kadar ilmu pengetahuan yang akan
diberikan. Pendidik harus memahami perbedaan individu anak didk, sehingga dapat diidentifikasi kemampuan khususnya. Dalam konteks ini
pendidik dituntut untuk mampu berkomunikasi dengan bahasa mereka agar proses belajar dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran.
f. Pendidik harus mampu menumbuhkan kegairahan murid terhadap ilmu yang dipelajarinya tanpa menimbulkan sikap apriori terhadap disiplin ilmu yang
lain. Hal ini diperlukan untuk menghindarkan anak didik terjebak pada sikap fanatik terhadap suatu disiplin ilmu yang melalaikan yang lain.
g. Pendidik harus mampu mengidentifikasi kelompok anak didik usia dini dan secara khusus memberikan materi ilmu pengetahuan yang sesuai dengan
perkembangan kejiwaannya. Kelompok usia dini ini lebih tepat diberi materi ilmu praktis, tanpa argumentasi yang berat dan melelahkan.
h. Pendidik harus memberikan teladan kepada anak didiknya, perilakunya juga harus sesuai dengan kapasitas keilmuannya.
14
Sedangkan menurut M. Athijah al-Abrasjy sifat-sifat yang harus dimiliki oleh seorang pendidik adalah:
14
Asrorun Ni’am Shaleh, Reorientasi Pendidkan Islam, Mengurai Relevansi Konsep Al- Ghazali dalam Konteks Kekinian, Jakarta: Elsas, 2006, cet. 4, h.72-75
12 1. Zuhud tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari keridhaan
Allah semata. 2. Kebersihan guru.
3. Ikhlas dalam pekerjaan. 4. Suka pemaaf.
5. Seorang guru harus merupakan seorang bapak sebelum ia seorang guru. 6. Harus mengetahui tabiat murid.
7. Harus mengetahui mata pelajaran.
15
Menurut Cahyadi Takariawan sebagaimana yang dikutip oleh Heri Jauhari Muchtar, menyebutkan bahwa beberapa kemampuan khas yang harus
dimiliki oleh para gurupendidik muslim khususnya yaitu: 1.
Kemampuan berbahasa Arab. 2.
Kemampuan berbahasa Indonesia. 3.
Kemampuan menulis dengan huruf Arab. 4.
Kemampuan menulis huruf latin. 5.
Kemampuan berbicara secara logis, teratur, sistematik, dan mudah dipahami.
6. Kemampuan beretorika berpidatoberceramah.
7. Kemampuan mendengarkan pembicaraan anak didik, misalnya berupa
masukan, keluhan, permintaan, pertanyaan, bahkan kritikan mereka. 8.
Kemampuan menyegarkan suasana, agar tetap kondusif dan anakpeserta didik tetap bersemangat belajar.
9. Kemampuan berkomunikasi secara efektif.
10. Kemampuan bercerita, misalnya kisah para Nabi, Rasul sahabat Rasulallah, dan para pahlawanmujahid Islam.
11. Kemampuan memimpin forum, misalnya diskusimusyawarah. 12. Kemampuan merespon dan menyelesaikan masalah anakpeserta didik.
16
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa syarat menjadi guru profesional adalah selain guru tersebut berkompeten di
bidangnya, guru tersebut juga harus memiliki pengalaman dan wawasan luas dalam hal ilmu mendidik, serta memiliki kepribadian muslim yang baik
15
Muhammad ‘Athijah al-Abrasjy, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang , 1970, cet. 1, h.139-142
16
Heri Jauhari Muchtar, Fikih Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, cet.5, h.153
13 sebagai cerminan teladan bagi peserta didiknya sebagaimana yang telah
dicontohkan oleh Rasulallah saw. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah swt
“
Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu….” Qs. Al- Ahzab: 21.
17
Ayat di atas mengindikasikan bahwa Rasulallah saw merupakan guru bagi umatnya, karena keberhasilan beliau dalam mengajar dan mendidik lebih
banyak menyentuh aspek perilaku yaitu keteladanan yang baik dari Rasul uswatun hasanah.
Oleh sebab itu, guru PAI harus bisa menjadi uswatun hasanah bagi peserta didiknya karena secara sadar atau tidak, semua perilaku guru dalam
proses pendidikan bahkan di luar konteks proses pendidikan, perilaku guru akan ditiru oleh siswanya.
18
3. Karakteristik Profesionalisme Guru