1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pertumbuhan  perusahaan  merupakan  suatu  harapan  penting  yang  di inginkan  oleh  pihak  internal  perusahaan  yaitu  manajemen  secara  internal
maupun eksternal perusahaan seperti investor dan kreditur.  Pertumbuhan ini diharapkan  dapat  memberikan  aspek  yang  positif  bagi  perusahaan  seperti
adanya  suatu  kesempatan  berinvestasi  di  perusahaan  tersebut.  Prospek perusahaan  yang  bertumbuh  bagi  investor  merupakan  suatu  prospek  yang
menguntungkan,  karena  investasi  yang  ditanamkan  diharapkan  akan memberikan  return  yang  tinggi.  Setiap  perusahaan  pasti  memiliki  konsep
going concern dalam menjalankan kegiatan bisnisnya Nopratiwi, 2004. Konsep  going  concern    tersebut  menuntut  perusahaan  untuk
menjalankan  kegiatan  bisnisnya    secara  berkelanjutan.  Dalam  menjalankan keberlanjutan  tersebut  diharapkan  perusahaan  akan  tumbuh  dari  tahun  ke
tahun.  Pertumbuhan  perusahaan  sangat  diharapkan  baik  oleh    kalangan internal  maupun  eksternal  dari  sebuah  perusahaan.  Perusahaan  dengan
pertumbuhan  yang  tinggi  membutuhkan  lebih  banyak  dana  karena  banyak kesempatan  investasi  yang  akan  mereka  lakukan.  Dana  tersebut  dapat
diperoleh  perusahaan  salah  satunya  adalah  dengan  penjualan  saham. Perusahaan di dalam melakukan suatu investasi akan memerlukan pendanaan
2 di mana pendanaan tersebut dapat diperoleh dari pendanaan internal maupun
eksternal. Pendanaan  internal  merupakan  pendanaan  yang  berasal  dari  dalam
perusahaan  sendiri  yang  dapat  diperoleh  dari  modal  saham  yang  disetor ataupun  laba  ditahan  yang  tidak  dibagikan  sebagai  dividen  kepada  para
pemegang  saham,  sedangkan  pendanaan  eksternal  berasal  dari  hutang  yang diperoleh  dari  pihak  kreditor.  Karena  itu  setiap  perusahaan  akan  memiliki
suatu  kebijakan  tersendiri  di  dalam  menyediakan  pendanaan  untuk melaksanakan investasi.
Secara spesifik Ross, 2005 menyatakan bahwa perencanaan keuangan memformulasikan  metode  yang  akan  menunjukkan  tujuan-tujuan  dari
pendanaan yang akan dicapai, yang terdiri atas dua dimensi yaitu : rangkaian waktu  time  frame  dan  tingkatan  dari  agregasi  level  of  aggregation.
Di dalam melaksanakan investasi tersebut, manajemen perusahaan dituntut untuk
dapat  memaksimalkan  nilai  yang  didapat  dan  yang  akan  diperoleh  oleh perusahaan.  Sehingga  diperlukannya  usaha  untuk  mengatasi  hal  tersebut
dengan menetapkan suatu kebijakan yang sesuai dengan kondisi perusahaan. Kekayaan  materi  suatu  masyarakat  pada  akhirnya  ditentukan  oleh  kapasitas
produktif ekonomi barang dan jasa yang dapat diberikan kepada anggotanya. Kapasitas  produktif  ini  merupakan  fungsi  dari  real  asset  asset  riil
perekonomian,  seperti:  tanah,  bangunan,  pengetahuan  dan  mesin  yang digunakan  untuk  memproduksi  barang  serta  para  pekerja  yang  keahliannya
diperlukan  untuk  memanfaatkan  sumber  daya  tersebut.  Secara  bersamaan,
3 asset  fisik  dan  sumber  daya  manusia  dapat  menghasilkan  keseluruhan
spectrum output yang diproduksi dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat Kebalikan  dari  aset  riil  adalah  aset  keuangan  financial  asset  seperti
saham atau obligasi.  Aset  ini  secara terpisah, tidak  mencerminkan  kekayaan masyarakat.  Saham  hanya  merupakan  lembaran  kertas  atau  mungkin  jurnal
komputer  dan  tidak  secara  langsung  memiliki  kontribusi  terhadap  kapasitas produktif  dalam  suatu  perekonomian.  Sebaliknya,  aset  keuangan  memiliki
kontribusi  secara  tidak  langsung  terhadap  kapasitas  produktif  suatu perekonomian,  karena  aset  ini  memisahkan  kepemilikan  dan  manajemen
dalam  suatu  perusahaan  dan  memfasilitasi  pemindahan  dana  untuk perusahaan dengan peluang investasi yang menarik. Aset keuangan memiliki
kontribusi  terhadap  kekayaan  individu  dan  perusahaan  yang  memilikinya. Karena  aset  keuangan  merupakan  klaim  atas  laba  yang  dihasilkan  oleh  aset
riil Bodie,et al, 2006. Nilai  perusahaan  menurut  Gaver  dan  Gaver,  1993  digambarkan
sebagai sebuah kombinasi  antara assets in place  aset yang dimiliki dengan investment options pilihan investasi di masa depan. Dimana nilai investment
options ini tergantung pada discretionary expenditures yang dikeluarkan oleh manajer di masa depan, sedangkan assets in place tidak memerlukan investasi
semacam  itu.  Pilihan-pilihan  investasi  ini  kemudian  dikenal  dengan  istilah Investment  Opportunity  Set  IOS  Pilihan-pilihan  investasi  yang  diharapkan
akan  menghasilkan  imbal  hasil  yang  lebih  tinggi  dan  besarannya  tergantung
4 pada  pengeluaran-pengeluaran  yang  ditetapkan  manajemen  di  masa  yang
akan datang Saputro, 2003. Investment  Opportunity  Set  IOS  menguraikan  pengertian  perusahaan
yaitu  sebagai  suatu  kombinasi  antara  aktiva  riil  asset  in  place  dan  opsi investasi  masa  depan.  Opsi  investasi  masa  depan  tidak  hanya  ditunjukkan
dengan  adanya  proyek  –  proyek  yang  didukung  oleh  kegiatan  riset  dan pengembangan
saja namun
juga kemampuan
perusahaan dalam
mengekploitasi  kesempatan  mengambil  keuntungan  dibanding  dengan perusahaan  sejenis  dalam  kelompok  industrinya.  Bentuk  yang  membedakan
pilihan  investasi  atau  pertumbuhan  adalah  nilai  perusahaan  itu  tergantung pada kebebasan pemilihan pengeluaran yang ditentukan oleh manajer dimasa
depan.  Faktor  utama  yang  menentukan  IOS  adalah  faktor  industri  seperti rintangan  untuk  masuk  dan  daur  hidup  produk.  Faktor  tersebut
memungkinkan  perusahaan  untuk membuat
investasi yang  dapat
meningkatkan  rintangan  untuk  masuk  substitusi  modal  untuk  tenaga  kerja yang merupakan hasil dari skala ekonomi. Peluang pertumbuhan tidak hanya
diwujudkan  dalam  proyek  baru  yang  didukung  oleh  penelitian  dan  aktivitas pengembangan  yang  luas,  tetapi  juga  mempunyai  pilihan  yang  lebih  untuk
melaksanakan proyek baru. Jefri Riyadi, 2008 Investment  Opportunity  Set IOS  merupakan suatu kombinasi antara
aktiva yang dimiliki asset in place dan pilihan investasi di masa yang  akan datang    dengan  net    present    value  positif.    IOS    tidak    dapat    diobservasi
5 secara  langsung    laten    sehingga    dalam    perhitungannya  menggunakan
proksi  Kallapur dan Trombley, 1999 dalam  Hasnawati, 2005. Proksi IOS  yang  banyak  digunakan  dalam  penelitian  sebelumnya
adalah:  1  Proksi  IOS berbasis  harga  price  based  proxies  mendasarkan pada  perbedaan  antara  asset  dan  nilai pasar saham. Jadi  proksi  ini  sangat
tergantung pada harga  saham. Proksi  ini mendasarkan  pada  suatu  ide  yang menyatakan  bahwa    prospek    pertumbuhan    perusahaan  secara    parsial
dinyatakan    dengan    harga-harga    saham,    selanjutnya    perusahaan    yang memiliki pertumbuhan tinggi akan  memiliki  nilai  pasar   yang  lebih  tinggi
secara    relatif dari    aktiva-aktiva    yang    dimiliki    assets    in  place.    Harga saham  dapat  dijadikan proksi  sebagai  nilai  perusahaan  apabila pasar  telah
memenuhi    syarat  efisisen    secara  informasional.  Namun  harga  saham  di pasar  modal    terbentuk    berdasarkan    kesepakatan  antara    permintaan    dan
penawaran  investor, sehingga harga saham merupakan fair price. 2  Proksi IOS    berbasis    investasi  investment    based    proxies    menunjukkan  tingkat
aktivitas  investasi  yang  tinggi  secara  positif  berhubungan  dengan  IOS perusahaan  Kallapur  dan  Trombley,  1999  et  al.  Perusahaan  dengan    IOS
tinggi  akan memiliki  investasi yang  tinggi.  Selanjutnya  ditemukan  bahwa aktivitas  investasi  modal  yang  diukur dengan  ratio  capital  expenditures
to    assets  sebagai    proksi    IOS    mempunyai    hubungan  positif    dengan realisasi  pertumbuhan.
Investment    Opportunity  Set  IOS  mempunyai  korelasi  yang  berbeda terhadap  semua  unsur  realisasi  pertumbuhan  perusahaan  baik  untuk
6 perusahaan  yang  tumbuh  maupun  yang  tidak  tumbuh.    Korelasi  positif
signifikan untuk perusahaan yang tumbuh terjadi antara
M arket  t o book value of  equit y
MVEBVE  terhadap  pertumbuhan  penjualan  dan  pertumbuhan ekuitas,
M arket   t o  book  value  of  asset s
MVABVA  terhadap  pertumbuhan ekuitas,
Rasio Capit al expendit ure t o book value of asset s
CAPBVA terhadap pertumbuhan    aset  dan  VPPE  terhadap  pertumbuhan  penjualan  dan  ekuitas.
Untuk perusahaan yang tidak tumbuh antara
Rasio Capit al expendit ure t o book value  of  asset s
CAPBVA  terhadap  pertumbuhan  laba  dan
Rasio  Capit al expendit ure  t o  market   value  of  asset s
CAPM VA
terhadap  pertumbuhan  aset. Korelasi yang negatif signifikan untuk perusahaan yang tumbuh terjadi antara
Rasio  Capit al  expendit ure  t o  market   value  of  asset s
CAPMVA  terhadap pertumbuhan  ekuitas.  Untuk  perusahaan  yang  tidak  tumbuh  terjadi  antara
Price  of  earning  rat io
PER  terhadap  pertumbuhan  laba  dan
Rasio  Current asset s  t o  net   sales
CAONS  terhadap  pertumbuhan  penjualan  dan pertumbuhan ekuitas.
Secara  umum  dapat  dikatakan  bahwa  IOS  menggambarkan  tentang luasnya  kesempatan  atau  peluang  investasi  bagi  suatu  perusahaan,  namun
sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahaan untuk kepentingan di masa  yang  akan  datang.  Dengan  demikian  IOS  bersifat  tidak  dapat
diobservasi,  sehingga  perlu  dipilih  suatu  proksi  yang  dapat    dihubungkan dengan  variabel  lain  dalam  perusahaan,  misalnya  variabel  pertumbuhan,
variabel  kebijakan  dan  lain-lain.  Dari  berbagai  penelitian  tentang  IOS  dapat dibuktikan  bahwa  IOS  dijadikan  sebagai  dasar  untuk  mengklasifikasikan
7 perusahaan sebagai kategori perusahaan bertumbuh dan tidak bertumbuh, dan
IOS  memiliki  hubungan  dengan  berbagai  variabel  kebijakan  perusahaan Nopratiwi, 2004.
Kesempatan  investasi  memainkan  peranan  penting  dalam  teori keuangan  perusahaan.  Kesempatan  bertumbuh  yang  diukur  dengan
Investment  Opportunity  Set  IOS  dipengaruhi  oleh  keunggulan  perusahaan dalam  bentuk  reputasi  perusahaan,  jenis  perusahaan  multinasional,  size  dan
profitabilitas perusahaan, sedangkan keterbatasan dalam bentuk leverage dan risiko  sistematis.  Hartono  2002  menunjukkan  bahwa  perusahaan  yang
bertumbuh  akan  direspon  positif  oleh  pasar  pertumbuhan  yang  selalu meningkat  serta  bertambahnya  nilai  asset  perusahaan  diharapkan  tercapai
sesuai dengan ekspektasi atau peramalan perusahaan. Fijrijanti  dan  Hartono  2002  menyatakan  kesempatan  investasi  atau
pilihan-pilihan  pertumbuhan  growth  aptions  suatu    perusahaan  merupakan suatu  yang  melekat  dan  bersifat  tidak  dapat  diobservasi  Inherenfly
unobservable oleh karena itu, Invesment 0pportunity Set IOS memerlukan sebuah proksi.
Proksi  IOS  digunakan  untuk  menilai  apakah  perusahaan  itu dikategorikan  perusahaan  bertumbuh  atau  tidak  bertumbuh.  Proksi  IOS
dinyatakan sebagai proksi yang valid sebagai proksi pertumbuhan, jika proksi tersebut dapat digunakan sebagai sinyal kondisi perusahaan emiten.  Berbagai
penelitian  tentang  IOS  menunjukkan  bahwa  IOS  merupakan  proksi  realisasi pertumbuhan  perusahaan  yang  berhubungan  dengan  berbagai  variabel
8 kebijakan  perusahaan.  Sami  et  al,  2000  menunjukkan  bahwa  teori  IOS
memiliki    explanatory    power  yang  lebih  tinggi  dalam  hal  kebijakan pendanaan dan kompensasi dari pada aspek dividen.
Purwanto  2001  menyatakan  bahwa  perlu  dilakukan  pertimbangan untuk  melakukan  penyederhanaan  data  dengan  menggabungkan  variabel-
variabel terukur observed variabel. Penggabungan variabel-variabel terukur menjadi  variabel  gabungan  dapat  membantu  peneliti  dalam  memahami
fenomena  yang  sedang  diteliti  dan  dapat  digunakan  sebagai  deskripsi  atau dapat  pula  digunakan  dalam  analisis  lebih  lanjut  sebagai  variabel  dalam
analisis regresi. Iswahyuni dan Suryanto 2000 menganalisa perbedaan perusahaan dan
tidak tumbuh dengan kebijakan pendanaan, deviden, perubahan harga saham dan  volume perdagangan pada Bursa Efek Jakarta, dengan proksi  Invesment
Opportunity  Set  IOS,  yang  terdiri  dari  book  value  of  plant  property  and equitment to assets ratio PPEBVA, Price to earning PE,
M arket  t o book value of  equit y
MVEBE,
M arket  t o book value of asset s
MVABVA,
Rasio Capit al  expendit ure  t o  m arket   value  of  asset s
CAPMVA  dan  VAR.  hasil penelitiannya menunjukan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara
perusahaan  yang  tumbuh  dan  tidak  bertumbuh  dalam  hal  pengambilan kebijakan  pendanaan  book  debtequity,  deviden,  respon  perubahan  harga
dan  volume  perdagangan,  sedangkan  dalam  hal  pengambilan  kebijakan pendanaan  terdapat  perbedaan  yang  signifikan  antara  perusahaan  yang
tumbuh dan tidak bertumbuh market debtequity.
9 Prasetyo  2000  menyatakan  bahwa  penelitian  pasar  modal  yang
diasosiasikan dengan struktur modal perusahaan, terutama dengan set peluang investasi  atau    Investment  Opportunity  Set    IOS  masih  sedikit  sekali.
Subekti  dan  Kusuma  2000  melakukan  penelitian  Asosiasi  antara  Set Kesempatan  Investasi  dengan  kebijakan  Deviden  perusahaan,  serta
implikasinya  pada  perusahaan  Harga  Saham.  Proksi  IOS  digunakan  dalam penelitian  ini  adalah  book  value  of  plant  property  and  equitment  to  assets
ratio  PPEBVA,
M arket   t o  book  value  of  asset s
MVEBVA,  Price  to Earning  PE.
M arket   t o  book  value  of  asset s
MVABVA,  dan
M arket   t o book  value  of  asset s
CAPBVA.  Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  IOS berpengaruh  signifikan  terhadap  pertumbuhan  perusahaan  dan  harga  saham
yang  tercerminkan  pada  perbedaan  reaksi  pasar  terhadap  growth  firms  dan nongrwth firms.
Menurut Nopratiwi 2001 menguji korelasi antara IOS terhadap Return Saham  dengan  menggunakan  proksi  Rasio  Market  Value  to  Book  of  Asset
MKTBKASS, Rasio Market Value to Book of Equity MKTBKEQ,
M arket t o  book  value  of  asset s
CAPBVA,  dan  Earning to SharePrice  EP.  Hasil penelitian  menunjukkan  bahwa  hanya  Market  Value  to  Book  of  Asset
MKTBKASS,  Rasio  Market  Value  to  Book  of  Equity  MKTBKEQ,  dan
M arket   t o  book  value  of  asset s
CAPBVA  mempunyai  hubungan  signifikan terhadap  Commulative  Abnormal  Return  CAR,  sedangkan  Earning  to
SharePrice EP tidak.
10 Nilai IOS dapat dihitung dengan kombinasi  berbagai jenis proksi  yang
mengimplikasikan  nilai  aktiva  di  tempat  yaitu  berupa  nilai  buku  aktiva maupun ekuitas dan nilai kesempatan untuk bertumbuh bagi suatu perusahaan
dimasa  depan.  Berbagai  penelitian  tentang  IOS  telah  berhasil  membuktikan bahwa  IOS  merupakan  proksi  realisi  pertumbuhan  perusahaan  dan
berhubungan  dengan  berbagai  variabel  kebijakan  perusahaan,  yaitu  antara lain  kebijakan  pendanaan  atau  struktur  utang,  kebijakan  dividen,  kebijakan
leasing kebijakan kompensasi. Penelitian  ini  akan  melakukan  penggabungan  variabel-variabel  terukur
dari  proksi  IOS  individual  menjadi  satu  variabel  laten  menggunakan structural equation models dengan pendekatan  confirmatory factor analysis,
yaitu  membangun  model  dengan  mendasarkan  pada  teori  yang  mendasari variabel-variabel  terukur  itu  dalam  variabel  latennya.  Gabungan  proksi  IOS
ini  akan  dikorelasikan  dengan  realisasi  pertumbuhan  untuk  melihat kemampuan  dan  konsistensi  proksi  IOS  dalam  memprediksi  pertumbuhan
perusahaan. Berdasarkan  uraian diatas, peneliti akan meneliti bagaimana Hubungan
Gabungan  Proksi  Investment  Opportunity  Set  dan  Hubungannya  Terhadap Realisasi  Pertumbuhan  Dengan  Pendekatan  Analisis  Faktor  Konfirmatori
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2006-2009. Masalah  yang  diteliti  tidak  terlalu  luas  pembahasannya  maka  penulis
membatasi  masalah  pada  laporan  keuangan  yang  digunakan  untuk menganalisa  laporan  keuangan  tahunan    perusahaan-perusahaan  manufaktur
11 yang laporan keuangannya dipublikasikan di BEI, bukan lembaga keuangan,
perbankan  maupun  perusahaan  pemerintah,  hal  ini  dilakukan  untuk mengantisipasi  adanya  pengaruh  regulasi  dan  industri  yang  dapat
mempengaruhi  variabel  dalam  penelitian  ini.    Penelitian  ini  memiliki perbedaan  dengan  penelitian  sebelumnya,  yang  membedakan  dengan
penelitian sebelumnya adalah jumlah sampel yang digunakan tahunnya lebih sedikit, yaitu tahun yang diambil dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009.
Tahun  ini  diambil  sebagai  sampel  karena  tahun-tahun  yang  diperkirakan masih  terjadinya  krisis  moneter  di  Indonesia    1997  sampai  2000  tidak
dimasukkan pada sampel ini karena dapat mengganggu analisis confirmatory factor, sehingga peneliti memutuskan untuk mengambil sampel 2006 sampai
2009  yang  dapat  dinilai  tidak  ada  masalah  krisis.  sedangkan  jenis  sampel yang  digunakan  adalah  manufaktur,  Populasi  target  dalam  penelitian  ini
adalah seluruh perusahaan public kecuali bank dan lembaga keuangan bukan bank asuransi, kredit agensi, perusahaan sekuritas. Alasan ini didukung oleh
Jensen  dan  Meckling  1976  dalam  Hasnawati,  2005:120  menyatakan bahwa : “highly regulatedindustries such as public utilities orbank will have
higher  debt  equity  ratios  forequivalent  level  of  risk  than  the  average nonregulated firm.”
12
B. PERUMUSAN MASALAH