Kōtsū Anzen Oharai Shinzen Kekkon

dua kali, menepuk tangan dua kali, dan terakhir menunduk kembali. Setelah semuanya selesai memberi persembahan, tahapan terakhir upacara yakudoshi barai adalah naorai atau menikmati sake yang telah disucikan dan dipersembahkan ke kami. Naorai adalah perjamuan antara kami dengan manusia. Yakudoshi barai ditutup pukulan taiko oleh kannushi dengan irama tersendiri. Upacara yakubarai tidak berlangsung lama, hanya sekitar 20-30 menit.

3.4 Kōtsū Anzen Oharai

交通安全お祓い Maksud dari k ōtsū anzen oharai adalah penyucian bagi seseorang dan kendaraan agar selamat dalam perjalanan berpergian dari segala macam apakah dengan mobil, pesawat, atau bus. Banyak kendaraan disucikan di jinja, perusahaan-perusahaan bus biasa memiliki seorang pendeta untuk menyucikan kendaraan baru mereka sebelum dijual kepasaran. Pertama kali yang harus dilakukan adalah menyucikan dirinya terlebih dahulu dengan air di temizuya. Ini dikarenakan upacara dilakukan di kuil. Halaman kuil tempat berlangsungnya upacara telah dipasang tali suci shimenawa sebagai tanda wilayah suci beserta kamidana. Lalu pendeta Shinto menyucikan persembahan di altar dan dilanjuti dengan pembacaan doa norito memohon supaya keluarga yang memiliki kendaraan dijauhi dari kecelakaan, tidak menderita luka-luka, dan mendapatkan perjalanan yang menyenangkan. Kemudian si pemilik kendaraan mempersembahkan tamagushi kepada kami dan berdoa sebagai penghormatan untuk keselamatan mereka berkendaraan sampai sekarang dan kedepannya. Setelah itu semua, pendeta Shinto mulai menyucikan mobil dan pemiliknya yang berdiri tepat di sebelah mobilnya dengan mengibaskan Universitas Sumatera Utara haraigushi dimulai dari depan mobil, lalu berpindah ke sebelah kanan, lalu kedalam interior sebelah kanan mobil mengibaskan haraigushi ke arah vertikal sebanyak 3 kali, lalu berpindah ke belakang, lalu berpindah lagi ke sebelah kiri, dan terakhir ke dalam interior sebelah kiri mobil mengibaskan haraigushi ke arah vertikal sebanyak 3 kali. Setelah itu upacara k ōtsū anzen oharai berakhir dan pemilik mobil diperbolehkan pulang.

3.5 Shinzen Kekkon

神前結婚 Shinzen kekkon artinya pernikahan Shinto. Tindakan utama di pernikahan Shinto adalah penyucian pasangan pengantin dan keluarga yang diikuti perjamuan sake untuk berhubungan erat dengan kami. Pernikahan ini biasanya diselenggarakan di jinja tetapi ada juga yang dilaksanakan di gedung. Urutan upacara pernikahan di kuil Shinto adalah sebagai berikut: Di ujung ruangan upacara ada altar Shinto dimana terdapat persembahan yang sudah disiapkan yang terdiri dari nasi, air, garam, buah-buahan, sayur- sayuran, sake, beberapa surume dan konbu, serta dua ekor ikan tai sejenis ikan kakap berwarna putih keperakan, yang melambangkan kesuburan atau Shisonhan’ei. Demikian juga dengan cincin nikah ditaruh di meja persembahan ini, kemudian ada juga tiga cangkir sake beserta wadahnya yang dibedakan satu untuk pria dan satu lagi untuk wanita dengan warna merah dan merah muda. Di sebelah kanan altar berdirilah seorang kannushi dan di sebelah kirinya ada miko yaitu para penolong untuk membantu jalannya upacara yang berpakaian merah dan putih. Pendeta Shinto pertama sekali menyambut rombongan dengan ucapan selamat, kemudian mengumumkan bahwa upacara akan segera dimulai. Universitas Sumatera Utara Ini dimulai dengan acara penyucian. Selama ini berlangsung, pendeta akan menyanyi kemudian menggoyangkan tongkat penyucian haraigushi ke atas altar, selanjutnya ke atas para miko, kedua pengantin dan semua yang hadir. Kemudian pendeta menyanyikan seruan doa norito dari satu gulungan kertas yang dibawa pendeta yang berhubungan dengan beberapa doa memohon kepada dewa Izanagi dan Izanami pasangan pertama yang dipercaya sebagai pencipta dunia untuk memohon kebahagiaan dan kemakmuran pernikahan agar pengantin wanita dan pria terus hidup bersatu. Pendeta kemudian mengumumkan upacara san-san-ku-do seiin no gi yang mengacu pada pengertian upacara sumpah dengan minum sake bersama. Sake dibawa oleh para gadis miko kepada kedua pengantin. Kemudian kedua pengantin membuat perjanjian untuk membagi suka dan duka dalam kehidupan bersama dengan menuangkan sake tiga kali, dimana cangkir terkecil diisi oleh penuang pria, disuguhkan pertama kali kepada wanita, cangkir kedua diisi oleh penuang wanita dan diberikan kepada pengantin pria, sedangkan cangkir yang ketiga adalah mengulang cara yang pertama. Pasangan pengantin kemudian maju ke depan altar dimana pengantin pria akan membacakan ikrar dari satu gulungan kertas di depan para dewa yang isi adalah janji untuk melewati kehidupan pernikahan dalam keharmonisan dan saling menghormati, berbagi suka dan duka serta hidup damai, mengusahakan kemakmuran bagi keturunan mereka dan semuanya akan dijalankan sampai mereka meninggal. Pengantin wanita akan menambahkan dengan menyebutkan namanya diakhir ikrar itu, kemudian diadakan pertukaran cincin. Segera sesudah Universitas Sumatera Utara kedua pengantin dipersatukan, sake kembali disuguhkan untuk menyatukan kedua keluarga. Bagian akhir dari upacara adalah setelah beberapa nyanyian dilagukan oleh pendeta, ia akan membawa suatu pemberian ranting kecil sakaki yang sudah dihias yang disebut tamagushi ke depan altar. Ini sebagai ucapan terima kasih kepada dewa. Ranting-ranting ini biasanya diberikan pertama kepada kedua pengantin, kemudian nakoodo perantara pernikahanorang yang menjodohkan, dan terakhir kepada kedua pihak keluarga yang biasanya ayah dari kedua pengantin. Pemberian ranting-ranting ini disertai dengan tepukan tangan dan menunduk yang dilakukan oleh semua hadirin. Pada puncak acara dilakukan pertukaran cincin diiringi tepuk tangan. Upacara ditutup oleh pendeta dengan mengucapkan “selamat” untuk mendoakan semua dan mendoakan agar pernikahan yang baru dapat mendirikan rumah tangga yang selaras..

3.6 Misogi Shuhō