kemalangan, datanglah kebahagiaan. Setelah menebarkan kacang kedelai, upacara kembali dilanjutkan di dalam haiden. Pendeta Shinto dan perwakilan dari
peserta memberikan ranting sakral sakaki kepada kami. Lalu pendeta Shinto mengembalikan makanan yang dipersembahkan ke tempat semula. Terakhir,
semua peserta membungkuk sekali sebagai penutup upacara dan dapat menikmati sake yang sudah disucikan.
3.3 Yakudoshi Barai
厄年払い Yakudoshi berasal dari kata yaku
厄 yang artinya malangbencana, dan
doshi 年
artinya usia. Jadi dapat diterjemahkan sebagai usia sialusia bencana. Kanji
払 い
digunakan karena memiliki makna mengusir, membuang, atau menangkis. Yakudoshi bukanlah upacara pendewasaan atau untuk menenangkan
roh tetapi adalah upacara menjauhkan mara bahaya. Seperti upacara selamatan bagi laki-laki umur 42 tahun dan upacara
selamatan bagi perempuan umur 33 tahun. Bagi laki-laki umur 42 tahun disebut dengan shini mati oleh karena itu dianggap merupakan usia berbahaya, dan bagi
wanita umur 33 tahun disebut dengan sanzan mempunyai arti mati melahirkan. Oleh karena itu bagi orang-orang berusia tersebut diatas dibuatkan upacara untuk
menghindari malapetaka Situmorang, 2006 : 46. Di umur mereka tersebut dipercaya ditakdirkan berjumpa dengan penyakit,
kematian, kegagalan berbisnis, kehilangan kekayaan, dan kejadian-kejadian lain yang tidak dikehendaki. Mereka akan sangat hati-hati akan kesehatan dan
kelakuan sehari-hari ketika mereka mendekati usia bencana supaya apapun menimpa mereka akan lebih mudah menanggungnya. Kepercayaan ini bukanlah
Universitas Sumatera Utara
tanpa dasar. Usia-usia ini sangat penting di kehidupan baik laki-laki dan wanita secara fisik dan mental. Jadi kepercayaan ini untuk memperingatkan mereka pada
usia berbahaya yang harus dicermati. Beberapa minggu sebelum yakudoshi barai, mereka harus mendaftarkan
diri ikut ke jinja lokal. Peserta laki-laki akan datang ke yakudoshi barai dengan berpakaian formal dengan jas hitam, sedangkan yang wanita memakai kimono
warna hitam. Saat memasuki jinja mereka diharuskan melakukan temizu untuk memastikan mereka cukup suci mendekati kami. Lalu mereka mendatangi
ruangan resepsionis untuk mengisi Kit ōyōshi
祈 祷
用 紙
yaitu formulir permohonan doa. Setelah itu bunyi dentuman drum taiko oleh kannushi memberi
isyarat waktunya peserta memasuki haiden ruangan tempat berdoa. Di dalam haiden terdapat musik gakaku musik orkestra kuno yang sedang dimainkan oleh
para pemusik kuil, dan para peserta mengikuti upacara dengan duduk bersila di atas tatami.
Kemudian upacara harai dilakukan. Pendeta Shinto membacakan harai no kotoba dengan suara keras dan dengan harapan segala dosa dan kekotoran
dibersihkan, dan dilanjutkan dengan mengibaskan haraigushi ke semua peserta. Ini sangat penting karena selain menyucikan mereka tapi juga memberikan
keyakinan baru bahwa mereka tidak akan menghadapi bencana yang tidak mereka harapkan. Setelah itu kannushi membuat doa memohon kesehatan dan
keberuntungan bagi mereka yang merayakan yakudoshi Setelah doa di ucapkan, pendeta Shinto memberikan tamagushi yang telah ditempeli potongan kertas
kepada para peserta untuk dipersembahkan kepada kami. Masing-masing akan datang ke depan altar, meletakkan persembahan sambil berjongkok, menunduk
Universitas Sumatera Utara
dua kali, menepuk tangan dua kali, dan terakhir menunduk kembali. Setelah semuanya selesai memberi persembahan, tahapan terakhir upacara yakudoshi
barai adalah naorai atau menikmati sake yang telah disucikan dan dipersembahkan ke kami. Naorai adalah perjamuan antara kami dengan manusia.
Yakudoshi barai ditutup pukulan taiko oleh kannushi dengan irama tersendiri. Upacara yakubarai tidak berlangsung lama, hanya sekitar 20-30 menit.
3.4 Kōtsū Anzen Oharai