Aksesibilitas Pendidikan KAJIAN TEORI
1 Salah satu kebijakan strategis yang disusun dalam rangka memperluas
pemerataan dan akses pendidikan adalah memperluas akses terhadap pendidikan di SMK sesuai dengan kebutuhan dan keunggulan lokal.
2 Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam
pemilihan sekolah, faktor sekolah mempunyai pengaruh paling besar kemudian diikuti oleh faktor lokasi dan paling kecil pengaruhnya
adalah faktor ekonomi. 3
Hasil analisis statistik Crosstab diketahui bahwa terdapat hubungan positif antara Preferensi Pemilihan Sekolah dengan Kondisi
Ekonomi.
68
2. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hargito dalam tesisi yang berjudul
“Integrasi Sebaran Lokasi SMP dan Sebaran Permukiman Di Kota Pati” dengan hasil penelitian:
1 Pola sebaran lokasi SMP di Kota Pati adalah berkelompok dan
membentuk pusat pelayanan di BWK Pusat Kota. 2
Daerah pinggiran kota yakni BWK I, BWK II dan BWK III memiliki sebaran permukiman yang terpencar yang diakibatkan karena lahan
pertanian. Dengan sebaran lokasi SMP yang terkonsentrasi di BWK Pusat Kota teridentifikasi kebutuhan dan jarak jangkau sarana SMP
yang ada pada daerah pinggiran kota dari permukiman ke pusat pelayanan sarana SMP tidak optimal.
3 Untuk mengintegrasikan sebaran lokasi SMP dan sebaran permukiman
yang tidak optimal, maka di daerah BWK II yaitu desa Widorokandang, Sugiharjo, Dengkek, Mustokoharjo dan Gajahmati
sebagai prioritas pertama dan di Desa Sukokulon, Ngawen, Penambuhan dan Margorejo di Daerah BWK III sebagai prioritas
kedua merupakan lokasi untuk pengadaan sarana SMP yang terintegrasi dengan sebaran permukiman di daerah pinggiran.
69
68
Sri Maryati, op.cit., h.1.
69
Hargito, op.cit., h.1
3.
Widianantari dalam tesisi yang berjudul “Kebutuhan dan Jangkauan Pelayanan Pendidikan Di Kecamatan Bandongan Kabupaten
Magelang”, mengemukakan bahwa:
1 Wilayah Kabupaten Magelang fasilitas pendidikan yang berkaitan
dengan tingkat pelayanan sekolah belum merata, sehingga menimbulkan banyaknya anak lulusan SMP Kabupaten yang tidak
tertampung atau melanjutkan ke jenjang selanjutnya, anak putus sekolah terutama di daerah
–daerah tertinggal. 2
Angka Partisipasi Kasar APK Kecamatan Bandongan sebesar 20,90 , Angka Partisipasi Murni APM Kecamatan Bandongan sebesar
15,40 , dan jangkauan pelayanan SMA Negeri Bandongan sebagai fasilitas pendidikan di Kabupaten Magelang sudah dapat menjangkau
pelayanan pendidikan di wilayah Kecamatan Bandongan bahkan sampai keluar kecamatan. Dari hasil analisis sebenarnya masih ada 2
SLTP di Kecamatan Bandongan yang belum bisa tertampung. 3
Jangkauan pelayanan SMA Negeri Bandongan sebagai fasilitas pendidikan di Kabupaten Magelang sudah bisa menjangkau di wilayah
tersebut bahkan keluar wilayah kecamatan, namun masih ada 2 SLTP wilayah kecamatan Bandongan yang belum bisa terlayani Sesuai
dengan hasil penelitian dapat direkomendasikan bahwa fasilitas pendidikan di Kecamatan Bandongan khususnya untuk tingkat
Sekolah Menengah Atas masih perlu penambahan ruang kelas baru untuk menampung kelebihan siswa, alternatif pendidikan lain bahkan
pendirian Unit Sekolah Baru di wilayah Kecamatan Bandongan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat
dan meningkatkan
mutu pendidikan.
70
70
Windiarti “Kebutuhan dan Jangkauan Pelayanan Pendidikan Di Kecamatan Bandongan
Kabupaten Magelang ,” Tesis pada Program Pasca Sarjana Universitas Diponogoro, Semarang ,
2008, h1, tidak dipublikasikan.
4.
Lambok Ford Irwan Satari Sitorus dalam tesisi yang berjudul “Analisis Sebaran Sekolah Menengah Dalam Upaya Peningkatan Aksesibilitas
Pendidikan Di Kota Tebing Tinggi ”, mengemukakan bahwa:
1 Jangkauan pelayanan sekolah menengah yang baik dan merata belum
tercapai di Kota Tebing Tinggi. Sebagian besar sekolah menengah SMA, MA, dan SMK daerah jangkauannya tidak hanya satu
kecamatan namun sudah lintas kecamatan dan bahkan sudah lintas kota maupun kabupaten. Padahal kebutuhan wilayah internal belum
dapat terpenuhi dengan baik, hanya Kecamatan Tebing Tinggi Kota dan Kecamatan Rambutan.Aspek waktu tempuh dan alat transportasi
maka sekolah menengah di Kota Tebing Tinggi memiliki tingkat aksesibilitas yang belum baik karena belum sepenuhnya memenuhi
standar atau ketentuan yang berlaku. 2
Persebaran jumlah sekolah menengah belum dapat terwujud secara merata dengan baik di wilayah Kota Tebing Tinggi dengan
ditemukannya kondisi di lapangan bahwa sebaran jumlah sekolah menengah yang ada eksisting belum dapat mengikuti sebaran
jumlah fasilitas sekolah menengah menurut standar yang berlaku. 3
Lahan sekolah menengah yang ada di Kota Tebing Tinggi telah memenuhi ketentuan tentang Rencana Detail Tata Ruang RDTR
yang ada dalam Direktorat Jenderal Dikdasmen, Depdiknas.
71