3. Tempat pusat central place, yaitu suatu pusat yang melayani perkotaan
dan perdesaan serta wilayah yang lebih besar lagi dari pada wilayahnya sendiri dengan masing-masing tempat pusat tersebut menawarkan batas
ambang populasi dan jangkauan fungsi untuk wilayah komplemen yang dilayani.
15
Menurut Rusthon masih dalam Miarsih mengemukakan bahwa “pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas perilaku lokasi dari kegiatan pada
umumnya adalah memaksimalkan akses pada komunitas masyarakat ”.
16
Dengan demikian bahwa lokasi dapat diartikan sebagai suatu tempat dimuka bumi yang akan berkaitan dengan interaksi manusia dalam proses untuk
mencapainya. Penentuan
lokasi baik
secara absolut
atau relatif
mempertimbangkan dampak dari interaksi spasial untuk tercapainya ketepatan dan optimalnya suatu lokasi.
3. Teori Lokasi
Teori lokasi sebagai “ilmu yang menyelidiki tata ruang spatial order
kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidik alokasi geografis dari sumber –
sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain baik ekonomi maupun sosial
”.
17
Salah satu hal yang paling banyak dibahas dalam teori lokasi adalah “pengaruh
jarak terhadap intensitas orang berpergian dari satu lokasi ke lokasi lainya ”.
18
Hal ini terkait dengan besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi
dengan pusat tersebut.
19
Walter Christaller seorang geograf Jerman pada tahun 1933 mengemukakan teori lokasi yang dikenal sebagai “teori tempat sentral” atau
dalam bahasa Inggris disebut “Central place Theory”.
20
Walter Christaller menulis buku dalam bahasa Jerman yang berjudul:
15
Miarsih, op.cit, h.xviii
16
Ibid., h. xix
17
Robinson Tarigan, loc.cit..
18
Ibid., h.123.
19
Ibid.
20
Nursid Sumaatmadja, op.cit, h. 30.
“Die Zentrale Orte in Suddeutschland: ein Okonomisch-geographische Untersuchung uber die Gesetzmassigkeit der Verbreitung und
Entwichklung der Siedlungen mit stadtischen Funktionmen, Jena, 1993 Suatu penelitian geografi-ekonomis mengenai keberaturan hukum sebaran
dan perkembangan dengan fungsi-
fungsi kekotaan”.
21
E.W. Baskin yang kemudian menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul
“Central places in Southern Germany, Englewood Cliffs, N.J, Prentice Hall, 1996, artinya adalah tempat-tempat sentral di Jerman Selatan
”.
22
Walter Christaller dalam Marsudi Djojodipuro mengemukakan bahwa “Walter
Christaller menerangkan pola lokasi berbagai tempat di Jerman Selatan, tempat- tempat tersebut masing-masing merupakan pusat kegiatan jasa tertentu, seperti
jasa kesehatan, jasa pemenuhan kebutuhan, jasa tersebut dapat diketemukan berbagai skala
”.
23
Walter Christaller dalam Daljoeni memaparkan teorinya tentang sebaran dan besarnya pemukiman yang dapat diterangkan berdasarkan fungsi
pelayanannya. Lima asumsi yang dikemukakan oleh Christaller untuk mengkonstruk teori yang sifatnya keruangan di bidang ekonomi, sebagai
berikut: 1.
Karena para konsumen yang menanggung ongkos angkutan, maka jarak ke tempat pusat yang dinyatakan dalam biaya dan waktu, amat penting.
2. Karena konsumen yang memikul ongkos angkutan, maka jangkauan
range suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam biaya dan waktu.
3. Semua konsumen dalam usaha mendapatkan barang dan jasa yang
dibutuhkan, menuju ke tempat pusat yang paling dekat letaknya. 4.
Kota-kota berfungsi sebagai central place bagi wilayah di sekitarnya. Artinya ada hubungan antara besarnya tempat pusat dan besarnya
luasnya wilayah pasarana, banyaknya penduduk dan tingginya pendapatan di wilayah yang bersangkutan.
5. Wilayah tersebut digagaskan sebagai dataran dimana penduduknya
tersebar merata dan ciri-ciri ekonomisnya sama besar penghasilan sama
24
.
21
N. Daldjoeni, Geografi Baru Organisasi Keruangan dalam Teori dan Praktek, Bandung: Alumni, 1992, h. 107.
22
Rahardjo Adisasmita, Pengembangan Wilayah Konsep dan Teori, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008, h. 63.
23
Marsudi Djojodipuro, Teori Lokasi, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 1991, h.134.