Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe di Desa Jombang , Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN TEMPE DI DESA JOMBANG,

KECAMATAN CIPUTAT, KOTA TANGERANG SELATAN,

PROVINSI BANTEN


(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERMINTAAN TEMPE DI DESA JOMBANG,

KECAMATAN CIPUTAT, KOTA TANGERANG SELATAN,

PROVINSI BANTEN

Oleh: Andhieka Ulfa 106092003007

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011 M / 1432 H


(3)

(4)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH

DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

Jakarta, Juli 2011

Andhieka Ulfa NIM. 106092003007


(5)

Curriculum Vitae

Nama : Andhieka Ulfa

TTL : Jakarta, 25 November 1987

Alamat : Jl. Bangka I Villa Bintaro Indah Blok D4 No. 11 RT 01 RW 001 Jombang – Ciputat 15414

Jenis Kelamin : Perempuan No Tlp : 083899573469 E-mail : upa_lova@yahoo.com RIWAYAT PENDIDIKAN

1992 – 1994 : TK Al – Muhajirin 1994 – 2000 : SD Negeri Jombang 1 2000 – 2003 : SMP Negeri 3 Ciputat 2003 – 2006 : SMA Negeri 1 Cisauk

2006 – 2011 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta PENGALAMAN ORGANISASI

2000 – 2003 : Co. P3K Palang Merah Remaja SMP Negeri 3 Ciputat 2007 – 2008 : Bendahara Karang Taruna FORKAP (Forum Komunikasi

Pemuda) RT 01 Villa Bintaro Indah

2007 – 2008 : Sekretaris II Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah

2008 – 2009 : Sekretaris I Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Jurusan Agribisnis, UIN Syarif Hidayatullah


(6)

RINGKASAN

ANDHIEKA ULFA, Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Tempe di Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten. Di bawah bimbingan EDMON DARIS dan ACEP MUHIB.

Tempe merupakan salah satu sumber pangan nabati yang kaya akan protein dan terbuat dari kedelai. Kandungan protein didalam tempe hampir sebanding dengan kandungan protein pada ayam. Tempe menjadi makanan khas Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini, bahkan sudah menjadi lauk andalan keluarga Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain. Bertambahnya jumlah konsumen yang mengkonsumsi pangan sumber protein nabati mengindikasikan adanya perubahan pola konsumsi pangan di masyarakat.

Masyarakat desa Jombang yang beraneka ragam menurut usia, pendapatan, dan tingkat pendidikannya diasumsikan memiliki pola konsumsi pangan yang berbeda, khususnya dalam mengkonsumsi sumber protein nabati yaitu tempe. Di desa Jombang sendiri sudah terdapat sentra produksi tempe, akan tetapi tidak diketahui secara pasti jumlah produsen tempe yang ada di desa Jombang. Sampai saat ini juga belum ada catatan mengenai jumlah permintaan tempe di desa Jombang.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui permintaan tempe di desa Jombang. (2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe di desa Jombang. (3) Mengukur besarnya elastisitas permintaan tempe di desa Jombang.

Penelitian ini dilakukan di Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Letak desa Jombang stategis karena berada di antara dua kota mandiri yaitu Bintaro dan Bumi Serpong Damai (BSD), serta merupakan kawasan perencanaan pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada responden yang sudah ditentukan berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus Slovin. Data sekunder diperoleh dari pemerintah daerah setempat serta studi pustaka. Analisis kualitatif atau deskriptif dengan tabulasi sederhana ditujukan untuk memberikan informasi karakteristik responden dan permintaan tempe pada konsumen rumah tangga di desa Jombang. Analisis kuantitatif dengan alat bantu SPSS 17, mencakup pembahasan mengenai bagaimana faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap permintaan tempe di desa Jombang melalui model persamaan regresi linear berganda dan perhitungan elastisitas.


(7)

Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner pada responden, didapat bahwa sebesar 86 persen responden memilih tempe sebagai lauk dalam menu makanan rumah tangga. Permintaan tempe pada konsumen rumah tangga di desa Jombang rata-rata mengkonsumsi tempe 7,94 kg dengan rata-rata frekuensi konsumsi tempe 16,65 kali dalam sebulan. Alasan konsumen rumah tangga mengkonsumsi tempe adalah karena tempe bergizi tinggi dan tempat favorit untuk membeli tempe adalah pasar tradisional.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan tempe adalah harga tempe, harga tahu, harga telur, harga daging ayam, harga ikan, jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga. Hasil analisis uji t didapat bahwa hanya variabel harga tempe dan variabel harga daging ayam yang signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen. Sedangkan variabel harga tahu, harga telur, harga ikan, jumlah anggota keluarga dan pendapatan keluarga signifikan pada tingkat kepercayaan kurang dari 99 persen. Hasil analisis uji F didapat bahwa koefisien regresi signifikan secara ststistik pada tingkat kepercayaan 99 persen. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi yang dibuat sudah benar dan layak karena ada hubungan linear dari seluruh variabel bebas tehadap variabel terikat. Ketujuh faktor tersebut secara bersama-sama dapat dikatakan berpengaruh terhadap permintaan tempe masyarakat desa Jombang. Hasil pengujian koefisien determinasi didapat hanya 25,5 persen variasi atau perubahan dalam permintaan tempe dapat dijelaskan oleh seluruh variabel yang berpengaruh.

Hasil perhitungan elastisitas permintaan tempe didapat elastisitas harga tempe yaitu sebesar 0,957 artinya tempe bersifat inelastis. Dari hasil elastisitas silang, hanya harga tahu yang bersifat substitusi terhadap tempe karena memiliki nilai elastisitas yang positif. Sedangkan untuk harga telur, harga daging ayam dan harga ikan bernilai negatif sehingga bersifat komplementer terhadap tempe. Dari hasil perhitungan elastisitas pendapatan didapatkan bahwa tempe merupakan barang inferior. Permintaan tempe akan menurun apabila pendapatan keluarga bertambah.


(8)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Shalawat serta salam tidak lupa penulis panjatkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang telah membawa umat manusia menuju jalan kebaikan.

Penulis malakukan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis berharap karya tulis ini bermanfaat bagi para pembaca dan masyarakat khususnya di lokasi penelitian.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih atas dukungan dan partisipasi yang telah diberikan kepada penulis. Ucapan terima kasih disampaikan kepada:

1. Ayahanda Alm. Achmad Syaifuddin dan Ibunda Umi Kalsum yang telah mencurahkan cinta dan kasih sayang yang tiada henti, perhatian, dukungan moriil dan materiil serta nasihat yang tak ternilai harganya bagi penulis. Penulis haturkan sembah sujud dan ucapan terima kasih yang tulus serta penghargaan yang tinggi kepada mereka berdua atas jerih payah dan motivasinya supaya penulis dapat meraih cita-cita dan menuju masa depan yang cerah.

2. Bapak Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Si, selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi yang telah mengesahkan karya tulis ini sebagai skripsi.

3. Drs. Acep Muhib, MMA selaku Ketua Program Studi dan Rizki Adi Puspita Sari, SP, MMA selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu pengetahuan͘


(9)

4. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS, dan Bapak Drs. Acep Muhib, MMA selaku dosen pembimbing yang telah membantu mengarahkan dan membimbing

dengan baik hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Dr. Yon Girie Mulyono, M.Si, dan Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si sebagai dosen penguji yang telah mengoreksi dengan baik sehingga skripsi ini mendapat banyak masukan untuk lebih baik.

6. Ibu Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si, selaku Pembimbing Akademik yang telah mengarahkan dan memotivasi penulis selama masa kuliah.

7. Seluruh dosen Agribisnis Fakultas Sains dan Teknologi yang telah memberikan masukan-masukan dan ilmunya kepada penulis.

8. Bapak H. M. Mansyur, selaku Kepala Desa Jombang beserta staf yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian.

9. Adik-adikku tersayang Nurul Fitriana dan Annisa Aulia yang selalu membuatku bahagia dan semangat untuk menyelesaiakan skripsi, semoga menjadi anak yang shalihah dan senantiasa berbakti terhadap orang tua.

10. Teman seperjuangan agribisnis angkatan 2006 yang selalu semangat semoga kebersamaan kita akan menjadi kenangan yang selalu kita rindukan.

11. Semua pihak yang penulis tidak disebutkan satu persatu namun penulis berharap semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kalian semua.

Akhirnya hanya kepada Allah semua itu diserahkan. Keberhasilan seseorang tidak akan berarti tanpa adanya proses dari kesalahaan yang dibuatnya, karna manusia adalah tempatnya salah dan semua kebaikkan merupakan anugrah dari Allah SWT. Semoga masih ada kesempatan penulis untuk membalas kebaikan dari semua pihak yang telah membantu dan semoga amal baik mereka diterima oleh Allah SWT. Amin.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xv

DAFTAR LAMPIRAN... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 7

1.4 Manfaat Penelitian... 8

1.5 Ruang Lingkup Penelitian... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori... 10

2.1.1 Tempe………... 10

2.1.1.1 Pengertian Tempe... 11

2.1.1.2 Sejarah dan Perkembangan Tempe... 12

2.1.1.3 Khasiat Tempe... 14

2.1.2 Teori Permintaan... 15

2.1.2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan. 16 2.1.2.2 Fungsi Permintaan... 18

2.1.3 Konsep Elastisitas Permintaan... 18

2.1.2 Teori Perilaku Konsumen... 19

2.2 Penelitian Terdahulu... 22


(11)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 25

3.2 Jenis dan Sumber Data... 25

3.3 Metode Pengambilan Sampel... 25

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data... 26

3.4.1 Analisis Kualitatif... 26

3.4.2 Analisis Kuantitatif... 27

3.4.2.1 Analisis Regresi Linier Berganda... 27

3.4.2.2 Analisis Elastisitas…... 29

3.5 Definisi Operasional... 30

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Goegrafis dan Administratif Desa Jombang... 32

4.2 Penduduk Desa Jombang... 33

4.3 Sarana dan Prasarana Desa Jombang... 35

4.4 Karakteristik Responden... 37

4.4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 38

4.4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Posisi dalam Keluarga... 38

4.4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan... 39

4.4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 41

4.4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 42

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian... 43

5.1.1 Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden di Desa Jombang... 45


(12)

xii 5.1.1.3 Alasan Responden Mengkonsumsi Tempe... 49 5.1.1.4 Lokasi Pembelian Tempe Responden... 50 5.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang... 51

5.1.2.1 Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Menpengaruhi Permintaan Tempe

di Desa Jombang... 59 5.1.3 Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang... 68 5.2 Pembahasan... 70

5.2.1 Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden

di Desa Jombang... 70 5.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe

di Desa Jombang... 72 5.2.3 Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang... 78 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan... 80 6.2. Saran... 81 DAFTAR PUSTAKA... 82


(13)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Daftar Penukar Delapan Golongan Bahan Makanan... 2

2. Nilai Protein Beberapa Bahan Makanan (gram/100 gram)... 4

3. Jenis Pekerjaan Masyarakat di Desa Jombang, 2010... 33

4. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Jombang, 2010... 34

5. Data Jumlah Penduduk Desa Jombang Berdasarkan Agama, 2010... 34

6. Sarana Pendidikan di Desa Jombang, 2010... 35

7. Sarana Kesehatan di Desa Jombang, 2010... 35

8. Sarana Olah Raga di Desa Jombang, 2010... 36

9. Sarana Perdagangan Masyarakat di Desa Jombang, 2010... 36

10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Jombang, 2011... 38

11. Jumlah dan Persentase Berdasarkan Posisi dalam Keluarga di Desa Jombang, 2011... 38

12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaaan di Desa Jombang, 2011... 40

13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Jombang, 2011... 41

14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkatan Usia di Desa Jombang, 2011... 42

15. Pengetahuan Gizi Keluarga Responden di Desa Jombang, 2011... 44

16. Jumlah Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden dalam Sebulan di Desa Jombang, 2011... 47 17. Frekuensi Konsumsi Tempe Rumah Tangga Responden dalam Sebulan


(14)

xiv 19. Lokasi Pembelian Tempe Responden di Desa Jombang, 2011………... 50 20. Harga Konsumsi Tempe Rumah Tangga Responden Perkilogram

di Desa Jombang, 2011………... 51 21. Harga Konsumsi Tahu Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011….. 53 22. Harga Konsumsi Telur Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011... 54 23. Harga Konsumsi Daging Ayam Responden Perkilogram

di Desa Jombang, 2011... 55 24. Harga Konsumsi Ikan Responden Perkilogram di Desa Jombang, 2011…… 56 25. Jumlah Anggota Keluarga Responden di Desa Jombang, 2011... 57 26. Pendapatan Keluarga Responden Perbulan di Desa Jombang, 2011…... 58 27. Hasil Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011………... 59 28. Hasil Uji t Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe

di Desa Jombang, 2011 Ayam Responden... 63 29. Hasil Uji F Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe

di Desa Jombang, 2011………... 66 30. Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2) Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011... 67 31. Hasil Perhitungan Elastisitas Permintaan Tempe di Desa Jombang, 2011.... 69


(15)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Alur Kerangka Pemikiran……... 24 2. Persentase Responden Mengkonsumsi Tempe di Desa Jombang, 2011... 45


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Surat Permohonan Penelitian dari Fakultas... 84 2. Surat Keterangan dari Kelurahan Jombang... 85 3. Denah Lokasi Desa Jombang, Kecamatan Ciputat,

Kota Tangerang Selatan - Banten... 86 4. Lembar Kuisioner... 87 5. Data Identitas Responden Konsumen Tempe Rumah Tangga

di Desa Jombang, 2011... 89 6. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tempe Responden

di Desa Jombang, 2011... 93 7. Hasil SPSS Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor

yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang... 97 8. Perhitungan Elastisitas Permintaan Tempe... 100 9. Gambar Tempe dan Hidangan Olahan Tempe... 101


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konsumsi bahan pangan masyarakat sehari-hari, hendaknya memenuhi dua kriteria kecukupan gizi, yaitu kecukupan kalori dan protein. Kebutuhan kalori

biasanya diperoleh dari konsumsi makanan pokok (karbohidrat). Sementara kebutuhan protein diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (protein nabati) dan hewan (protein hewani). Adanya saling keterkaitan antar zat-zat gizi ini menekankan keanekaragaman makanan dalam menu sehari-hari. Untuk memudahkan penyusunan menu yang bervariasi dan bergizi maka disusunlah Daftar Bahan Makanan Penukar.

Almatsier (2009:296) menyatakan bahwa pada Daftar Bahan Makanan Penukar dikelompokkan bahan makanan berdasarkan peranannya dalam pola menu seimbang dan zat gizi utama yang dikandungnya. Pada tahun 1996 Direktorat gizi mengeluarkan Daftar Penukar Delapan Golongan Bahan Makanan yang prinsipnya sama dengan Daftar Penukar Bahan Makanan. Daftar Penukar


(18)

2

Tabel 1. Daftar Penukar Delapan Golongan Bahan Makanan.

energi karbohidrat lemak protein

urt gram kkal gram gram gram

I. Sumber karbohidrat

Nasi 3/4 gls 100 175 40 ־ 4

II. Sumber protein hewani

Daging Sapi 1 ptg 50 95 ־ 6 10

III. Sumber protein nabati

Tempe 2 ptg 50 80 8 3 6

IV. Sayuran

Sayuran campur 1 gls 100 50 10 ־ 9

V. Buah-buahan

Pepaya 1 ptg 100 40 10 ־ ־

VI. Susu

Susu sapi segar 1 gls 200 130 9 7 7

VII. Minyak

Minyak goreng 1/2 sdm 5 45 ־ 5 ־

VIII. Gula

Gula pasir 1 sdm 10 40 10 ־ ־

Ukuran Golongan

Keterangan:

urt = ukuran rumah tangga

1 gelas (gls) nasi = 140 gram = 70 gram beras 1 potong (ptg) daging = ukuran 6 x 5 x 2 cm 1 potong (ptg) tempe = ukuran 4 x 6 x 1 cm

1 gelas (gls) sayuran setelah direbus dan ditiriskan = 100 gram sayuran mentah 1 potong (ptg) pepaya = ukuran 5 x 15 cm

1 sendok makan (sdm) minyak goreng = 10 gram 1 sendok makan (sdm) gula pasir = 10 gram Sumber (Almatsier, 2009:297)

Dari daftar tersebut, tempe dapat menjadi bahan makanan penukar untuk memenuhi kebutuhan pokok manusia akan protein nabati. Susanto (2004:14-15) menyatakan di negara berkembang, termasuk Indonesia 80% dari protein yang dikonsumsi adalah protein nabati dan 60% berasal dari biji-bijian. Sebaliknya di negara maju, protein nabati hanya 45% dari seluruh protein yang dikonsumsi. Sumber protein nabati adalah kacang-kacangan (kedelai, karo, kacang tanah) biji-bijian (beras, gandum dan jagung). Sedangkan protein hewani ialah protein


(19)

yang terdapat dalam hasil ternak, yaitu daging, telur, susu dan ikan. Protein hewani pada umumnya mempunyai susunan asam amino yang paling

sesuai untuk kebutuhan manusia. Akan tetapi harga bahan makanan yang mengandung protein hewani relatif mahal, sehingga hanya merupakan 18,4% konsumsi protein rata-rata penduduk Indonesia. Bahan makanan nabati yang kaya akan protein adalah kacang-kacangan. Sayur dan buah-buahan hanya sedikit mengandung protein. Sedangkan gula, sirop, lemak dan minyak murni tidak mengandung protein (Almatsier, 2009:100-101). Kandungan protein beberapa bahan makanan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Protein Beberapa Bahan Makanan (gram/100 gram).

Bahan Makanan Nilai Protein Bahan Makanan Nilai Protein

Kacang kedelai 34.9 Keju 22.8

Kacang merah 29.1 Kerupuk udang 17.2

Kacang tanah kupas 25.3 Jagung kuning, pipil 9.2

Kacang hijau 22.2 Roti putih 8.0

Kacang mente 21.2 Mie kering 7.9

Tempe 18.3 Beras setengah giling 7.6

Tahu 7.8 Kentang 2.0

Daging sapi 18.8 Gaplek 1.5

Ayam 18.2 Ketela pohon (singkong) 1.2

Telur bebek 13.1 Daun singkong 6.8

Telur ayam 12.0 Bayam 3.5

Udang segar 21.0 Kangkung 3.0

Ikan segar 16.0 Wortel 1.2

Tepung susu skim 35.6 Tomat masak 1.0

Tepung susu 24.6 Mangga harumanis 0.4


(20)

4 protein tertinggi adalah kacang kedelai yaitu sebesar 34,9. Sedangkan dari semua jenis bahan makanan tersebut nilai protein tertinggi ada didalam tepung susu skim (35,6) dan terendah adalah mangga harumanis (0,4). Kacang-kacangan dalam bentuk kering atau hasil olahannya, merupakan sumber protein yang baik. Di samping itu, kacang-kacangan kaya akan vitamin B, kalsium, fosfor, zat besi, mangan, seng, tembaga, dan kalium terutama bila diperhitungkan bahwa harganya lebih murah (Almatsier, 2009:292).

Tempe merupakan salah satu sumber pangan nabati yang yang terbuat dari kacang kedelai serta kaya akan protein. Tempe mempunyai kandungan gizi yang sangat baik, terdiri dari protein sekitar 19,5%, lemak 4%, karbohidrat 9,4%, vitamin B12 antara 3,9-5 mg per 100 gram tempe (Sarwono, 2002:2).

Tempe banyak dikonsumsi oleh anak-anak hingga orang tua, di pedesaan hingga di restoran, walaupun dulu pernah diremehkan sebagai bahan makanan untuk kaum miskin. Selain itu tempe juga mempunyai rasa yang khas, tekstur, penampilan dan aroma yang menarik. Tempe menjadi makanan khas Indonesia yang masih bertahan hingga saat ini, bahkan sudah menjadi lauk andalan keluarga Indonesia. Tempe merupakan salah satu warisan budaya bangsa Indonesia. Akan tetapi tempe tidak hanya disukai rakyat di negeri kita saja. Di luar negeri pun penggemar tempe sudah berkembang pesat, terutama di Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa. Sehingga hak paten atas tempe telah dimiliki Amerika serikat dan Jepang (Noertjahyo, 2005:170).


(21)

Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu, dan 10% dalam bentuk produk lain (seperti tauco, kecap, dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg (Astawan, 2003:1).

Bertambahnya jumlah konsumen yang mengkonsumsi pangan sumber protein nabati mengindikasikan adanya perubahan pola konsumsi pangan di masyarakat. Tingkat pertumbuhan pendapatan masyarakat diyakini mempengaruhi pola konsumsi pangan masyarakat. Harga pangan sumber protein hewani yang relatif tinggi serta perkembangan pengetahuan masyarakat mengenai keunggulan protein nabati menyebabkan kecenderungan meningkatnya konsumsi rumah tangga terhadap sumber protein nabati seperti tempe, tahu dan produk olahan lainnya. Bahan pangan hewani umumnya mengandung lemak dan zat-zat lain (seperti kolesterol), sehingga dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif seperti penyakit jantung, diabetes mellitus, dan lain sebagainya. Hal ini membuka kesadaran masyarakat untuk back to nature dengan lebih banyak mengkonsumsi makanan alami termasuk buah, sayuran dan kacang-kacangan. Masyarakat desa Jombang yang beraneka ragam menurut usia, pendapatan, dan tingkat pendidikannya diasumsikan memiliki pola konsumsi pangan yang berbeda, khususnya dalam mengkonsumsi sumber protein nabati yaitu tempe. Letak desa


(22)

6 peningkatan konsumsi tempe terjadi pada kalangan masyarakat menengah atas. Ini diduga hasil dari peningkatan kesadaran masyarakat akan manfaat tempe.

Desa Jombang terletak di Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah 356,865 Ha, dengan jumlah penduduk 29.983 jiwa dan terhimpun menjadi 7.570 Kepala Keluarga (Data Potensi Desa Jombang, 2010). Di desa Jombang sendiri sudah terdapat sentra produksi tempe, akan tetapi tidak diketahui secara pasti jumlah produsen tempe yang ada di desa Jombang. Sampai saat ini juga belum ada catatan mengenai jumlah permintaan tempe di desa Jombang. Oleh karena itu, suatu penelitian mengenai ”Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten” perlu untuk dilakukan.

1.2. Perumusan Masalah

Tipologi masyarakat desa Jombang yang merupakan masyarakat perkotaan dapat menyebabkan pola konsumsi beralih dari sekedar untuk memenuhi kebutuhan akan kalori dan protein menjadi pola konsumsi yang sangat mementingkan selera dan citra rasa makanan. Konsumsi atau permintaan sumber pangan protein berkaitan erat dengan kemampuan atau daya beli konsumen.

Dua peubah ekonomi yang cukup dominan sebagai determinan konsumsi pangan adalah pendapatan keluarga dan harga. Perubahan pendapatan secara langsung dapat mempengaruhi perubahan konsumsi pangan keluarga. Elastisitas pendapatan menunjukkan perubahan jumlah pangan yang diminta yang disebabkan oleh perubahan pendapatan yang terjadi pada tingkat harga yang tepat.


(23)

Selain pendapatan, faktor ekonomi yang mempengaruhi konsumsi pangan adalah harga pangan dan harga barang nonpangan. Perubahan harga dapat berpengaruh terhadap besarnya permintaan pangan. Harga pangan yang tinggi menyebabkan berkurangnya daya beli yang berarti pandapatan riil berkurang. Kadaan ini mengakibatkan konsumsi pangan berkurang. Elastisitas harga menggambarkan perubahan jumlah pangan yang diminta sebagai akibat terjadinya perubahan harga pangan. Jika dipandang dari segi ekonomi dan psikososial, makanan sering digunakan untuk menunjukkan prestise dan status ekonomi. Secara umum pangan sumber protein merupakan komoditas yang harganya relatif lebih tinggi dibanding komoditas pangan lainnya. Tetapi lain halnya dengan tempe, selain harganya

relatif murah tempe diyakini memiliki kandungan zat amtioksidan. Maka perumusan masalah dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagaimana permintaan tempe di desa Jombang?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan tempe di desa Jombang?

3. Berapa besar elastisitas permintaan tempe di desa Jombang?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui permintaan tempe di desa Jombang.


(24)

8

1.4. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu bahan informasi mengenai permintaan tempe dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sehingga dapat dijadikan acuan untuk pengembangan konsumsi pangan yang lebih baik bagi masyarakat dan bagi pihak pengambil kebijakan dalam peningkatan taraf hidup masyarakat. Serta dapat dijadikan acuan untuk memprediksi pemasaran tempe oleh produsen tempe yang ada di desa Jombang.

2. Bagi penulis, penelitian ini merupakan suatu proses pembelajaran dalam penerapan antara teori dan praktek yang dituangkan dalam suatu karya ilmiah. 3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah

wawasan serta sebagai bahan informasi atau rujukan untuk penelitian berikutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian ini dapat terselesaikan dengan terarah, maka diperlukan pembatasan lingkup penelitian, antara lain:

1. Permintaan tempe pada penelitian ini adalah pembelian tempe yang belum diolah oleh konsumen rumah tangga.


(25)

2. Responden adalah konsumen tempe rumah tangga di desa Jombang dengan jumlah 99 orang yang didapat dari perhitungan dengan rumus slovin dengan populasi sebanyak 7.570 Kepala Keluarga.

3. Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi permintaan tempe adalah harga tempe, harga barang pengganti (tahu, telur, daging ayam, daging sapi, ikan dan udang), jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga.

4. Analisis tentang seberapa besar pengaruh antara faktor-faktor permintaan terhadap permintaan tempe di desa Jombang, menggunakan alat analisis regresi linear berganda dan analisis elastisitas permintaan.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan berguna untuk menambah wawasan dan pengetahuan, serta menjadi acuan bagi penulis selama melakukan penelitian. Dengan adanya landasan teori ini, dapat mempermudah penulis dalam memahami ruang lingkup serta batasan pembahasannya. Adapun teori yang digunakan

berkaitan tentang objek penelitian ini yaitu tempe, teori permintaan, konsep elastisitas permintaan dan teori perilaku konsumen.

2.1.1. Tempe

Tempe merupakan makanan tradisional yang telah lama dikenal di Indonesia. Makanan itu dibuat dengan cara fermentasi atau peragian.

Pembuatannya merupakan industri rakyat sehingga hampir setiap orang dapat dikatakan mampu membuat tempe sendiri (Sarwono, 2002:1). Selanjutnya Supriono (2003:9), menyatakan bahwa tempe merupakan produk pangan yang sangat populer di Indonesia yang diolah dengan proses fermentasi kedelai dalam waktu tertentu menggunakan jamur Rhizopus sp. Secara umum tempe mempunyai ciri berwarna putih karena pertumbuhan miselia-miselia jamur yang menghubungkan antar biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur tempe yang kompak.


(27)

2.1.1.1. Pengertian Tempe

Kata tempe diduga berasal dari bahasa Jawa Kuno. Pada zaman Jawa Kuno terdapat makanan berwarna putih terbuat dari tepung sagu yang disebut tumpi. Tempe segar yang juga berwarna putih terlihat memiliki kesamaan dengan makanan tumpi tersebut. Selain itu terdapat rujukan mengenai tempe dari tahun 1875 dalam sebuah kamus bahasa Jawa-Belanda. Sumber lain mengatakan bahwa pembuatan tempe diawali semasa era “Tanam Paksa” di Jawa. Pada saat itu, masyarakat Jawa terpaksa menggunakan hasil pekarangan, seperti singkong, ubi dan kedelai, sebagai sumber pangan. Selain itu, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa tempe mungkin diperkenalkan oleh orang-orang Tionghoa yang memproduksi makanan sejenis, yaitu koji kedelai yang difermentasikan menggunakan kapang Aspergillus. Selanjutnya, teknik pembuatan tempe menyebar ke seluruh Indonesia, sejalan dengan penyebaran masyarakat Jawa yang bermigrasi ke seluruh penjuru Tanah Air (Syarief dkk, 1999:2).

Standar teknis untuk tempe telah ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) dan yang berlaku sejak 9 Oktober 2009 ialah SNI 3144:2009. Dalam standar tersebut, tempe kedelai didefinisikan sebagai produk yang diperoleh dari fermentasi biji kedelai dengan menggunakan kapang Rhizopus sp., berbentuk padatan kompak, berwarna putih sedikit keabu-abuan dan berbau khas tempe (SNI, 2009).


(28)

12

2.1.1.2. Sejarah dan Perkembangan Tempe

Tidak seperti makanan kedelai tradisional lain yang biasanya berasal dari Cina atau Jepang, tempe berasal dari Indonesia. Tidak jelas kapan pembuatan tempe dimulai. Namun demikian, makanan tradisonal ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu, terutama dalam tatanan budaya makan masyarakat Jawa, khususnya di Yogyakarta dan Surakarta. Dalam Bab 3 dan Bab 12 manuskrip Serat Centhini dengan seting Jawa abad ke-16 (Serat Centhini sendiri ditulis pada awal abad ke-19) telah ditemukan kata "tempe", misalnya dengan penyebutan nama hidangan jae santen tempe (sejenis masakan tempe dengan santan) dan kadhele tempe srundengan. Hal ini dan catatan sejarah yang tersedia lainnya

menunjukkan bahwa mungkin pada mulanya tempe diproduksi dari kedelai hitam, berasal dari masyarakat pedesaan tradisional Jawa—mungkin dikembangkan di daerah Mataram, Jawa Tengah, dan berkembang sebelum abad ke-16.

Pada zaman pendudukan Jepang di Indonesia, para tawanan perang yang diberi makan tempe terhindar dari disentri dan busung lapar. Sejumlah penelitian yang diterbitkan pada tahun 1940-an sampai dengan 1960-an juga menyimpulkan bahwa banyak tahanan Perang Dunia II berhasil selamat karena tempe. Menurut Onghokham, tempe yang kaya protein telah menyelamatkan kesehatan penduduk Indonesia yang padat dan berpenghasilan relatif rendah. Pada akhir 1960-an dan awal 1970-an terjadi sejumlah perubahan dalam pembuatan tempe di Indonesia. Plastik (polietilen) mulai menggantikan daun pisang untuk membungkus tempe. Ragi berbasis tepung diproduksi mulai 1976 oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan banyak digunakan oleh Koperasi Produsen


(29)

Tempe Tahu Indonesia (Kopti), mulai menggantikan laru (bubuk ragi) tradisional, dan kedelai impor mulai menggantikan kedelai lokal. Produksi tempe meningkat dan industrinya mulai dimodernisasi pada tahun 1980-an, sebagian berkat peran serta Kopti yang berdiri pada 11 Maret 1979 di Jakarta dan pada tahun 1983 telah beranggotakan lebih dari 28.000 produsen tempe dan tahu (Astuti, 1999:2-13).

Tempe dikenal oleh masyarakat Eropa melalui orang-orang Belanda. Pada tahun 1895, Prinsen Geerlings (ahli kimia dan mikrobiologi dari Belanda) melakukan usaha yang pertama kali untuk mengidentifikasi kapang tempe. Perusahaan-perusahaan tempe yang pertama di Eropa dimulai di Belanda oleh para imigran dari Indonesia. Melalui Belanda, tempe telah populer di Eropa sejak tahun 1946. Sementara itu, tempe populer di Amerika Serikat setelah pertama kali dibuat di sana pada tahun 1958 oleh Yap Bwee Hwa, orang Indonesia yang pertama kali melakukan penelitian ilmiah mengenai tempe. Di Jepang, tempe diteliti sejak tahun 1926 tetapi baru mulai diproduksi secara komersial sekitar tahun 1983. Pada tahun 1984 sudah tercatat 18 perusahaan tempe di Eropa, 53 di Amerika, dan 8 di Jepang. Di beberapa negara lain, seperti Republik Rakyat Cina, India, Taiwan, Sri Lanka, Kanada, Australia, Amerika Latin, dan Afrika, tempe sudah mulai dikenal di kalangan terbatas (Karyadi, 1999:21-25).


(30)

14

2.1.1.3. Khasiat Tempe

Berdasarkan beberapa hasil pengujian dan penelitian terhadap tempe, para ahli menyimpulkan bahwa tempe memiliki khasiat terhadap kelangsungan kesehatan tubuh sebagai berikut (Sarwono, 2002:56):

1. Tempe memiliki karakteristik sebagai makanan bayi yang baik. Selain pertumbuhan fisik, tempe juga berkhasiat menghindari diare akibat bakteri enteropatogenik.

2. Tempe mengandung antibiotic alami yang dapat melindungi usus dan memperbaiki sistem pencernaan yang disebabkan diare pada anak balita. 3. Tempe dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan dapat membuat awet

muda karena mengandung senyawa zat isoflavin yang mempunyai daya proteksi terhadap sel hati dan mencegah penyakit jantung.

4. Tempe dapat melangsingkan tubuh karena dapat menghindari terjadinya timbunan lemak dalam rongga perut, ginjal dan di bawah kulit perut. 5. Tempe merupakan hasil fermentasi kapang dan mikroorganisme lain yang

tidak bersifat patogen terhadap kesehatan manusia.

Penggunaan tempe sebagai bahan makanan dapat meningkatkan kesehatan

masyarakat. Bagi mereka yang memerlukan makanan rendah kalori, bebas kolesterol, tetapi bergizi tinggi, tempe merupakan salah satu bahan


(31)

2.1.2. Teori Permintaan

Lukman (2007:18) menyatakan bahwa permintaan (demand) terhadap suatu barang dan jasa dapat didefinisikan sebagai suatu hubungan antara sejumlah barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk dibeli di pasar pada tingkat harga dan waktu tertentu.

Dalam menganalisis mengenai permintaan perlu disadari perbedaan antara permintaan dengan jumlah barang yang diminta. Ahli ekonomi mengatakan bahwa permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan dari hubungan antara harga dan jumlah permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta dimaksudkan sebagai banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu. Jadi permintaan merupakan keinginan konsumen untuk membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu (Firdaus, 2009:69).

Ritonga (2003:108) menyatakan permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang dibeli dalam berbagai situasi dan tingkat harga. Semakin tinggi (mahal) harga, semakin sedikit permintaan. Sebaliknya semakin rendah (murah) harga, semakin banyak permintaan.

Hukum permintaan tidak berlaku mutlak, tetapi bersifat tidak mutlak dan

dalam keadaan caretis paribus (faktor-faktor lain dianggap tetap). Hukum permintaan berbunyi: “apabila harga mengalami penurunan, maka jumlah


(32)

16

2.1.2.1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan

Permintaan terhadap suatu barang oleh seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan adalah (Suprayitno, 2008:61-62):

a. Harga barang itu sendiri

Naik atau turunnya harga barang atau jasa akan mempengaruhi banyak/sedikitnya terhadap jumlah barang yang diminta. Jika harga barang tersebut turun maka jumlah permintaan akan barang tersebut akan bertambah. Sebaliknya, jika harga barang tersebut naik maka permintaan akan barang tersebut akan berkurang.

b. Pendapatan masyarakat

Pendapatan masyarakat mencerminkan daya beli masyarakat. Tinggi atau rendahnya pendaptan masyarakat akan mempengaruhi kualitas maupun kuantitas permintaan. Pada kenyataaanya, pendapatan mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang. Lukman (2007:23) menyatakan bahwa bila terjadi kenaikan penghasilan maka akan mengakibatkan penurunan permintaan terhadap barang inferior. Sedangkan untuk barang normal, bila pendapatan bertambah maka permintaan terhadap barang tersebut juga bertambah.

c. Intensitas kebutuhan

Mendesak/tidaknya atau penting/tidaknya kebutuhan seseorang terhadap barang atau jasa, mempengaruhi jumlah permintaan. Kebutuhan primer lebih penting dibanding kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder lebih penting


(33)

dibanding kebutuhan tersier, sehingga pengaruhnya terhadap jumlah permintaan berbeda.

d. Distribusi pendapatan

Semakin merata pendapatan, maka jumlah permintaan semakin meningkat. Sebaliknya, pendapatan yang hanya diterima/dinikmati oleh kelompok tertentu maka secara keseluruhan jumlah permintaan akan turun.

e. Pertambahan penduduk

Jumlah penduduk akan mempengaruhi jumlah permintaan. Semakin banyak penduduk, maka jumlah permintaan akan meningkat.

f. Selera (taste)

Faktor kesukaan atau ketidaksukaan konsumen terhadap suatu barang akan mempengaruhi permintaannya terhadap barang tersebut, tanpa melihat keadaan budget yang dimilikinya. Perkembangan mode, pendidikan, dan lingkungan juga akan mempengaruhi selera masyarakat. Sehingga, akan berpengaruh juga terhadap jumlah permintaan.

g. Barang pengganti (substitusi)

Adanya barang pengganti akan berpengaruh terhadap jumlah permintaan. Pada saat harga barang naik, jika ada barang pengganti maka jumlah permintaan akan dipengaruhinya. Lukman menyatakan apabila harga suatu barang (x) yang berhubungan mengalami perubahan, akan mempengaruhi permintaan barang (y).


(34)

18

2.1.2.2. Fungsi Permintaan

Firdaus (2009:69) menyatakan permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya disebut fungsi permintaan. Dengan fungsi permintaan, kita dapat mengetahui hubungan antara variabel bebas dengan variabel tidak bebas. Persamaan fungsi permintaan dapat disusun sebagai berikut:

Dx = f (Px, Py, Y, T, N) Keterangan:

Dx = Permintaan akan barang x Px = Harga barang tersebut (x) Py = Harga barang lain (y) Y = Pendapatan konsumen T = Selera

N = Jumlah penduduk

Dx adalah variabel tidak bebas, karena besar nilainya ditentukan oleh variabel lain. Px, Py Y, T dan N adalah variabel bebas karena besar nilainya tidak tergantung besarnya variabel lain. Tanda positif dan negatif menunjukkan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap permintaan akan barang x.

2.1.3. Konsep Elastisitas Permintaan

Elastisitas merupakan suatu indeks (bilangan) yang menggambarkan hubungan kuantitatif antara variabel dependen dengan variabel independen, misalnya antara jumlah barang yang diminta dengan harga barang tersebut. Dengan demikian elastisitas dapat didefinisikan sebagai: persentase perubahan variabel dependen sebagai akibat perubahan variabel independen sebesar satu persen. Apabila definisi ini diterapkan pada kasus permintaan, definisi elastisitas permintaan akan berbunyi sebagai berikut: persentase perubahan jumlah barang


(35)

yang diminta (Q) sebagai akibat perubahan harga barang tersebut (P) sebesar satu persen. Berdasarkan uraian tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa elastisitas adalah bilangan (indeks) yang menggambarkan hubungan sebab akibat antara variabel independen dengan variabel dependen (Suprayitno, 2008:131).

Menurut Firdaus (2009:77), tidak semua faktor yang mempengaruhi perubahan permintaan atau penawaran dapat diukur. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan yang biasa diukur antara lain: harga barang yang bersangkutan, harga barang lain yang berkaitan, dan pendapatan konsumen. Oleh karana itu, elastisitas permintaan dibagi tiga, yaitu:

1. elastisitas harga dari permintaan (price elasticity of demand), sering disebut elastisitas harga;

2. elastisitas silang dari permintaan (cross elastisity of demand), sering disebut elastisitas silang;

3. elastisitas pendapatan dari permintaan (income elastisity of demand), sering disebut elastisitas pendapatan.

2.1.4. Teori Perilaku Konsumen

Suatu rumah tangga setiap bulannya akan membutuhkan berbagai macam barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan penghasilan yang dimiliki terbatas jumlahnya. Dengan penghasilan yang terbatas tersebut,


(36)

20 jasa-jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik yang merupakan kebutuhan langsung maupun kebutuhan tidak langsung yang sifatnya mengurangi/menghabiskan utilitas/daya guna barang tersebut.

Ritonga (2003:63) menyatakan dinamika pembelian oleh konsumen amat ditentukan oleh dinamika harga. Konsumen cenderung membeli banyak barang ataupun jasa pada waktu harga-harga sedang turun, dan mengurangi pebelian bilamana harga-harga naik. Saat melakukan pembelian konsumen berusaha membeli barang atau jasa dalam jumlah tertentu dan dalam berbagai jenis sesuai dengan kebutuhannya. Dalam lingkup ekonomi, pembelian yang dilakukan sesuai dengan jumlah pendapatan konsumen disebut perilaku konsumen.

Teori tingkah laku konsumen akan menjelaskan sebabnya konsumen akan membeli lebih banyak pada harga yang rendah dan akan mengurangi pembeliannya pada barang yang tinggi, dan menjelaskan bagaimana seorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari barang yang akan dibeli dengan pendapatan yang dimiliki. Ada dua pendekatan dalan teori tingkah laku konsumen yaitu (Suprayitno, 2008:103-105):

1. Pendekatan nilai guna kardinal, asumsi dasarnya:

a. Kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif.

b. Makin banyak barang dikonsumsi makin besar kepuasan.

c. Terjadi hukum The Low of Deminishing Marginal Utility pada tambahan kepuasan setiap satu satuan. Setiap tambahan kepuasan yang diperoleh dari setiap unit tambahan konsumsi semakin kecil. Mula-mula kepuasan


(37)

akan naik sampai dengan titik tertentu atau saturation point tambahan kepuasan akan semakin turun. Hukum ini menyebabkan terjadinya Downward sloping MU curve. Tingkat kepuasan yang semakin menurun ini dikenal dengan hukum Gossen.

d. Tambahan kepuasan untuk tambahan satu unit barang bisa dihargai dengan uang, sehingga semakin besar kepuasan makin mahal harganya. Jika konsumen memperoleh tingkat kepuasan yang besar maka dia akan mau membayar mahal, sebaliknya jika kepuasan yang dirasakan konsumen rendah maka dia hanya akan mau membayar dengan murah.

Pendekatan kardinal biasa disebut sebagai daya guna marginal. Asumsi seorang konsumen:

a. Konsumen harus rasional yaitu menginginkan kepuasan maksimal b. Konsumen punya preferensi jelas akan barang dan jasa

c. Terdapat kendala anggaran

2. Pendekatan nilai guna ordinal, asumsi yang digunakan:

Pendekatan ordinal berdasarkan pembandingan suatu barang dengan barang yang lain, lalu memberikan urutan dari hasil pembandingan tersebut. Dalam teori perilaku konsumen denga pendekatan ordinal asumsi dasar seorang konsumen adalah:


(38)

22 Konsumen lebih menyukai yang lebih banyak dibandingkan lebih sedikit, artinya semakin banyak barang yang dikonsumsi menunjukkan semakin tingginya tingkat kepuasan yang dimilikinya.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan dengan merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Devaluasari (2006) dengan judul Analisis Pola Konsumsi Tempe Rumah Tangga di Kota Bogor. Berdasarkan penelitian Devaluasari pola konsumsi tempe di Kota Bogor untuk kelas ekonomi atas, kelas ekonomi menengah, dan kelas ekonomi bawah memiliki beberapa kesamaan dijadikannya tempe sebagai bahan pangan sumber protein dalam menu makan sehari-hari. Semakin rendah kelas ekonomi kecenderungan frekuensi konsumsi tempe akan semakin sering. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada kelas ekonomi atas harga ikan air tawar, harga daging ayam dan pendapatan rumah tangga berpengaruh nyata pada konsumsi tempe. Untuk kelas ekonomi menengah harga tempe, harga telur, harga daging ayam dan jumlah anggota keluarga berpengaruh nyata pada konsumsi tempe sedangkan pada rumah tangga kelas bawah harga tahu dan harga daging ayam berpengaruh nyata terhadap konsumsi tempe.

Penelitian lain tentang permintaan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dilakukan oleh Nugroho (2008) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemintaan Daging Sapi Lokal pada Konsumen Rumah Tangga Dari penelitian Nugroho, hasil analisis regresi menunjukkan dari ketujuh variable hanya tiga variabel yang berpengaruh nyata terhadap jumlah permintaan daging sapi lokal pada konsumen rumah tangga yaitu


(39)

harga daging sapi lokal (X1), jumlah pendapatan keluarga (X2), dan jumlah anggota keluarga (X3). Berdasarkan fungsi permintaan nilai elastisitas harga daging sapi lokal sebesar 2,276. Elastisitas harga bersifat elastis artinya persentase perubahan harga lebih kecil daripada perubahan jumlah daging sapi lokal.

2.3. Kerangka Pemikiran

Kebutuhan masyarakat akan pangan yang mengandug gizi yang tinggi saat ini semakin meningkat. Kebutuhan akan protein dapat dipenuhi dari konsumsi lauk. Tempe merupakan salah satu sumber pangan nabati yang kaya akan protein dan sudah menjadi lauk andalan bagi masyarakat.

Permintaan terhadap suatu barang berdasarkan teori ekonomi dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri, pendapatan masyarakat, intensitas kebutuhan, distribusi pendapatan, pertambahan penduduk, selera, dan barang pengganti (substitusi). Dalam penelitian ini permintaan tempe yang dikonsumsi oleh satu keluarga akan dilihat dari harga tempe, harga barang pengganti (tahu, telur, daging ayam, dan ikan), jumlah anggota keluarga, dan pendapatan keluarga.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh dari faktor-faktor permintaan tersebut terhadap permintaan tempe oleh konsumen rumah tangga pada masyarakat di desa Jombang. Peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan perhitungan kuantitatif dengan analisis regresi linier berganda dan


(40)

24

Gambar 1. Alur Kerangka Pemikiran

Faktor-faktor Permintaan:

• Harga Tempe

•Harga Tahu

•Harga Telur

•Harga Daging Ayam

•Harga Ikan

• Jumlah Anggota Keluarga

• Pendapatan Keluarga

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di desa Jombang

Analisis Kualitatif

Deskriptif Kualitatif

Permintaan Tempe

Konsumen Rumah Tangga di desa Jombang

Analisis Hasil

Analisis Kuantitatif

• Regresi Linier Berganda • Elastisitas


(41)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Jombang, Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Letak Desa Jombang stategis karena berada di antara dua kota mandiri yaitu Bintaro dan Bumi Serpong Damai (BSD), serta merupakan kawasan perencanaan pengembangan wilayah Kota Tangerang Selatan. Adapun pengumpulan data untuk penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember 2010 sampai Januari 2011.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuisioner kepada responden di desa Jombang. Data sekunder diperoleh dari pemerintah daerah setempat serta studi pustaka yaitu dengan mencari literatur-literatur seperti; jurnal, buku-buku yang relevan dan artikel yang berhubungan dengan penelitian.

3.3. Metode Pengambilan Sampel


(42)

26 N

n = ——— Nd² + 1

Keterangan :

n = Jumlah sampel N = Jumlah populasi

d2 = Persentase kesalahan sampel, dalam penelitian ini 10% Maka perhitungan jumlah sampel pada penelitian ini:

7.570 n = ——————— 7.570(0,1)2 + 1

n = 98,69 = 99 responden

Responden penelitian ini adalah mereka yang bersedia untuk diwawancarai serta dapat mengambil keputusan dalam kegiatan rumah tangga yang termasuk dalam kriteria ini diantaranya ibu rumah tangga, seorang ayah dengan keputusan sendiri atau anggota keluarga yang telah memiliki penghasilan dan mempunyai wewenang dalam membelanjakan pendapatannya.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Dalam pengolahan dan analisis data digunakan analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

3.4.1. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif atau deskriptif (pemaparan) digunakan untuk mengetahui gambaran umum konsumen tempe yang ada di wilayah satuan kasus yang diamati. Metode analisis deskriptif dengan tabulasi sederhana ditujukan untuk memberikan informasi karakteristik responden dan permintaan tempe pada konsumen rumah tangga di desa Jombang.


(43)

3.4.2. Analisis Kuantitatif

Alat yang akan digunakan untuk melakukan analisis kuantitatif dalam penelitian ini adalah dengan bantuan komputer menggunakan program Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 17.0. Data yang diperoleh diolah kemudian dilakukan analisis dengan metode regresi linier berganda dan perhitungan elastisitas.

3.4.2.1. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi ganda adalah pengembangan dari analisis regresi sederhana. Kegunaannya yaitu untuk meramalkan nilai variabel terikat (Y) apabila variabel bebas minimal dua atau lebih (Riduan dan Akdon, 2009:142). Menurut Sugiyanto (2004:195), analisis regresi linear berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh lebih dari satu variabel independen terhadap variabel dependen. Model persamaan regresi linear berganda untuk permintaan tempe adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + bkXk + … + ε

Keterangan :

Y = Permintaan tempe (dalam kg per bulan)

a = Konstanta (nilai Y pada saat x sama dengan nol) b = Koefisien regresi

X1 = Harga tempe (dalam rupiah per kg) X2 = Harga tahu (dalam rupiah per kg) X3 = Harga telur (dalam rupiah per kg)

X4 = Harga daging ayam (dalam rupiah per kg) X5 = Harga ikan (dalam rupiah per kg)


(44)

28 Dalam analisis regresi terdapat uji signifikansi regresi sebagai berikut: 1. Pengujian Parameter Regresi Secara Tunggal (Uji-t)

Uji t dipakai untuk melihat signifikansi dari pengaruh independen secara individu terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel lain bersifat konstan. Uji ini dilakuakan dengan membandingkan thitung dengan ttabel.

H0 ditolak apabila : thitung > ttabel,, derajat bebas tertentu H1 diterima apabila : thitung < ttabel,, derajat bebas tertentu Hipotesisnya adalah:

H0 : bi = 0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas (independent) dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependent)

H1 : bi 0, artinya bahwa masing-masing variabel bebas (independent) dalam model berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependent) 2. Pengujian Serentak Seluruh Parameter Dugaan (Uji-F)

Untuk mengetahui apakah regresi linear berganda berikut perhitungan koefisien regresinya menunjukkan ada pengaruh signifikan atau tidak maka terlebih dahulu perlu dilakukan pengujian dengan analisis F hitung (Sugiyanto, 2004:196). Pengujian parameter secara serentak dapat dilakukan dengan menggunakan uji F, hipotesis yang digunakan yaitu:

H0 : bi = 0, artinya seluruh variabel bebas (independent) dalam model tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependent)

H1 : bi 0, artinya seluruh variabel bebas (independent) berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas (dependent)


(45)

Kriteria Uji :

H0 ditolak apabila : Fhitung > Ftabel,, derajat bebas tertentu H1 diterima apabila : Fhitung < Ftabel,, derajat bebas tertentu 3. Uji R² (Koefisien Determinasi)

Nazir (2005:460), menyatakan bahwa untuk melihat berapa persen dari variasi vaiabel dependen dapat diterangkan oleh variasi variabel independen digunakan koefisien determinasi (R²).

Nilai R² mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 ≤ R² ≤ 1). Semakin besar R² (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen (Irianto, 2004:206).

3.4.2.2. Analisis Elastisitas

Analisis elastisitas dilakukan untuk mengetahui persentase kenaikan atau penurunan jumlah permintaan tempe jika terjadi perubahan dari harga dan pendapatan.

Rumus untuk perhitungan elastisitas sebagai berikut (Machfudz, 2007:84): E = ∆Qx . Px

∆Px Qx

dimana : Qx = rata-rata jumlah barang x yang diiminta Px = rata-rata harga barang x


(46)

30 (demand function). Misalkan fungsi permintaan y = a + bx, maka elastisitasnya dapat dicari dari nilai koefisien, rumusnya sebagai berikut (Machfudz, 2007:92):

E = ∂q . x dimana ∂q= b sehingga E = b ( x ) ∂x q ∂x y keterangan :

E = Nilai elastisitas b = Koefisien regresi x = nilai rata-rata x y = nilai rata-rata y

Kriteria Elastisitas Permintaan : In-Elastis Sempurna jika E= 0 In-Elastis jika E <1

Elastis Uniter jika E = 1 Elastis jika E > 1

Elastis Sempurna jika E= ~

3.5. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nazir, 2005:126). Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Tempe adalah hasil dari proses fermentasi kedelai dalam waktu tertentu menggunakan jamur Rhizopus sp. mempunyai ciri berwarna putih karena pertumbuhan miselia-miselia jamur yang menghubungkan antar biji-biji kedelai sehingga terbentuk tekstur yang kompak.

2. Permintaan adalah suatu hubungan antara sejumlah barang atau jasa yang diinginkan oleh konsumen untuk dibeli di pasar pada tingkat harga dan waktu tertentu.


(47)

3. Harga adalah nilai jual yang ditawarkan pasar kepada konsumen (dalam rupiah).

4. Barang substitusi adalah barang pengganti yang sama fungsinya dengan barang utama. Dalam penelitian ini barang subtitusi yang digunakan adalah tahu, telur, daging ayam, daging sapi, ikan dan udang.

5. Jumlah anggota keluarga adalah banyaknya orang yang tinggal dalam satu rumah tersebut atas tanggungan kepala keluarga (dalam satuan orang).

6. Pendapatan keluarga adalah pendapatan total rumah tangga konsumen dari berbagai sumber yang merupakan pendapatan per bulan (dalam rupiah). Pendapatan total diketahui dari jumlah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota keluarga selama sebulan (dalam rupiah) pada responden melalui media kuisioner.

7. Kuisioner adalah sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian dan tiap pertanyaan merupakan jawaban-jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis.


(48)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Goegrafis dan Administratif Desa Jombang

Ciputat adalah sebuah kecamatan di Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Indonesia. Sebelum Kota Tangerang Selatan menjadi otonom,

Ciputat merupakan kecamatan dari Kabupaten Tangerang. Pada tahun 1952, Desa Jombang dimekarkan dari Desa Ciputat. Kemudian pada tahun 2002, Desa Jombang statusnya ditingkatkan menjadi status kelurahan. Mulai dari tahun 2008 sampai sekarang Desa Jombang telah menjadi bagian dari Kota Tangrang Selatan yang dahulunya masih menginduk di Kabupaten Tangerang.

Desa Jombang mempunyai ketinggian dari permukaan laut 560 mdpl dengan curah hujan 1510 mm/tahun. Keadaaan umum wilayah Desa Jombang yang memiliki luas wilayah 356,865 Ha, terdiri dari: 59,935 Ha pemukiman real estate, 9,150 Ha pemukiman KPR-BTN, 229,046 Ha pemukiman umum dan masih terdapat lahan tidur sebanyak 41,000 Ha.

Batas-batas wilayah Desa Jombang: Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Lengkong Gudang, Kecamatan Serpong. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sawah Baru, Kecamatan Ciputat. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ponduk Pucung dan Perigi, Kecamatan Pondok Aren. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sarua, Kecamatan Ciputat. Desa Jombang memiliki jarak dengan Ibukota Kecamatan 4 Km, ke Ibukota Kota 6 Km, ke Ibukota Provinsi 60 Km dan ke Ibukota Negara 10 Km.


(49)

4.2. Penduduk Desa Jombang

Berdasarkan data dari Kelurahan Jombang, jumlah penduduk di Desa Jombang pada tahun 2010 adalah 29.983 jiwa dengan rincian penduduk laki-laki berjumlah 15.327 jiwa dan jumlah penduduk perempuan berjumlah 14.656 jiwa serta terhimpun menjadi 7.570 Kepala Keluarga (KK).

Mata pencaharian terbesar masyarakat Desa Jombang sebanyak 41,83 persen adalah berprofesi sebagai karyawan BUMN/Swasta. Hal ini terlihat dari banyaknya komplek perumahan real estate yang dibangun di wilayah Jombang, membuat masyarakat yang bekerja sebagai karyawan dan bekerja di kantoran memilih wilayah Jombang sebagai tempat tinggalnya. Terdata pula masyarakat yang belum atau tidak bekerja yaitu sebesar 1.570 orang. Pada Tabel 3 dapat dilihat jenis pekerjaan penduduk Desa Jombang secara statistik.

Tabel 3. Jenis Pekerjaan Masyarakat di Desa Jombang, 2010

No Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Belum/ Tidak Bekerja 1.570 5,24

2. Pensiunan 650 2,17

3. PNS 640 2,13

4. TNI 230 0,77

5. POLRI 30 0,10

6. Pedagang 9.356 31,20

7. Petani 23 0,08

8. Peternak 5 0,02

9. Karyawan BUMN/ Swasta 12.542 41,83

10. Buruh 4.100 13,67

11. Guru 340 1,13


(50)

34 Tipologi masyarakat desa Jombang yang merupakan masyarakat perkotaan, kesadaran akan pentingnya pendidikan sudah cukup besar. Secara umum, sebanyak 32,39 persen sudah bisa menamatkan Sekolah Menengah Tingkat Atas. Namun dikarenakan keterbatasan administrasi desa, ada 36,70 persen penduduk tidak jelas tingkat pendidikan yang pernah dicapainya. Tabel 4 merupakan data masyarakat desa Jombang berdasarkan tingkat pendidikannya.

Tabel 4. Tingkat Pendidikan Masyarakat di Desa Jombang, 2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Tidak / Belum Sekolah 2.300 7,67

2. Belum Tamat SD / Sederajat 1.500 5,00

3. Tamat SD / Sederajat 1.534 5,12

4. SLTP / Sederajat 3.764 12,55

5. SLTA / Sederajat 7.012 23,39

6. Diploma III / Akademik 720 2,40

7. Diploma IV / Strata I 1.950 6,50

8. Strata II 160 0,53

9. Strata III 40 0,13

10. Tidak Jelas 11.003 36,70

Jumlah 29.983 100

Sumber : Data Potensi Desa 2010

Mayoritas masyarakat desa Jombang menganut agama Islam, yaitu sebanyak 28.858 jiwa merupakan muslim. Pada Tabel 5 dapat dilihat jumlah

penduduk berdasarkan agama yang dianut.

Tabel 5. Data Jumlah Penduduk Desa Jombang Berdasarkan Agama, 2010

No Agama Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Islam 28.858 96,25

2. Kristen 417 1,39

3. Katholik 381 1,27

4. Hindu 145 0,48

5. Budha 162 0,54

6. Konghucu 20 0,07

Jumlah 29.983 100


(51)

4.3. Sarana dan Prasarana Desa Jombang

Sarana dan prasarana pendidikan dalam kurun waktu 10 tahun belakangan

cukup meningkat. Ditandai dengan berdirinya yayasan pendidikan, yaitu munculnya sekolah-sekolah baru. Lembaga pendidikan atau sekolah-sekolah

yang tumbuh di Desa Jombang umumnya adalah penyelenggara pendidikan dasar dan menengah, mulai dari pendidikan usia dini (Taman Kanak-kanak/TK/RA), SD/MI, SLTP/MTs, SMK/MA dan pondok pesantren. Data mengenai sarana pendidikan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Sarana Pendidikan di Desa Jombang, 2010

No Jenis Sarana Jumlah

1 Kelompok Bermain 3

2 Taman Kanak-kanak 8

3 SD 14

4 SLTP 5

5 SLTA 5

6 Pondok Pesantren 3

Sumber : Data Potensi Desa 2010

Pada bidang kesehatan untuk masyarakat Desa Jombang sudah cukup memadai. Hal ini terlihat dari banyaknya sarana kesehatan yang ada dan tersebar di seluruh wilayah desa. Tabel 7 merupakan data sarana kesehatan yang ada di desa Jombang.

Tabel 7. Sarana Kesehatan di Desa Jombang, 2010

No. Sarana / Prasarana Kesehatan Jumlah


(52)

36 Sarana olah raga yang terdapat di Desa Jombang diantaranya adalah lapangan sepak bola, lapangan futsal, lapangan bola volli, lapangan bulu tangkis, lapangan tenis, dan lapangan bola basket. Data mengenai sarana olah raga tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sarana Olah Raga di Desa Jombang, 2010

No Jenis Sarana Jumlah

1 Lapangan Sepak Bola 2

2 Lapangan Futsal 1

3 Lapangan Bola Volli 7

4 Lapangan Bulu Tangkis 17

5 Lapangan Tenis 1

6 Lapangan Bola Basket 1

Sumber : Data Potensi Desa 2010

Profesi terbanyak kedua pada masyarakat desa Jombang adalah pedagang maka di desa Jombang terdapat beberapa sarana untuk berdagang. Diantaranya pertokoan, swayalan, rumah makan, pasar tradisional dan warung. Secara statistik sarana tersebut dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Sarana Perdagangan Masyarakat di Desa Jombang, 2010

No Jenis Sarana Jumlah

1 Pertokoan / Ruko 34

2 Pasar Swalayan / Toserba 8

3 Restoran / Rumah Makan 9

4 Pasar Tradisional 1

5 Warung 940

Sumber : Data Potensi Desa 2010

Di desa Jombang terdapat 21 masjid dan 21 musholla. Karena mayoritas penduduk Desa Jombang beragama islam, maka masjid dan mushola itu selain digunakan untuk tempat pokok ibadah, juga digunakan untuk kegiatan pendidikan dan dakwah Islam, seperti pengajian anak-anak, pengajian remaja dan pengajian bapak-bapak atau ibu-ibu atau majelis taklim. Untuk agama kristen terdapat tujuh


(53)

buah gereja di Desa Jombang. Sedangkan untuk sarana peribadatan agama lainnya tdak ada. Selain itu terdapat pula sarana perbankan dan koperasi. Ada dua bank umum/komersil dan satu buah koperasi non KUD di Desa Jombang. Terdapat pula sebuah Stasiun Kereta Api sebagai sarana transportasi yang sangat memudahkan masyarakat desa Jombang untuk baraktifitas.

4.4. Karakteristik Responden

Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah konsumen tempe rumah tangga pada masyarakat desa Jombang dengan jumlah yang sudah ditentukan melalui hasil perhitungan menggunakan rumus slovin yaitu sebanyak 99 responden dari populasi 7.570 Kepala Keluarga. Dari hasil penyebaran kuisioner kepada responden, maka didapatkan data pembagian karakteristik responden sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

2. Karakteristik Responden Berdasarkan Posisi Dalam Keluarga 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia


(54)

38

4.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Responden dalam penalitian ini sebagian besar adalah perempuan dengan persentase sebesar 91,91% dan mayoritas adalah ibu rumah tangga. Sedangkan 8,08% adalah laki-laki yang merupakan kepala keluarga atau anak yang sudah mempunyai wewenang dari keluarga tersebut. Untuk sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Desa Jombang, 2011

No Jenis Kelamin Jumlah Responden (n) Persentase (%)

1. Laki-laki 8 8,08

2. Perempuan 91 91,91

Jumlah 99 100

Sumber: Data Primer (diolah)

4.1.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Posisi dalam Keluarga

Posisi seseorang di dalam keluarga adalah peranan orang tersebut didalam keluarga sebagai siapa. Dalam satu keluarga biasanya terdiri dari kepala keluarga, isteri/ibu dan anak. Besarnya proporsi responden berdasarkan posisi dalam keluarganya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Posisi dalam Keluarga di Desa Jombang, 2011

No Posisi Jumlah Responden (n) Persentase (%)

1. Kepala Keluarga 9 9,09

2. Isteri/Ibu 77 77,77

3. Anak 12 12,12

4. Lainnya (Nenek) 1 1,01

Jumlah 99 100


(55)

Berdasarkan tabel tersebut diatas, mayoritas posisi dari responden dalam keluarga adalah isteri yang umumnya merupakan ibu rumah tangga dengan jumlah responden sebanyak 77 orang. Hal ini sesuai dengan target dalam penelitian ini, karena biasanya ibu rumah tangga lebih memahami urusan konsumsi dalam keluarganya. Untuk posisi kepala keluarga ada sebanyak 9,09% dari total responden. Dalam hal ini, tidak semua kepala keluarga merupakan ayah dari keluarga tersebut karena ada sebagian dari responden yang merupakan ibu rumah tangga yang bekerja sebagai tulang punggung bagi keluarganya. Posisi anak dalam keluarga responden ada sebanyak 12 orang. Posisi anak dalam keluarga ini merupakan anggota keluarga yang telah bekerja atau sudah memiliki wewenang didalam keluarganaya, sebagian besar anak dalam keluarga responden ini adalah mahasiswa. Sedangkan terdapat pula satu orang nenek dari keseluruhan responden yang ada.

4.1.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

Bekerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan mendapatkan penghasilan. Secara umum jenis pekerjaan akan membedakan tingkat pendapatan dan dapat menentukan nasib suatu keluarga. Semakin baik pekerjaan maka semakin baik pula kehidupan suatu keluarga. Dalam penelitian ini jenis pekerjaan yang akan dijabarkan adalah pekerjaan dari responden tersebut pada saat mengisi kuisioner. Untuk sebaran


(56)

40

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan di Desa Jombang, 2011

No Jenis Pekerjaan Jumlah Responden (n) Persentase (%)

1. Ibu Rumah Tangga 57 57,57

2. Karyawan Swasta 13 13,13

3. PNS 3 3,03

4. Guru 6 6,06

5. Wiraswasta 5 5,05

6. Pedagang 7 7,07

7. Mahasiswa 6 6,06

8. Lainnya 2 2,02

Jumlah 99 100

Sumber: Data Primer (diolah)

Berdasarkan data dari pekerjaan 99 responden di atas, sebanyak 57,57% responden hanya bekerja sebagai ibu rumah tangga. Dapat diartikan bahwa sebagian besar responden tidak memiliki penghasilan yang tetap tetapi mendapatkan penghasilan dari anggota keluarga lainnya. Sebanyak 13,13% responden berprofesi sebagai karyawan swasta. Hal ini sesuai dengan mata pencaharian terbesar di Desa Jombang adalah karyawan BUMN/Swasta. Kemudian sebanyak 3,03% berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), guru sebanyak 6,06%, wiraswasta sebanyak 5,05% dan pedagang sebanyak 7,07%. Ada pula 6 responden yang merupakan mahasiswa dan 2 orang responden yang tidak menjawab jenis pekerjaannya.


(57)

4.1.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang akan menentukan seberapa besar pengetahuan yang dimilikinya. Pendidikan juga sangat diperlukan untuk memasuki dunia kerja. Tingginya pendidikan seseorang juga dapat membuka kesempatan untuk memperoleh jenis pekerjan yang layak. Tingkat pendidikan dari masyarakat di desa Jombang sangat bervariasi. Tabel 13 menyajikan data responden berdasarkan tingkat pendidikannya.

Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Jombang, 2011

No Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (n) Persentase (%)

1. SD 10 10,10

2. SMP 12 12,12

3. SMA/SMK 58 58,58

4. Diploma 1 0 0

5. Diploma 2 0 0

6. Diploma 3 6 6,06

7. Sarjana 13 13,13

8. Pasca Sarjana 0 0

Jumlah 99 100

Sumber: Data Primer (diolah)

Dari Tabel 13, sebagian besar responden telah menamatkan pendidikannya sampai tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) yaitu sebanyak 58,58%.

Kemudian untuk tingkat sarjana ada 13,13% dari total responden. Tingkat pendidikan Diploma 3 ada sebanyak 6,06% dan Sekolah Menengah


(58)

42

4.1.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkatan Usia

Rata-rata umur responden adalah 38,7 tahun. Tingkat usia terbanyak responden adalah antara 41 tahun sampai 50 tahun yaitu sebesar 38,38% dari total responden. Sebanyak 26,26% responden berusia antara 21 tahun sampai dengan 30 tahun, 22,22% responden berusia antara 31 tahun sampai 40 tahun dan 12,12% responden berusia lebih dari 50 tahun. Sedangkan terdapat satu orang responden yang berusia dibawah 19 tahun. Responden tersebut adalah seorang mahasiswa dan berposisi sebagai anak didalam keluarganya. Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkatan Usia di Desa Jombang, 2011

No Usia Jumlah Responden (n) Persentase (%)

1. 20 1 1,01

2. 21-30 26 26,26

3. 31-40 22 22,22

4. 41-50 38 38,38

5. 50 12 12,12

Jumlah 99 100


(59)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Jombang Kecamatan Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten dengan jumlah responden 99 orang. 99 orang responden tersebut mewakili konsumen tempe rumah tangga pada masyarakat di desa Jombang. Hasil dalam penelitian ini merupakan data yang didapat secara langsung dari responden melalui media kuisioner. Data yang didapat kemudian diolah dan diperlihatkan kedalam satu tabel. Hasil yang akan dijabarkan adalah mengenai permintaan tempe rumah tangga pada masyarakat di desa Jombang, kemudian faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya, serta besarnya elastisitas permintaan tempe masyarakat di desa Jombang.

Secara umum pangan sumber protein merupakan komoditas yang harganya relatif tinggi dibanding komoditas pangan lainnya. Walaupun demikian lain halnya dengan tempe yang merupakan sumber protein dan bergizi tinggi tetapi memiliki harga yang murah. Hal ini terkait juga dengan pengetahuan konsumen akan makanan yang berkualitas dan bergizi tinggi serta penerapan pola empat sehat lima sempurna didalam keluarga. Dari hasil penelitian menggunakan


(60)

44 keterangan kadang-kadang sebanyak lima responden. Sedangkan dalam hal mengutamakan gizi untuk pertumbuhan anak-anak sebanyak 97 responden menjawab ya dan sisanya dua responden tidak menjawab. Hal ini dapat dilihat dalam Tabel 15.

Tabel 15. Pengetahuan Gizi Keluarga Responden di Desa Jombang, 2011

No Pengetahuan Responden Jawaban Responden Jumlah

Responden

Y T K L

1 Keluraga Selalu Mengutamakan Makanan Berkualitas

93 6 0 0 99

2 Keluarga Menerapkan Pola Makan 4 Sehat 5 Sempurna

86 8 5 0 99

3 Keluarga Mengutamakan Gizi untuk Pertumbuhan Anak

97 0 0 2 99

Keterangan : Y = ya T = tidak

K = kadang-kadang

L = lainnya (tidak menjawab) Sumber: Data Primer (diolah)

Pengetahuan gizi keluarga responden tersebut merupakan pertanyaan awal dalam kuisioner. Peneliti ingin mengetahui bagaimana keadaan gizi dalam keluarga responden secara umum. Sebagian besar keluarga responden selalu mengutamakan makanan yang berkualitas untuk dikonsumsi, kemudian menerapkan pola makan 4 sehat 5 sempurna serta mengutamakan gizi untuk pertumbuhan anak. Akan tetapi ada pula yang tidak mengutamakan makanan berkualitas dan tidak menerapkan pola makan 4 sehat 5 sempurna. Hal ini karena keterbatasan biaya untuk membeli makanan yang berkualitas. Untuk pola makan 4 sehat 5 sempurna juga saat ini sudah diperbaharui menjadi 3B (Bergizi, Beragam dan Berimbang). Ada pula responden yang menambahkan keterangan kadang-kadang, karena untuk pola makan yang diterapkan keluarga tidak hanya


(61)

merujuk pada pola makan 4 sehat 5 sempurna tetapi juga lebih mementingkan bergizi, beragam dan berimbang. Sedangkan dalam hal mengutamakan gizi untuk pertumbuhan anak, ada dua orang responden yang tidak menjawab, hal ini karena di keluarga tersebut tidak ada anak atau belum memiliki anak.

Untuk pertanyaan konsumsi tempe sebagai lauk sehari-hari, sebanyak 85 orang responden menjawab ya, sebanyak 10 orang responden menjawab tidak dan ada yang memberikan keterangan kadang-kadang sebanyak tiga orang responden serta satu orang responden tidak menjawab. Hal ini membuktikan bahwa sebesar 86% masyarakat desa Jombang menjadikan tempe sebagai lauk sehari-hari dalam menu makanan rumah tangga. Hal ini dapat dilihat dalam Gambar 2.

Sumber: Data Primer (diolah)

Gambar 2. Persentase Responden Mengkonsumsi Tempe di Desa Jombang, 2011

5.1.1. Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden di Desa Jombang


(62)

46

5.1.1.1. Jumlah Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden Sebulan

Jumlah permintaan tempe rumah tangga responden merupakan variabel dependen dalam penelitian ini. Jumlah permintaan tempe rumah tangga responden adalah jumlah pembelian tempe responden sebulan dalam satuan kilogram. Untuk jumlah permintaan tempe responden sebulan dalam kilogram didapat dari hasil kali jumlah pembelian tempe sehari dengan frekuensi pembelian seminggu dan dikalikan empat (1 bulan = 4 minggu). Tempe yang dikonsumsi oleh rumah tangga biasanya berupa potongan dengan ukuran 8 cm x 5 cm x 3 cm dan memiliki berat rata-rata 200 gr per potong.

Secara keseluruhan rata-rata permintaan tempe rumah tangga responden perbulan adalah 7,94 kg. Untuk jumlah permintaan terendah yaitu satu rumah tangga yang mengkonsumsi sebanyak 1 kg tempe perbulan. Sedangkan untuk jumlah konsumsi tempe terbanyak ada dua rumah tangga yang mengkonsumsi 28 kg tempe perbulan. Jumlah konsumsi tempe responden perbulan dapat dilihat dalam Tabel 16.


(63)

Tabel 16. Jumlah Permintaan Tempe Rumah Tangga Responden dalam Sebulan di Desa Jombang, 2011

No Jumlah Tempe (kg) Jumlah Responden (n) Persentase (%)

1. 1 1 1,0

2. 2 6 6,1

3. 3 10 10,1

4. 3,2 1 1,0

5. 3,6 1 1,0

6. 4 10 10,1

7. 4,8 1 1,0

8. 5 7 7,1

9. 5,6 1 1,0

10. 6 13 13,1

11. 6,4 5 5,1

12. 7 9 9,1

13. 8 3 3,0

14. 8,4 1 1,0

15. 9 1 1,0

16. 9,6 1 1,0

17. 9,8 1 1,0

18. 10 2 2,0

19. 11,2 1 1,0

20. 12 5 5,1

21. 12,8 4 4,0

22. 14 6 6,1

23. 16 2 2,0

24. 16,8 1 1,0

25. 20 1 1,0

26. 21 2 2,0


(1)

96

Lampiran 6 (lanjutan). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Tempe Responden di Desa Jombang, 2011

76

6

4.000

5.000

16.000

24.000

-

3

2.385.000

77

4

8.000

8.000

14.000

24.000

18.000

4

2.535.000

78

4

8.000

8.000

15.000

40.000

-

3

1.555.000

79

8

4.000

5.000

16.000

25.000

-

4

2.690.000

80

14

6.000

6.000

15.200

25.000

20.000

3

645.000

81

7

8.000

6.000

16.000

24.000

-

5

3.480.000

82

16.8

6.500

4.000

16.000

24.000

16.000

4

1.985.000

83

3

8.000

8.000

14.500

30.000

20.000

5

3.705.000

84

6

8.000

8.000

15.000

25.000

32.000

5

4.975.000

85

14

6.000

6.000

16.000

25.000

-

4

2.855.000

86

8.4

6.500

6.000

16.000

24.000

-

3

2.820.000

87

28

6.000

6.000

14.000

24.000

16.000

4

3.320.000

88

5

6.000

8.000

16.000

24.000

20.000

4

2.480.000

89

4.8

6.000

-

15.000

30.000

12.500

2

2.770.000

90

3.6

6.000

5.000

16.000

-

12.000

4

1.470.000

91

12.8

4.000

4.000

15.000

25.000

15.000

4

405.000

92

12.8

4.000

4.000

15.000

25.000

15.000

4

375.000

93

6.4

4.000

5.000

16.000

23.000

20.000

4

1.980.000

94

12.8

4.000

5.000

15.000

30.000

15.000

5

1.812.000

95

12.8

4.000

4.000

16.000

25.000

17.500

3

960.000

96

16

4.000

5.000

16.000

-

15.000

4

1.332.000

97

6.4

4.000

6.000

15.000

20.000

16.000

2

1.980.000

98

6.4

4.000

5.000

15.200

20.000

12.000

3

1.236.000


(2)

97

Lampiran 7. Hasil SPSS Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang

Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Permintaan tempe 7.9414 5.55736 99

Harga tempe 6.4697 1.52833 99

Harga tahu 5.7702 2.56613 99

Harga telur 15.3737 1.01976 99

Harga daging ayam 23.2121 9.96348 99

Harga ikan 16.8182 11.00613 99

Jumlah anggota keluarga 4.0909 1.00093 99

Pendapatan keluarga 2.7077 1.79635 99

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics

Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change

1 .555a .308 .255 4.79807 .308 5.782 7 91 .000 1.817

a. Predictors: (Constant), Pendapatan keluarga, Harga ikan, Harga telur, Harga daging ayam, Harga tempe, Jumlah anggota keluarga, Harga tahu b. Dependent Variable: Permintaan tempe


(3)

98

Lampiran 7 (lanjutan). Hasil SPSS Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 931.702 7 133.100 5.782 .000a

Residual 2094.958 91 23.022

Total 3026.660 98

a. Predictors: (Constant), Pendapatan keluarga, Harga ikan, Harga telur, Harga daging ayam, Harga tempe, Jumlah anggota keluarga, Harga tahu

b. Dependent Variable: Permintaan tempe

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Correlations Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) 21.595 7.963 2.712 .008

Harga tempe -1.176 .340 -.323 -3.455 .001 -.408 -.341 -.301 .868 1.152

Harga tahu .372 .210 .172 1.774 .079 -.064 .183 .155 .811 1.234

Harga telur -.130 .484 -.024 -.268 .789 -.033 -.028 -.023 .965 1.036

Harga daging ayam -.171 .052 -.306 -3.259 .002 -.380 -.323 -.284 .863 1.159

Harga ikan -.069 .045 -.136 -1.513 .134 -.214 -.157 -.132 .937 1.068

Jumlah anggota keluarga .082 .534 .015 .153 .878 -.109 .016 .013 .822 1.217

Pendapatan keluarga -.522 .298 -.169 -1.750 .083 -.251 -.180 -.153 .818 1.223


(4)

99

Lampiran 7 (lanjutan). Hasil SPSS Perhitungan Regresi Berganda Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Tempe di Desa Jombang


(5)

ϭϬϬ

Lampiran 8. Perhitungan Elastisitas Permintaan Tempe

Rumus Elastistas Pemintaan:

x

E = b x ——

y

keterangan :

E

= Nilai elastisitas

b

= Koefisien regresi

x

= nilai rata-rata x

y

= nilai rata-rata y

Kriteria Elastisitas Permintaan :

In-Elastis Sempurna jika E= 0

In-Elastis jika E <1

Elastis Uniter jika E = 1

Elastis jika E > 1

Elastis Sempurna jika E= ~

1. Elastisitas Harga Tempe

x

1

Eh = b x ——

y

6,4697

= 1,176 x ——————

7,9414

= 0.957

2. Elastisitas Silang

Harga Tahu :

x

2

Es = b x ——

y

5,7702

= 0,372 x ——————

7,9414

= 0,270

Harga Telur :

x

3

Es = b x ——

y

15,3737

= 0,130 x ——————

7,9414

= 0,252

Harga Daging Ayam :

x

4

Es = b x ——

y

23,2121

= 1,171 x ——————

7,9414

= 0,499

Harga Ikan :

X

5

Es = b x ——

y

16,8182

= 0,069 x ——————

7,9414

= 0,146

3. Elastisitas Pendapatan

x

7

Ep = b x ——

y

2,7077

= 0,522 x ——————

7,9414

= 0,178


(6)

101

Lampiran 9. Gambar Tempe dan Hidangan Olahan Tempe

Fermentasi Kedelai Tempe Mentah Kerupuk Tempe

Tempe Goreng Keripik Tempe Tempe Bacem