Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung terus menerus sepanjang hayat kearah membina manusia menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya. Artinya adalah pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama di dalam proses pendidikan itu dan melalui perhitungan yang matang dengan berbagai sistem pendukung yang disiapkan sampai manusia tersebut tidak memerlukan lagi suatu proses pendidikan. Pendidikan mempunyai sifat mutlak, artinya bahwa pendidikan merupakan suatu keharusan sehingga setiap manusia harus mendapat pendidikan. Pendidikan bukan sekedar media atau alat bantu dalam penyampaian kebudayaan yang turun temurun, tetapi diharapkan adanya perubahan yang dapat memajukan kehidupan manusia. Dengan kata lain bahwa pendidikan merupakan usaha untuk memberdayakan segala keterbatasan pola pikir sehingga menjadikan anak didik mampu berpikir kritis. Dalam hal ini, perlu adanya perubahan sosial yang memberi arah bahwa pendidikan adalah kehidupan, untuk itu kegiatan belajar mengajar harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup life skill yang sesuai dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan peserta didik Tilaar dalam Mulyasa, 2004: 4. Hal ini juga dikemukakan oleh Unesco dalam Mulyasa 2004: 5 yang mengungkapkan bahwa dua prinsip pendidikan yang sangat relevan dengan commit to user pancasila: Pertama, pendidikan harus ditekankan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui learning to know, belajar melakukan learning to do, belajar hidup dalam kebersamaan learning to live together, dan belajar menjadi diri sendiri learning to be; kedua belajar seumur hidup life long learning. Arah kebijakan Rencana Strategis Pendidikan Nasional menentukan kinerja yang berpedoman pada tiga pilar pendidikan, yaitu: peningkatan mutu dan relevansi, perluasan dan pemerataan akses, serta peningkatan efisiensi manajemen. Bidang Pendidikan Menengah Dikmen Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, merancang ukuran kinerja yang mengacu pada salah satu pilar di atas, yaitu: peningkatan mutu dan relevansi Sekolah Menengah Kejuruan SMK, perluasan dan pemerataan akses, serta peningkatan efisiensi manajemen SMK dengan menerapkan prinsip Good Governance. Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah telah mengupayakan berbagai cara demi tercapainya kualitas pendidikan dengan sertifikasi guru dan dosen, peningkatan anggaran pendidikan, beasiswa belajar, penambahan unit sekolah baru, dan lain – lainnya. Seperti tertuang dalam Undang – undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 menyatakan bahwa : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangya potensi peserta didika agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab Hamid, 2003 : 5. commit to user Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal, merupakan tempat dilaksanakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar didalam kelas. Tujuan dari kegiatan tersebut menghasilkan perubahan yang positif di dalam diri anak yang sedang menuju kedewasaan, sejauh perubahan – perubahan itu dapat diusahakan melalui usaha belajar. Dengan belajar yang terarah dan terpimpin anak memperoleh pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan sikap dan nilai yang menghantarkan ke kedewasaan. Permasalahan pendidikan di Indonesia dari segi kualitas belum menunjukan hasil memuaskan, bahkan ketinggalan dengan negara – negara tetangga. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Human Development Index HDI yang menyatakan bahwa Indonesia berada pada peringkat 111 dari 117 negara, jauh di bawah Malaysia yang menduduki peringkat 58, Brunei Darussalam 33, Singapura 25 dan Australia peringkat 3 besar. Salah satu pendidikan formal di Indonesia adalah sekolah menengah kejuruan SMK. SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, ketrampilan dan keahlian, sehingga lulusan SMK dapat mengembangkan kinerja apabila terjun ke dunia kerja. Pendidikan SMK bertujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional. commit to user Awal pengembangan dan pembinaan jenjang pendidikan kejuruan ditandai dengan Memorandum of Agrement yang dilaksanakan pada tanggal 12 April 2008 di Surakarta. Jawa Tengah, oleh Gubernur Jawa Tengah dengan BupatiWalikota se-Jawa Tengah. Pada kesempatan tersebut dicanangkan Jawa Tengah sebagai provinsi vokasi, dengan realisasi SMK: SMA adalah 60 : 40 pada tahun 2009 – 2010, dan akan ditingkatkan menjadi 70 : 30 pada tahun 2015. Sejalan dengan hal tersebut, dipandang perlu adanya peningkatan ketrampilan, wawasan dan profesionalisme guru praktik instruktur dan tenaga pengelola bengkel. Profesionalisme guru praktik dan tenaga pengelola bengkel menyangkut: manajemen, administrasi dan organisasi bengkel yang efektif dan efisien, untuk menuju peningkatan mutu pada Sekolah Menengah Kejuruan. Prospek lulusan SMK, data SUSENAS 2006 menunjukan bahwa lulusan SMK ternyata lebih mudah mendapatkan pekerjaan 70,1 dibandingkan SMA 60,2 atau MA 60,5 , dan yang menarik lulusan SMA dan MA mempunyai kesempatan bekerja yang sama. Sebagian besar lulusan SMA sederajat bekerja sebagai buruh karyawan, dimana lulusan SMK 44,3 lebih besar dibandingkan SMA 32,6 dan yang paling rendah adalah MA 23,3. Meskipun data tersebut sudah empat tahun berlalu, namun masih dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memahami fenomena SMK. Fenomena di kota besar, pada umumnya anak muda enggan bersekolah di SMK. Sedangkan di kota – kota kecil, banyak yang lebih berminat sekolah SMK karena lulusannya siap kerja. Hal ini dikarenakan keadaan ekonomi orang tua yang commit to user terbatas, sehingga banyak yang merasa tidak mampu untuk melanjutkan sekolah anaknya ke perguruan tinggi. Dengan demikian pembelajaran di sekolah menengah kejuruan harus selalu ditingkatkan baik metode, media dan menghasilkan prestasi yang baik. Profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. sugiyanto,2009:1. Menurut Degeng 1998 dalam Sugiyanto 2009:1 menjelaskan daya tarik suatu mata pelajaran pembelajaran ditentukan oleh dua hal, pertama, oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua, oleh cara mengajar guru. Pembelajaran Kontekstual CTL adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri- sendiri. Landasan filosofi pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme artinya siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri Sugiyanto,2009:5. Pendekatan pembelajaran kontekstual Contextual teaching and learning merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari Nurhadi dkk, 2003: 4. Dalam pendekatan pembelajaran ini, proses pembelajaran akan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa commit to user bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi ppembelajaran lebih dipentingkan dalam pembelajaran ini agar hasil pembelajaran diharapakan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berfikir kritis serta menarik suatu generalisasi. Teori pendekatan pembelajaran kontekstual berfokus pada multi aspek lingkungan belajar diantaranya ruang kelas, laboratorium sains, laboratorium komputer, tempat bekerja maupun tempat-tempat lainnya. Pembelajaran kontekstual mendorong para guru untuk memilih dan mendesain lingkungan belajar yang memungkinkan untuk mengaitkan berbagai bentuk pengalaman sosial, budaya, fisik, dan psikolog dalam mencapai hasil belajar. Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya, guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu pengetahuan dan ketrampilan bagi siswa yang diperoleh dari proses meenemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Dengan demikian para siswa belajar diawali dengan pengetahuan, pengalaman, dan konteks keseharian, yang mereka miliki yang dikaitkan dengan konsep mata pelajaran yang dipelajari di kelas dan selanjutnya dimungkinkan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan keseharian mereka. Selain mencetak tenaga kerja, SMK memiliki tujuan mencetak lulusan yang memiliki motivasi wirausaha tinggi dengan pendidikan wirausaha di sekolah. Dengan pembelajaran di SMK yang berbasis pada kebutuhan masyarakat, terutama industri, maka pendekatan CTL menjadi pilihan agar lulusan siap kerja. Motivasi wirausaha menunjukan keinginan pribadi yang tinggi dalam berprestasi atau commit to user berhasil sehingga sangat tepat apabila didukung dengan pembelajaran dengan pendekatan CTL. Berbekal motivasi berwirausaha inilah siswa dapat meningkatkan kemampuan dalam belajar sesuatu hal yang berhubungan dengan kebutuhan masyarakat terutama industri. Perkembangan industri yang terlalu cepat menjadi suatu kendala sekolah dalam menyiapkan lulusannya sesuai kebutuhan industri. Salah satu jalan untuk menjembatani kesenjangan ini, guru SMK harus memiliki cara yang efektif untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Salah satunya dengan memberikan demonstrasi tentang hal yang ada di industri. Demonstrasi menjawab tentang gambaran alat atau cara kerja dengan kapasitas, ukuran atau jumlah lebih kecil dari sebenarnya. Dengan pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar. Tidak terkecuali SMK Negeri 2 Sragen yang terus berupaya meningkatkan kualitas lulusannya. SMK Negeri 2 Sragen saat ini menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat Sragen sebagai tempat pedidikan anak – anaknya. Hal ini dikarenakan banyak lulusannya yang dapat diterima sebagai karyawan atau pegawai di berbagai perusahan besar. Banyaknya lulusan yang dapat diterima bekerja menunjukan bahwa kualitas lulusan SMK Negeri 2 Sragen cukup berkualitas dan dipercaya oleh masyarakat dan industri. Minat untuk bekerja meningkatkan kualitas lulusan yakni dari kemampuan dalam bekerja industri yang selalu menjadi teladan untuk karyawan yang lain. Kemampuan siswa dalam mengoperasikan mesin tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor. commit to user Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas, peneliti memilih judul “Efektivitas Pembelajaran CTL dengan Metode Demonstrasi dan Motivasi Berwirausaha dalam Menyiapkan Kemampuan Siswa Memprogram Mesin CNC Computer Numerical Control Sebelum Melakukan Kerja Praktek Industri di Kelas XI Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Sragen”.

B. Identifikasi Masalah

Dokumen yang terkait

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PRAKTEK KERJA BATU ANTARA METODE PEMBELAJARAN SIMULASI DAN METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 BALIGE PROGRAM KEAHLIAN KONSTRUKSI BATU BETON.

0 2 17

HUBUNGAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN MESIN BUBUT DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA KELAS III PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN SMK N 2 MEDAN.

3 12 27

HUBUNGAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN MESIN BUBUT DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN SMK NEGERI 2 KISARAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 2 37

PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI TERHADAP MINAT Pengaruh Prestasi Belajar Kewirausahaan dan Pelaksanaan Praktek Kerja Industri minat berwirausaha pada siswa kelas XI Program keahlian Akuntansi SMK Muhammadiya

0 0 15

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT TRANSMISI KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN.

0 4 178

HUBUNGAN PENGETAHUAN DUNIA KERJA DAN DUNIA INDUSTRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KEJURUAN KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MESIN DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN.

0 0 119

HUBUNGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA DENGAN KESIAPAN BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN JASA BOGA DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA.

1 4 106

HUBUNGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA DENGAN KESIAPAN BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN JASA BOGA DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA.

1 4 14

HUBUNGAN PRAKTIK INDUSTRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN JASA BOGA DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA.

0 3 221

Memprogram Mesin CNC (Dasar)

0 1 76