EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN CTL DENGAN METODE DEMONSTRASI DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA DALAM MENYIAPKAN KEMAMPUAN SISWA MEMPROGRAM MESIN CNC SEBELUM MELAKUKAN KERJA PRAKTEK INDUSTRI DI KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN

(1)

commit to user

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN CTL DENGAN METODE DEMONSTRASI DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA DALAM MENYIAPKAN KEMAMPUAN

SISWA MEMPROGRAM MESIN CNC (COMPUTER NUMERICAL

CONTROL) SEBELUM MELAKUKAN KERJA PRAKTEK INDUSTRI DI KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN

SMK NEGERI 2 SRAGEN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat

Magister Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan

Diajukan oleh:

SUTIKNO

NIM. S810809228

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA


(2)

commit to user

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN CTL DENGAN METODE DEMONSTRASI

DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA DALAM MENYIAPKAN KEMAMPUAN SISWA MEMPROGRAM MESIN CNC (COMPUTER NUMERICAL CONTROL) SEBELUM

MELAKUKAN KERJA PRAKTEK INDUSTRI

DI KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN

SMK NEGERI 2 SRAGEN

Disusun oleh :

Sutikno

NIM : S 810809228

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing


(3)

commit to user

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN CTL DENGAN METODE DEMONSTRASI

DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA DALAM MENYIAPKAN KEMAMPUAN SISWA MEMPROGRAM MESIN CNC (COMPUTER NUMERICAL CONTROL) SEBELUM

MELAKUKAN KERJA PRAKTEK INDUSTRI

DI KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN

SMK NEGERI 2 SRAGEN

Disusun oleh :

Sutikno


(4)

commit to user

NIM : S 810809228

Mengetahui Direktur Program Pascasarjana UNS

Prof. Drs. Suranto, M.Sc, Ph.D NIP. 195708201985031004

Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan

Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd. NIP. 19430712 197301 1 001


(5)

commit to user

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sutikno

NIM : S 810809228

Program Studi : Teknologi Pendidikan

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul “EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN CTL DENGAN METODE DEMONSTRASI DAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA DALAM MENYIAPKAN KEMAMPUAN SISWA MEMPROGRAM MESIN CNC (COMPUTER NUMERICAL CONTROL) SEBELUM MELAKUKAN KERJA PRAKTEK INDUSTRI DI KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN SMK NEGERI 2 SRAGEN” adalah betul-betul karya sendiri.

Hal – hal yang bukan karya saya dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik yang berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

.

Surakarta, April 2011


(6)

commit to user

Sutikno

Kata Pengantar

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

Berkat petunjuk dan pertolongan-Nya serta bimbingan dari bapak / ibu pembimbing sehingga dapat terselesaikan penulisan tesis ini dengan baik. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan akan menjadikan bahan pemikiran dalam rangka perbaikan mutu pengajaran disekolah.

Menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah banyak pihak –pihak yang turut memberikan bantuan, arahan dan bimbingan sehingga penulis meyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Rektor Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk melanjutkan studi pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

2. Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis dalam menempuh studi di Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

3. Prof. Dr. Mulyoto, M.Pd, Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan yang telah memberi fasilitas dan pengarahan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan tesis ini

4. Prof. Drs. Haris Mudjiman, MA.,Ph.D. dosen pembimbing I (satu) yang dengan kesungguhan dan keikhlasan serta kesabarannya memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan tesis ini.


(7)

commit to user

5. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd dosen pembimbing II (dua) yang dengan kesungguhan dan keikhlasan serta kesabarannya memberikan arahan dan bimbingan dalam penulisan tesis ini.

6. Seluruh staf pengajar Program Pasca Sarjana Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ilmu selama ini.

7. Tim Penguji Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan pengarahan dan perbaikan tesis ini.

8. Kepala SMK Negeri 2 Sragen yang telah memberikan fasilitas dan mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian guna penyusunan tesis ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebut satu per satu yang telah memberikan dorongan dan membantu terselesaikannya penelitian dan penyusunan tesis ini. Penulis berharap tesis ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan. Penulis menyadari atas segala keterbatasan dan kekurangan tesis ini, untuk itu dengan senang hati penulis menerima kritik dan saran yang membangun.

Surakarta, April 2011


(8)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Nota Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Halaman Pernyataan ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

Daftar Lampiran... xi

Abstrak ... xii


(9)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 8

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 12

A. Kajian Teori ... 12

1. Pembelajaran ... 12

2. Pembelajaran Kontekstual (CTL) ... 18

3. Metode Demonstrasi... 29

4. Metode Simulasi Komputer ... 32

5. Motivasi ... 34

6. Motivasi Berwirausaha ... 36

7. Mesin CNC (Computer Numerical Control) ... 40

B. Penelitian yang Relevan ... 42

C. Kerangka Pemikiran ... 44

D. Hipotesis ... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 48

A. Metode Penelitian ... 48

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

C. Populasi dan Sampel ... 49

D. Definisi Variabel... 51

E. Teknik Pengumpulan Data... 52

F. Instrumen Penelitian ... 53

G. Uji Coba Instrumen ... 54


(10)

commit to user

BAB IV HASIL, ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 64

A. Deskripsi Data ... 64

B. Ujian Persyaratan Hipotesis ... 73

1. Uji Normalitas ... 73

2. Uji Homogenitas ... 75

C. Pengujian Hipotesis ... 76

D. Permbahasan Hasil Penelitian ... 83

E. Hasil Penelitian Secara Kualitatif ... 86

F. Keterbatasan Penelitian ... 88

BAB V PENUTUP ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Implikasi ... 90

C. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA ... 92

LAMPIRAN ... 95


(11)

commit to user

Tabel 1 Tingkat Keterandalan Instrumen Penelitian ... 56

Tabel 2 Rancangan Analisis Uji Hipotesis ... 58

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Memprogram mesin CNC kelas eksperimen ... 64

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Memprogram mesin CNC kelas kontrol ... 65

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Memprogram mesin CNC siswa dengan motivasi berwirausaha tinggi ... 66

Tabel 6 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Memprogram mesin CNC siswa dengan motivasi berwirausaha rendah ... 67

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Memprogram mesin CNC kelas eksperimen pada kelompok motivasi berwirausaha tinggi ... 68

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Memprogram mesin CNC kelas eksperimen pada kelompok motivasi berwirausaha rendah ... 70

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Memprogram mesin CNC kelas kontrol pada kelompok motivasi berwirausaha tinggi ... 71

Tabel 10 Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Memprogram mesin CNC kelas kontrol pada kelompok motivasi berwirausaha rendah ... 72

Tabel 11 Rangkuman Data Kemampuan Memprogram Mesin CNC ... 73

Tabel 12 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kemampuan Memprogram Mesin CNC ... 74

Tabel 13 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Kemampuan Memprogram Mesin CNC ... 76

Tabel 14 Ringkasan Hasil Analisis Data ... 77


(12)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Pemikiran ... 46 Gambar 2 Histogram Nilai Kemampuan Siswa Memprogram mesin CNC kelas

eksperimen ... 65 Gambar 3 Histogram Nilai Kemampuan Siswa Memprogram mesin CNC kelas

kontrol ... 66 Gambar 4 Histogram Nilai Kemampuan Siswa Memprogram mesin CNC dengan

motivasi berwirausaha tinggi ... 67 Gambar 5 Histogram Nilai Kemampuan Siswa Memprogram mesin CNC dengan

motivasi berwirausaha rendah... 68 Gambar 6 Histogram Nilai Kemampuan Siswa Memprogram mesin CNC kelas

eksperimen pada kelompok motivasi berwirausaha tinggi ... 69 Gambar 7 Histogram Nilai Kemampuan Siswa Memprogram mesin CNC kelas

eksperimen pada kelompok motivasi berwirausaha rendah ... 70 Gambar 8 Histogram Nilai Kemampuan Siswa Memprogram mesin CNC kelas


(13)

commit to user

Gambar 9 Histogram Nilai Kemampuan Siswa Memprogram mesin CNC kelas

kontrol pada kelompok motivasi berwirausaha rendah ... 72

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Silabus ... 95

Lampiran 2 : RPP Pembelajaran CTL dengan Metode Demonstrasi ... 98

Lampiran 3 : RPP Pembelajaran CTL dengan Metode Simulasi Komputer ... 110

Lampiran 4 : Kisi – kisi Angket Motivasi Wirausaha ... 122

Lampiran 5 : Kisi-kisi soal tes Kemampuan memprogram mesin CNC ... 123

Lampiran 6 : Pedoman pertanyaan kualitatif ... 125

Lampiran 7 : Angket Motivasi Berwirausaha ... 126

Lampiran 8 : Instrumen evaluasi memprogram mesin CNC ... 131


(14)

commit to user

Lampiran 10 : Skor Motivasi Berwirausaha ... 143

Lampiran 11 : Nilai Kemampuan Memprogram mesin CNC ... 147

Lampiran 12 :Uji Normalitas ... 153

Lampiran 13 :Uji Homogenitas data ... 157

Lampiran 14 :Analisis Anava Ganda ... 158

Lampiran 15 :Uji Lanjut Pasca Anava ... 162

Lampiran 16 : Surat ijin Penelitian ... 163


(15)

commit to user ABSTRAK

Sutikno, S810809228, “Efektivitas Pembelajaran CTL Dengan Metode Demonstrasi Dan Motivasi Berwirausaha Dalam Menyiapkan Kemampuan Siswa Memprogram Mesin Cnc (Computer Numerical Control ) Sebelum Melakukan Kerja Praktek Industri Di Kelas XI Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Sragen”, Tesis, Surakarta : Program Studi Teknologi Pendidikan, Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, 2011

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Efektivitas pembelajran CTL dengan metode demonstrasi dalam menyiapkan kemampuan siswa memprogram mesin CNC sebelum melakukan kerja praktek industri pada siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Sragen, 2)Motivasi berwirausaha pada siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Sragen, , 3)Efektivitas pembelajaran CTL dengan mrtode demonstrasi dan motivasi berwirausaha dalam menyiapkan kemampuan siswa memprogram mesin CNC sebelum melakukan kerja praktek industri pada siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Sragen.

Penelitian merupakan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimental. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Sragen pada tahun pelajaran 2010/2011 yang terbagi menjadi 4 kelas pararel. Teknik sampling dengan Cluster Random Sampling. sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:1). Kelas XI TP-1 sebagai kelompok eksperimen dengan demonstrasi dan simulasi komputer., 2) Kelas XI TP-2 sebagai kelompok kontrol dengan simulasi komputer. Teknik pengumpulan data ini dalam penelitian ini menggunakan beberapa jenis, yaitu kuesioner, observasi, dokumentasi, dan interviu atau wawancara. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis ANAVA 2 jalur dengan desain faktorial 2 x 2 dengan uji prasyarat analisis yaitu uji kesetaraan, normalitas dan homogenitas.

Berdasarkan hasil analisis menyimpulkan bahwa: (1) terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan Motivasi Berwirausaha tinggi dan motivasi berwirausaha rendah terhadap terhadap Kemampuan siswa memprogram Mesin CNC (F hitung > F tabel

(25,65 > 3,999) pada taraf signifikasi 5%, (2) terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara Metode Demonstrasi dan Metode Simulasi Komputer terhadap kemampuan siswa memprogram mesin CNC (F hitung > F tabel (47,78 > 3,999), (3) terdapat interaksi pengaruh antara Motivasi berwirausaha dengan Metode Demonstrasi dan Metode Simulasi komputer terhadap kemampuan siswa dalam memprogram mesin CNC(F hitung > F tabel (4,08 > 3,999). Berdasarkan uji pasca

anava dengan metode menggunakan Uji Scheffe’ dengan menghitung perbedaan rataan data dari masing-masing sel yang ditunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara motivasi berwirausaha yang tinggi dan yang rendah terhadap kemampuan memprogram mesin CNC(Fobs > Ftabel yaitu 21,90 > 8,036). Ada perbedaan yang signifikan antara Metode Demonstrasi dengan Simulasi Komputer terhadap Kemampuan memprogram mesin CNC (Fobs > Ftabel yaitu 47,41 >


(16)

commit to user

8,036). Guru hendaknya mampu memilih dan menentukan metode pembelajaran yang tepat dengan menyesuaikan karakteristik kompetensi dan motivasi siswa. Kata Kunci : Motivasi wirausaha, Metode Demonstrasi dan Simulasi komputer,

Kemampuan memprogram mesin CNC.

ABSTRACT

Sutikno, S810809228, "The CTL with Demonstration Method Effectiveness and Entrepreneurship Motivation in Preparing Students of CNC (Computer Numerical Control) Machinery Programming before Doing On the Job

Training Industry in the 2nd Year Students of Machinery Program of SMK

Negeri 2 Sragen", Thesis of Educational Technology, Sebelas Maret University of

Surakarta, 2011

This study aims to determine: 1) the CTL approach with demonstration method effectiveness of in preparing the students' ability to program CNC machine before doing on the job training in the 2nd year of Machinery Program in SMK Negeri 2 Sragen 2) entrepreneurship motivation in the 2nd year students of Machinery Program of SMK Negeri 2 Sragen; 3) the demonstration effectiveness of CTL and motivational approach to entrepreneurship in preparing the students’ ability to program CNC machine before doing on the job training of machinery program in SMK Negeri 2 Sragen.

The study is a quantitative research with experimental methods. The population used in the study were students in the 2nd year of machinery program of SMK Negeri 2 Sragen in the year 2010/2011 which is divided into 4 parallel classes. The sampling technique used in this study is Cluster random sampling.

Samples in this study are as follows: 1). Class XI TP-1 as an experimental group with demonstrations and computer simulations., 2) Class XI TP-2 as the control group by computer simulation. This data collection technique in this study are using several types, namely questionnaires, observation, documentation, and interview. The data analysis technique in this research using ANOVA analysis of 2 lines with 2 x 2 factorial design with analysis that is prerequisite test equivalence test, normality and homogeneity.

Based on the analysis, it can be concluded that: (1) there are significant differences in the influence of entrepreneurship high motivation and low motivation towards entrepreneurship to students' ability to program a CNC machine (F count> table F (25.65> 3.999) at 5% significance level, (2) there are

significant differences in effect between Demonstration Method and Computer Simulation Methods on the ability of students to program a CNC machine (F count > F table (47.78> 3.999), (3) there is interaction effect between motivation

entrepreneurship with Demonstration Method on the ability of computer simulation methods students in the program a CNC machine (F count> F table (4.08> 3.999).

Based on post-Anova test by using the method of Scheffe Test 'by calculating the difference in the average data from individual cells indicated that there were significant differences between the motivations that entrepreneurship high and low on the ability to program CNC machine (F obs > F table is 21.90> 8.036). There was


(17)

commit to user

significant difference between Method Demonstration with Computer Simulation on the ability to program CNC machine (F obs > F table is 47.41> 8.036 ). Teachers should be able to choose and determine the appropriate learning method to adjust the characteristics of competence and motivation of students.

Keywords: Entrepreneurial motivation, Demonstration Method and computer simulations, ability to program a CNC machine.


(18)

commit to user BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan upaya yang terorganisir, berencana dan berlangsung terus menerus sepanjang hayat kearah membina manusia menjadi insan paripurna, dewasa dan berbudaya. Artinya adalah pendidikan tersebut dilakukan oleh usaha sadar manusia dengan dasar dan tujuan yang jelas, ada tahapannya dan ada komitmen bersama di dalam proses pendidikan itu dan melalui perhitungan yang matang dengan berbagai sistem pendukung yang disiapkan sampai manusia tersebut tidak memerlukan lagi suatu proses pendidikan. Pendidikan mempunyai sifat mutlak, artinya bahwa pendidikan merupakan suatu keharusan sehingga setiap manusia harus mendapat pendidikan. Pendidikan bukan sekedar media atau alat bantu dalam penyampaian kebudayaan yang turun temurun, tetapi diharapkan adanya perubahan yang dapat memajukan kehidupan manusia. Dengan kata lain bahwa pendidikan merupakan usaha untuk memberdayakan segala keterbatasan pola pikir sehingga menjadikan anak didik mampu berpikir kritis. Dalam hal ini, perlu adanya perubahan sosial yang memberi arah bahwa pendidikan adalah kehidupan, untuk itu kegiatan belajar mengajar harus dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup (life skill) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan dan kebutuhan peserta didik (Tilaar dalam Mulyasa, 2004: 4). Hal ini juga dikemukakan oleh Unesco dalam Mulyasa (2004: 5) yang mengungkapkan bahwa dua prinsip pendidikan yang sangat relevan dengan


(19)

commit to user

pancasila: Pertama, pendidikan harus ditekankan pada empat pilar, yaitu belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning to live together), dan belajar menjadi diri sendiri (learning to be); kedua belajar seumur hidup (life long learning).

Arah kebijakan Rencana Strategis Pendidikan Nasional menentukan kinerja yang berpedoman pada tiga pilar pendidikan, yaitu: peningkatan mutu dan relevansi, perluasan dan pemerataan akses, serta peningkatan efisiensi manajemen. Bidang Pendidikan Menengah (Dikmen) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, merancang ukuran kinerja yang mengacu pada salah satu pilar di atas, yaitu: peningkatan mutu dan relevansi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), perluasan dan pemerataan akses, serta peningkatan efisiensi manajemen SMK dengan menerapkan prinsip Good Governance.

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah telah mengupayakan berbagai cara demi tercapainya kualitas pendidikan dengan sertifikasi guru dan dosen, peningkatan anggaran pendidikan, beasiswa belajar, penambahan unit sekolah baru, dan lain – lainnya. Seperti tertuang dalam Undang – undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 menyatakan bahwa : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangya potensi peserta didika agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Hamid, 2003 : 5).


(20)

commit to user

Sekolah merupakan lingkungan pendidikan formal, merupakan tempat dilaksanakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang terencana dan terorganisasi, termasuk kegiatan dalam rangka proses belajar mengajar didalam kelas. Tujuan dari kegiatan tersebut menghasilkan perubahan yang positif di dalam diri anak yang sedang menuju kedewasaan, sejauh perubahan – perubahan itu dapat diusahakan melalui usaha belajar. Dengan belajar yang terarah dan terpimpin anak memperoleh pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan sikap dan nilai yang menghantarkan ke kedewasaan.

Permasalahan pendidikan di Indonesia dari segi kualitas belum menunjukan hasil memuaskan, bahkan ketinggalan dengan negara – negara tetangga. Hal ini dapat diketahui dari hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Human Development Index (HDI) yang menyatakan bahwa Indonesia berada pada peringkat 111 dari 117 negara, jauh di bawah Malaysia yang menduduki peringkat 58, Brunei Darussalam 33, Singapura 25 dan Australia peringkat 3 besar.

Salah satu pendidikan formal di Indonesia adalah sekolah menengah kejuruan (SMK). SMK merupakan salah satu lembaga pendidikan yang menciptakan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan, ketrampilan dan keahlian, sehingga lulusan SMK dapat mengembangkan kinerja apabila terjun ke dunia kerja. Pendidikan SMK bertujuan meningkatkan kemampuan siswa untuk dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian, serta menyiapkan siswa untuk memasuki lapangan kerja dan mengembangkan sikap profesional.


(21)

commit to user

Awal pengembangan dan pembinaan jenjang pendidikan kejuruan ditandai dengan Memorandum of Agrement yang dilaksanakan pada tanggal 12 April 2008 di Surakarta. Jawa Tengah, oleh Gubernur Jawa Tengah dengan Bupati/Walikota se-Jawa Tengah. Pada kesempatan tersebut dicanangkan Jawa Tengah sebagai provinsi vokasi, dengan realisasi SMK: SMA adalah 60 : 40 pada tahun 2009 – 2010, dan akan ditingkatkan menjadi 70 : 30 pada tahun 2015.

Sejalan dengan hal tersebut, dipandang perlu adanya peningkatan ketrampilan, wawasan dan profesionalisme guru praktik (instruktur) dan tenaga pengelola bengkel. Profesionalisme guru praktik dan tenaga pengelola bengkel menyangkut: manajemen, administrasi dan organisasi bengkel yang efektif dan efisien, untuk menuju peningkatan mutu pada Sekolah Menengah Kejuruan.

Prospek lulusan SMK, data SUSENAS 2006 menunjukan bahwa lulusan SMK ternyata lebih mudah mendapatkan pekerjaan (70,1 %) dibandingkan SMA (60,2 %) atau MA (60,5 %), dan yang menarik lulusan SMA dan MA mempunyai kesempatan bekerja yang sama. Sebagian besar lulusan SMA sederajat bekerja sebagai buruh / karyawan, dimana lulusan SMK (44,3%) lebih besar dibandingkan SMA (32,6%) dan yang paling rendah adalah MA (23,3%). Meskipun data tersebut sudah empat tahun berlalu, namun masih dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memahami fenomena SMK.

Fenomena di kota besar, pada umumnya anak muda enggan bersekolah di SMK. Sedangkan di kota – kota kecil, banyak yang lebih berminat sekolah SMK karena lulusannya siap kerja. Hal ini dikarenakan keadaan ekonomi orang tua yang


(22)

commit to user

terbatas, sehingga banyak yang merasa tidak mampu untuk melanjutkan sekolah anaknya ke perguruan tinggi.

Dengan demikian pembelajaran di sekolah menengah kejuruan harus selalu ditingkatkan baik metode, media dan menghasilkan prestasi yang baik. Profesionalisme seorang guru bukanlah pada kemampuan mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih pada kemampuannya untuk melaksanakan pembelajaran yang menarik dan bermakna bagi siswanya. (sugiyanto,2009:1). Menurut Degeng (1998) dalam Sugiyanto (2009:1) menjelaskan daya tarik suatu mata pelajaran (pembelajaran) ditentukan oleh dua hal, pertama, oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua, oleh cara mengajar guru.

Pembelajaran Kontekstual (CTL) adalah konsep pembelajaran yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Landasan filosofi pembelajaran kontekstual adalah konstruktivisme artinya siswa harus mengkonstruksi pengetahuan di benak mereka sendiri (Sugiyanto,2009:5).

Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual teaching and learning) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari (Nurhadi dkk, 2003: 4). Dalam pendekatan pembelajaran ini, proses pembelajaran akan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa


(23)

commit to user

bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi ppembelajaran lebih dipentingkan dalam pembelajaran ini agar hasil pembelajaran diharapakan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan persoalan, berfikir kritis serta menarik suatu generalisasi.

Teori pendekatan pembelajaran kontekstual berfokus pada multi aspek lingkungan belajar diantaranya ruang kelas, laboratorium sains, laboratorium komputer, tempat bekerja maupun tempat-tempat lainnya. Pembelajaran kontekstual mendorong para guru untuk memilih dan mendesain lingkungan belajar yang memungkinkan untuk mengaitkan berbagai bentuk pengalaman sosial, budaya, fisik, dan psikolog dalam mencapai hasil belajar. Dalam proses pembelajaran dengan pendekatan kontekstual tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya, guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan suatu pengetahuan dan ketrampilan bagi siswa yang diperoleh dari proses meenemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Dengan demikian para siswa belajar diawali dengan pengetahuan, pengalaman, dan konteks keseharian, yang mereka miliki yang dikaitkan dengan konsep mata pelajaran yang dipelajari di kelas dan selanjutnya dimungkinkan untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan keseharian mereka.

Selain mencetak tenaga kerja, SMK memiliki tujuan mencetak lulusan yang memiliki motivasi wirausaha tinggi dengan pendidikan wirausaha di sekolah. Dengan pembelajaran di SMK yang berbasis pada kebutuhan masyarakat, terutama industri, maka pendekatan CTL menjadi pilihan agar lulusan siap kerja. Motivasi wirausaha menunjukan keinginan pribadi yang tinggi dalam berprestasi atau


(24)

commit to user

berhasil sehingga sangat tepat apabila didukung dengan pembelajaran dengan pendekatan CTL. Berbekal motivasi berwirausaha inilah siswa dapat meningkatkan kemampuan dalam belajar sesuatu hal yang berhubungan dengan kebutuhan masyarakat terutama industri.

Perkembangan industri yang terlalu cepat menjadi suatu kendala sekolah dalam menyiapkan lulusannya sesuai kebutuhan industri. Salah satu jalan untuk menjembatani kesenjangan ini, guru SMK harus memiliki cara yang efektif untuk mengejar ketertinggalan tersebut. Salah satunya dengan memberikan demonstrasi tentang hal yang ada di industri. Demonstrasi menjawab tentang gambaran alat atau cara kerja dengan kapasitas, ukuran atau jumlah lebih kecil dari sebenarnya.

Dengan pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan proses belajar mengajar. Tidak terkecuali SMK Negeri 2 Sragen yang terus berupaya meningkatkan kualitas lulusannya.

SMK Negeri 2 Sragen saat ini menjadi salah satu pilihan bagi masyarakat Sragen sebagai tempat pedidikan anak – anaknya. Hal ini dikarenakan banyak lulusannya yang dapat diterima sebagai karyawan atau pegawai di berbagai perusahan besar. Banyaknya lulusan yang dapat diterima bekerja menunjukan bahwa kualitas lulusan SMK Negeri 2 Sragen cukup berkualitas dan dipercaya oleh masyarakat dan industri. Minat untuk bekerja meningkatkan kualitas lulusan yakni dari kemampuan dalam bekerja industri yang selalu menjadi teladan untuk karyawan yang lain. Kemampuan siswa dalam mengoperasikan mesin tentunya dipengaruhi oleh berbagai faktor.


(25)

commit to user

Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas, peneliti memilih judul “Efektivitas Pembelajaran CTL dengan Metode Demonstrasi dan Motivasi Berwirausaha dalam Menyiapkan Kemampuan Siswa Memprogram Mesin CNC

(Computer Numerical Control ) Sebelum Melakukan Kerja Praktek Industri di Kelas XI Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Sragen”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasrkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

1. Rendahnya pengetahuan siswa tentang mesin CNC dapat mempengaruhi kemampuan siswa dalam memprogram mesin CNC. 2. Rendahnya motivasi berwirausaha dapat mempengaruhi kemampuan

siswa dalam memprogram mesin CNC.

3. Kurangnya penjelasan tentang mesin CNC dapat mempengaruhi rendahnya kemampuan memprogram mesin CNC.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, maka penelitian ini dibatasi pada masalah : efektivitas pembelajaran CTL dengan metode demonstrasi dan motivasi berwirausaha dalam menyiapkan kemampuan siswa memprogram mesin CNC (Computer Numerical Control ) sebelum melakukan kerja praktek industri.


(26)

commit to user D. Rumusan Masalah

Dengan identifikasi masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah pembelajaran CTL dengan metode demonstrasi dengan simulasi komputer lebih efektif daripada simulasi komputer saja dalam menyiapkan kemampuan siswa memprogram mesin CNC sebelum melakukan kerja praktek industri pada siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Sragen?

2. Apakah motivasi berwirausaha tinggi lebih efektif daripada motivasi berwirausaha rendah dalam menyiapkan kemampuan siswa memprogram mesin CNC sebelum melakukan kerja praktek industri pada siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Sragen?

3. Apakah pembelajaran CTL dengan metode demonstrasi dan motivasi berwirausaha tinggi berinteraksi secara bersama – sama lebih efektif daripada simulasi komputer dalam menyiapkan kemampuan siswa memprogram mesin CNC sebelum melakukan kerja praktek industri pada siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Sragen?


(27)

commit to user

Berdasarkan permasalahan yang dihadapi dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui efektivitas pembelajaran CTL dengan metode demonstrasi dengan simulasi komputer dalam menyiapkan kemampuan siswa memprogram mesin CNC sebelum melakukan kerja praktek industri pada siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Sragen.

2. Mengetahui motivasi berwirausaha pada siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Sragen.

3. Mengetahui efektivitas pembelajaran CTL dengan metode demonstrasi dengan simulasi komputer dan motivasi berwirausaha dalam menyiapkan kemampuan siswa memprogram mesin CNC sebelum melakukan kerja praktek industri pada siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Sragen

F. Manfaat Penelitian

Penulisan penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat teoritis dan praktis. Secara umum, manfaat yang dapat diperoleh penulis dalam perielitian ini :

1. Manfaat teoritis hasil penelitian ini adalah :

a. Meningkatkan wawasan guru dan siswa tentang Pembelajaran CTL dengan Metode Demonstrasi dengan simulasi komputer di SMK Negeri 2 Sragen.


(28)

commit to user

dalam pembelajaran dan motivasi berwirausaha.

2. Manfaat praktis hasil penelitian ini adalah:

a. Untuk sekolah dapat dijadikan acuan bagi peningkatan mutu layanan kepada siswa maupun masyarakat.

b. Menjadi bahan acuan bagi praktisi pendidikan yang ingin mengembangkan model pendidikan yang berwawasan industri.


(29)

commit to user BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Pembelajaran

a. Pengertian

Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungannya (Brings dalam Sugandi, 2004: 10). Senada dengan pengertian pembelajaran tersebut Darsono (2002: 24) menegaskan bahwa pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik.

Sedangkan pengertian pembelajaran secara khusus adalah sebagai berikut:

1. Menurut Teori Behavioristik pembelajaran dalah suatu usaha guru membentuk tinggkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan dengan stimulus yang diinginkan perlu latihan, dan setiap latihan yang berhasil harus diberi hadiah reinforcement (penguatan).

2. Menurut Teori Kognitif pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat mengenal dan memahami apa yang sedang di pelajari.

3. Menurut Teori Gestalt pembelajaran adalah usaha guru memberikan mata pelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah


(30)

commit to user

mengorganisasinya (mengaturnya) menjadi suatu Gestalt (pola bermakna), bantuan guru diperlukan untuk mengaktualkan potensi mengorganisir yang terdapat dalam diri siswa.

4. Menurut Teori Humanistik pembelajaran adalah memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajari sesuai dengan minat dan kemampuannya. (Sugandi, 2004: 9)

Menurut Dimyati (2006:297) " pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain sistem pembelajaran yang menekankan pada penyediaan sumber belajar agar membuat siswa belajar aktif'. Sedangkan Sagala (2005:61) menjelaskan bahwa "pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar". UUSPN No.20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Berdasarkan definisi diatas pembelajaran adalah membimbing aktivitas siswa, membimbing pengalaman siswa, membantu siswa berkembang dan menyesuaikan din pada lingkungan. Maka pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan dikelas untuk memperoleh pengetahuan, ketrampilan dan sikap dilingkungan kelas. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai upaya menghubungkan pengetahuan lama dan Baru, dengan melibatkan semua unsur baik siwa, guru, kepala sekolah, tenaga adminitratif dan laboratorium.


(31)

commit to user

pembelajaran adalah suatu usaha guru untuk mengelola pembelajaran agar siswa dapat memperoleh bekal pengetahuan untuk modal menjalani kehidupan. Pembelajaran meliputi pengembangan kurikulum, penerapanya dikelas, media pembelajaran, evaluasi serta tindak lanjut hasil belajar.

b. Ciri – ciri Pembelajaran

Menurut Darsono (2002: 24) ciri-ciri pembelajaran adalah:

1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis.

2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.

3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan menantang bagi siswa.

4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menyenangkan bagi siswa.

5. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologis.

c. Komponen-komponen Pembelajaran

Pembelajaran bila ditinjau dari pendekatan sistem maka dalam prosesnya akan melibatkan berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut adalah:


(32)

commit to user

McAshan (1981: 45 dalam Mulyasa 2004: 38), menyatakan bahwa kompetensi: “… is knowledge, skill, and abilities that a person achieves, which become part of his or her being to the exent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”.

Dalam artian tersebut, maka kompetensi didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Pendapat senada juga diungkapkan Soemarsono dalam Arikunto (2005: 133), bahwa kompetensi merupakan tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa sebagai akibat dari hasil pengajaran yang dinyatakan dalam benrtuk tingkah laku

(behavior) yang dapat diamati ddan diukur.

2. Materi Pembelajaran

Materi pemelajaran merupakan komponen utama dalam proses pembelajaran, karena materi pelajaran akan member warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran. Materi pelajaran yang komprehensip, terorganisasi secara sistematis dan dideskripsikan dengan jelas akan berpengaruh juga terhadap intensitas proses pembelajaran.


(33)

commit to user

3. Subyek Belajar

Subyek belajar dalam system pembelajaran merupakan komponen utama karena berperan sebagai subyek sekaligus obyek. Sebagai subyek karena siswa adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar. Sebagai obyek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan perilaku pada diri subyek belajar. Untuk itu dari pihak siswa diperlukan partisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran.

4. Strategi Pembelajaran

Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses pembelajaran pembelajaran yang diyakini efektifitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam penerapan strategi pembelajaran yang tepat, metode mengajar yang sesuai dan teknik-teknik mengajar yang menunjang pelaksanaan metode mengajar. Untuk menentukan strategi pembelajaran yang tepat guru mempertimbangkan akan tujuan, karakteristik siswa, materi pelajaran dan sebagainya agar strategi pembelajaran tersebut dapat berfungsi maksimal.

Menurut Abdulah dalam Nurdin (2005:94) dalam menentukan metode mengajar guru harus memperhatikan beberapa faktor, yaitu: a) Metode mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran.


(34)

commit to user

c) Kegiatan mengajar serasi dengan lingkungan. d) Pelajaran terkordinasi dengan baik.

5.Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah alat/ wahana yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. Sebagai salah satu komponen sistim pembelajaran media pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan peranan strategi pembelajaran. Sebab media pembelajaran menjadi salah satu komponen waktu dan metode mengajar.

Penggunaan media hendaknya didasarkan pada prinsip-prinsip dan factor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media itu sendiri. Menurut Sudirman dalam Nurdin, (2005, 98) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran adalah:

a) Tujuan pemilihan.

b) Karakteristik media pembelajaran. c) Alternatif pilihan.

Dan faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media pembelajaran adalah:

a) Objektivitas

b) Program pengajaran c) Sasaran


(35)

commit to user

e) Kualitas teknik

f) Keefektifan dan efisiensi penggunaan.

6.Komponen Penunjang

Komponen penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran, dan sebagainya. Komponen penunjang berfungsi memperlancar, melengkapi dan mempermudah terjadinya proses pembelajaran. Sehingga sebagai salah satu komponen pembelajaran guru perlu memperhatikan, memilih, dan memanfaatkannya.

2. Pembelajaran Kontekstual (CTL)

a. Pengertian Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL)

Belajar pada hakekatnya merupakan proses perubahan didalam kepribadian yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan dan kepandaian. Proses belajar harus sesuai dengan tahap perkembangan anak atau siswa.

Pembelajaran kontekstual sebagai salah satu metode pembelajaran inovatif yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning – CTL) menurut Nurhadi dalam Sugiyanto (2009:14) adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk mengubungkan antara materi yang diajarkan


(36)

commit to user

dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sendiri-sendiri. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.

Menurut Johnson dalam Sugiyanto (2009:14) CTL adalah sebuah proses pendidikan yang bertujuan menolong para siswa melihat makna di dalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks dalam kehidupan keseharian mereka, yaitu dengan konteks keadaan pribadi, sosial dan budaya mereka.

Johnson dalam Sugiyanto (2009:15) menjelaskan ada tiga pilar dalam sistem CTL yaitu:

1) CTL mencerminkan prinsip kesaling-bergantungan. Kesaling-tergantungan mewujudkan diri, misalnya ketika para siswa bergabung untuk memecahkan masalah dan ketika para guru mengadakan pertemuan dengan rekannya. Hal ini tampak jelas ketika subjek yang berbeda dihubungkan, dan ketika kemitraan menggabungkan sekolah dengan dunia bisnis dan kornunitas. 2) CTL mencerminkan prinsip diferensiasi. Diferensiasi menjadi

nyata ketika CTL menantang para siswa untuk saling menghormati keunikan masing-masing, untuk menghormati perbedaan-perbedaan, untuk menjadi kreatif, untuk bekerja sama,


(37)

commit to user

untuk menghasilkan gagasan dan hasil baru yang berbeda, dan untuk menyadari bahwa keragaman adalah tanda kemantapan dan kekuatan.

3) CTL mencerminkan prinsip pengorganisasian diri. Pengorganisasian diri terlihat ketika para siswa mencari dan menemukan kemampuan dan minat mereka sendiri yang berbeda, mendapat manfaat dari umpan balik yang diberikan oleh penilaian autentik, mengulas usaha-usaha mereka dalam tuntutan tujuan yang jelas dan standar yang tinggi, dan berperan serta dalam kegiatan-kegiatan yang berpusat pada siswa yang membuat hati mereka bernyanyi.

Dengan pendekatan kontekstual (CTL) proses pembelajaran diharapkan berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa untuk bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. Dalam konteks tersebut siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, mereka dalam status apa dan bagaimana mencapainya. b. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual

Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual teaching and learning) memiliki tujuh komponen utama pembelajaran yang efektif, yaitu: kontruktivisme (contructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian yang sebenarnya (authentic


(38)

commit to user assesment).

Penerapan masing-masing komponen pembelajaran kontekstual di atas dijelaskan dalam uraian berikut:

1) Kontruktivisme (contructivism)

Kontruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pendekatan Contextual teaching and learning (CTL), yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, dan hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Dengan dasar itu pembelajaran haruss dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan “menerima” pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar-mengajar siswa menjadi pusat kegiatan bukan guru.

Dalam pandangan kontruktivisme “strategi memperoleh” lebih diutamakan disbanding seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan:

a) Menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa. b) Memberikan kesempatan siswa menemukan dan menerapkan


(39)

commit to user

c) Menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri. 2) Menemukan (inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbassis kontekstual. Pengetahuan dan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapakan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dari menemukan sendiri. Guru harus merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannnya.

a) Siklus inquiri

Observasi (Observation)

b) Langkah-langkah kegitan menemukan (inquiry)

Ø Merumuskan masalah (dalam mata pelajaran apapun) Ø Mengamati atau melakukan observasi

Ø Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, table, dan karya lainnya.

Ø Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru atau audien lain.

3) Bertanya (questioning)

Bertanya (questioning) merupakan strategi uatama dalam pembelajaran yang berbasis contextual teaching and learning

(CTL). Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berfikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam


(40)

commit to user

melaksanakan pembelajaran yang berbasis inkuiry, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasi apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan pada aspek yang belum diketahuinya.

Bertanya adalah suatu strategi yang digunakan secara aktif oleh siswa untuk menganalisis dan mengeksplorasi gagasan-gagasan. Pertanyaan-pertanyaan spontan yang diajukan siswa daapat digunakan untuk merangsang siswa berfikir, berdiskusi, dan berspekulasi. Guru dapat menggunakan teknik bertanya dengan cara memodelkan keingintahuan siswa dan mendorong siswa agar mengajukan pertanyaan-pertanyaan.

4) Masyarakat belajar (learning community)

Konsep (learning community) menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain. Hasil belajar diperoleh dari sharing, antar teman, antar kelompok, dan antar mereka yang tahu ke merekayang belum tahu. Dalam pembelajaran Contextual teaching and learning (CTL), guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok-kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberitahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat.


(41)

commit to user

Pemodelan artinya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bias ditiru. Model itu bias cara pengoperasian sesuatu, cara menggunakan/ mengoperasikan mesin CNC atau yang lainnya.

Dalam pendekatan Contextual Teaching and Learning

(CTL), guru bukan saut-satunya model, model dapat dirancang dengan melibatkan siswa, model juga dapat didatangkan dari luar. Contoh praktek pemodelan di kelas adalah guru menunjukkan mesin CNC, jadi yang dapat digunakan sebagai contoh bagaimana cara siswa mengoperasikan mesin CNC

6) Refleksi (reflection)

Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru dipelajari atau berfikir kebelakang tentang apa yang telah kita lakukan di masa yang lalu. Siswa mengedepankan apa yang baru saja dipelajari sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan yang sebelumnya.

Realisasi refleksi dapat berupa:

Ø Pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu.

Ø Catatan atau jurnal di buku siswa.

Ø Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu. Ø Diskusi


(42)

commit to user

7) Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment)

Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data yang bias memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bias memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran. Apabila data yang yang dikumpulkan oleh guru mengidentifikasi bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbatas dari kemacetan belajar. Karena gambaran dlam proses kemajuan tentang belajar itu diperlukan sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak hanya dilakukan akhir periode (semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar seperti UAS/UAN, tetapi dilkukan bersama dengan secara terintregasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.

Data yang dikumpulkan dalam assessmet bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa, pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari, bukan ditekankan pada perolehan sebanyak mungkin informasi di akhir pembelajaran. Karena assessment

menekan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan pembelajaran.


(43)

commit to user

sebagai berikut.

Ø Harus mengukur semua aspek pembelajaran: proses, kinerja, dan produk.

Ø Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.

Ø Menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber.

Ø Tes hanya sebagai salah satu alat pengumpul data penilaian. Ø Penilaian harus menekankan kedalaman pengetahuan dan

keahlian siswa bukan keluasannya.

Ø Tugas-tugas yang diberikan harus mencerminkan bagi kehidupan siswa yang nyata setiap hari.

Karakteristik authenthic assessment dapat dikemukakan butir-butir berikut:

Ø Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.

Ø Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif.

Ø Yang diukur ketrampilan performance, bukan mengingat fakta. Ø Berkesinambungan.

Ø Terintegrasi.

Ø Dapat digunakan untuk feed back.

c. Penerapan Pembelajaran Kontekstual 1. Perencanaan Pembelajaran


(44)

commit to user

Perencanaan pembelajaran adalah rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran/ interaksi antara peserta didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Mudiastuti, 2005: 2). Kegiatan perencanaan pembelajaran oleh guru meliputi penyusunan perangkat pembelajaran antara lain: Program Tahunan (PROTA), Program Semester (PROMES), Silabus, Rencana Pembelajaran, Buku Siswa serta Instrumen Evaluasi, yang mengacu pada format pembelajaran kontekstual.

2. Proses Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran yang mengacu pada penekatan kontekstual, proses belajar mengajar didominasi oleh aktivitas siswa sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator bagi siswa dalam menemukan suatu konsep atau memecahkan suatu masalah. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan tidak hanya di dalam kelas, tetapi juga dilaksanakan di luar kelas atau lingkungan sekitar dengan menggunakan berbagai media pembelajaran yang efektif dan menggunakan strategi pengajaran yang berasosiasi dengan pendekatan kontekstual. Dalam pembelajaran kontekstual sumber belajar tidaak hanya berasal dari guru, tetapi dari berbagai sumber, seperti buku paket, media massa, lingkungan dan lain-lain.

3. Evaluasi pembelajaran


(45)

commit to user

pada prinsip penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Kegiatan evaluasi dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran, dengan menggunakan berbagai cara dan berbagai sumber yang mengukur semua aspek pembelajaran, yaitu: proses, kinerja dan produk.

4. Prinsip Penerapan Pembelajaran Kontekstual

Dalam penerapan pendekatan pembelajaran kontekstual guru harus memegang beberapa prinsip pembelajaran berikut ini.

Ø Merencanakan pembelajaran sesuai dengan perkembangan mental.

Ø Membentuk kelompok belajar yang saling bergantung.

Ø Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri.

Ø Mempertimbangkan keragaman siswa (diversity of student). Ø Memperhatikan multi-intelegensi (multiple inteligences) siswa. Ø Melakukan teknik-teknik bertanya (questoning).

Ø Menerapkan penilaian authentic (authentic assessment).

3. Metode Demonstrasi

a. Pengertian Metode Demonstrasi

Pengertian Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk


(46)

commit to user

memperlihatkan bagaimana berjalannya atau bekerjanya suatu proses atau langkah-langkah kerja dari suatu alat atau instrumen tertentu kepada siswa.

Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat dilakukan oleh guru atau anak didik itu sendiri. Metode Demonstrasi cukup baik apabila digunakan dalam penyampaian bahan pelajaran sains dan teknologi, misalnya : bagaimana cara kerja suatu mesin atau apa yang terjadi jika suatu balon berisi air dibakar dengan api dsb.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam metode demonstrasi : 1) Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat

yang di Demonstrasikan tidak bisa di amati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas. 2) Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas

di mana siswa sendiri dapat ikut memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga.

3) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas karena alat-alat yang terlalu besar atau yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.

4) Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis tetapi dapat membangkitkan minat siswa.

5) Guru harus dapat memperagakan demonstrasi dengan sebaik-baiknya, karena itu guru perlu mengulang-ulang peragaan di rumah dan memeriksa semua alat yang akan dipakai sebelumnya sehingga


(47)

commit to user

sewaktu mendemonstrasikan di depan kelas semuanya berjalan dengan baik.

Kelebihan metode demonstrasi adalah:

1) Perhatian anak didik dapat dipusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh guru dapat di amati.

2) Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang didemonstrasikan, jadi proses anak didik akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain.

3) Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar.

4) Dapat menambah pengalaman anak didik.

5) Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan.

6) Dapat mengurangi kesalah pahaman karena pengajaran lebih jelas dan konkrit.

7) Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karena ikut serta berperan secara langsung.

Kelemahan metode demonstrasi adalah: 1) Memerlukan waktu yang cukup banyak.

2) Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien.


(48)

commit to user

3) Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya.

4) Memerlukan tenaga yang tidak sedikit.

5) Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.

b. Langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah: 1) Perencanaan

Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah :

Ø Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang diharapkan dapat tercapai setelah metode demontrasi berakhir.

Ø Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di laksanakan.

Ø Memperhitungkan waktu yang di butuhkan.

Ø Selama demonstrasi berlangsung guru harus intropeksi diri apakah :

· Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa

· Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua

· siswa dapat melihat semuanya dengan jelas

· Siswa membuat catatan-catatan yang dianggap perlu


(49)

commit to user

2) Pelaksanaannya:

Hal-hal yang di lakukan adalah :

Ø Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya Ø Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa.

Ø Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar mencapai sasaran.

Ø Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik.

Ø Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif. Ø Menghindari ketegangan

Ø Evaluasi : dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan, menjawab pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah ataupun di rumah.

4. Metode Simulasi Komputer

Menurut Sudjana (2000:89) simulasi berasal dari kata simulate yang berarti berpura-pura atau berbuat seolah-olah. Kata simulation berarti tiruan atau perbuatan yang berpura-pura, dengan demikian simulasi dalam metode mengajar dimaksudkan sebagai cara untuk menjelaskan sesuatu (materi pelajaran) melalui perbuatan yang bersifat pura-pura atau melalui proses tingkah laku imitasi yang dilakukan seolah-olah dalam keadaan yang sebenarnya.


(50)

commit to user

Metode simulasi adalah bentuk metode praktek yang sifatnya untuk mengembangkan ketermpilan peserta belajar (keterampilan mental maupun fisik/teknis). Metode ini memindahkan suatu situasi yang nyata ke dalam kegiatan atau ruang belajar karena adanya kesulitan untuk melakukan praktek didalam situasi yang sesungguhnya. Misalnya: sebelum melakukan praktek penerbangan, seorang siswa sekolah penerbangan melakukan simulasi penerbangan terlebih dahulu (belum benar-benar terbang). Situasi yang dihadapi dalam simulasi ini harus dibuat seperti benar-benar merupakan keadaan yang sebenarnya (replikasi kenyataan).

Tujuan menggunakan metode simulasi dalam mengajar adalah melatih ketrampilan tertentu baik bersifat profesional maupun bagi kehidupan sehari-hari, memperoleh pemahaman suatu konsep atau prinsip, melatih memecahkan masalah, meningkatkan keaktifan belajar dengan melibatkan siswa dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian sebenarnya, memberikan motivasi belajar kepada siswa, melatih siswa untuk mengadakan kerja sama dengan situasi kelompok, menumbuhkan daya kreatif siswa, melatih siswa untuk mengembangkan sikap toleransi (Sudjana, 2000:89-90).

Ada beberapa bentuk simulasi, yaitu Peer teaching, sosiodrama, psikodrama, simulasi game, dan role playing.

Pada kegiatan akhir pembelajaran siswa diberi kesempatan membuat kesimpulan sendiri mengenai hal yang telah disimulasikan, maka siswa akan menjadi lebih aktif dalam KBM. Setelah siswa aktif dalam KBM


(51)

commit to user

diharapkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang dipelajari menjadi meningkat, dengan meningkatnya pemahaman tersebut dapat juga meningkatkan hasil belajar siswa. Seperti yang telah dilakukan oleh guru mata pelajaran Mesin CNC di SMK Negeri 2 Sragen sudah menerapkan metode simulasi untuk membelajarkan kompetensi dengan menggunakan komputer. Dengan menggunakan perangkat komputer para siswa memprogram mesin CNC layaknya pada mesin CNC sebenarnya.

5. Motivasi

Motivasi ialah dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Motivasi adalah proses membangkitkan, mengarahkan dan memantapkan perilaku arah suatu tujuan. Motivasi merupakan hal yang melatar belakangi individu berbuat untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi adalah kesediaan individu untuk mengeluarkan berbagai upaya dalam memenuhi kebutuhankebutuhannya. Motivasi dapat dicermati dari ketegangan yang dialami oleh individu, semakin besar ketegangan, semakin tinggi tingkat upaya yang ditunjukkan individu dalam mencapai tujuannya.

Motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan yang didahului dengan tantangan terhadap adanya tujuan (McDonald dalam Okky Pujaan, 2010:12). Motivasi adalah suatu yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, dan menjaga tingkah laku seseorang agar terdorong untuk melakukan tindakan sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi merupakan proses


(52)

commit to user

psikologis yang terjadi antara sikap, kebutuhan, persepsi, proses belajar, dan pemecahan masalah. Motivasi dianggap sebagai pengaturan tingkah laku individu karena adanya stimulus atau dorongan dari dalam maupun dari luar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Handayaningrat (dalam Okky Pujaan, 2010:12), motivasi menyangkut reaksi berantai, yaitu dimulai dari kebutuhan yang dirasakan, lalu timbul keinginan atau sasaran untuk mencapai tujuan yang berakhir dengan pemuasan.

McClelland mengemukakan tiga motivasi dasar manusia. Tiga motivasi itu adalah motivasi untuk mencapai prestasi, motivasi untuk berafiliasi dan motivasi akan kekuasaan.

Motivasi merupakan suatu proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang. Dan motivasi sebagai proses psikologis timbul diakibatkan den faktor di dalam diri seseorang itu sendiri yang disebut intrinsik atau faktor di luar diri yang disebut faktor ekstrinsik.

Motivasi berasal dari kata Latin movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Pentingnya motivasi adalah karena motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal (Hasibuan, 2005:84). Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang dan dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran serta berkaitan dengan minat. Motivasi bisa bersifat internal,


(53)

commit to user

artinya datang dari dirinya sendiri; dapat juga bersifat external yaitu dari guru, orang tua, teman dan sebagainya .

Faktor di dalam diri seseorang dapat berupa kepribadian, sikap, pengalaman dan pendidikan, atau berbagai harapan, cita-cita yang menjangkau ke masa depan.

Sedang faktor di luar diri, dapat ditimbulkan oleh berbagai sumber, bisa karena pengaruh pemimpin, kolega atau faktor-faktor lain yang sangat kompleks. Tetapi baik faktor intrinsik maupun faktor luar motivasi timbul karena adanya rangsangan.

6. Motivasi Berwirausaha

Dalam bahasa Indonesia kata wirausaha adalah padanan dari bahasa Prancis yaitu entrepreneur, yang sudah dikenal sejak abad 17. Istilah entrepreneur diungkapkan pertama kali oleh Richard Cantillon, salah satu pakar ekonomi Perancis. Kata wirausaha merupakan gabungan dari dua kata yaitu wira yang berarti gagah berani, dan kata usaha. Jadi bisa diartikan bahwa wirausaha adalah orang yang gagah berani dalam usaha.

Menurut Bygrave (dalam Okky Pujaan, 2010:24) wirausaha adalah orang yang mampu melihat adanya peluang dan menciptakan suatu organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut. Bygrave mengemukakan 10 konsep D, (1) dream yaitu adanya suatu visi ke masa depan dan memiliki keinginan yang kuat untuk mewujudkan visi tersebut,(2)

decisiveness yaitu kecepatan dan ketepatan dalam mengambil keputusan


(54)

commit to user

apa yang telah direncanakan,(4) determination yaitu adanya tanggung jawab yang tinggi dan tidak mudah menyerah walau ada banyak halangan, (5) dedication yaitu mengerjakan sesuatu dengan penuh semangat dan dedikasi, (6) devotion yaitu mencintai produk yang dibuat sehingga mendorong wirausaha untuk mencapai keberhasilan, (7) details yaitu memperhatikan detil-detil dari produk yang dibuat, (8) destiny yaitu seorang wirausaha yang bebas dan tidak tergantung pada orang lain, (9) dollars yaitu motivasi utama dari wirausaha tidak selalu karena faktor uang, tetapi uang sebagai ukuran kesuksesan bisnis, (10) distribute yaitu mau saling berbagi dengan orang kepercayaan dengan catatan bahwa orang tersebut adalah orang yang kritis dan mau diajak sukses dalam berbisnis.

Dalam berwirausaha peran motivasi, terutama motivasi untuk berhasil menjadi sangat penting. Sebab di dalam motivasi terdapat sejumlah motif yang akan menjadi pendorong (drive/stimulus) tercapainya keberhasilan. Apalagi di dalam motivasi berwirausaha diperlukan daya juang untuk sukses, mau belajar melihat keberhasilan orang lain, memiliki dorongan kuat untuk mengatasi semua kendala dalam berwirausaha. Pasalnya, keberhasilan berwirausaha tidak dengan seketika diperoleh. Itu sebabnya bagi para pemula atau pebisnis kawakan aspek-aspek yang disebutkan tadi penting dimiliki dan menjadi modal untuk meraih sukses.

Pengertian motivasi seperti yang dikemukakan di atas mengacu pada timbulnya dorongan. Sedangkan berwirausaha merupakan salah satu objek pekerjaan di samping pekerjaan lain, yakni pegawai negeri atau pegawai


(55)

commit to user

swasta. Dengan demikian motivasi berwirausaha diartikan sebagai tenaga dorongan yang menyebabkan siswa melakukan suatu kegiatan berwirausaha. Dengan demikian adanya perasaan senang yang menyertai timbulnya motivasi berwirausaha. Rangsangan-rangsangan dari objek wirausaha akan menumbuhkan motivasi dan motivasi yang telah tumbuh akan merupakan dorongan dan motor untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan. Suatu perbuatan dimulai dengan adanya ketidakseimbangan dalam diri seseorang. Keadaan tidak seimbang ini tidak menyenangkan sehingga timbul kebutuhan untuk menghilangkan ketidakseimbangan tersebut. Kebutuhan ini menimbulkan dorongan atau motif untuk berbuat sesuatu. Setelah perbuatan tersebut dilakukan maka tercapai keadaan seimbang dalam diri siswa. Kebutuhan yang sudah tercapai dengan hasil baik akan memberikan kepuasan dan timbulnya rasa puas pada diri siswa akan diikuti perasaan senang. Akan tetapi keseimbangan tersebut tidak berlangsung untuk selamanya karena akan timbul ketidakseimbangan baru yang menyebabkan proses motivasi di atas diulangi. Motivasi mengacu pada tiga hal yaitu motivasi untuk mencapai prestasi (need of achievement),

motivasi untuk berafiliasi (need of affiliation) dan motivasi untuk berkuasa

(need of power).

Dari pengertian tersebut diartikan bahwa pengertian wirausaha adalah seseorang yang mampu mengorganisir, mengelola, dan berani mengambil resiko untuk memulai suatu usaha baru dan peluang berusaha. Sukardi (dalam Riyanti, 2003 : 86) mengemukakan bahwa wirausaha adalah


(56)

commit to user

seseorang yang berani mengambil resiko untuk menemukan suatu peluang usaha, mendirikan, mengelola, mengembangkan, dan melembagakan perusahaan sendiri yang mana kelangsungan hidupnya bergantung pada tindakan yang dilakukan sendiri.

Berdasarkan pemaparan mengenai definisi dari motivasi dan definisi dari wirausaha, peneliti menyimpulkan bahwa motivasi wirausaha adalah suatu motif yang ada dalam diri seseorang yang mana motif tersebut memiliki tujuan untuk mencapai prestasi yang lebih baik, tercapainya suatu hubungan yang hangat dengan orang lain serta adanya peran sebagai figur pemimpin dalam proses pengembangan diri dalam memanfaatkan suatu sumber daya yang ada dan berani untuk mengambil resiko demi mancapai suatu kesuksesan.

7. Mesin CNC (Computer Numerical Control)

Dalam perkembangan komputer dewasa ini telah banyak diaplikasikan kedalam alat-alat mesin perkakas diantaranya mesin bubut, mesin frais, mesin gerinda, mesin bor, mesin las dan lain – lain. Perpaduan teknologi komputer dan teknologi mekanik inilah yang selanjutnya dinamakan mesin CNC

(Computer Numerical Control). Apabila dibandingkan dengan mesin perkakas

konvensional yang setaraf dan sejenis mesin perkakas CNC lebih teliti

(accurate), lebih tepat (presisi), luwes (fleksibel), dan cocok untuk produksi massal.


(57)

commit to user

yang banyak digunakan untuk mengendalikan atau mengatur pengoperasian mesin perkakas. Mesin perkakas yang dilengkapi dengan sistem CNC (Mesin Perkakas CNC) secara umum tidak berbeda dengan mesin perkakas konvensional.

Fungsi CNC dalam hal ini lebih banyak menggantikan pekerjaan operator dalam mesin perkakas konvensional, misalnya pekerjaan mengatur gerakan pahat sampai pada posisi siap memotong, gerakan pemotongan, dan gerakan kembali ke posisi siap memotong. Demikian pula dengan pengaturan kondisi pemotongan (kecepatan potong, kecepatan makan, dan kedalaman pemotongan) serta fungsi pengaturan yang lain seperti penggantian pahat, pengubahan transmisi daya (jumlah putaran poros utama), dan arah putaran poros utama, pengekleman, pengaturan cairan pendingin, dan sebagainya. (Widarto,2008:407)

Menurut John Polywka (1992:1) Tipe Mesin CNC secara garis besar mesin dengan kontrol numerik dibagi dalam dua kelompok dasar yaitu :

a) Numerical Control (NC).

NC (Numerical Control ) : suatu sistem pengendali otomatis yang bekerjanya menggunakan kode – kode huruf dan angka.

b) Computer Numerical Control (CNC).

CNC ( Computer Numerical Control ) : suatu sistem pengendali otomatis yang menggunakan kode huruf dan angka yang didalamnya terdapat sistem komputer (mikro prosesor).


(58)

commit to user

mengendalikan mesin.Permograman adalah pemberian sejumlah erintah dalam bentuk kode yang dimengerti oleh mesin guna mengendalikan mesin tersebut.

Seorang pembuat program sebelum melakukan pemrograman harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang mendasar tentang: a) gambar kerja, b) urutan pengerjaan, c) alat-alat potong, d) teknologi mengenai berbagai metode produksi (proses pemesinan) seperti membubut, mengefrais, mengebor dan lain-lain, dan e) teknik pemasangan/pemuatan benda kerja.

Dalam pemrograman mesin digunakan berbagai macam bahasa pemrograman, antara lain:

· GTL, yaitu bahasa permograman yang digunakan pada komputer mini. Bahasa pemrograman ini akrab bagi pemrograman NC dan CNC.

· Compact II yangmerupakan bahasa pemrograman yang universal.

· MINI APT, yaitu bahasa pemrograman yang cocok untuk mesin-mesin dan benda-benda kerja yang jenisnya banyak.

· MITURN, yaitu bahasa pemrograman yang hanya digunakan untuk pekerjaan bubut, yaitu bahasa pemrograman dengan karakteristik sebagai berikut:

Ø hanya perlu melakukan instruksi-instruksi kontur. Ø Informasi alat-alat potong tidak perlu digunakan. Ø Petunjuk teknologi dihitung sendiri oleh MITURN. Ø Petunjuk input yang diberikan sedikit.

· Bahasa pemrograman Sinumerik yang dikeluarkan oleh Jerman.

· Bahasa pemrograman Panuc yang dikeluarkan oleh Jepang.


(59)

commit to user

Austria.

Selain bahasa pemrograman diperlukan juga metode pemrograman terhadap mesin, yaitu:

· Berdasarkan cara pemuatan ke mesin: Pemrograman manual, pemrograman ekstrnal, dan pemrograman dengan menggunakan Komputer eksternal.

· Berdasarkan metode pengukuran: pemrograman absolut dan pemrograman inkrimental.

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini anatar lain dilakukan oleh : Ratna Purwitasari yang berjudul : Efektivitas metode pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) dan metode demonstrasi terhadap prestasi belajar fisika siswa SMA Negeri di Kabupaten Ngawi ditinjau dari kemampuan awal fisika Tahun pelajaran 2009/2010 (Eksperimen di SMA Negeri 1 Jogorogo dan SMA Negeri 1 Sine). Tesis Program Studi TP Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Untuk mengetahui metode yang menghasilkan prestasi belajar fisika lebih baik, metode SAVI atau metode demonstrasi.2. Untuk mengetahui kemampuan awal yang menghasilkan prestasi belajar fisika lebih baik, siswa-siswa yang .memiliki kemampuan awal tinggi atau siswa-siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah. 3. Untuk mengetahui pada metode SAVI, yang menghasilkan prestasi belajar fisika lebih baik, siswa-siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi atau siswa-siswa-siswa-siswa yang memiliki kemampuan awal rendah. 4. Untuk mengetahui pada metode demonstrasi, yang menghasilkan prestasi belajar fisika lebih baik, siswa-siswa yang memiliki


(60)

commit to user

kemampuan awal tinggi atau siswa-siswa yang memiliki kemampuan awal rendah.5. Untuk mengetahui pada siswa-siswa yang mempunyai kemampuan awal tinggi, prestasi belajar fisika lebih baik, metode SAVI atau metode demonstrasi. 6. Untuk mengetahui pada siswa-siswa yang mempunyai kemampuan awal rendah, prestasi belajar fisika lebih baik, metode SAVI atau metode demonstrasi.

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri di Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2009/2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Teknik Analisis yang digunakan adalah Analisis Varians (ANAVA) dua jalan 2 x 2 dengan taraf signifikansi 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1). terdapat perbedaan prestasi belajar fisika pada penerapan metode pembelajaran SAVI antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan rendah, perhitungan statistik Fh > Ft = 12,422 > 8,22. (2) Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar fisika pada penerapan metode pembelajaran demonstrasi antara siswa yang memiliki kemampuan awal yang tinggi dengan rendah, perhitungan statistik Fh < Ft = 0,100 > 8.22. (3) Terdapat perbedaan prestasi belajar fisika antara siswa dalam metode pembelajaran SAVI yang memiliki kemampuan awal tinggi dengan metode Demonstrasi yang memiliki kemampuan awal yang tinggi, perhitungan statistik Fh > Ft = 11,622 > 8,22. (4). Tidak terdapat peerbedaan prestasi belajar fisika antara siswa dengan metode pembelajaran SAVI dengan Demonstrasi yang memiliki kemampuan awal rendah, perhitungan statistik Fh < Ft = 0,005 < 8,22.

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kajian teori di atas, maka dapat dikemukakan


(61)

commit to user

SMK Kejuruan, program keahlian teknik pemesinan, siswa

mempelajari berbagai pengetahuan dan keterampilan di bidang

permesinan. Berbagai pengetahuan dan keterampilan tersebut nantinya

diharapkan dapat digunakan untuk bekerja dalam rangka memperoleh

penghasilan.

Pembelajaran yang dilakukan di SMK program keahlian teknik

pemesinan, salah satunya mata diklat Memprogram mesin CNC. Pada

mata diklat ini, siswa belajar tentang cara Memprogram mesin CNC,

baik secara teori maupun praktik. Dengan mempelajari teori dan

praktek, maka siswa akan memiliki kemampuan Memprogram mesin

CNC. Tinggi rendahnya kemampuan tersebut diperoleh dari mempelajari

teori secara serius, maupun dengan melakukan praktek laboratorium.

Untuk mendukung keberhasilan pembelajaran di SMK, diberikan

juga berbagai mata pelajaran diantaranya mata pelajaran

kewirausahaan. Mata pelajaran ini diharapkan dapat menumbuhkan

motivasi berwirausaha pada diri siswa SMK.

Pembelajaran Memprogram mesin CNC dilakukan dengan Simulasi

Komputer untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyusun

program CNC. Untuk memberikan pengetahuan yang lebih tentang

keaadaan yang sebenarnya siswa perlu mengetahui mesin CNC yang

nyata, maka diperlukan demonstrasi sesuai kelebihan metode tersebut

sehingga siswa benar – benar memahami proses kerja mesin. Dalam


(62)

commit to user berafiliasi, dan berkuasa (menguasai sesuatu).

Dengan pemikiran bahwa pembelajaran CTL dengan metode

demonstrasi diperlukan bersama dengan simulasi komputer agar siswa

lebih memahami pemrograman mesin CNC, di dukung dengan motivasi

wirausaha tinggi maka kemampuan memprogram mesin CNC menjadi

lebih baik.

Berbekal materi pelajaran dengan pendekatan CTL dengan metode

demonstrasi dan simulasi komputer serta motivasi berwirausaha tinggi

maka kemampuan memprogram mesin CNC lebih baik dari pada yang

hanya menggunakan simulasi komputer saja.

Berdasarkan uraian di atas, dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Pemikiran D. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka

dapat diajukan hipotesis sebagai berikut:

1. Lebih efektif pembelajaran CTL dengan metode demonstrasi dengan simulasi komputer daripada simulasi komputer saja dalam menyiapkan kemampuan siswa memprogram mesin CNC sebelum melakukan kerja Motivasi berwirausaha

Kemampuan memprogram mesin

CNC Pembelajaran CTL

dengan Metode Demonstrasi dengan


(63)

commit to user

praktek industri pada siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Sragen?

2. Lebih efektif motivasi berwirausaha tinggi dari pada motivasi berwirausaha rendah dalam menyiapkan kemampuan siswa memprogram mesin CNC sebelum melakukan kerja praktek industri pada siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Sragen?

3. Lebih efektif pembelajaran CTL dengan metode demonstrasi dengan simulasi komputer dan motivasi berwirausaha tinggi daripada simulasi komputer saja dalam menyiapkan kemampuan siswa memprogram mesin CNC sebelum melakukan kerja praktek industri pada siswa kelas XI Program Keahlian Teknik Pemesinan SMK Negeri 2 Sragen?


(1)

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian pada Bab IV, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara Pembelajaran CTL dengan

metode Demonstrasi dan Simulasi komputer saja terhadap kemampuan

memprogram mesin CNC, yang berdasarkan Fhitung = 47,78 dibandingkan

Ftabel = 3,999. Kelas yang menggunakan metode demonstrasi memiliki

kemampuan lebih baik dibanding kelas yang menggunakan simulasi komputer saja.

2. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara motivasi berwirausaha tinggi

dan motivasi berwirausaha rendah terhadap kemampuan memprogram mesin

CNC, yang berdasarkan Fhitung = 25,65 dibandingkan Ftabel = 3,999. Kelompok

yang memiliki motivasi wirausaha tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan keompok yang memiliki motivasi wirausaha rendah.

3. Ada interaksi antara Pembelajaran CTL dengan Metode demonstrasi dengan

simulasi komputer dengan motivasi berwirausaha terhadapa kemampuan

memprogram mesin CNC yang berdasarkan Fhitung = 4,08 dibandingkan Ftabel

= 3,999.


(2)

commit to user

Dari kesimpulan di atas memberikan gambaran, bahwa kemampuan memprogram mesin CNC dapat ditingkatkan dengan menerapkan metode demonstrasi.

Pendekatan pembelajaran dapat mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Merujuk pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kelas dengan pembelajaran CTL dengan metode Demonstrasi memiliki kemampuan memprogram mesin CNC lebih baik dan siswa dengan motivasi wirausaha rendah, akan sulit memahami pelajaran. Siswa dengan motivasi rendah, karena daya pikir (aspek kognitif) yang kurang cerdas, sehingga akan kesulitan memahami progam mesin CNC. Oleh karena kesulitan dalam memahami program mesin CNC tersebut, maka siswa dengan motivasi wirausaha rendah cenderung kurang dalam motivasi berprestasi (achievement motivation), sehingga pasif menunggu instruksi guru.

Siswa dengan motivasi wirausaha yang rendah, jika tidak mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari guru/instruktur akan kesulitan untuk memahami pelajaran. Di sinilah peran guru yang tidak cukup hanya memberi ceramah, tetapi juga harus menggunakan metode yang sesuai agar mampu menjadi guru untuk mengantarkan generasi penerus yang berkualitas dalam mengisi pembangunan.

C.SARAN

Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memprogram mesin CNC, ada beberapa saran yang kami kemukakan:

1. Guru sebaiknya menguasai berbagai pendekatan (approach) pembelajaran, dan


(3)

commit to user

pendekatan akan membantu siswa untuk mencapai kompetensi standar sesuai kurikulum yang berlaku. Siswa berprestasi dihasilkan oleh guru/pendidik yang professional. Oleh karena itu, pembelajaran akan lebih berkualitas jika guru mau belajar atau mereviu materi dan metode yang akan diberikan siswa.

2. Untuk mengoptimalkan pembelajaran dengan pendekatan metode demonstrasi

diperlukan dukungan sarana penunjang pembelajaran seperti modul atau bahan ajar yang lengkap, alat-alat/mesin yang cukup jumlahnya dan lengkap seperti di perusahaan.


(4)

commit to user

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Psikologi Belajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Budiyono, 2009, Statistika Untuk Penelitian, Surakarta : UNS Press.

Bygreve, W.D., 1996, Portable MBA Entrepreneurship, Jakarta : Binarupa

Aksara.

Darsono, Max, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Semarang : Unnes Press.

Dimyati dan Mudjiono, 2006, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta

Gibbs, David, 1991, An Introduction to CNC Machining and Programming,

New York : Industrial Press Inc.

Hasibuan, Malayu S.P., 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: PT.

Bumi Aksara.

Madison, James G.,1996, CNC Machining Handbook, New York : Industrial

Press Inc.

McCleland, D., 1971, The Achievement Motive in Economic Growth, in:

P.Kilby(ed.) Entrepreneurship and Economic Development, New York

: The Free Press.

Moleong, Lexy, 2004, Metodologi Penelitian Suatu Pendekatan, Bandung :

Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, 2005, Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata, 2009, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung :


(5)

commit to user

Nurdin, S, 2005, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, Jakarta :

Quantum Teaching.

Nurhadi, 2003, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK,

Malang : Universitas Negeri Malang Press.

Okky Pujaan, 2010, Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Motivasi

Berwirausaha Pada Mahasiswa Etnis Jawa. Skripsi. Surabaya: Fakultas

Psikologi Universitas Surabaya

Poerwadarminta, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Polywka, John, 1992, Programming of Computer Numerically Controlled

Machines, New York : Industrial Press Inc.

Riduan, 2008, Metode dan Teknik Menyusun Tesis, Bandung:Alfabeta

Riyanti, D., 2003, Kewirausahaan Dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian,

Jakarta : Grasindo

Sugandi, 2004, Teori Pembelajaran, Semarang : Unnes Press.

Sugiyanto, 2009, Model – model Pembelajaran Inovatif, Surakarta: Panitia

Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.

Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan

Praktek, Jakarta : Rineka Cipta.


(6)

commit to user Alegensindo.

Sulunadinata, 2007, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja

Rosdakarya

Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Widarto,2008, Teknik Pemesinan, Jakarta:Depdiknas.


Dokumen yang terkait

PERBEDAAN HASIL BELAJAR PRAKTEK KERJA BATU ANTARA METODE PEMBELAJARAN SIMULASI DAN METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 1 BALIGE PROGRAM KEAHLIAN KONSTRUKSI BATU BETON.

0 2 17

HUBUNGAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN MESIN BUBUT DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA KELAS III PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN SMK N 2 MEDAN.

3 12 27

HUBUNGAN KEMAMPUAN MELAKUKAN PEKERJAAN DENGAN MESIN BUBUT DAN KEMANDIRIAN BELAJAR DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMESINAN SMK NEGERI 2 KISARAN TAHUN AJARAN 2013/2014.

0 2 37

PENGARUH PRESTASI BELAJAR KEWIRAUSAHAAN DAN PELAKSANAAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI TERHADAP MINAT Pengaruh Prestasi Belajar Kewirausahaan dan Pelaksanaan Praktek Kerja Industri minat berwirausaha pada siswa kelas XI Program keahlian Akuntansi SMK Muhammadiya

0 0 15

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT TRANSMISI KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK KENDARAAN RINGAN.

0 4 178

HUBUNGAN PENGETAHUAN DUNIA KERJA DAN DUNIA INDUSTRI DENGAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KEJURUAN KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK MESIN DI SMK MUHAMMADIYAH PRAMBANAN.

0 0 119

HUBUNGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA DENGAN KESIAPAN BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN JASA BOGA DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA.

1 4 106

HUBUNGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA DENGAN KESIAPAN BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN JASA BOGA DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA.

1 4 14

HUBUNGAN PRAKTIK INDUSTRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XI PROGRAM KEAHLIAN JASA BOGA DI SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA.

0 3 221

Memprogram Mesin CNC (Dasar)

0 1 76