HUBUNGAN ANTARA MINDFULNES DAN SUBJECTIVE WELL- BEING

depan, individu tersebut menjadi tidak dapat menerima diri sepenuhnya karena adanya realitas yang dihindari. Oleh karena itu, ketika individu dapat menerima realitas secara penuh, maka ia dapat memanfaatkan seluruh potensinya untuk menjadi individu yang fleksibel. Dengan demikian, kelekatan terhadap masa lampau ataupun masa depan adalah kecenderungan yang maladaptif terhadap perkembangan manusia yang penuh.

D. HUBUNGAN ANTARA MINDFULNES DAN SUBJECTIVE WELL- BEING

Intervensi berbasis mindfulness memiliki pengaruh positif terhadap banyak hal. Kabat-Zinn 1982 dan Gardner-Nix dalam Didonna, 2009 menyatakan bahwa intervensi mindfulness berpengaruh positif terhadap penanggulangan rasa sakit kronis. Proses penyembuhan psoriasis mengalami peningkatan setelah intervensi mindfulness, khususnya MBSR Kabat-Zinn, 2003. Dengan ketrampilan yang diajarkan dalam intervensi mindfulness, gangguan kecemasan yang dialami individu dapat berkurang Kabat-Zinn, 1992; Greeson Brantley, dalam Didonna, 2009. Intervensi mindfulness juga berpengaruh positif terhadap gangguan makan, seperti anoreksia nervosa, bullimia nervosa, dan binge eating disorder Wolever Best, dalam Didonna, 2009. Menurut Teasdale et al. 2000 dan Barnhofer dan Crane dalam Didonna, 2009, gangguan depresi mengalami penurunan setelah intervensi mindfulness. Pengaruh positif dari intervensi berbasis mindfulness juga nampak pada gangguan obsesif-kompulsif, borderline personality disorder, perilaku adiktif, trauma post-traumatic stress disorder, attention-deficit hyperactivity disorder, psychosis Didonna, Rizvi et al., Bien, Follette Vijay, Zylowska et al., Pinto, dalam Didonna, 2009. Beberapa penelitian terbukti menunjukkan hubungan yang signifikan antara mindfulness dengan subjective well-being. Penelitian yang dilakukan oleh Collard, Avny, dan Boniwell 2008 menunjukkan bahwa mindfulness- based cognitif therapy terapi kognitif yang berdasar pada pendekatan mindfulness memiliki pengaruh positif terhadap SWB. Pada penelitian tersebut, afek positif dari partisipan tidak mengalami peningkatan, sedangkan afek negatif partisipan terbukti berkurang secara signifikan. Tingkat kepuasan hidup terbukti mengalami peningkatan, tetapi nampak tidak cukup signifikan. Lykins dan Baer 2009 menemukan bahwa meditasi mindfulness berpengaruh positif terhadap psychological functioning, di mana psychological functioning merupakan salah satu bagian dari SWB Keyes, et al. dalam Lopez, 2008. Menurut Keyes dalam Lopez, 2008, SWB dan komponen- komponennya merupakan komponen dalam menentukan kesehatan mental seseorang. Orang yang memiliki tingkat SWB yang tinggi dengan kata lain, orang yang bahagia adalah orang yang lebih sehat Davidson. Mostofsky, Whang, dalam Leyden et al., 2011. Melalui mental yang sehat, manusia dapat memperjuangkan tingkat pertumbuhan yang lebih maju supaya dapat merealisasikan semua potensinya dan mengaktualisasikan diri sepenuhnya Schultz, 1991. Penelitian-penelitian di atas adalah beberapa contoh dari banyak penelitian lainnya yang hanya berfokus pada tingkat kebahagiaan seseorang. Dengan demikian, perlu dilakukan suatu penelitian yang dapat menjelaskan apa sebenarnya esensi atau makna dari kebahagiaan tersebut Mogilner, Kamvar, Aaker, 2011. Eksplorasi mengenai bagaimana mindfulness dapat memberikan pengaruh positif seperti yang sudah disebutkan sebelumnya merupakan hal yang penting. Meskipun mindfulness terbukti berpengaruh positif dan efektif dalam menangani kondisi psikologis dan fisik, Chambers, Lo, dan Allen 2007 berpendapat bahwa intervensi berbasis mindfulness belum dapat dipahami dengan baik karena adanya kesulitan dalam operasionalisasi mindfulness. Oleh karena itu, Shapiro 2005 menyarankan kepada penelitian-penelitian selanjutnya untuk mengeksplorasi bagaimana mindfulness bekerja. Penelitian ini berharap untuk dapat mengisi kekosongan yang dikemukakan oleh Chambers, Lo, Allen 2007, dan Shapiro 2005 tersebut, khususnya dalam kaitannya dengan kebahagiaan atau SWB seperti yang diungkapkan oleh Mogilner, Kamvar, dan Aaker, 2011. Untuk dapat mengeksplorasi proses yang mendasari mindfulness dan pemaknaan kebahagiaan, metode penelitian yang digunakan adalah interpretative phenomenological analysis IPA. IPA dapat digunakan untuk mengeksplorasi secara mendetail mengenai bagaimana individu mempersepsikan situasi atau kondisi tertentu dalam hidupnya, serta bagaimana individu memaknai hidupnya Smith, 2008. Dengan demikian, IPA merupakan metode yang tepat untuk mengeksplorasi suatu proses yang kompleks seperti yang terjadi pada mindfulness dan kebahagiaan. 26

BAB III METODE PENELITIAN