“Saya pernah cari-cari, belajar ke gereja. Cuman, kayaknya gereja tu kurang memenuhi ini ya, kebutuhan yang saya cari” R,
3
Dalam perjalanan mencari fondasi hidup, R sempat mempelajari ilmu-ilmu yang diajarkan dari gereja. Namun, hal yang dipelajarinya di
gereja tidak memberi kepuasan. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan hal ini adalah kesan asing yang dirasakan R terhadap ilmu-
ilmu di gereja karena bernuansa Barat. Akhirnya, R memiliki keinginan untuk mempelajari ilmu kuno yang berasal dari budaya Timur. sesuai
dengan latar belakangnya sebagai orang yang dibesarkan dalam budaya Timur.
“Terus akhirnya saya cari yang lebih ke “arah timur” gitu ya. Saya lihat kalau gereja tu agak ke barat-baratan, jadi saya cari
ilmu-ilmu lama yang kuno, yang timur... antara lain aku ketemunya meditasi, terus mulailah belajar meditasi” R, 4
Dari transkrip di atas dapat dilihat bahwa R merasa cocok dengan meditasi mindfulnes dan mulai melibatkan praktik tersebut ke dalam
kehidupan sehari-harinya.
b. Proses pengelolaan pikiran saat meditasi
Dalam berpraktik meditasi mindfulness, R belajar untuk berfokus pada diri. Sebelumnya, R mengalami keterasingan dengan dirinya.
Namun, dengan praktik meditasi mindfulness, R mendapat kesempatan untuk mengenal diri, melihat hal-hal yang terjadi di dalam dirinya.
“Oke... Setelah saya belajar meditasi, saya menemukan bahwa kita diajak untuk mengenal tentang diri kita sendiri, apa yang terjadi
dengan pikiran kita, apa yang terjadi dengan emosi, apa yang terjadi dengan perasaan kita. Nah, di situ kita diajak masuk ke
dalam, mengenal diri sendiri” R, 5
Dalam mengenal dirinya melalui meditasi mindfulness, R juga belajar untuk mengenal kehidupannya.
“Dengan meditasi, benar-benar dibawa ke dalam untuk mengenal tentang hidup kita” R, 7
Kemampuan R dapat mengenal diri dan kehidupannya secara lebih mendalam didapatnya karena ia belajar untuk mengamati segala hal yang
terjadi di dalam pikirannya. Dalam mengamati pikiran, R tidak bereaksi secara spontan terhadap apa pun yang terjadi di sana – hanya mengamati
dan mengenali.
“Karena kita belajar untuk ‘diam’ gitu ya... ‘Diam’ itu artinya kita enggak spontan bereaksi terhadap apa pun yang muncul di dalam
pikiran kita. Melihat, mengamati. Terus... dari situ pelan-pelan, ‘oh ternyata kecenderungan pikiran saya tuh begini’. Nah, setelah
menemukan seperti itu, nanti ‘oh, mengatasinya begini...” R, 22
Pengamatan terhadap pikiran yang dilakukan R memberi
kesempatan padanya untuk mengenali hal yang terjadi di dalam pikiran.
Dengan mengenali pikirannya sendiri, R dapat meregulasi pikirannya sehingga menjadi lebih tertata.
“Oh, oke. Memang kalau secara fisik kalau meditasi itu kita duduk diam, antara melamun atau apa gitu enggak jelas ya. Cuman,
proses yang terjadi di dalam diri kita pada saat meditasi adalah kita melihat tentang pikiran kita, batin kita. Dari situ ya kita bisa
mengenali. Karena kalau kita terlalu, yang contoh... apa namanya... yang berlawanan ya, kita sering lebih frontal, lebih
opposite gitu dengan problem kita. Padahal, kalau kita dengan meditasi tu lebih.. ya... sebenarnya sederhana kayaknya ya. Cuman
mengenali, merasakan, dan menata kembali pikiran kita R, 24”
c. Respons terhadap pikiran