yang dulu selalu diikuti oleh respons maladaptif kini mulai disadari tanpa dituruti maupun ditolak sehingga memunculkan kendali atas pikiran.
“Nah, saya mencoba untuk meng-adjust pola pikir, sikap saya... dan ini memerlukan praktik. Misale sekarang dengar “wreeeeeng
wreeeeweeeeng”, pertama-tama saya, “oh iyo, ono jengkel”. Timbul rasa enggak enak. Saya tidak menekan, tapi juga tidak
menolak, tapi juga tidak menuruti, gitu lho. Tidak nuruti jadi “nabrak o...”, gitu, ora. Jengkel atau enggak enak, ini enggak
enak... Soal tindakan itu ‘kan keputusane nang tanganku. Respons saya terhadap jengkel ‘kan di tangan saya. Saya sebenarnya
berkuasa terhadap keputusan itu, gitu lho. Choice-nya di saya, decision-nya di saya” A, 80
f. Perubahan sikap menjadi lebih positif
Perubahan yang terjadi dalam aspek pikiran juga memengaruhi aspek sikap. Karena pikiran yang lebih adaptif, sikap A pun mengalami
perubahan ke arah positif. Dahulu, ketika ada respons yang memunculkan reaksi negatif pada diri A, sikap yang ditunjukkan adalah
sikap negatif. Sesudah praktik meditasi mindfulness, sikap yang dahulu negatif berubah menjadi positif. Perubahan sikap ini ditandai dengan
kecenderungan A untuk berintensi positif terhadap orang lain.
“Kalau sekarang, saya tahu, dari jauh ada orang nyalip, ngebut, lampunya dia enggak terang, cepat-cepat saya dim lampu mobil
saya. Saya dim, mugo-mugo yang sana juga lihat bahwa ini ada orang ngebut, yang ngebut pun juga jadi lihat, ada orang
nyebrang. Itu wis otomatis. Saya akan begitu otomatis” A, 80
Selain adanya intensi positif, A juga mulai mengembangkan sikap lebih menerima. Hal ini dicontohkan A dalam konteks berkendaraan di
lalu lintas. Dulu, A selalu tergesa-gesa dan ingin berebut ketika di jalan, tetapi sesudah praktik meditasi mindfulness, A dapat menerima fakta
adanya orang lain yang juga ingin menggunakan jalan yang sama. Untuk itu, A lebih memilih untuk mempersilakan orang lain lewat terlebih
dahulu.
“Sekarang enggak. Kalau saya lihat, saya akan kasih jalan kalau dia lewat dulu. Saya akan cari celah untuk menepi. Minggir, agar
lawan saya bisa lewat lebih dulu” A, 90
Tidak hanya bersedia mendahulukan orang lain, khususnya saat berkendaraan, A juga nampak lebih tenang dalam bersikap.
“Saya pilih berhenti. Dengan demikian, dia lancar. Wong aku yo ngopo to, cepet-cepet nyemplung, blung, tetep harus nunggu. Jadi,
saya pilih berhenti. Saya pilih berhenti walaupun kurang satu, dua, tiga detik” A, 93
Sikap-sikap yang adaptif berpengaruh positif terhadap gaya hidup A. Gaya hidup A menjadi lebih teratur karena nilai-nilai dari praktik
meditasi mindfulness.
“Mungkin karena bukan sekedar latihan, tapi setting life style-nya tu mulai jadwal hidup harian, bulanan, tahunan, cara saya
berelasi dengan orang… artinya, ini kan mengubah life style, gitu lho… Jadi lebih teratur” A, 67
g. Perubahan sikap orang lain menjadi lebih positif