Teori-teori Belajar LANDASAN TEORI

9

BAB II LANDASAN TEORI

A. Teori-teori Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, proses belajar memegang peran yang sangat penting. Kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik –baiknya tentang proses belajar siswa agar dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa-siswa. Ada yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta. Guru yang berpendapat demikian akan merasa puas jika siswa-siswanya telah sanggup menghafal sejumlah fakta di luar kepala. Pendapat lain mengatakan bahwa belajar adalah sama saja dengan latihan sehingga hasil belajar akan nampak dalam keterampilan-keterampilan tertentu. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan- tindakannya yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar. Banyak jenis kegiatan oleh banyak orang dinamakan belajar. Beberapa ahli telah merumuskan dan menafsirkan pengertian tentang belajar. Pengertian belajar itu sendiri berbeda antara satu dengan yang lainnya. Menurut Thorndike dalam Esti, 2006, belajar didefinisikan sebagai pembentukan hubungan atau koneksi antara stimulus dan respon dalam penyelesaian masalah problem solving yang dapat dilakukan dengan cara trial and error coba-coba. Menurut Cronbach dalam Sardiman 1986:20 belajar adalah perubahan tingkah taku atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Dikemukakan oleh Hilgard dalam Sukmadinata, 2009 belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap situasi. Belajar bukan hanya sebuah pengalaman, tetapi belajar adalah suatu proses bukan merupakan sebuah hasil. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Apabila diperhatikan dari beberapa uraian di atas sebagian besar definisi belajar sebagian besar menekankan pada segi perilaku. Dari beberapa batasan belajar yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu dengan cara trial and eror untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dan memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Anak-anak belajar dengan baik berdarsakan pengalaman mereka. Mereka belajar dengan cara melakukan, menggunakan indera menjelajah lingkungan. Mereka belajar dari pengalaman langsung dan pengalaman nyata, maupun juga belajar dari bentuk-bentuk pengalaman yang menyentuh perassaan mereka Hamzah dan Nurdin,2011 Setiap individu memang tidak sama, masing-masing individu memang berbeda. Kemampuan belajar pun juga berbeda. Usaha dan keberhasilan belajar diperngaruhi oleh beberapa faktor. Dalam keadaan di mana siswa tidak dapat belajar secara semestinya itulah siswa mempunyai kesulitan belajar. Kesulitan belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor intelegensi saja, tetapi juga disebabkan oleh faktor non-intelegensi. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyanto 1991:76, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah : 1. Faktor Intern faktor dari dalam diri manusia itu sendiri yang meliputi : a. Faktor Fisiologis : Siswa yang sedang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar dibandingan dengan siswa yang sehat. Sebab siswa itu akan mengantuk, capek, sehingga daya konsentrasi belajar siswa menjadi terganggu. Kesulitan belajar juga bisa berasal dari kondisi cacat tubuh. Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan. Dan juga cacat tubuh yang tetap atau serius seperti buta, tuli, bisu, hilang tangan, ataupun hilang kaki. b. Faktor psikologis : Belajar juga memerlukan kesiapan psikologis, ketenangan dengan baik. Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah : 1 Intelegensi atau kecerdasan: Kecerdasan mempunyai peranan penting yang sangat besar dalam proses keberhasilan seseorang dalam belajar sesuatu. Orang cerdas akan cepat menguasai pelajaran dibanding dengan orang yang kurang cerdas, meskipun fasilitas dan waktu yang digunakan untuk mempelajari materi sama. 2 Bakat : Bakat adalah potensikemampuan seseorang yang dibawa sejak lahir. Bakat masing-masing individu juga berbeda-beda. Seseorang yang mempunyai bakat tertentu akan mudah menyelesaikan atau memecahkan masalah dibandingkan dengan orang yang tidak sehat. Seseorang akan mudah mempelajari sesuatu jika sesuai dengan bakat yang dimiliki. Apabila seseorang mempelajari sesuatu yang lain dari bakatnya, seseorang akan cepat bosann dan tidak senang. Mungkin juga kesulitan belajar yang timbul pada siswa disebabkan adanya ketidaksesuaian bakat dengan pelajaran tersebut. 3 Minat : Tidak adanya minat seseorang siswa terhadap pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Ada tidaknya minat terhadap sesuatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, memperhatikan atau tidaknya dalam pelajaran. 4 Motivasi : Motivasi berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Seseorang yang besar motivasinya akan lebih giat untuk berusaha, tampak gigih, dan tak mau menyerah. Tetapi seseorang yang mempunyai motivasi yang rendah ataupun seseorang yang tidak mempunyai motivasi tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas. 5 Faktor kesehatan mental : Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi kecerdasan saja, tetapi juga menyangkut segi emosional. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik. Seseorang yang mempunyai emosional mental yang kurang sehat dapat merugikan belajarnya. 6 Kemampuan kognitif Kemampuan kognitif adalah kemampuan menalar atau penalaran yang dimiliki oleh para siswa. Kemampuan penalaran yang tinggi akan memungkinkan seseorang dapat belajar lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan penalaran sedang. 2. Faktor Ekstern : 1 Faktor orang tua: Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anak-anaknya, acuh tak acuh, tidak memperhatikan perkembangan kemajuan belajar anak- anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan belajar bagi anaknya. Orang tua yang kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Sehingga anak menjadi tidak betah dirumah dan mencari teman sebaya untuk bermain, dengan begitu anak akan lupa belajar. Sebaliknya jika orang tua terlalu memanjakan anak, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan, sehingga menggantungkan semuanya kepada orang tuasnya, malas mengerjakan tugas-tugas yang mengakibatkan nilai belajarnya menurun.

B. Pembelajaran Kooperatif

Dokumen yang terkait

Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok

0 6 189

Upaya meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang sisi data dengan menggunakan media manipulatif

0 26 210

Penggunaan metode guided discovery learning untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung: studi quasi eksperimen di SMP Paramarta

6 16 69

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside outside circle (ioc) untuk meningkatkan hasil belajar ips siswa kelas VII-B smp muhammadiyah 17 ciputat tahun ajaran 2014/2015

3 43 0

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VII Smp Islamiyah Ciputat : penelitian tindakan kelas di SMP Islamiyah Ciputat

0 8 0

Identifikasi miskonsepsi dalam pembelajaran IPA ruang lingkup materi dan sifatnya di SMP Joannes Bosco Yogyakarta kelas VIII tahun ajaran 2014-2015

1 5 9

Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (studi eksperimen) - Digital Library IAIN

0 0 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2014/2015 (st

0 0 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran

0 0 23

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. PEMBAHASAN - Perbandingan hasil belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dan model pembelajaran kooperatif pada materi gaya kelas VIII semester I di MTs Negeri 1 Model Palangka Raya tahun ajaran 2

0 0 24