Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) yang dilengkapi dengan media LKS di SMP Kanisius Bambanglipuro kelas IX tahun ajaran 2012/2013 pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung.
i
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) YANG DILENGKAPI DENGAN MEDIA LKS DI
SMP KANISIUS BAMBANGLIPURO KELAS IX TAHUN AJARAN 2012/2013 PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI
LENGKUNG
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika
Disusun oleh :
Febrianita Nora Indah Sari
081414025
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILME PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
(2)
(3)
(4)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan penuh rasa syukur,
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Bapak ibuku Tercinta, Bapak Rubiyana dan Ibu Endang
Adikku Valentinus Febry
Adhitya Rimantoko
Seluruh keluargaku
Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan semangat dan
dukungan.
(5)
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Februari 2013 Penulis
(6)
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Febrianita Nora Indah Sari
NIM : 081414025
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
“PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) YANG DILENGKAPI DENGAN MEDIA LKS DI SMP KANISIUS BAMBANGLIPURO KELAS IX TAHUN AJARAN 2012/2013 PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG”
Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikannya secara terbatas, dan mempubliksikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu permintaan ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 28 Februari 2013
Yang menyatakan
(7)
vii
ABSTRAK
Febrianita Nora Indah Sari. 2013. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Yang Dilengkapi Dengan Media LKS di SMP Kanisius Bambanglipuro Kelas IX Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung. Program Studi Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keaktifan dan hasil belajar matematika di SMP Kanisius Ganjuran dalam pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung dengan menggunakan media LKS dan model pembelajaran Group Investigation (GI).
Penelitian di lapangan dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2012 dengan subyek penelitian adalah siswa kelas IX B SMP Kanisius Bambanglipuro. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. Data keaktifan siswa didapat dari lembar observasi. Data keaktifan siswa diambil dengan menggunakan turus. Selanjutnya dihitung presentase keaktifan dalam diskussi kelompok dan presesntasi, berdasarkan presentase tersebut selanjutnya ditentukan kriteria keaktifan berdasarkan kategori Kartika Budi (2001:53). Data hasil belajar siswa diambil dari nilai tes hasil belajar yang kemudian dikoreksi dan dinilai berdasarkan pedoman penilaian. Selanjutnya nilai hasil belajar dibandingkan dengan nilai KKM di sekolah tersebut.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut : (1) tingkat keaktifan siswa pada saat diskusi kelompok pada sesi I adalah cukup dengan total presentase 70% dalam kategori sangat tinggi, tinggi dan cukup sedangkan pada sesi II adalah rendah dengan presentase 96,67% dalam kategori sangat tinggi, tinggi, cukup dan rendah. Tingkat keaktifan siswa pada presentasi pada sesi I adalah rendah dengan presentase 83,33% dalam kategori sangat tinggi, tinggi, cukup dan rendah sedangkan tingkat keaktifan siswa pada presentasi pada sesi II adalah rendah dengan presentase 73,33% dalam kategori sangat tinggi, tinggi, cukup dan rendah. (2) presentase siswa yang mencapai nilai KKM (lebih tinggi dari 65) adalah 43, 33% dengan rata-rata 5, 46 sehingga tingkat hasil belajar siswa tergolong rendah. Kata kunci: keaktifan siswa, hasil belajar, pembelajaran kooperatif, Group Investigation.
(8)
viii
ABSTRACT
Febrianita Nora Indah Sari. 2013. The Implementation of Cooperative Learning in Group Investigation Using LKS in the IX Grade Students of Kanisius Junior High School of the 2012/2013 Academic Year on The Curved Side Subject. Mathematic Education Study Program. Departement of Mathematic Education and Science. Faculty of Teachers Training Education. Sanata Dharma University.
The purpose of the study was to determine the level of the activeness and mathematics learning result at Kanisius Bambanglipuro Junior High School in the curved side subject using LKS and cooperative learning models investigation.
The research was held on July-August 2012. The participants were students of class IX B Kanisius Bambanglipuro Junior High School. Type of qualitative research is descriptive kualitatif and kuantitatif. The data were from students activeness data and students learning result. The students activeness obtained from the observation data. The data used stake. The students activeness data were analyzed by calculating the percentage of students activeness in discussion groups and presentations which were determined based on the percentage of the activeness by Kartika Budi (2001:53). The students learning result data derived from test scores then were corrected and assessed based on the guidelines result. Then the data were compared with the KKM score of that school.
The result of the research were as follows : (1) the level of the students activeness in the discussion group session I is enough with the total presentage 70% in very high, high and enough category. However, the presentage in the discussion group session II is low in very high, high and enough and low category. The level of the students activeness in the first and second presentage is low with presentage 83,33% in very high, high and enough and low category. However, in the second in very high, high and enough and low category. (2) the precentage of students who achieved KKM score (more than 65) was 43,33% with the average score of 5, 46 so the students learning results were low.
Keywords : students activeness, the students learning result, cooperative learning, Group Investigation
(9)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) YANG DILENGKAPI DENGAN MEDIA LKS DI SMP KANISIUS BAMBANGLIPURO KELAS IX TAHUN AJARAN 2012/2013 PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI LENGKUNG”.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Skripsi ini dapat tersusun atas bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. Thomas Sugiarto, M.T selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, serta memberikan motivasi, nasehat, saran kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Andy Rudhito, S. Pd., selaku ketua Program Studi Pendidikan Matematika.
3. Bapak Mardonius Marjana,S.Pd., selaku kepala sekolah SMP Kanisius Bambanglipuro yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
(10)
x
4. Ibu Antonita Suharyati,S.Pd., selaku guru mata pelajaran Matematika di SMP Kanisius Bambanglipuro yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama pelaksanaan penelitian.
5. Bapak, Ibu serta keluargaku atas segala dukungan baik secara moral maupun material.
6. Terima kasih kepada Adhitya Rimantoko atas doa dan dukungannya kepada penulis.
7. Terimakasih kepada Francisca Romana Mia Hiastuti, Cicilia Kurniawati yang telah menjadi observer pada saat penelitian.
8. Teman-teman kos dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak berperan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis mengharapkan kritik dan saran demi untuk selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
Penulis
(11)
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
(12)
xii
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Batasan Istilah ... 7
BAB II LANDASAN TEORI A. Teori-teori Belajar ... 9
B. Pembelajaran Kooperatif ... 14
C. Keaktifan ... 22
D. Hasil Belajar ... 23
E. Materi ... 25
1. Tabung ... 25
2. Kerucut ... 27
F. Lembar Kerja Siswa ... 29
1. Lembar Kerja Siswa 1 ... 29
2. Lembar Kerja Siswa 2 ... 30
G. Kerangka Berpikir ... 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 34
B. Subjek Penelitian... 34
C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 35
D. Variabel Penelitian ... 35
E. Desain Penelitian... 35
F. Metode Pengumpulan Data ... 36
G. Instrumen Penelitian ... 37
1. Instrumen Pembelajaran ... 37
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 38
H. Validitas dan Reliabilitas ... 45
1. Validitas ... 45
2. Reliabilitas ... 46
(13)
xiii
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, DATA PENELITIAN DAN ANALISIS DATA PENELITIAN
A. Pelaksanaan penelitian ... 51
B. Analisis data ... 64
C. Pembahasan ... 96
D. Keterbatasan Penelitian ... 101
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 102
B. Saran ... 103
(14)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Observasi Keaktifan Siswa Pada Saat Diskusi
Kelompok ... 39
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrument Observasi Keaktifan Siswa Pada Saat Presentasi 40 Tebel 3.3 Kisi-Kisi Soal Pada Tes Hasil Belajar ... 41
Tabel 3.4 Rubrik Penilaian Tes Hasil Belajar ... 41
Tabel 3.5 Kriteria Penafsiran Reliabilitas ... 47
Tabel 3.6 Kriteria Keaktifan Siswa ... 48
Tabel 3.7 Kriteria Keaktifan Secara Keseluruhan ... 49
Tabel 3.8 Kriteria Hasil Belajar Secara Keseluruhan ... 49
Tabel 4.1 Rincian Kegiatan Pembelajaran ... 52
Tabel 4.2 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 1 a ... 64
Tabel 4.3 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 1 b ... 66
Tabel 4.4 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 2 ... 67
Tabel 4.5 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 3 ... 68
Tabel 4.6 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 4 a ... 70
Tabel 4.7 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 4 b ... 71
Tabel 4.8 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 4 c ... 72
Tabel 4.9 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 4 d ... 74
Tabel 4.10 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 5 ... 75
Tabel 4.11 Analisis Untuk Perhitungan Validitas Butir Soal No 6 ... 76
(15)
xv
Tabel 4.13 Analisis Validitas Butir Soal Untuk Hasil Belajar ... 79
Tabel 4.14 Skor Total yang Dicapai Masing-Masing Siswa ... 80
Tabel 4.15 Jumlah Kuadrat Masing-Masing Butir Soal yang Diperoleh Siswa 81 Tabel 4.16 Analisis Reliabilitas Hasil Belajar Siswa ... 84
Tabel 4.17 Analisis Keaktifan Siswa Pada Saat Diskusi Kelompok Sesi I ... 85
Tabel 4.18 Analisis Keaktifan Siswa Pada Saat Diskusi Kelompok Sesi II .... 87
Tabel 4.19 Analisis Keaktifan Siswa Pada Saat Presentasi Sesi I ... 89
Tabel 4.20 Analisis Keaktifan Siswa Pada Saat Presentasi Sesi II ... 91
Tabel 4.21 Skor Yang Diperoleh Tiap Siswa ... 92
Tabel 4.22 Presentase Ketuntasan Individu ... 93
(16)
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tabung ... 25
Gambar 2.2 Jaring-Jaring Tabung ... 26
Gambar 2.3 Kerucut ... 27
(17)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A
Lampiran A.1 Daftar Nama Siswa Kelas IX B ... 108
Lampiran A.2 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran ... 109
Lampiran A.3 Lembar Kerja Siswa Tabung ... 156
Lampiran A.4 Lembar Kerja Siswa Kerucut ... 159
Lampiran A.5 Lembar Pengamatan Keaktifan pada Saat Diskusi Kelompok . 163
Lampiran A.6 Lembar Pengamatan Keaktiifan pada Saat Presentasi ... 166
LAMPIRAN B Lampiran B.1 Soal Tes Hasil Belajar ... 169
Lampiran B.2 Kunci Tes Hasil Belajar ... 174
LAMPIRAN C Lampiran C.1 Hasil Pekerjaan Siswa ... 182
Lampiran C.2 Tabel Perhitungan Validitas Tes hasil Belajar ... 190
Lampiran C.3 Validitas Tes Hasil Belajar ... 206
Lampiran C.4 Reliabilitas Tes Hasil Belajar ... 207
LAMPIRAN D Lampiran D.1 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa pada Saat Diskusi Kelompok Sesi I ... 212
Lampiran D.2 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa pada Saat Diskusi Kelompok Sesi II ... 217
(18)
xviii
Lampiran D.3 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa pada Saat Presentasi
Sesi I ... 223
Lampiran D.4 Hasil Pengamatan Keaktifan Siswa pada Saat Presentasi Sesi II ... 227
LAMPIRAN E Lampiran E.1 Jawaban Lembar Kerja Siswa Tabung ... 232
Lampiran E.2 Jawaban Lembar Kerja Siswa Kerucut ... 239
Lampiran E.3 Jawaban Tes Hasil Belajar ... 248
Lampiran E.4 Dokumentasi Penelitian ... 256
LAMPIRAN F Lampiran F Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ... 259
(19)
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persoalan kualitas pendidikan sampai saat ini masih tetap menjadi masalah yang utama dalam usaha pembaharuan sistem pendidikan nasional. Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh dunia pendidikan tersebut, pemerintah sudah mengupayakan berbagai cara untuk mengatasi masalah tersebut. Mulai dari pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas pendidik, pembaharuan sarana dan pra sarana pendidikan, pengadaan buku pelajaran yang kiranya dapat menunjang proses pembelajaran. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar dipengaruhi oleh tingkat minat dan ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran.
Berdasarkan pengalaman peneliti pada saat belajar, matematika adalah pelajaran yang tidak menyenangkan, sulit, monoton, dan membosankan. Bentuk pembelajarannya hanya seperti itu saja tidak ada perubahan. Berdasarkan pengalaman dari peneliti, faktor yang menyebabkan siswa merasa matematika adalah pelajaran yang kurang menyenangkan adalah karena siswa merasa kesulitan terhadap mata pelajaran tersebut.
Dalam proses belajar dan pembelajaran ada 2 komponen yang amat penting, yaitu metode mengajar dan media pembelajaran. Macam dan bentuk dari metode mengajar dan media pembelajaran sangat beraneka ragam. Untuk
(20)
2
memperoleh keberhasilan dalam proses belajar dan pembelajaran, guru harus bisa untuk memiliih metode dan media mana yang tepat digunakan di dalam suasana kelas.
SMP Kanisius Ganjuran adalah salah satu sekolah yang mempunyai input siswa yang memiliki prestasi belajar yang beraneka ragam. Dengan keanekaragaman prestasi inilah keaktifan siswa juga beraneka ragam. Setiap kelas di SMP ini mempunyai prestasi belajar yang heterogen. Dilihat dari daftar nilai dari siswa kelas X SMP Kanisius Ganjuran, bahwa nilai Ujian Tengah Semester dan Ujian Akhir Semester mata pelajaran Matematika lebih rendah dibandingkan nilai mata pelajaran yang lainnya, seperti Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, IPA, IPS. Berdasarkan wawancara terhadap salah satu siswa kelas X SMP Kanisius Ganjuran, siswa merasa kesulitan dalam menangkap dan memahami konsep matematika yang disampaikan oleh guru yang mengakibatkan hasil belajar siswa juga rendah.
Berdasarkan wawancara dengan salah satu guru di SMP tersebut siswa kesulitan pada soal-soal penerapan pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung. Pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung guru sudah menggunakan media yang berupa alat peraga, tetapi penggunaan media tersebut belum maksimal karena siswa tetap masih merasa kesulitan.
Pelaksanaan pembelajaran di SMP ini sudah terfokus terhadap siswa, misalnya guru mempergunakan LKS di dalam proses pembelajaran. Berdasarkan paparan dari salah satu guru di SMP tersebut beberapa siswa
(21)
3
memang tidak terlibat aktif dan bisa dikatakan kurang mandiri dalam mengerjakan LKS dari guru. Faktor yang menjadi alasan masalah tersebut adalah karena memang di kelas siswa yang menonjol hanya beberapa siswa. Sehingga beberapa siswa menggantungkan tugasnya kepada siswa yang lain. Taraf keaktifan siswa terhadap proses pembelajaran juga kurang menyeluruh.
Perlu adanya metode yang dapat melibatkan siswa untuk mengikuti proses belajar dan pembelajaran secara menyeluruh, tidak hanya terpaku pada satu sisi saja. Salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran adalah metode kooperatif. Pada proses belajar dalam kelompok akan membantu siswa membangun dan menemukan sendiri pemahaman mereka terhadap pengetahuan dan materi pelajaran. Dengan mereka menemukan sendiri pengetahuan tersebut, dengan sendirinya pengetahuan itu akan tertanam di dalam pikiran mereka. Salah satu siswa di SMP tersebut lebih mendominasi kamampuannya untuk menghafalkan materi pembelajaran, khususnya mata pelajaran matematika dari pada memahami. Jadi apabila sudah berselang beberapa hari siswa tersebut akan mudah sekali lupa karena siswa tersebut hanya menghafal materi pembelajaran.
Pada pembelajaran kooperatif ini siswa dapat mencapai prestasi belajar yang bagus, mengikuti pembelajaran dengan menyenangkan, dapat mengembangkan kemampuan massing-masing siswa karena tidak menggantungkan diri terhadap siswa lainnya. Dengan pembelajaran kooperatif, peserta didik akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan
(22)
masalah-4
masalah yang ditemukan tersebut bersama temannya, terutama teman di dalam satu kelompok.
Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengkaji penerapan metode pembelajaran kooperatif Group Investigation (GI) dalam proses pembelajaran. Peneliti mengkaji penerapan metode GI, karena GI merupakan metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. GI juga dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir aktif. Dalam pembelajaran keterlibatan aktif siswa dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap pembelajaran.
Pusat dari investigasi kelompok adalah perencanaan kooperatif siswa dalam melakukan penyelidikan terhadap topik yang telah diidentifikasikan. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas masing-masing. Di dalam satu kelompok tersebut beranggotakan 4-5 siswa. Siswa yang berada di dalam satu grup tersebut mempunyai prestasi yang heterogen. Di dalam satu kelompok tersebut setiap siswa mempunyai tanggung jawab masing-masing atas tugasnya, jangan sampai setiap siswa melimpahkan tanggung jawabnya kepada teman lain yang sama-sama satu kelompok. Langkah terakhir semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang
(23)
5
luas mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru. Di sini guru hanya berperan sebagai fasilitator sehingga yang berperan aktif adalah siswa sendiri. Pada akhir pertemuan guru menyimpulkan hasil dari berbagai kelompok sebagai rangkuman dari pokok bahasan yang diangkat.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan
judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI)
Yang Dilengkapi Dengan Media LKS di SMP Kanisius Bambanglipuro Kelas IX Tahun Ajaran 2012/2013 Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Seberapa tinggi keaktifan siswa SMP Kanisius Bambanglipuro pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung dengan menggunakan metode Pembelajaran Kooperatif Group Investigation?
2. Seberapa tinggi hasil belajar siswa SMP Kanisius Bambanglipuro pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung dengan menggunakan metode Pembelajaran Kooperatif Group Investigation?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dikemukakan tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
(24)
6
pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung dengan menggunakan metode Pembelajaran Kooperatif Group Investigation 2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa SMP Kanisius Bambanglipuro
pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung dengan menggunakan metode Pembelajaran Kooperatif Group Investigation
D. Manfaat Penelitian
a. Manfaat bagi siswa
1) Dapat meningkatkan daya tarik siswa dalam pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung
2) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa
3) Dapat meningkatkan kemampuan berdiskusi, berkomunikasi dan bermusyawarah
b. Manfaat bagi guru :
1) Dapat meningkatkan kreativitas serta strategi belajar mengajar guru agar menjadi guru yang profesional.
2) Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk bertatap muka dan mengemukakan pendapatnya secara bebas, dengan tidak mengabaikan aturan-aturan diskusi.
3) Dapat mempermudah guru dalam melibatkan keaktifan siswa dalam proses belajar.
E. Batasan Istilah
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Group Investigation (GI) Yang
(25)
7
Dilengkapi Dengan Media LKS di SMP Kanisius Bambanglipuro Kelas IX Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung”, maka penulis perlu memberikan batasan istilah tentang :
1. Penerapan
Menurut W.J.S. Poerwadarminto dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia diartikan sebagai pemasangan, pengenaan, perihal mempraktekkan.
2. Pembelajaran Kooperatif Group Investigation
Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia.
3. Media
Media berasal dari bahasa Latin „medium‟ (antara) yang berarti adalah berbagai jenis komponen yang dapat membawa informasi antara sumber dan penerima yang bertujuan untuk memudahkan komunikasi dan belajar (Smaldino, dkk, 2011)
4. Keaktifan
Belajar aktif adalah belajar yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intektual emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan (Dimyati dan Mudjiono, 1999) 5. Hasil Belajar Matematika
(26)
8
Hasil adalah sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dst) oleh usaha (Poerwadarminto, 1985). Belajar adalah usaha melatih daya berpikir, mengingat perasaan, mengenal agar berkembang sehingga kita dapat berpikir, mengingat dan sebagainya (Hamalik, 1983:23).
Jadi hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa dalam melatih berpikir dan mengingat dalam mata pelajaran matematika atau hasil yang telah dicapai setelah melakukan kegiatan belajar matematika. Dari paparan di atas maksud dari peneliti adalah mempraktekan pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi siswa untuk mencari sendiri materi pelajaran yang akan dipelajari melalui komponen dalam siswa sendiri yang dapat merangsang siswa untuk berpikir untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan siswa sendiri dan pencapaian hasil dalam penguasaan mata pelajaran matematika pada pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung dengan caranya sendiri.
(27)
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori-teori Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, proses belajar memegang peran yang sangat penting. Kegiatan mengajar hanya bermakna apabila terjadi kegiatan belajar siswa. Oleh karena itu, penting sekali bagi setiap guru memahami sebaik–baiknya tentang proses belajar siswa agar dapat memberikan bimbingan dan menyediakan lingkungan belajar yang tepat dan serasi bagi siswa-siswa.
Ada yang berpendapat bahwa belajar merupakan suatu kegiatan menghafal sejumlah fakta-fakta. Guru yang berpendapat demikian akan merasa puas jika siswa-siswanya telah sanggup menghafal sejumlah fakta di luar kepala. Pendapat lain mengatakan bahwa belajar adalah sama saja dengan latihan sehingga hasil belajar akan nampak dalam keterampilan-keterampilan tertentu. Pandangan seseorang tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan dengan belajar dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang belajar. Banyak jenis kegiatan oleh banyak orang dinamakan belajar.
Beberapa ahli telah merumuskan dan menafsirkan pengertian tentang belajar. Pengertian belajar itu sendiri berbeda antara satu dengan yang lainnya.
(28)
10
Menurut Thorndike (dalam Esti, 2006), belajar didefinisikan sebagai pembentukan hubungan atau koneksi antara stimulus dan respon dalam penyelesaian masalah (problem solving) yang dapat dilakukan dengan cara trial and error (coba-coba). Menurut Cronbach (dalam Sardiman 1986:20)
belajar adalah perubahan tingkah taku atau perilaku sebagai hasil dari pengalaman. Dikemukakan oleh Hilgard (dalam Sukmadinata, 2009) belajar adalah suatu proses di mana suatu perilaku muncul atau berubah karena adanya respon terhadap situasi. Belajar bukan hanya sebuah pengalaman, tetapi belajar adalah suatu proses bukan merupakan sebuah hasil. Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan di dalam tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Apabila diperhatikan dari beberapa uraian di atas sebagian besar definisi belajar sebagian besar menekankan pada segi perilaku. Dari beberapa batasan belajar yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu dengan cara trial and eror untuk menyelesaikan permasalahan yang ada dan memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Anak-anak belajar dengan baik berdarsakan pengalaman mereka. Mereka belajar dengan cara melakukan, menggunakan indera menjelajah lingkungan. Mereka belajar dari pengalaman langsung dan pengalaman nyata, maupun
(29)
11
juga belajar dari bentuk-bentuk pengalaman yang menyentuh perassaan mereka (Hamzah dan Nurdin,2011)
Setiap individu memang tidak sama, masing-masing individu memang berbeda. Kemampuan belajar pun juga berbeda. Usaha dan keberhasilan belajar diperngaruhi oleh beberapa faktor. Dalam keadaan di mana siswa tidak dapat belajar secara semestinya itulah siswa mempunyai kesulitan belajar. Kesulitan belajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor intelegensi saja, tetapi juga disebabkan oleh faktor non-intelegensi. Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyanto (1991:76), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah :
1. Faktor Intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi : a. Faktor Fisiologis :
Siswa yang sedang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar dibandingan dengan siswa yang sehat. Sebab siswa itu akan mengantuk, capek, sehingga daya konsentrasi belajar siswa menjadi terganggu.
Kesulitan belajar juga bisa berasal dari kondisi cacat tubuh. Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan. Dan juga cacat tubuh yang tetap atau serius seperti buta, tuli, bisu, hilang tangan, ataupun hilang kaki.
(30)
12
b. Faktor psikologis :
Belajar juga memerlukan kesiapan psikologis, ketenangan dengan baik. Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah :
1) Intelegensi atau kecerdasan:
Kecerdasan mempunyai peranan penting yang sangat besar dalam proses keberhasilan seseorang dalam belajar sesuatu. Orang cerdas akan cepat menguasai pelajaran dibanding dengan orang yang kurang cerdas, meskipun fasilitas dan waktu yang digunakan untuk mempelajari materi sama.
2) Bakat :
Bakat adalah potensi/kemampuan seseorang yang dibawa sejak lahir. Bakat masing-masing individu juga berbeda-beda. Seseorang yang mempunyai bakat tertentu akan mudah menyelesaikan atau memecahkan masalah dibandingkan dengan orang yang tidak sehat. Seseorang akan mudah mempelajari sesuatu jika sesuai dengan bakat yang dimiliki. Apabila seseorang mempelajari sesuatu yang lain dari bakatnya, seseorang akan cepat bosann dan tidak senang. Mungkin juga kesulitan belajar yang timbul pada siswa disebabkan adanya ketidaksesuaian bakat dengan pelajaran tersebut.
(31)
13
3) Minat :
Tidak adanya minat seseorang siswa terhadap pelajaran akan timbul kesulitan belajar. Ada tidaknya minat terhadap sesuatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, memperhatikan atau tidaknya dalam pelajaran.
4) Motivasi :
Motivasi berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Seseorang yang besar motivasinya akan lebih giat untuk berusaha, tampak gigih, dan tak mau menyerah. Tetapi seseorang yang mempunyai motivasi yang rendah ataupun seseorang yang tidak mempunyai motivasi tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tak tertuju pada pelajaran, suka mengganggu kelas.
5) Faktor kesehatan mental :
Dalam belajar tidak hanya menyangkut segi kecerdasan saja, tetapi juga menyangkut segi emosional. Kesehatan mental dan ketenangan emosi akan menimbulkan hasil belajar yang baik. Seseorang yang mempunyai emosional mental yang kurang sehat dapat merugikan belajarnya.
6) Kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif adalah kemampuan menalar atau penalaran yang dimiliki oleh para siswa. Kemampuan penalaran
(32)
14
yang tinggi akan memungkinkan seseorang dapat belajar lebih baik dari pada siswa yang memiliki kemampuan penalaran sedang. 2. Faktor Ekstern :
1) Faktor orang tua:
Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anak-anaknya, acuh tak acuh, tidak memperhatikan perkembangan kemajuan belajar anak-anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan belajar bagi anaknya. Orang tua yang kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Sehingga anak menjadi tidak betah dirumah dan mencari teman sebaya untuk bermain, dengan begitu anak akan lupa belajar. Sebaliknya jika orang tua terlalu memanjakan anak, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan kemauan, sehingga menggantungkan semuanya kepada orang tuasnya, malas mengerjakan tugas-tugas yang mengakibatkan nilai belajarnya menurun.
B. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang penuh ketergantungan dengan orang lain. Pembelajaran kooperatif menekankan belajar dalam kelompok heterogen yang saling membantu satu sama lain, bekerja sama untuk menyelesaikan masalah, dan menyatukan pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal baik kelompok maupun individual.
(33)
15
Jadi, model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan.
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut : 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
2. Menyajikan informasi
3. Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok belajar 4. Membimbing kelompok belajar dan bekerja 5. Evaluasi
6. Memberi penghargaan
Metode pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe yang berbeda-beda. Tipe metode pembelajaran kooperatif tersebut antara lain (Suyatno, 2009:52):
1. Tipe STAD (Student Teams Achievement Division)
Tipe STAD adalah metode pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan kemampuan heterogen yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota. Keanggotaan yang heterogen tersebut berdasakan tingka prestasi, jenis kelamin.
Ciri-ciri pembelajaran STAD, yaitu kelas terbagi menjadi kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen, dan belajar dengan metode kooperatif dan prosedur kuis.
(34)
16
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut :
a) Mengarahkan siswa untuk bergabung ke dalam kelompok
b) Membuat kelompok yang heterogen, di mana satu kelompok terdiri dari 4-5 siswa
c) Mendiskusikan bahan belajar secara kolabratif
d) Mempresentasikan hasil kerja kelompok sehingga akan terjadi diskusi kelas
e) Mengadakan kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok
f) Mengumumkan rekor tim dan individual g) Memberikan penghargaan
2. Tipe NHT (Numbered Head Together)
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai berikut :
a) Mengarahkan
b) Membuat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu
c) Memberikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi masing-masing siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa yang mempunyai nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian siswa bekerja berkelompok
(35)
17
d) Mempresentasikan hasil kerja kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai dengan tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi di dalam kelas
e) Mengadakan kuis individual dan membuat skor perkembangan tiap siswa
f) Mengumumkan hasil kuis dan memberikan penghargaan 3. Tipe Jigsaw
Tipe Jigsaw merupakan bentuk pembelajaran kooperatif yang mempunyai sintak sebagai berikut : pengarahan, informasi bahan ajar, kelompok heterogen, memberikan bahan ajar yang terdiri dari beberapa bagian yang sesuai dengan banyak siswa di tiap kelompok. Buat kelompok ahli yang diambil dari kelompok asal yang juga sesuai bahan ajar yang sama, sehingga dalam kelompok tersebut terjadi sebuah diskusi.
Metode pembelajaran kooperatif ini siswa ditempatkan ke dalam sebuah tim, di mana tim tersebut terdiri dari 6 orang untuk mempelajari bahan ajar yang sudah dipecah sesuai jumlah anggota tim. Sehingga setiap anggota tim mendapatkan bahan ajar yang berbeda-beda untuk dipelajari. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe ini adalah :
a) Dibentuk sebuah tim yang terdiri dari 5-6 orang setiap tim yang disebut kelompok asal
b) Kelompok asal tersebut dibagi lagi menjadi kelompok ahli
c) Kelompok ahli dari masing-masing kelompok asal membentuk kelompok dan berdiskusi tentang bahan ajar yang didapat
(36)
18
d) Kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk bertukar informasi dengan kelompok asal
4. TGT (Teams Games Tournament)
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) ini masih berkaitan dengan STAD, di mana siswa memainkan permainan dengan anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. Penerapan metode ini adalah dengan cara mengelompokkan siswa yang heterogen, tugas yang diberikan untuk tiap kelompok bisa sama bisa juga berbeda. Setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual maupun kerja sama dalam diskusi. Usahakan agar setiap kelompok dapat kompak dan tumbuh rasa kompetisi antar kelompok yang satu dengan yang lainnya, sehingga suasana diskusi menjadi nyaman dan menyenangkan. Hal itu dapat terjadi juka guru bersikap terbuka, ramah, lembut, santun. Setelah siswa selesai dalam diskusi kelompok, maka akan dilaksanakan diskusi kelas.
5. TAI (Team Assisted Individualy)
Pengertian secara umum mengenai model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualy (TAI) adalah bantuan individual dalam
kelompok dengan karakteristik bahwa tanggung jawa belajar adalah pada siswa sendiri. Siswa harus mengkonstruksi sendiri pengetahuannya, tidak menerima dari guru sebagai bentuk jadi. TAI sama dengan STAD dalam hal penggunaan tim belajar empat anggota berkemampuan heterogen dan sertifikat untuk tim yang mempunyai kinerja tinggi. Hal yang
(37)
19
membedakan STAD dengan TAI adalah pelaksanaan langkah pengajaran di kelas. Dalam STAD pengajaran di kelas menggunakan satu langkah saja, tetapi untuk TAI menggabungkan antara pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individu.
6. PBI (Problem Based Instruction)
Problem Based Instruction (PBI) memberikan kesempatan kepada siswa
untuk mempelajari teori melalui praktik. PBI adalah suatu metode pembelajaran kooperatif yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah dapat digunakan sebagai awal untuk mendapatkan pengetahuan baru. Sehingga masalah yang ada dapat digunakan sebagai sarana siswa untuk belajar sesuatu. PBI merupakan proses pembelajaran di mana awalnya pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata kemudian dari masalah ini dirangsang untuk mempelajari masalah yang ada berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka dapatkan sebelumnya sehingga dari situ akan dibentuk dan diperoleh pengalaman baru.
Tetapi metode pembelajaran PBI juga mempunyai hambatan dalam pelaksanaannya. Siswa terkadang kurang terbiasa dengan penggunaan metode ini, siswa masih terbiasa dengan penggunaan metode pembelajaran konvensional. Faktor penghambat yang lain adalah metode pembelajaran PBI ini membutuhkan banyak waktu, sehingga terkadang proses pembelajaran yang dilaksanakan kekurangan waktu.
(38)
20
7. Model Group Investigation (GI)
Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) adalah dengan sintak : pengarahan, membuat kelompok yang beranggotakan heterogen dengan orientasi tugas, merencanakan pelaksanaan investigasi, tiap kelompok diajak untuk menginvestigasi proyek tertentu, pengolahan data penyajian data hasil investigasi, diadakan presentasi, kuis individual, membuat skor tentang perkembangan siswa, mengumumkan hasil kuis dan memberikan penghargaan. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Model GI dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.
Dalam metode GI terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau inquiri, pengetahuan atau knowledge, dan dinamika kelompok atau the
dynamic of the learning group.
Secara ringkas dapar dipaparkan mengenai sintak pembelajaran kooperatif model GI, yaitu :
a) Pemilihan topik
b)Perencanaan kooperatif c) Implementasi
(39)
21
e) Presentasi hasil final f) Evaluasi
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan metode Group Investigation, (Sugiyanto,2010), adalah sebagai berikut:
a) Seleksi Topik
Para siswa memilih berbagai topik dalam suatu bahan ajar. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang. Anggota tiap kelompok heterogen, baik dalam jenis kelamin, kemampuan akademik.
b) Merencanakan Kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar, tugas dan tujuan umum yang berhubungan dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih.
c) Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan siswa, dan pembelajaran itu juga harus mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara konstan mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.
(40)
22
d) Analisis dan Sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh, dan merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.
e) Penyajian Hasil Akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu tujuan pembelajaran mengenai topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasi oleh guru, pelaksanaan ini juga dipandu oleh guru.
f) Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau keduanya.
Dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode GI merupakan pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil di mana siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, diskusi kelompok, presentasi di depan kelas.
C. Keaktifan
Keaktifan belajar siswa merupakan unsur yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran.
(41)
23
1. Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental, dalam kegiatan belajar kedua aktivitas itu harus terkait (Sardiman:100).
2. Menurut Rohani (2004 : 6-7), belajar yang berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk, hanya mendengarkan dan bertindak pasif. Siswa yang memiliki aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Saat siswa aktif jasmaninya dengan sedirinya akan aktif jiwanya, dan juga sebaliknya, keduanya merupakan suatu kesatuan.
3. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam kegiatan pembelajaran.
4. Belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual, dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotorik (Nana, 2009)
D. Hasil Belajar
Belajar mengajar pada dasarnya adalah hubungan timbal balik guru dan siswa dalam situasi pendidikan. Melalui proses belajar mengajar diharapkan siswa mempunyai sejumlah kepandaian sekaligus perubahan-perubahan di dalam diri siswa. Perubahan sebagai hasil belajar dapat ditunjukkan dalam
(42)
24
berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, kecakapan, kemampuan, sikap, dan nilai.
Bloom (dalam Hartini Nara dan Eveline Siregar, 2011:8) menggolongkan perilaku dalam kawasan kognitif, afektif, psikomotorik. Kawasan kognitif merupakan kawasan yang berhubungan dengan proses berpikir atau berperilaku yang termasuk hasil kerja otak, terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi atau penerapan, analisa, sintesa, dan evaluasi. Kawasan afektif mencakup sikap, nilai perasaan dan minat. Perilaku ini dimunculkan oleh seseorang sebagai pertanda kecenderungannya untuk membuat keputusan atau pilihan untuk beraksi di dalam lingkungan tertentu. Kawasan psikomotorik mencakup kemampuan gerak dan motorik, perilaku ini dimunculkan oleh hasil kerja fungsi tubuh manusia. Dalam proses belajar mengajar di sekolah saat ini, kemampuan kognitif lebih dominan dibandingkan kemampuan afektif dan psikomotorik. Walaupun demikian tidak berarti kemampuan afektif dan psikomotorik diabaikan sehingga tidak perlu diadakan penilaian.
Sukmadinata (2009:102) memberikan pengertian bahwa hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik. Di lingkungan sekolah hasil belajar dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang ditempuhnya.
(43)
25
Penilaian hasil belajar biasanya dilakukan dalam bentuk yang bermacam-macam, misalnya tes lisan atau akhir pengajaran guru menilai keberhasilan pengarajaran (tes formatif), tes yang dilakukan pada akhir program seperti tes akhir semester. Tes merupakan salah satu cara untuk menafsirkan besarnya kemampuan manusia secara tidak langsung, yaitu melalui respons seseorang terhadapsejumlah stimulus atau pertanyaan (Djemari, 2009:67). Tes tersebut bisa berbentuk tes lisan maupuntes tertulis baik jenis tes esai ataupun tes objektif.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa suatu proses pembelajaran pada akhirnya akan menghasilkan kemampuan yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Di mana ketiga kemampuan ini akan diperoleh melalui suatu proses pembelajaran dalam arti bahwa kemampuan sebagai konsekuensi pembelajaran indikator untuk mengetahui hasil belajar, yang akan dicapai di dalam tugas-tugas, tugas rumah, tes akhir semester.
E. Materi
Materi yang akan disampaikan kepada siswa adalah (Wahyudin, dkk; 2008:33-38) :
1. Tabung
Gambar 2.1 Tabung
Bangun tersebut dibatasi oleh dua sisi yang sejajar dan kongruen berbentuk lingkaran (ditunjukkan oleh daerah yang diarsir) serta sisi
(44)
26
lengkung (daerah yang tidak diarsir). Bangun ruang seperti ini dinamakan tabung.
i. Luas Permukaan Tabung
Daerah yang membatasi bangun ruang tabung yang berbentuk persegi panjang dan 2 buah lingkaran, dengan ukuran sebagai berikut :
Panjang = keliling alas tabung = 2 πr Lebar = tinggi tabung = t
Gambar 2. 2 Jaring-jaring tabung
Sehingga luas selimut tabung = panjang x lebar = 2 x π x r x t
= 2 πrt
Luas permukaan tabung sama dengan luas jarring-jaringnya, yaitu : L = luas selimut tabung + 2 x luas alas
Dengan demikian luas permukaan tabung adalah L = 2πrt + 2πr2
= 2π r ( t + r)
r
T1
r
T2
(45)
27
2. Kerucut
Bangun kerucut adalah bangun yang dibatasi oleh sebuah sisi alas berbentuk lingkaran dan sebuah sisi lengkung yang memiliki jaring-jaring berbentuk luas juring.
Gambar 2.3 kerucut
i. Luas Permukaan Kerucut
Daerah yang membatasi bangun ruang kerucut, yang jaring-jaring kerucut adalah sebagai berikut :
Gambar 2.4 Jaring-jaring kerucut
Luas permukaan kerucut dapat ditemukan dengan menggunakan perbandingan:
Panjang busur AA’ = keliling alas kerucut = 2πr. s
T
(46)
28
r = jari-jari lingkaran alas
Keliling lingkaran yang berjari-jari s adalah 2 πs. s = jari-jari lingkaran
Luas lingkaran yang berjari-jari s adalah .
Oleh karena
Dari uraian di atas maka didapatkan :
luas juring TAA’ =
Luas juring TAA’ = luas selimut kerucut, maka luas selimut
kerucut adalah πrs.
Dengan demikian, luas permukaan kerucut adalah L = luas selimut kerucut + luas alas kerucut L = πrs +πr2 = πr(s + r)
Jadi, rumus luas permukaan kerucut adalah
F. Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa (LKS) ini dibuat agar siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Setiap pertemuan akan dibagikan LKS kepada masing-masing kelompok untuk nantinya didiskusikan bersama anggota kelompok yang telah ditentukan. LKS ini menuntun siswa untuk berlatih mandiri dalam menemukan rumus luas permukaan tabung dan kerucut. Di LKS 1 siswa
(47)
29
diharapkan mampu menemukan sendiri rumus luas permukaan tabung dan juga disertai latihan soal. Sama halnya dengan LKS 2, di LKS 2 siswa diharapkan bisa menemukan sendiri luas permukaan kerucut disertai dengan latihan soal. Di mana latihan soal yang terdapat di dalam kedua LKS nantinya akan dipresentasikan setiap akhir sesi 1 dan akhir sesi 2.
Berikut merupakan LKS 1 dan LKS 2 :
1. Lembar Kerja Siswa 1
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
Kompetensi dasar : Menghitung luas selimut dan volume tabung, kerucut dan bola Indikator : Menghitung luas selimut tabung, kerucut, dan bola.
Tujuan : 1. Siswa dapat mencari dan menemukan secara mandiri rumus luas permukaan tabung
2. Siswa dapat menentukan luas permukaan tabung.
3. Siswa dapat menggunakan rumus luas permukaan kerucut untuk menentukan unsur-unsur tabung yang lain.
Gambar 1.2
t
r
T1
r
T2
t
(48)
30
Perhatikan gambar tabung dan jaring-jaring tabung di atas!
Berdasarkan gambar 1.2, terdiri dari berapa bagiankah bangun ruang tabung? Luas permukaan tabung = luas selimut tabung + luas alas + luas atap
= ……… + ………..+ ……….
= ……….
Jadi, luas permukaan tabung adalah L permukaan = ………….
SOAL LATIHAN!
1. Diberikan sebuah tabung dengan jari-jari 20 cm dan tinggi 40 cm, tentukan : a. Luas alas tabung
b. Luas selimut tabung
c. Luas permukaan tabung jika tutupnya dibuka
2. Diketahui luas permukaan sebuah tabung 10. 205 cm2, dan jari-jari-jari tabung 25 cm. hitunglah tinggi tabung!
2. Lembar Kerja Siswa 2
LEMBAR KERJA SISWA (LKS)
Kompetensi dasar : Menghitung luas selimut dan volume tabung, kerucut dan bola Indikator : Menghitung luas selimut tabung, kerucut, dan bola.
(49)
31
Tujuan : 1. Siswa dapat mencari dan menemukan secara mandiri rumus luas permukaan kerucut
2. Siswa dapat menentukan luas permukaan kerucut
3. Siswa dapat menggunakan rumus luas permukaan kerucut untuk menentukan unsur-unsur kerucut yang lain.
Gambar 1. 1
Gambar 1.2
1. Perhatikan gambar kerucut dan jaring-jaring kerucut di atas!
2. Berdasarkan gambar 1.2, terdapat berapa bagiankah jaring-jaring tabung tersebut?
3. Masih ingatkah kalian tentang panjang busur? Luas juring? Perbandingan panjang busur terhadap lingkaran? Perbandingan luas juring terhadap lingkaran?
4. Ingat materi itu untuk menemukan luas permukaan kerucut! s
T
(50)
32
Luas permukaan kerucut = luas selimut + luas alas
= ……….. + ………..
= ………
SOAL LATIHAN!
1. Sebuah kerucut berdiameter 12 cm. Jika tingginya 8 cm dan π = 3,14, hitunglah:
a. Luas selimutnya; b. Luas alasnya;
c. Luas permukaan kerucut.
2. Ukuran garis pelukis kerucut lebih panjang 15 cm dari pada panjang jari-jari alasnya. Jika luas selimut kerucut adalah 2. 198 cm2 dan = 3, 14, hitunglah :
a. panjang jari-jari dan panjang garis pelukis kerucut b. luas permukaan kerucut
G. Kerangka Berpikir
Dalam belajar individu diharapkan untuk berproses untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungannya. Dalam belajar matematika juga haruslah berdasarkan pengalaman belajar yang lalu, karena pada hakekatnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman, dengan demikian belajar matematika tidak hanya menghafal rumus dan latihan, tetapi siswa harus mengalami sendiri, bukan menerima jadi dari seorang guru.
(51)
33
Pendapat tentang matematika sebagai pelajaran yang sulit ditandai dengan kurangnya hasil belajar siswa dengan minimnya rata-rata hasil belajar siswa. Selain itu aktivitas siswa dalam kelompok juga masih kurang. Dalam analisa peneliti, hal ini disebabkan penggunaan model pembelajaran yang kurang dalam melibatkan keaktifan siswa dengan lingkungan sekitarnya.
Peneliti menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Dalam metode ini siswa dilibatkan langsung sejak
perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi, sehingga siswa dapat menemukan sendiri rumus luas permukaan bangun ruang sisi lengkung terutama tabung dan kerucut. GI digabungkan dengan menggunakan media LKS dalam pokok bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung. Dengan kolaborasi antara keduanya, siswa diharapkan mampu untuk bisa menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan bangun ruang sisi lengkung tanpa mengalami kesulitan. Dalam pokok bahasan dengan menggunakan tipe ini diharapkan para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok dan menuntut siswa belajar secara mandiri dan dapat menjelaskan penemuannya kepada kelompok lain.
(52)
34
BAB III
METODE PENELITIAN
Di dalam bab ini akan dipaparkan metode penelitian yang digunakan untuk menjawab pertanyaan di dalam rumusan masalah yang mencakup jenis penelitian, subjek penelitian, waktu dan tempat penelitian, instrumen penelitian dan metode pengumpulan data.
A. Jenis Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Peneliti mendeskripsikan segala bentuk kejadian dan segala fenomena yang dialami subjek penelitian. Sedangkan data yang menunjukkan angka-angka akan dianalisis secara kuantitatif.
B. Subjek Penelitian
1. Siswa kelas IX SMP Kanisius Bambanglipuro tahun ajaran 2012/2013. Siswa di sekolah ini memiliki tingkat intelegensi yang berbeda-beda, latar belakang budaya pun juga berbeda-beda. Tidak semua siswa di sekolah ini berasal dari kota Bantul saja. Beberapa siswa berasal dari luar kota Yogyakarta. Karakteristik dari masing-masing siswa juga beraneka ragam, karena berasal dari latar belakang yang berbeda-beda.
(53)
35
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di SMP Kanisius Bambanglipuro pada bulan Juli – Agustus 2012
D. Variabel Penelitian
Agar mampu menjawab permasalahan dalam penelitian ini, ada beberapa variabel yang ingin diteliti yaitu :
1. Variabel bebas :
Penerapan pembelajaran kooperatif Group Investigation 2. Variabel terikat :
a) Keaktifan siswa dalam pembelajaran
b) Hasil belajar siswa, khususnya kemampuan menyelesaikan soal pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung
E. Desain Penelitian
Pada penelitian ini langkah-langkah yang akan dilakukan secara umum oleh peneliti adalah:
1. Pemilihan materi, pemilihan materi yang dapat dikaitkan dengan metode investigasi dan pemakaian lembar kerja siswa.
2. Mempersiapkan perencanaan pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran.
3. Pembentukan anggota masing-masing kelompok. 4. Pelaksanaan penelitian.
(54)
36
5. Pengolahan data.
F. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber datanya adalah siswa IX SMP Kanisius Bambanglipuro.
2. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah kualitatif dan kuantitatif yang terdiri dari:
a. Hasil keaktifan siswa b. Hasil belajar siswa 3. Cara Pengumpulan Data
Peneliti menggunakan 2 macam data, yaitu :
a. Data mengenai keaktifan siswa dikumpulkan melalui: i. Observasi
Obsevasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Nana, 2012). Pengamatan tersebut berkenaan dengan cara guru mengajar, suasana kelas, kepala sekolah yang sedang memberikan pengarahan. Data keaktifan siswa dikumpulkan melalui observasi.
Pengumpulan data observasi dilakukan oleh peneliti dan beberapa observer yang membantu peneliti, dan dilaksanakan di
(55)
37
kelas yang dijadikan subjek penelitian untuk mendapatkan gambaran secara langsung. Keaktifan siswa dapat dilihat dari keaktifan bertanya atau menjawab pertanyaan dalam diskusi dan presentasi.
b. Data mengenai hasil belajar siswa dikumpulkan melalui : i. Post-test
Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pertanyaan yang membutuhkan tanggapan, dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap asspek tertentu dari orang byang dikenai tes (Djemari, 2008). Post test adalah evaluasi akhir pada saat materi ajar itu telah diberikan (Fikri, 2009).
Bentuk tes berupa uraian karena dapat melihat kemampuan siswa dalam mengerjakan soal yang diberikan dengan melihat langkah-langkah pengerjaan dari soal.
G. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Pembelajaran
Untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran matematika pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation peneliti menggunakan instrumen pembelajaran. Instrument pembelajaran yang digunakan oleh peneliti adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).
(56)
38
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana Pelaksaan Pembelajaran digunakan oleh peneliti sebagai pedoman untuk mengajar pada saat proses pembelajaran berlangsung. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat oleh peneliti disesuaikan dengan proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran Group Investigation, yaitu dengan penemuan. Di dalam RPP terdapat kegiatan pembelajaran di mana siswa dibimbing dan dituntut untuk melakukan sebuah penemuan.
b. Lembar Kerja Siswa
Dalam pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti, siswa mengerjakan LKS yang secara berkelompok. Dari jawaban siswa dapat diketahui pola berpikir siswa untuk menyelesaikan soal yang diberikan, dan peneliti juga dapat mengetahui seberapa tinggi siswa dapat memahami soal yang diberikan. Soal yang terdapat di dalam LKS menuntut agar siswa dalam setiap kelompok
dapat terlibat aktif dengan memberikan ide yang mereka miliki dan mengajarkan untuk belajar mandiri, karena LKS ini siswa dibimbing untuk melakukan sebuah penemuan, lebih khususnya penemuan rumus luas permukaan tabung dan luas permukaan kerucut.
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk dapat menjawab pertanyaan dari rumusan masalah. Instrumen pengumpulan
(57)
39
data dalam penelitian ini berupa lembar observasi, dan tes hasil belajar (post-test).
1. Lembar Observasi
Lembar observasi memuat aspek-aspek perilaku siswa pada setiap kegiatan pembelajaran berdasarkan komponen dalam metode pembelajaran tipe Group Investigation (GI) pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung.
Lembar observasi dibagi menjadi lembar observasi untuk diskusi kelompok dan presentasi.
Aspek-aspek perilaku siswa yang merupakan keaktifan dalam diskusi kelompok dapat dilihat dari tabel instrument observasi berikut ini :
Tabel 3. 1 Kisi-kisi Instrumen Observasi Keaktifan Siswa pada Saat Diskusi Kelompok
No
. Aspek Keaktifan Indikator No. soal
1. Sikap dan
tanggapan siswa dalam
melaksanakan diskusi kelompok
Siswa berdiskusi dengan teman satu kelompoknya untuk menyelesaikan LKS
2.1 Siswa bertanya kepada teman satu kelompoknya
akan hal yang belum dipahami dalam mengerjaka LKS
2.2
Siswa mau memberikan penjelasan ketika ada teman satu kelompoknya yang belum memahami materi dalam LKS
2.3
Siswa mengerjakan apa yang diperintahkan di dalam LKS
(58)
40
No
. Aspek Keaktifan Indikator No. soal
Siswa menggunakan alat-alat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan LKS
2.5 2. Tanggapan siswa
terhadap model pembelajaran Group Investigation
Siswa mencari informasi yang dibutuhkan untuk menyelsaikan LKS
2.1
Siswa bekerja sama dalam penyelidikan yang dilakukan oleh kelompok
2.2
Siswa mempersiapkan presentasi 2.3
Siswa mengumpulkan LKS 2.4
Aspek-aspek perilaku siswa yang merupakan keaktifan dalam diskusi kelompok dapat dilihat dari tabel instrument observasi berikut ini : Tabel 3. 2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Keaktifan Siswa pada Saat
Presentasi
No. Aspek Keaktifan Indikator No. soal
1 Sikap dan
tanggapan siswa dalam presentasi
Siswa mengajukan pertanyaan kepada kelompok lain yang sedang melakukan presentasi.
1.1
Siswa mampu mengemukakan pendapat untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh kelompok lain.
1.2
Siswa memperhatikan penjelasan siswa lain yang menjawab pertanyaan atau sedang menjawab pertanyaan.
1.3
Siswa memberikan kesempatan kepada teman satu kelompok untuk mengemukakan pendapat.
(59)
41
2. Instrumen Tes
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan salah satunya adalah instrumen tes. Tes yang diadakan setiap akhir sesi ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa selama proses pembelajaran pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung dengan menggunakan model pembelajaran tipe Group Investigation (GI).
Soal uraian pada tes menggunakan kisi-kisi soal sebagai berikut : Tabel 3. 3 : Kisi-Kisi Soal Pada Tes Hasil Belajar
Standar Kompetensi : 2. Memahami sifat-sifat tabung, kerucut dan bola, serta menentukan ukurannya
Kompetensi Dasar Materi Indikator Tingkat
Taksonomi
No Soal 2.2 menghitung
luas selimut dan volume tabung, kerucut dan bola
Bangun ruang sisi lengkung
1. Menghitung luas selimut tabung
2. Menggunakan rumus luas selimut untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan tabung, kerucut 3. Mengitung luas selimut
kerucut Pemahaman Analisis Penerapan 1, 2,3 6,7,8 4,5
Tabel 3.4 Rubrik Penilaian Tes Hasil Belajar No.
soal Penilaian Skor
Skor Total 1 a. Siswa hanya menuliskan rumus. 1 5
(60)
42
No.
soal Penilaian Skor
Skor Total Siswa hanya mensubtitusi unsur yang diketahui ke dalam rumus
perhitungan tidak selesai. 3 Siswa menyesaikan soal yang hasil yang didapatkan benar. 5 1 b. Siswa hanya mensubtitusi unsur yang diketahui ke dalam rumus
perhitungan tidak selesai. 3 5 Siswa menyesaikan soal yang hasil yang didapatkan benar. 5
2. Siswa hanya menuliskan rumus. 1
10 Siswa hanya mensubtitusi unsur-unsur tabung yang terdapat pada
soal. 2
Siswa mengerjakan dan terdapat perhitungan. 5 Siswa melakukan perhitungan (yang masih berhubungan dengan
soal) tetapi tidak mendapatkan hasil. 8 Siswa mensubtitusi unsur-unsur tabung ke dalam rumus dan
menghitungnya sampai menemukan tinggi. 10 3. Siswa hanya menuliskan rumus 1
10 Siswa hanya mensubtitusi unsur-unsur kerucut yang telah
diketahui di soal. 2
Siswa melakukan perhitungan untuk menemukan garis pelukis (s). 6 Siswa mengerjakan, melakukan perhitungan sampai menemukan
garis pelukis (s). 8
Siswa menemukan garis pelukis (s) dan dapat mencari tinggi
(sesuai yang ditanyakan) dengan menggunakan phytagoras. 10 4 a. Siswa melakukan perhitungan, tidak menemukan panjang garis
pelukis (sesuai yang ditanyakan) 1
4 Siswa melakukan perhitungan tetapi hasil penjumlahan salah. 2
Siswa melakukan perhitungan, menggunakan phytagoras dan
menemukan panjang garis pelukis sesuai yang ditanyakan. 4 4.b Siswa hanya menuliskan rumus luas selimut kerucut. 1
4 Siswa hanya mensubtitusi unsur kerucut yang telah diketahui di
soal ke dalam rumus luas selimut kerucut. 2 Siswa melakukan perhitungan tapi tidak menemukan hasil akhir. 3
(61)
43
No.
soal Penilaian Skor
Skor Total Siswa menuliskan rumus, mensubstitusi unsur ke dalam rumus dan
menghitungnya sampai menemukan luas selimut kerucut. 4 4 c. Siswa hanya menuliskan rumus luas alas kerucut. 1
4 Siswa hanya mensubtitusi unsur kerucut yang telah diketahui di
soal ke dalam rumus luas alas kerucut. 2 Siswa menyelesaikan soal hingga menemukan luas alas kerucut. 4 4 d. Siswa hanya menuliskan rumus luas permukaan kerucut. 1
4 Siswa langsung menuliskan jawaban tanpa melalui perhitungan
rumus. 1
Siswa hanya mensubstitusi apa yang diketahui ke dalam rumus
luas permukaan kerucut. 2 Siswa menuliskan rumus dan melakukan perhitungan untuk
mencari luas permukaan kerucut tetapi belum menemukan hasil atau salah.
3
Siswa menemukan menghitung dan menemukan hasil dari luas
permukaan kerucut. 4
5. Kerucut:
Siswa menuliskan luas permukaan kerucut 0
10 Siswa hanya menuliskan rumus luas selimut kerucut 1
Siswa terlebih dahulu mencari garis pelukis (s) 2 Siswa menghitung luas selimut kerucut tetapi belum menemukan
hasil dari luas selimut kerucut 3 Siswa menghitung luas selimut tabung hingga mendapatkan hasil
luas selimut kerucut. 4
Tabung:
Siswa menuliskan luas permukaan tabung 0 Siswa hanya menuliskan rumus luas permukaan tabung tanpa
tutup 1
Siswa hanya mensubstitusi unsur-unsur tabung ke dalam rumus. 2 Siswa menghitung luas permukaan tabung tanpa tutup tetapi
(62)
44
No.
soal Penilaian Skor
Skor Total Siswa menghitung luas permukaan tabung tanpa tutup dan hasil
yang didapat benar. 4
Hasil Akhir:
Siswa menemukan luas selimut kerucut dan luas permukaan tabung tanpa tutup dan menjumlahkannya.
2
6. Siswa hanya menuliskan luas selimut kerucut 1
10 Siswa hanya mensubtitusi unsur-unsur kerucut dari soal ke dalam
luas selimut kerucut. 2
Siswa menghitung luas selimut tabung tetapi belum menemukan hasil dari luas selimut tabung (sudah menemukan tapi jawaban salah)
3
Siswa menyelesaikan soal hingga menemukan hasil dari luas
selimut kerucut. 5
Siswa menghitung total biaya dengan mengalikan luas selimut
dengan biaya tenda. 6
Siswa menghitung biaya yang dibutukan, tetapi jawaban yang
diperoleh salah atau belum selesai 8 Siswa menemukan biaya pembuatan tenda yang berbentuk kerucut
dan jawaban benar. 10
Siswa mencari jari-jari tabung berdasarkan keliling alas yang telah diketahui dengan langkah yang benar tetapi jawaban salah. 2 7. Siswa mencari jari-jari tabung berdasarkan keliling alas yang telah
diketahui dengan jawaban yang benar. 3
15 Siswa hanya menuliskan luas tabung tanpa tutup. 1
Siswa hanya mensubstitusi unsur-unsur tabung yang terdapat di
dalam soal ke dalam rumus luas permukaan tabung tanpa tutup. 2 Siswa melakukan perhitungan dengan benar tetapi belum selesai
atau belum menemukan jawaban. 3 Siswa melakukan perhitungan dengan benar tetapi jawaban yang
didapatkan salah. 4
(63)
45
No.
soal Penilaian Skor
Skor Total mencari luas permukaan tabung tanpa tutup dan jawaban yang
dihasilkan benar.
Siswa hanya menuliskan langkah untuk mencari biaya yang dibutuhkan seperti yang tertera di bawah ini :
Biaya = luas sel tanpa tutup x biaya per m2.
9
Siswa melakukan perhitungan dengan langkah yang benar tetapi
belum mendapatkan hasil akhir yaitu biaya total. 11 Siswa melakukan perhitungan sampai diperoleh biaya total, tetapi
jawaban yang dihasilkan salah. 12 Siswa melakukan perhitungan dengan benar hingga diperoleh
biaya total, dan jawaban yang dihasilkan benar. 15
H. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Sebuah tes tersebut diatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur, dan juga dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium (Suharsimi Arikunto:1984;56).
rumus korelasi product moment dengan angka kasar:
(Arikunto:1984;58) Keterangan: 2 2 2 2 ) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rXY
(64)
46
XY
r = Koefisien korelasi antara X dan Y N = Jumlah subjek atau siswa yang diteliti
ΣX = Skor tiap butir soal
ΣY = Skor total
2
X = Jumlah kuadrat skor butir soal
2
Y = Jumlah kuadrat skor total
Butir soal dikatakan valid jika . Karena jumlah siswa adalah 32 siswa, maka = 0,349
2. Reliabilitas
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Menurut Suharsimi Arikunto (1984:66) suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.
Untuk keperluan mencari reliabilitas butir soal uraian, maka rumus yang digunakan adalah rumus alpha, rumus tersebut sebagai berikut:
dengan
Keterangan :
11
r = Indeks korelasi (harga reliabilitas)
2
i = Jumlah varians skor tiap-tiap item
2
t = Varians total
n = Banyak butir soal
2 2 11 1 1 t i n n r N N y y t 2 2 2 ) (
(65)
(66)
48
Kriteria penafsiran reliabilitas:
Tabel 3.5 Tabel Kriteria Penafsiran Reliabilitas Kriteria 0,000 < r11 < 0,200 reliabilitas sangat rendah
0,200 < r11 < 0,400 reliabilitas rendah
0,400 < r11 < 0,600 reliabilitas cukup
0,600 < r11 < 0,800 reliabilitas tinggi
0,800 < r11 < 1,000 reliabilitas sangat tinggi
(Suharsimi Arikunto, 1984:59-60)
I. Metode Analisis Data
1. Data aktivitas siswa di kelas
Untuk mengetahui seberapa besar keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar maka digunakan lembar observasi. Peneliti dibantu oleh observer untuk mengamati jenis keaktifan yang dilakukan oleh siswa.
Untuk menghitung keaktifan masing-masing siswa digunakan rumus sebagai berikut :
Prosentase keaktifan siswa = Keterangan:
n = skor yang diperoleh tiap siswa N = jumlah seluruh skor
(67)
49
Dengan kriteria penilaian:
Tabel 3. 6 Tabel Kriteria Keaktifan Siswa % Keterlibatan Efektifitas 0 – 20
21 – 40 41 – 60 61 – 80 81 – 100
Sangat rendah Rendah Cukup Tinggi Sangat tinggi
(Kartika Budi:2001)
Dari tabel di atas dapat diketahui keaktifan siswa sebagai berikut :
a. Siswa yang memiliki kriteria keaktifan kurang dari atau sama dengan 20 % berarti memiliki keaktifan yang sangat rendah.
b. Siswa yang memiliki kriteria keaktifan 21% sampai dengan 40% berarti memiliki keaktifan yang rendah.
c. Siswa yang memiliki kriteria keaktifan 41% sampai dengan 60% berarti memiliki keaktifan cukup.
d. Siswa yang memiliki kriteria keaktifan 61% sampai dengan 80% berarti memiliki keaktifan yang tinggi.
e. Siswa yang memiliki kriteria keaktifan 81% sampai dengan 100% berarti memiliki keaktifan yang sangat tinggi.
Setelah menentukan criteria dari masing-masing siswa, untuk menrntukan keaktifan seluruh siswa digunakan tabel sebagai berikut :
Tabel 3. 7 Kriteria Keaktifan Siswa Secara Keseluruhan Jumlah keaktifan siswa
Kriteria ST ST+T ST+T+C ST+T+C+R ST+T+C+R+SR
(68)
50
Jumlah keaktifan siswa
Kriteria ST ST+T ST+T+C ST+T+C+R ST+T+C+R+SR
≥ 75% Sangat tinggi
< 75% ≥ 75% Tinggi < 75% ≥ 65% Cukup < 65% ≥ 65% Rendah
< 65% Sangat rendah (Kartika Budi : 2001) 2. Data hasil belajar siswa
Data hasil belajar siswa diambil dari nilai hasil belajar siswa secara individu.
Untuk menghitung ketuntasan belajar individu menggunakan analisis deskriptif prosentase dengan perhitungan:
x 100%
Kriteria:
Apabila tingkat ketercapaian < 65% maka siswa tidak tuntas belajar
Apabila tingkat ketercapaian > 65% maka siswa tuntas belajar Tabel 3. 8 Kriteria Hasil Belajar Secara Keseluruhan
% Siswa Yang Berhasil Kriteria 0 – 40 Sangat rendah
41 – 55 Rendah
56 – 65 Cukup
66 – 79 Tinggi
80 - 100 Sangat tinggi
(69)
51
Berdasarkan tabel di atas dapat dituliskan sebagai berikut :
a. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 40% berarti tingkat hasil belajar keseluruhan siswa adalah sangat rendah.
b. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 41% sampai dengan 55% berarti tingkat hasil belajar siswa secara keseluruhan adalah rendah.
c. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 56% sampai dengan 65% berarti tingkat hasil belajar siswa secara keseluruhan adalah cukup.
d. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 66% sampai dengan 79% berarti tingkat hasil belajar siswa secara keseluruhan adalah tinggi.
e. Jumlah siswa yang mencapai nilai KKM sebanyak 80% sampai dengan 100% berarti tingkat hasil belajar siswa secara keseluruhan adalah sangat tinggi.
(70)
51
BAB IV
PELAKSANAAN PENELITIAN, DATA PENELITIAN DAN ANALISIS
DATA PENELITIAN
A. Pelaksanaan
Sebelum melaksanakan dan memulai penelitian, peneliti terlebih dahulu mempersiapkan instrument penelitian yang akan digunakan, yang terdiri dari RPP dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI), Lembar Kerja Siswa (LKS), instrumen hassil belajar dan
tabel pengamatan keaktifan siswa.
Pada awal pelaksanaan penelitian yang akan dilaksanakan di kelas IX B SMP Kanisius Bambanglipuro, peneliti terlebih dahulu menguji instrumen tes hasil belajar siswa. Hal ini dilakukan untuk mengukur validitas dan reliabilitas hasil belajar yang akan digunakan pada saat penelitian. Uji coba tes hasil belajar dilaksanakan di kelas IX A SMP Kanisius Bambanglipuro pada tanggal 19 September 2012 pada pukul 09.55 – 11.15. Soal yang diberikan berjumlah 7 soal dan semua soal berbentuk soal uraian.
Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 31 Agustus 2012 di kelas IX B. Adapun jumlah siswa di kelas tersebut adalah 30 siswa, 15 perempuan dan 15 laki-laki. Dalam kegiatan ini peneliti dibantu oleh 3 rekan mahasiswa untuk mengamati keaktifan siswa. Penelitian dilaksanakan sebanyak 6 kali
(71)
52
pertemuan dan 1 kali pertemuan digunakan untuk tes akhir dengan alokasi waktu 2 jam pertemuan.
Dalam kegiatan pembelajaran di kelas dibentuk kelompok, di mana setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. Diadakan dua kali tes evaluasi pada pertemuan ketiga dan keenam, yaitu pada tanggal 12 September 2012 dan 19 September 2012 pada jam yang sama, pukul 11.30 – 12.50. Evaluasi tersebut berupa kuis yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan individu siswa ketika menggunakan model pembelajaran kooperatif bertipe GI.
Berikut rincian kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan pada setiap pertemuan :
Tabel 4. 1 Rincian Kegiatan Pembelajaran Pertemuan
ke- Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
I 31 Agustus 2012 1. Memberi salam dan perkenalkan diri 2. Mengingatkan siswa tentang materi
sebelumnya, yaitu tentang unsur-unsur tabung.
3. Pembagian kelompok.
4. Menyampaikan metode yang akan dipakai di dalam pembelajaran pada pertemuan ini, yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran Group Investigasi ( GI ).
5. Membagikan tugas kelompok yang berbentuk Lembar Kerja Siswa (LKS). II 10 september
2012
1. Presentasi penemuan rumus tabung 2. Mengerjakan soal di dalam kelompok III 12 September
2012
1. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok 2. Mengerjakan soal secara individu
IV 14 September 2012
1. Pembentukan kelompok baru untuk sesi II 2. Diskusi kelompok penemuan rumus luas
permukaan kerucut
(72)
53
Pertemuan
ke- Waktu Kegiatan yang dilaksanakan
2012 penemuan rumus luas permukaan kerucut. 2. Diskusi kelompok untuk mengerjakan
soal VI 19 September
2012
1. Presentasi hasil diskusi kelompok 2. Pemberian soal secara individu VII 24 September
2012
Ulangan Harian
1. Pertemuan pertama
Berikut merupakan uraian secara garis besar mengenai proses pembelajaran yang terjadi :
a. Pendahuluan :
i. Peneliti mengawali pertemuan pertama dengan memberi salam dan memperkenalkan diri. Peneliti kemudian mengabsen satu persatu siswa apabila ada siswa yang tidak hadir sekaligus ingin mengenal siswa satu persatu.
ii. Peneliti mengingatkan siswa tentang materi sebelumnya, yaitu tentang unsur-unsur tabung. Karena banyak siswa di kelas tersebut yang lupa tentang materi tersebut, peneliti agak menghabiskan banyak waktu di sesi ini, tidak sesuai dengan perkiraan peneliti sebelumnya.
iii. Peneliti menyampaikan metode yang akan dipakai di dalam pembelajaran pada pertemuan ini, yaitu dnegan menggunakan metode pembelajaran Group Investigation ( GI ).
(1)
Lampiran E. 4
DOKUMENTASI PENELITIAN
(2)
(3)
LAMPIRAN F
(4)
(5)
vii ABSTRAK
Febrianita Nora Indah Sari. 2013. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) Yang Dilengkapi Dengan Media LKS di SMP Kanisius Bambanglipuro Kelas IX Pada Pokok Bahasan Bangun Ruang Sisi Lengkung. Program Studi Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keaktifan dan hasil belajar matematika di SMP Kanisius Ganjuran dalam pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung dengan menggunakan media LKS dan model pembelajaran Group Investigation (GI).
Penelitian di lapangan dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2012 dengan subyek penelitian adalah siswa kelas IX B SMP Kanisius Bambanglipuro. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Data yang digunakan adalah data keaktifan siswa dan hasil belajar siswa. Data keaktifan siswa didapat dari lembar observasi. Data keaktifan siswa diambil dengan menggunakan turus. Selanjutnya dihitung presentase keaktifan dalam diskussi kelompok dan presesntasi, berdasarkan presentase tersebut selanjutnya ditentukan kriteria keaktifan berdasarkan kategori Kartika Budi (2001:53). Data hasil belajar siswa diambil dari nilai tes hasil belajar yang kemudian dikoreksi dan dinilai berdasarkan pedoman penilaian. Selanjutnya nilai hasil belajar dibandingkan dengan nilai KKM di sekolah tersebut.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut : (1) tingkat keaktifan siswa pada saat diskusi kelompok pada sesi I adalah cukup dengan total presentase 70% dalam kategori sangat tinggi, tinggi dan cukup sedangkan pada sesi II adalah rendah dengan presentase 96,67% dalam kategori sangat tinggi, tinggi, cukup dan rendah. Tingkat keaktifan siswa pada presentasi pada sesi I adalah rendah dengan presentase 83,33% dalam kategori sangat tinggi, tinggi, cukup dan rendah sedangkan tingkat keaktifan siswa pada presentasi pada sesi II adalah rendah dengan presentase 73,33% dalam kategori sangat tinggi, tinggi, cukup dan rendah. (2) presentase siswa yang mencapai nilai KKM (lebih tinggi dari 65) adalah 43, 33% dengan rata-rata 5, 46 sehingga tingkat hasil belajar siswa tergolong rendah. Kata kunci: keaktifan siswa, hasil belajar, pembelajaran kooperatif, Group Investigation.
(6)
viii ABSTRACT
Febrianita Nora Indah Sari. 2013. The Implementation of Cooperative Learning in Group Investigation Using LKS in the IX Grade Students of Kanisius Junior High School of the 2012/2013 Academic Year on The Curved Side Subject. Mathematic Education Study Program. Departement of Mathematic Education and Science. Faculty of Teachers Training Education. Sanata Dharma University.
The purpose of the study was to determine the level of the activeness and mathematics learning result at Kanisius Bambanglipuro Junior High School in the curved side subject using LKS and cooperative learning models investigation.
The research was held on July-August 2012. The participants were students of class IX B Kanisius Bambanglipuro Junior High School. Type of qualitative research is descriptive kualitatif and kuantitatif. The data were from students activeness data and students learning result. The students activeness obtained from the observation data. The data used stake. The students activeness data were analyzed by calculating the percentage of students activeness in discussion groups and presentations which were determined based on the percentage of the activeness by Kartika Budi (2001:53). The students learning result data derived from test scores then were corrected and assessed based on the guidelines result. Then the data were compared with the KKM score of that school.
The result of the research were as follows : (1) the level of the students activeness in the discussion group session I is enough with the total presentage 70% in very high, high and enough category. However, the presentage in the discussion group session II is low in very high, high and enough and low category. The level of the students activeness in the first and second presentage is low with presentage 83,33% in very high, high and enough and low category. However, in the second in very high, high and enough and low category. (2) the precentage of students who achieved KKM score (more than 65) was 43,33% with the average score of 5, 46 so the students learning results were low.
Keywords : students activeness, the students learning result, cooperative learning, Group Investigation