31
C. Dukungan Sosial Pada Gay
Gerakan-gerakan yang memperjuangkan kesetaraan bagi gay telah berlangsung cukup lama. Organisasi pertama di dunia yang memperjuangkan hak-
hak gay berdiri pada tahun 1897 di Berlin, Jerman dengan nama Scientific- Humanitarian Committee LeVay Valente, 2006. Setelah hancur dengan
berkuasanya Nazi di Jerman, organisasi yang memperjuangan hak-hak gay muncul kembali pada tahun 1950 dengan nama Mattachine Society dan tahun 1955 dengan
nama Daughters of Bilitis di Amerika Serikat LeVay Valente, 2006. Di Indonesia, pembentukan organisasi bernama Lambda Indonesia pada tahun 1982
Boellstorff dalam Ariyanto Triawan, 2008 dapat dianggap sebagai awal dari gerakan mendukung gay.
Gerakan-gerakan tersebut menunjukkan kepedulian dan dukungan terhadap kelompok gay. Dukungan sosial diperlukan oleh gay karena menjadi bagian
kelompok minoritas yang terdiskriminasi dari banyak aspek. Ariyanto dan Triawan 2008 menyebutkan setidaknya ada lima bentuk diskriminasi yang dialami oleh
gay, yaitu diskriminasi sosial, hukum, politik, ekonomi, dan budaya. Standar ganda yang diterapkan negara tentu menjadi pengalaman tidak menyenangkan bagi gay.
Bahkan pasal-pasal dalam Undang- undang Dasar Republik Indonesia UUD ’45
yang mengatur tentang hak asasi manusia pun terasa mandul ketika yang menjadi korban pelanggaran HAM adalah kelompok gay. Banyak kasus kekerasan yang
bahkan berujung kematian terjadi pada gay ternyata tidak mendapat perhatian dari aparatur negara lihat Ariyanto Triawan, 2008.
32
Dukungan sosial diperlukan oleh gay karena ternyata dukungan sosial berkorelasi positif dengan kondisi psikologis dan fungsi interpersonal mereka
Kwon, 2013. Dukungan sosial akan berfungsi sebagai stress buffer ketika gay menghadapi situasi yang berpotensi menimbulkan stres. Walaupun begitu, tidak
semua dukungan sosial berbuah positif, terutama jika jenis dukungan yang diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan atau si pemberi dukungan tidak punya
kapasitas untuk memberi dukungan Sarafino, 2008. Kesimpulannya, pemberian dukungan sosial pada kelompok gay adalah adanya upaya untuk membuat mereka
merasa bahwa mereka diterima, dicintai, dihargai, dan menjadi anggota dari masyarakat.
D. Pengalaman dan Makna yang Dikonstruksi
Brouwer 1988 menyatakan bahwa ada tiga cara dalam melihat dunia dan benda. Pertama, cara para naturalis atau orang-orang biasa yang melihat dunia dan
benda sebagai apa adanya dunia dan benda tersebut. Dua lingkaran kecil dalam lingkaran besar akan dilihat sebagai tiga buah lingkaran yang berbeda ukurannya.
Kedua, cara para ahli sains yang mereduksi dunia dan benda menjadi simbol- simbol. Dua lingkaran kecil dalam lingkaran besar akan dicari keliling dan
diameternya sehingga mereka dapat mendefinisikan lingkaran tersebut berdasarkan simbol matematis. Ketiga, cara para fenomenologis yang melihat dunia dan benda
dalam sebuah kesatuan yang tak terpisah. Dua lingkaran kecil dalam lingkaran besar akan dilihat sebagai sepasang mata yang tertanam di wajah seseorang.
33
Dalam kacamata fenomenologis, dunia bukanlah suatu obyek, melainkan pengalaman-akan-dunia atau subyek Brouwer, 1988. Pengalaman berarti saya
mengalami dunia atau alam dan berbentuk kesayaan dari dunia. Pengalaman menjadi subyektif karena selalu mengandung unsur kesayaan. Unsur kesayaan
dalam pengalaman membuat saya mengkonstruksi makna, kenyataan atau kebenaran subyektif. Hal tersebut membuat pengalaman harus dijelaskan dari sudut
pandang saya sebagai saya-yang-mengalami-dunia atau alam. Baumeister dalam Park, 2010 mendefinisikan makna sebagai representasi
mental atas hubungan antara benda-benda, kejadian-kejadian, dan relasi-relasi. Oleh karena itu, makna menghubungkan banyak hal. Sedangkan Steiger dalam
Heintzelman King, 2014 mendefinisikan makna sebagai, The web of connections, understandings, and interpretations that help us
comprehend our experience and formulate plans directing our energies to the achievement of our desired future. Meaning provides us with the sense that
our lives matter, that they make sense, and that they are more than the sum of our seconds, days, and years. hal. 154
Seperti yang dikatakan oleh Frankl 1972, hal. 154, usaha untuk menemukan makna merupakan dorongan utama dalam hidup manusia. Proses pemaknaan
diawali dengan proses penginderaan yang membentuk pengalaman inderawi Schutz dalam Hasbiansyah, 2008. Pengalaman inderawi tersebut akan menjadi
bermakna ketika dihubungkan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya serta melalui proses interaksi dengan orang lain Hasbiansyah, 2008. Proses pemaknaan
pengalaman atau fenomena sendiri tidak lepas dari pengaruh konteks sejarah dan sosial budaya di tempat individu tinggal Creswell, 2009. Oleh karena itu, makna
dapat menjadi sangat subyektif. Individu kolektivis dapat mengalami hal yang sama PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI