kurikulum dapat dilakukan karena adanya kesenjangan yang terjadi. Kesenjangan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:
Tabel 1 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum No.
Kondisi Saat Ini No.
Kondisi Ideal A.
Kompetensi Lulusan
1. Belum sepenuhnya
menekankan pendidikan karakter.
1. Berkarakter mulia.
No. Kondisi Saat Ini
No. Kondisi Ideal
2. Belum menghasilkan
keterampilan sesuai kebutuhan.
2. Keterampilan yang relevan.
3. Pengetahuan-pengetahuan
lepas. 3.
Pengetahuan-pengetahuan terkait.
B. Materi Pembelajaran
1. Belum relevan dengan
kompetensi yang dibutuhkan.
1. Relevan dengan materi yang
dibutuhkan.
2. Beban belajar terlalu berat. 2. Materi esensial.
3. Terlalu luas, kurang
mendalam. 3.
Sesuai dengan
tingkat perkembangan anak.
C. Proses Pembelajaran
1. Berpusat pada guru.
1. Berpusat pada peserta didik
2. Proses pembelajaran
berorientasi pada pada buku teks.
2. Sifat
pembelajaran yang
kontekstual.
3. Buku teks hanya memuat
materi bahasan. 3.
Buku teks memuat materi dan proses
pembelajaran, sistem
penilaian serta kompetensi yang diharapkan.
No. Kondisi Saat Ini
No. Kondisi Ideal
D. Penilaian
1. Menekankan aspek
kognitif. 1.
Menekankan aspek kognitif, afektif,
psikomotorik secara
proposional. 2.
Tes menjadi cara penilaian yang dominan.
2. Penilaian tes pada portofolio
saling melengkapi.
E. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
1. Memenuhi kompetensi
profesi saja. 1.
Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal.
2. Fokus pada ukuran kinerja
PTK. 2.
Motivasi mengajar
F. Pengelolaan Kurikulum
1. Satuan pendidikan
mempunyai pembebasan dalam pengelolaan
kurikulum. 1
Pemerintah pusat dan daerah memiliki kendali kualitas dalam
pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan.
2. Masih terdapat
kecenderungan satuan pendidikan menyusunan
kurikulum tanpa mempertimbangkan
kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik,
dan potensi daerah. 2
Satuan pendidikan
mampu menyusun
kurikulum dengan
mempertimbangkan kondisi
satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.
3. Pemerintah hanya
menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran.
3 Pemerintah menyiapkan semua
komponen kurikulum
sampai buku teks dan pedoman.
Berdasarkan permasalahan kesenjangan tersebut, dilakukan beberapa pernyempurnaan dalam pola pikir. Penyempurnaan pola
pikir dapat dilakukan dengan cara merubah pembelajaran menjadi
berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memilih materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi yang sama, menjadikan
pembelajaran interaktif, pembelajaran diubah menjadi pembelajaran secara jejaring yaitu dapat memperoleh pengetahuan melalui sarana
internet, menjadikan pembelajaran yang aktif, belajar secara kelompok, dan menjadikan pembelajaran yang kritis Widyastono,
2014: 129-130. Kurikulum 2013 dikembangkan dengan karakteristik sebagai
berikut: a mengembangkan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan pengetahuan dan
keterampilan secara seimbang. b Memberikan pengalaman belajar ketika siswa menerapkan apa yang telah dipelajari di sekolah kepada
masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar secara holistik. c Mengembangakan sikap, pengetahuan dan
keterampilan serta menerapkan dalam bermacam-macam situasi di sekolah ataupun masyarakat. d Memberikan waktu yang cukup
leluasa untuk mengembangkan berbagai aspek kognitif, psikomotor dan sikap. e Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti
kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. f Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasian
kompetensi dasar, dimana semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi
inti. g
Kompetensi dasar
dikembangkan didasarkan
pada prinsip
akumulatif saling
memperkuat dan memperkaya antar muatan pelajaran dan jenjang pendidikan Permendikbud, 2013: 3.
b. Penguatan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona 1991 dalam Mahmud 2012: 23 adalah pendidikan untuk membentuk
kepribadian seseorang melalui pendidikan budipekerti, yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah
laku yang baik, jujur bertanggung jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Elkind dan Sweet 2004
dalam Mahmud 2012: 23 berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah upaya yang disengaja untuk membantu
memahami manusia, peduli dan inti atas nilai-nilai etis atau susila. Dengan beberapa penjelasan diatas, Pendidikan Karakter
adalah suatu sarana untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan sekaligus membentuk watak atau karakter peserta didik kearah
yang lebih baik lagi sehingga peserta didik itu dapat menemukan jati dirinya melalui pendidikan yang telah dilaksanakan. Jadi, di
masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang berlangsung dari usia enam hingga usia sebelas atau dua belas
tahun. Usia ini ditandai dengan mulainya anak masuk sekolah dasar, dan dimulainya sejarah baru dalam hidupnya yang kelak
akan mengubah sikap-sikap dan tingkah lakunya. Pada masa usia ini anak telah memahami perkembangan-perkembangan yang
membantu anak untuk dapat menerima bahan yang diajaran oleh gurunya.
Perkembangan manusia
memiliki beberapa
karakteristik dasar, yaitu perkembangan anak yang bersifat unik mencangkup perilaku dan mentalnya, anak memiliki keunikan
tersendiri dibandingkan ketika anak sudah menginjak usia dewasa. Perkembangan mengekspresikan prilakunya secara
spontan, setiap anak memiliki ekspresi yang berbeda-beda ketika ia berada didalam kelas maupun berada di luar kelas.
Perkembangan anak bersifat aktif dan energik di usia 1-6 tahun, anak-anak mampu menyerap segala sesuatu yang sampai pada
pikirannya dan segala sesuatu yang ditangkap dapat diolah oleh otaknya sekaligus dapat mengingat tentang hal-hal yang telah
diketahuinya. Perkembangan anak yang memiliki rasa ingin tahu terhadap banyak hal, masa anak-anak adalah masa yang penuh
antusiasme untuk gampang tertarik terhadap segala sesuatu yang mereka lihat dan ketertarikan yang begitu kuat mendorong
mereka untuk mengetahui objek-objek tertentu yang ada di sekitar mereka. Perkembangan anak dalam berpetualangan dan
memiliki karya dengan fantasi, dunia fantasi adalah dunia yang mengasikkan bagi anak usia dini karena mereka sangat menyukai
sesuatu hal yang bersifat imajinasi.
c. Pendekatan Tematik Integratif
Konsep pembelajaran
terpadu merupakan
pengembangan dari pemikiran dua orang tokoh pendidikan dalam Majid 2014: 85 yakni Jakob tahun 1989 dengan
konsep pembelajaran interdisipliner dan Fogarty pada tahun 1991 dengan konsep pembelajaran terpadu. Pendekatan
tematik merupakan suatu pendekatan yang ada dalam pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa
aspek baik dalam intramata pelajaran maupun antar-mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu peserta didik akan
memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi peserta didik.
Dan dalam upaya untuk membekali pengetahuan dan wawasan siswa terhadap kemampuan untuk memecahkan
masalah, dapat ditanamkan sejak dini pada siswa-siswi tingkat sekolah dasar. Lembaga pendidikan tingkat dasar
berkewajiban membekali
peserta didiknya
dengan pengetahuan dan wawasan yang memadai sesuai dengan
perkembangan zaman melalui kegiatan belajar mengajar di sekolah.
d. Pendekatan Saintifik
Menurut Sudarwan dalam Majid 2014: 194 Pendekatan
saintifik bercirikan
penonjolan dimensi
pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Pendekatan saintifik ini
sangatlah mendukung perkembangan anak melalui proses atau kegiatan-kegiatan yang mampu mendorong anak lebih
baik lagi dalam hal menyerap ilmu pengetahuannya. Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif dalam melakukan kegiatan yang melalui tahapan-tahapan
mengamati, meenanya,
mencoba, menalar,
mengkomunikasikan. Prinsip atau hukum yang “ditemukan” dalam pendekatan saintifik diterapkan untuk memberikan
pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah,
bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh
karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari
tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan pendekatan saintifik dalam
pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati,
mengklasifikasi, mengukur,
meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan
proses-proses tersebut, bantuan guru sangat diperlukan. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira
‐kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. a.
Langkah-Langkah Pendekatan Saintifik Dalam proses pembelajaran saintifik mengacu
pada tiga ranah pengembangan yaitu, sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Ranah sikap menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “mengapa”. Ranah pengetahuan menggamit tranformasi
subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “apa”. Ranah keterampilan menggamit tranformasi
subtansi atau materi ajar agar peserta didik tahu tentang “bagaimana”. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan
kesimbangan antara kemampuan untuk memnjadi manusia yang baik soft skill dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak hard skill dari peserta didik yang meliputi kompetensi
sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Adapun langkah-langkan pembelajaran dalam pendekatan
saintifik, antara lain: 1
Mengamati Menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek
yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang digunakan oleh guru.
2 Menanya
Pada saat kegiatan menanya guru dapat membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.
Ketika guru menjawab pertanyaan , guru sebenarnya sedang menanamkan sikap kepada siswa agar menjadi
penyimak dan pembelajar yang baik. 3
Menalar Penalaran yaitu proses berpikir yang logis dan
sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba mengkoneksikan antara pengetahuan baru
yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya untuk menjadi sebuah temuan pengetahuan, baik untuk
mengoreksi atau pun memperoleh pelajaran baru. 4
Mencoba Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba melakukan
eksperimen terkait materi pembelajaran untuk menemukan kesimpulan dan mengetahui secara
langsung apa yang sedang mereka pelajari. Selama proses ini berlangsung guru ikut membimbing peserta
didik yang
bertujuan untuk
mengatasi dan
memecahkan masalah-masalah
yang akan
menghambat kegiatan pembelajaran. 5
Membentuk jejaring, mengkomunikasikan Membentuk jejaring merupakan filsafat interaksi dan
gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama untuk memudahkan suatu usaha
demi mencapai tujuan bersama.
e. Penilaian Otentik
Jhonson 2009 dalam Majid 2014: 236 mengatakan bahwa penilaian otentik berfokus pada
tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, membangun kerja sama, dan menanamkan tingkat
berpikir yang lebih tinggi. Melalui tugas-tugas yang diberikan, para siswa akan menunjukkan penguasaannya
terhadap tujuan
dan kedalaman
pemahamannya. Penilaian otentik ini dapat memudahkan guru dalam
menentukan nilai bagi segala aktifitas-aktifitas yang dilakukan siswa pada saat belajar maupun guru mengajar.
Penilaian otentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta
didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua,
penilaian atas tugas ‐tugas yang memerlukan keterlibatan
yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon
peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada. Penilaian otentik akan bermakna
bagi guru untuk menentukan cara ‐cara terbaik agar semua
siswa dapat mencapai hasil akhir, meski dengan satuan waktu yang berbeda. Konstruksi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan dicapai melalui penyelesaian tugas di mana
peserta didik telah memainkan peran aktif dan kreatif. Keterlibatan peserta didik dalam melaksanakan tugas
sangat bermakna bagi perkembangan pribadi mereka.
2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran Di Sekolah Dasar
Berikut adalah penjelasan mengenai pengembangan perangkat
pembelajaran yang terdiri atas: a.
Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup kompetensi inti,
kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, alikasi waktu, dan sumber belajar. Dalam Kurikulum
2013, ada salah satu administrasi pembelajaran yang harus dibuat oleh seorang pendidik. Silabus merupakan suatu yang pokok dalam
kegiatan pembelajaran, sebab, silabus digunakan sebagai acuan dalam membuat dan mengembangkan rencana pelaksanaan
pembelajaran di kelas Fadlillah, 2014:135-139. Ruang lingkup silabus adalah bagian-bagian yang terdapat dalam silabus yang
menjadi gambaran umum bentuk materi yang harus diajarkan kepada peserta didik. Dalam kurikulm 2013, disebutkan bahwa silabus
mencakup Kompetensi inti, Kompetensi dasar, Materi pembelajaran, Kegiatan pembelajaran, Penilaian, Alokasi waktu, dan Sumber
belajar.
b. Prinsip-prinsip Pengembangan
Silabus Pengembangan silabus kurikulum 2013 secara umum sama seperti pengembangan silabus pada kurikulum-kurikulum
sebelumnya Fadlillah, 014:135-139. Prinsip-prinsip pengembangan silabus meliputi:
1 Ilmiah, yaitu keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi
muatan dalam silabus harus benar, logis, dan dapat dipertanggung jawabkan secara keilmuan.
2 Relevan, yaitu ruang lingkup, kedalaman, tingkat kesukaran dan
urutan penyajian materi dalam silabus disesuaikan dengan karakteristik peserta didik.
3 Fleksibel, yaitu dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dapat
berubah sesuai dengan kondisi dan perkembangan peserta didik. 4
Kontinuitas, yaitu setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memiliki keterikatan satu sama dalam membentuk
kompetensi dan pribadi peserta didik. 5
Konsisten, yaitu antara kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan
sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten dalam membentuk kompetensi peserta didik.
6 Memadai, yaitu ruang lingkup indikator, materi standar,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang telah
ditetapkan. 7
Aktual dan Kontekstual, yaitu ruang lingkup kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar,
sistem penilaian
yang dikembangkan
memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni mutakhir
dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi dan berlangsung di masyarakat.
8 Efektif, yaitu memperhatikan keterlaksanaan silabus tersebut
dalam proses
pembelajaran, dan
tingkat pembentukan
kompetensi sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan. 9
Efisien, yaitu upaya untuk memperkecil atau menghemat pengguanaan dana,daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau
kompetensi standar yang ditetapkan.
c. Komponen RPPTH
1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP
a. Pengertian RPP
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran merupakan suatu bentuk perencanaan pembelajaran yang akan oleh pendidik
dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Permendikbud No. 65 tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan
Menengah disebutkan
bahwa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran RPP adalah rencana kegiatan pembelajaran
tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih. RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
pembelajaran peserta
didik dalam
upaya mencapai
Kompetensi Dasar Fadlillah, 2014:143-148. b.
Ruang Lingkup RPP Mengacu pada Permendikbud No 81 A Tahun 2013
tentang Implementasi Kurikulum 2013, bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang
dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: 1 data
sekolah, mata pelajaran, dan kelassemester, 2 Materi pokok, 3 alokasi waktu, 4 tujuan pembelajaran, KD, dan
indikator, 5 materi pembelajaran, metedo pembelajaran, 6 media, alat, dan sumber belajar, 7 langkah-langkah
pembelajaran, 8 penilaian. 1
Lembar Kerja Siswa LKS a
Pengertian Lembar Kerja Siswa Dalam artikel Ambiyar FT-UNP menjelaskan
Lembar kerja siswa LKS merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran. Secara umum LKS
merupakan perangkat
pembelajaran sebagai
pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan rencana pelaksanaan pembelajaran RPP. Lembar
kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal yang harus dijawab oleh
peserta didik. LKS ini sangat baik digunakan untuk
menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode
terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan.
b Fungsi, Tujuan dan manfaat Lembar Kerja Siswa
Secara konseptual
lembar kerja
siswa merupakan media pembelajaran untuk menlatih daya
ingat siswa terhadap pelajaran-pelajaran yang telah terdapat dalam kelas. Lembar kerja siswa juga dapat
dikatakan sebagai aplikasi teori bank soal yang sebelumnya bank soal merupakan suatu cara untuk
melatih kecerdasan siswa. Guru mengumpulkan soal- soal sebanyak-banyaknya dan diberikan terhadap
siswa agar dijawab dengan benar. Selain itu juga lembar kerja siswa dapat
digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar berkala yang
statusnya tidak
formal. Guru
dapat menggunakan LKS untuk mengetahui pengetahuan
siswa terhadap
materi pelajaran
yang telah
disampaikan. Lembar kerja siswa berfungsi di antaranya sebagai
berikut: 1.
Menyusun materi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
2. Menyusun langkah-langkah belajar untuk
memudahkan proses belajar peserta didik. 3.
Memberikan tugas belajar peserta didik secara terpadu.
c. Tujuan penggunaan Lembar kerja siswa dalam proses
belajar mengajar adalah sebagai berikut: a.
Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimilki oleh peserta didik.
b. Mengecek tingkat pemahaman peserta didik
terhadap materi yang telah disajikan. c.
Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.
d. Manfaat dengan penggunaan lembar kerja siswa
dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut 1.
Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran.
2. Membantu peserta didik dalam mengembangkan
konsep. 3.
Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses.
4. Sebagai pedoman pendidik dan peserta didik
dalamn melaksanakan proses pembelajaran. 5.
Sebagai pedoman pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.
6. Membantu peserta didik memperoleh catatan
tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar.
7. Membantu peserta didik untuk menambah
informasi tentang konsep dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
2 Penilaian
a. Pengertian penilaian
Kurnasih dan Sani 2014:47 menyebutkan ada dua macam penilaian, diantaranya:
1 Penilaian
assessment adalah
proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
2 Penilaian autentik adalah penilaian yang
dilakukan secara komprehensif untuk menilai
mulai dari masukan input, proses, dan keluaran output pembelajaran, yang meliputi
ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan
peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga
komponen input, proses, output tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan
hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan
dampak instruksional
instructional effect dan dampak pengiring nurturant effect dari pembelajaran.
Penilaian autentik
merupakan pendekatan dan instrumen penilaian yang
memberikan kesempatan luas kepada peserta didik
untuk menerapkan
pengetahuan, keterampilan,
dan sikap
yang sudah
dimilikinya dalam bentuk tugas seperti: membaca
dan meringkas,
eksperimen, mengamati, survei, projek, makalah, membuat
multi media, membuat karangan, dan diskusi kelas.
Hasil penilaian
autentik dapat
digunakan oleh pendidik untuk merencanakan program perbaikan remedial, pengayaan
enrichment, atau pelayanan konseling.
Selain itu, hasil penilaian autentik dapat digunakan sebagai bahan untuk memperbaiki
proses pembelajaran yang memenuhi standar penilain pendidikan.
b. Prinsip dan pendekatan penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada
prinsip-prinsip sebagai berikut: 1.
Objektif Penilaian berbasis pada standar prosedur dan
kriteria yang jelas dan tidak dipengaruhi faktor subjektivitas penilain.
2. Terpadu Penilaian oleh pendidik dilakukan secara
terencana, menyatu
dengan kegiatan
pembelajaran, dan berkesinambungan. 3.
konomis Penilaian yang efisien dan efektif dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporannya. 4.
Transparan Prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
5. Akuntabel
Penilaian dapat dipertanggung jawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk
aspek teknik, prosedur, dan hasilnya. 6.
Sistematis Penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.
7. Edukatif
c. Mendidik peserta didik dan pendidik.
Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan criteria PAK atau penilaian acuan
patokan PAP. PAK atau PAP merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan pada criteria
ketuntasan minimal KKM. KKM merupakan
criteria ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan dengan mempertimbangkan
karakteristik kompetensi dasar yang dicapai,daya dukung,dan karakteristik peserta didik.
Dari Sigurdson 1981 dan Sumarti 1999 dalam Majid 2014: 96, mengemukakan sejumlah
komponen dalam format rencana pelaksanaan pembelajaran tematik harian yaitu:
1 Judul secara deskriptif;
2 Tema atau topik utama atau unit;
3 Alasan mengapa guru menginginkan manfaat
daripenggunaan unit dalam pembelajaran bagi peserta didiknya;
4 Waktu yang menunjukkan adanya suatu priode;
5 Ruang lingkup bahasa atau materi yang
tercangkup dalam tema sekaligus berkaitan dengan kurikulum yang ditetapkan baik local
maupun nasional; 6
Tujuan yang merujuak pada kurikulum yang ditetapkan;
7 Kegiatan; urutan, variasi dan bagaimana hal itu
dilakukan; 8
Sumber-sumber belajar; 9
Evaluasi;
d. RPPTH disusun dengan memperhatikan keutuhan
perkembangan pribadi
siswa intelektual,
keterampilan, dan karakter yang nampak dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran.
Pada penyusunan RPPTH ini dilakukan kegiatan pemetaan untuk memperoleh gambaran
secara menyeluruh dan utuh. Maka semua kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator dari berbagai
mata pelajaran dipadukan dalam tema yang telah dipilih.
Dalam Majid
2014:97 menjabarkan
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar ke dalam indikator, melakukan kegiatan penjabaran kompetensi
dasar setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Kemudian hal-hal yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut: 1
Indikator dikembangkan
sesuai dengan
karakteristik peserta didik. 2
Indikator dikembangkan
sesuai dengan
karakteristik mata pelajaran. 3
Dan dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang telah diukur atau yang dapat diamati.
Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar,
pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
a Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa. b
Memberikan pengalaman langsung Pembelajaran
temtik dapat
memberikan pengalaman langsung kepada siswa direct
experiences. Dengan pengalaman langsung siswa dihadapkan pada sesuatu hal yang nyata
konkret sebagai dasar untuk memahami hal- hal yang lebih abstrak.
c Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar pembelajaran tidak begitu tampak jelas.
Pembelajarannya pun hanya berfokus pada pembahasan tema-tema yang dekat pada
kehidupan siswa. d
Menyajikan konsep dari mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep- konsep dari berbagai mata pelajaran dalam
suatu proses pembelajaran. e
Bersifat fleksibel Pembelajaran
tematik bersifat
luwes fleksibel di mana guru dapat mengaitkan
bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran yang
lain, bahkan
mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan
siswa berada. f
Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
e. RPPTH disusun dengan pendekatan tematik
integratif
Menurut Ahmadi 2014: 224 ada beberapa manfaat tematik integratif yaitu 1 kebebasan dalam
pemanfaatan waktu
dan disesuaikan
dengan kebutuhan siswa, 2 menyatukan pembelajaran siswa,
konvergensi pemahaman yang diperolehnya sambil mencegah terjadinya inkonsistensi antar mata
pelajaran, merefleksikan keadaan nyata yang dihadapi anak di rumah dan lingkungannya, sesuai dengan cara
anak berfikir, dimana menurut penelitian otak mendukung teori pedagogi dan psikologi bahwa anak
menerima banyak
hal dan
mengolah dan
merangkumnya menjadi satu. Sehingga mengajarkan secara holistik terpadu adalah sejalan dengan
bagaimana otak anak mengolah informasi. Selain itu manfaat lain yang didapatkan
dengan menggunakan pendekatan tematik integratif yaitu:
a suasana
kelas yang
nyaman dan
menyenangkan, b menggunakan kelompok kerja sama, memadukan kolaborasi kelompok belajar, dan
strategi pemecahan konflik yang mendorong siswa untuk memecahkan masalah c mengoptimasi
lingkungan belajar sebagai kunci kelas yang ramah otak, d siswa dengan cepat dan tepat waktu dapat
memproses informasi, e proses pembelajaran di kelas mendorong siswa berada dalam format ramah otak, f
materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diaplikasikan langsung oleh siswa dalam
kehidupan sehari-hari, g siswa yang relatif mengalami keterlambatan untuk menyelesaikan
program belajar dapat dibantu oleh guru dengan cara memberikan
bimbingan secara
khusus dan
menerapkan prinsip belajar tuntas, h program pembelajaran
yang bersifat
ramah otak
memungkinkan guru untuk mewujudkan ketuntasan belajar dengan menerapkan variasi cara penilaian.
Pada penelitian ini pembelajaran tematika integratif
mengkombinasikan beberapa
muatan pelajaran dengan tema “Kegiatanku” subtema
“Kegiatan Sore Hari”.
f. RPPTH disusun berbasis aktivitas siswa dengan
menerapkan pendekatan saintifik.
Dalam Majid
2014: 210-234
proses pembelajaran saintifik mengacu pada tiga ranah
pengembangan yaitu,
sikap tahu
mengapa, pengetahuan tahu bagaimana, dan keterampilan
tahu apa. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan kesimbangan antara kemampuan untuk memnjadi
manusia yang baik soft skill dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup
secara layak hard skill dari peserta didik yang meliputi kompetensi sikap, keterampilan, dan
pengetahuan. Adapun
langkah-langkah pembelajaran
dalam pendekatan saintifik antara lain sebagai berikut:
1 Mengamati
Menemukan fakta bahwa ada hubungan antara obyek yang dianalisis dengan materi pembelajaran yang
digunakan oleh guru. 2
Menanya Pada saat kegiatan menanya guru dapat membimbing
atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan, guru sebenarnya
sedang menanamkan sikap kepada siswa agar menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
3 Menalar
Penalaran yaitu proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Dalam kegiatan ini peserta didik
mencoba mengkoneksikan antara pengetahuan baru yang didapat dengan pengetahuan sebelumnya untuk
menjadi sebuah temuan pengetahuan, baik untuk mengoreksi atau pun memperoleh pelajaran baru.
4 Mencoba
Dalam kegiatan ini peserta didik mencoba melakukan eksperimen terkait materi pembelajaran untuk
menemukan kesimpulan dan mengetahui secara langsung apa yang sedang mereka pelajari. Selama
proses ini berlangsung guru ikut membimbing peserta didik
yang bertujuan
untuk mengatasi
dan
memecahkan masalah-masalah
yang akan
menghambat kegiatan pembelajaran. 5
Membentuk jejaring, megomunikasikan Membentuk jejaring merupakan filsafat interaksi dan
gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknai kerjasama untuk memudahkan suatu usaha
demi mencapai tujuan bersama.
g. Penilaian dalam RPPTH menggunakan penilaian
otentik.
Penilaian yang dilaksanakan pada kurikulum 2013 adalah penilaian otentik. Dalam pendidikan dapat
diketahui bahwa sesuatu proses pendidikan selalu saja meningkatkan mutu pembelajaran yang sesuai dengan
kenyataan yang dialami oleh peserta didik melalui penilaian otentik guru dapat menilai atau mengukur
keseluruhan kegiatan yang dialami maupun dilakukan oleh peserta didik.
Jenis-jenis penilaian otentik dapat dilihat sebagai berikut:
1 Penilaian Kinerja
Penilaian otentik melibatkan partisipasi peserta didik, khususnya dalam proses dan aspek
‐aspek yang akan dinilai. Guru dapat melakukannya
dengan meminta para peserta didik menyebutkan unsur
‐unsur tugas yang akan mereka gunakan untuk menentukan kriteria penyelesaiannya.
Berikut ini cara merekam hasil penilaian berbasis kinerja.
a Daftar cek checklist.
b Catatan anekdotnarasi anecdotalnarative
records. c
Skala penilaian rating scale.
d Memori atau ingatan memory approach.
2 Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap tugas yang harus diselesaikan oleh
peserta didik menurut periode atau waktu tertentu. Penyelesaian tugas dimaksud berupa mencari tahu
tentang sesuatu ilmu pengetahuan bersifat nyata yang dilakukan oleh peserta didik, mulai dari
perencanaan, pengumpulan data, pengolahan, analisis, dan penyajian data.
Berikut ini tiga hal yang perlu diperhatian guru dalam penilaian proyek.
a Keterampilan peserta didik dalam memilih
topik, mencari dan mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis, memberi makna
atas informasi yang diperoleh, dan menulis laporan.
b Kesesuaian
atau relevansi
materi pembelajaran dengan pengembangan sikap,
keterampilan, dan
pengetahuan yang
dibutuhkan oleh peserta didik. c
Keaslian sebuah proyek pembelajaran yang dikerjakan atau dihasilkan oleh peserta didik.
3 Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian atas kumpulan artefak yang menunjukkan kemajuan
dan dihargai sebagai hasil kerja dari dunia nyata. Penilaian portofolio bisa berangkat dari hasil
kerja peserta didik secara perorangan atau diproduksi secara berkelompok, memerlukan
refleksi peserta didik, dan dievaluasi berdasarkan beberapa dimensi.
Penilaian portofolio
dilakukan dengan
menggunakan langkah ‐langkah seperti berikut:
a Guru menjelaskan secara ringkas esensi
penilaian portofolio. b
Guru bersama guru lainnya menentukan jenis portofolio yang akan dibuat.
c Peserta didik, baik sendiri maupun kelompok,
mandiri atau dibawah bimbingan guru menyusun portofolio pembelajaran.
d Guru menghimpun dan menyimpan portofolio
peserta didik pada tempat yang sesuai, disertai catatan tanggal pengumpulannya.
e Guru menilai portofolio peserta didik dengan
kriteria tertentu. f
Jika memungkinkan, guru bersama peserta didik membahas bersama dokumen portofolio
yang dihasilkan. g
Guru memberi umpan balik kepada peserta didik atas hasil penilaian portofolio.
4 Penilaian Tertulis
Penilaian tertulis adalah sebuah Tes tertulis berbentuk uraian atau esai yang menuntut peserta
didik mampu
mengingat, memahami,
mengorganisasikan, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan sebagainya atas materi yang
sudah dipelajari. Tes tertulis berbentuk uraian sebisa mungkin bersifat komprehensif, sehingga
mampu menggambarkan
ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.
h. RPPTH disusun sesuai dengan ketentuan EYD.
Penyusunan RRPTH
dengan memperhatikan
ketentuan EYD. Menurut buku pedoman umum ejaan
bahasa Indonesia
yang disempurnakan
oleh Departemen Pendidikan Nasional adalah suatu
penyusunannya harus
diperhatikan dan
akan dijabarkan sebagai berikut:
a Huruf abjad yang ada pada tabel berikut;
Tabel 2 Huruf abjad
Huruf Nama Huruf
Nama Huruf Nama
A a
A J
j je
S s
es B
b Be
K k
ka T
t te
C c
Ce L
l el
U u
u D
d De
M m
em V
v ve
E e
E N
n en
W w
we F
f Ef
O o
o X
x eks
G g
Ge P
p pe
Y y
ye H
h Ha
Q q
ki Z
z zet
I i
I R
r er
b Huruf vokal adalah huruf yang melambangkan
vokal atau bunyi yaitu a, e, i, o dan u. c
Huruf konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri dari huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l,
m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. d
Huruf diftong dilambangkan dengan huruf ai, au, oi.
e Gabungan-huruf konsonan dilambangkan
dengan huruf kh, ng, ny, dan sy. Masing- masing melambangkan suatu bunyi konsonan.
f Pemenggalan kata dilambangkan dengan
huruf misalnya: ma-in, sa-at, bu-ah. Huruf diftong ai, au, oi, gabungan-huruf konsonan
tidak pernah
dipisahkan sehingga
pemenggalan kata tidak dilakukan di antara kedua huruf itu.
g Huruf kapital adalah huruf besar yang dipakai
pada awal kalimat. h
Huruf miring adalah huruf yang dicetak miring dipakai untuk menegaskan atau
mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kolom kata.
i Kata dasar adalah kata yang berupa lkata
dasar situlis sebagai satu kesatuan. j
Kata turunan adalah imbuhan awalan, sisipan, akhiran ditulis serangkai dengan kata
dasarnya. k
Kata ulangan
digunakan dengan
menggunakan tanda hubung. l
Gabungan kata yang disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya
ditulis terpisah. m
Kata ganti depan di, ked an dari di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali
di dalam gabungan kata yang telah lazim dianggap sebagai satu kata.
n Partikel-lah,-kah, dan -tah ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya. o
Singkatan dan akronim, singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas
satu huruf atau lebih. p
Angka dan lambing bilangan, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau
nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
q Tanda titik . dipakai untuk akhiran kalimat
bukan pertanyaan atau seruan, tanda koma , dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
perincian atau pembilangan, tanda titik koma ; dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara, tanda titik dua : dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap jika mengikuti rangkaian atau pemerian,
tanda hubung
- untuk
menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pengertian baris, tanda pisah _
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat,
tanda elips … dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, tanda Tanya ? dipakai pada
akhir kalimat tanya, tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pertanyaan yang
berupa seruan
atau perintah
yang menggambarkan
kesungguhan, ketidak
percayaan, ataupun rasa emosi yang kuat, tanda kurung … mengapit tambahan
keterangan atau penjelasan, tanda petik “…”
mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis
lain, tanda petik tunggal ‘…’ mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain,
tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penanda
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun ta
kwim, tanda penyingkat apostrof ‘ menunjukkan penghilangan bagian kata atau
bagian angka tahun.
B. Penelitian yang Relevan
Pada penelitian pengembangan perangkat pembelajaran yang memacu kurikulum 2013 masih belum banyak yang dikembangkan,
sehingga penelitian yang realevan pun tidak dapat digunakan sebagai sumber. Berikut tiga penelitian yang relevan tentang pengembangan
perangkat pembelajaran yang mengacu pada kuruikulum 2013: 1.
“Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013 Subtema Meneladani Sikap Pahlawan Bangsaku Untuk Siswa Kelas IV
Sekolah Dasar yang dilakukan oleh Wismantaka 2013”. Penelitian ini menghasilkan produk berupa bahan ajar yang
mengacu pada kurikulum 2013 pada subtema Meneladani Sikap Pahlawan Bangsaku untuk siswa kelas IV Sekolah Dasar.
Berdasarkan hasil penelitian pengembangan yang dilakukan pada penelitian ini yang melalui tahap-tahap pengembangan, antara lain
validasi oleh pakar Kurikulum 2013, dua guru kelas IV SD, dan siswa kelas IV SD Pangudi Luhur Sedayu, diperoleh skor rerata
4,43. Skor tersebut menunjukan bahwa kualitas bahan ajar yang mengacu Kurikulum 2013 subtema Meneladani Sikap Pahlawan
Bangsaku untuk siswa kelas IV SD memiliki kualitas “sangat baik” ditinjau dari aspek 1 tujuan dan pendekatan, 2 desain dan
pengorganisasian, 3 isi, 4 topik, dan 5 metodologi. 2.
Pusporini 2012 dengan judul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran yang mengakomodasi kontribusi siswa pada
penjumlahan pecahan dengan pendekatan PMRI kelas 1VA SD Negeri Adisucipto 1”.
Penelitian ini menghasilkan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian dan pengembangan RD.
Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari enam tahap, yaitu: 1 Potensi dan masalah dicari dengan melakukan analisis
kebutuhan. 2 Pengumpul dan data hasil analisis kebutuhan dan literatur yang mendukung. 3 Desain produk yang dikembangkan
berupa: Silabus, RPP, LKS, Bahan ajar, dan soal evaluasi. 4
Validasi perangkat pembelajaran bersama 3 dosen dan 1 guru menghasilkan skor 3,54 sangat baik. 5 Revisi produk berdasarkan
validasi yang telah dilakukan. 6 Melaksanakan implementasi produk pada sampel terbatas di kelas 1VA. Pada tahap ini peneliti
juga menyebarkan angket respon dengan hasil skor 3,52 sangat baik.
3. Wulandari 2013 dengan judul “Pengembangan Bahan Ajar yang
Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan mendengarkan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV
semester gasal”. Penelitian ini menhasilkan bahan ajar yang terintegrasi
dengan pendidikan karakter untuk keterampilan mendengarkan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV semester gasal
dikembangkan dengan kualitas baik dan layak digunakan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas IV semester gasal berdasarkan
validasi dari pakar pembelajaran Bahasa Indonesia, pakar pendidikan karakter, guru bahasa Indonesia SD, dan siswa kelas IV
SDN Prambanan Klaten. Hal ini ditunjukan dengan skor rerata produk adalah 4,26 dan termasuk dalam kategori “sangat baik” yang
ditinjau dari tujuan dan pendekatan desain dan pengorganisasian, isi, keterampilan berbahasa, topik dan metodologi.
4. Berdasarkan penjelasan yang ada pada ketiga jenis penelitian
tersebut maka dapat diketahui bahwa penelitian ini sama-sama melakukan penelitian yang mengacu pada Pengembangan Bahan
Ajar, dan Pengembangan Perangkat Pembelajaran. Persamaan yang ada pada penelitian Wismantaka 2013 ada pada judul penelitian
yang mengembangkan Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013. Pusporini 2012 ada pada judul penelitian yang
mengembangkan Pengembangan Perangkat Pembelajarannya. Dan Wulandari 2013 ada pada judul penelitian yang mengembangkan
Pengembangan Bahan Ajar Mengacu Kurikulum 2013. Sedamgkan perbedaan penelitian pada Wismantaka 2013 terdapat perbedaan
pada judul penelitian “Subtema Meneladani Sikap Pahlawan
Bangsaku Untuk Siswa Kelas IV Sekolah Dasar” subtema, kelas, dan metode yang digunakan. Pusporini 2012 ada pada judul
penelitian “yang mengakomodasi kontribusi siswa pada
penjumlahan pecahan dengan pendekatan PMRI kelas 1VA SD Negeri Adisucipto 1” pendekatannya, materi ajarnya, metode
penelitiannya RD sampai pada enam tahap, dan kelas yang berbeda. Dan Wulandari 2013 ada pada judul penelitian
“Terintegrasi dengan Pendidikan Karakter untuk Keterampilan mendengarkan pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD kelas IV
semester gasal .
C. Kerangka Pikir