Pengembangan perangkat pembelajaran subtema Hewan di Sekitarku mengacu kurikulum 2013 untuk siswa kelas satu (I) Sekolah Dasar.

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA HEWAN DI SEKITARKU MENGACU KURIKULUM SD 2013 UNTUK SISWA KELAS SATU (1) SEKOLAH DASAR

Suzana Monica Sari Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini adalah penelitian yang menghasilkan satu perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 yang menggunakan pembelajaran tematik integratif, dengan pedekatan saintifik, sedangkan proses kegiatan pembelajaran yang menekankan pada pendidikan karakter dengan penilaian otentik. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan pengembangan produk dan kualitas perangkat pembelajaran pada subtema hewan di sekitarku untuk siswa kelas 1 Sekolah Dasar yang mengacu pada kurikulum SD 2013.

Penelitian ini merupakan penilitian pengembangan. Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran yang dibuat berdasarkan Jerold E Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Borgdan Gall. Prosedur pengembangan ini melalui 5 langkah dari 10 langkah prosedur pengembangan meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain. Hasil dari perangkat pembelajaran ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), lembar penilaian, dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang mengacu pada kurikulum SD 2013.

Hasil validasi pakar kurikulum 2013 (a) menghasilkan skor rerata 4.00 dengan kategori baik, validasi pakar kurikulum 2013, (b) menghasilkan skor rerata 4.02 dengan kategori baik, guru kelas 1 (a) menghasilkan skor rerata 4.75 dengan kategori sangat baik, dan guru kelas I (b) menghasilkan skor rerata 4.22 dengan kategori sangat baik. Oleh sebab itu perangkat pembelajaran memperoleh skor 4.24 dengan kategori sangat baik.Perangkat pembelajaran dapat ditinjau melalui aspek instrument validasi yang meliputi: (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) topik, dan (5) metodologi. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran layak diujicoba di lapangan mengacu kurikulum 2013.


(2)

ABSTRACT

LEARNINGINSTRUMENTS DEVELOPMENT SUBTHEMEHEWAN DI

SEKITARKUREFERRING TO THE ELEMENTARY SCHOOL CURRICULUM 2013

FOR GRADE ONE(1) STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL

Suzana Monica Sari Sanata Dharma University

2015

This study was a study that produced a set of learning instruments referring to the elementary school curriculum 2013 using thematic integrative learning and scientific approach. Meanwhile, the process of learning activities emphasized on the character education using authentic assessment. This study aimed at describing the product development and the quality of the learning instruments on the sub-theme hewan di sekitarku to the first elementary school that referred to the the elementary school curriculum 2013.

This study was research and development. The procedures of the learning instruments development used was based on Jerold. E. Kemp and the research development procedures used were proposed by Borg and Gall. These were 5 steps applied out of 10 steps in this research development procedures, they were: (1) potential and problems, (2) data collection, (3) design of the product, (4) the expert validation, (5) the revised design. The result of the learning instruments were the lesson plans, the assessment sheets, and the student worksheets referring to the elementary school curriculum 2013.

The validation result of the curriculum expert 2013 (a) produced a mean score 4,00 with a good category, the validation of the curriculum expert 2013 (b) produced a mean score of 4.02 with a good category, the teacher of grade 1 (a) produced a mean score of 4.75 with a very good category, and the teacher of grade I (b) produced a mean score 4.22 with a very good category. Therefore, the learning instruments scored 4.24 with a very good category. The learning instruments could be reviewed through the instrument’s validation aspects. They were: (1) the purpose and approach, (2) the design and organization, (3) content, (4) topic, and (5) methodology. Based on the statement above, it can be concluded that the learning instrument are worth-tested in the field referring to the curriculum 2013.


(3)

i

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA HEWAN DI SEKITARKU MENGACU KURIKULUM SD 2013 UNTUK

SISWA KELAS SATU (1) SEKOLAH DASAR.

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pogram Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh :

Suzana Monica Sari NIM : 111134106

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2015


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk:

TUHAN YESUS KRISTUS Oleh karena limpahan kasihNya yang tak pernah berhenti mengalir

Ayah dan Ibuku tercinta

Bapak Yohanes Topan dan Ibu Yustina Mulyati yang selalu melimpahkan segala doa, motivasi dan kasih

adikku tercinta Margaretha Dwi Lestari

yang selalu memberikan dukungan dan semangat

Prasetyo Edi Wibowo, S.T

Terima kasih atas kasih, motivasi dan perhatiannya

Teman-teman mahasiswa PGSD

Terima kasih atas perhatian, bantuan, dan kasih sayang yang telah diberikan

Kupersembahkan karya ku untuk Universitas Sanata Dharma


(7)

v MOTTO

Dalam tiap jerih payah ada keuntungan, tetapi kata-kata belaka mendatangkan kekurangan saja. (Amsal 14:23)

"Kalau mau pintar, Belajar. Kalau mau hasil, Usaha". (Kutipan film Laskar Pelangi)

Tidak ada hasil yang mengkhianati proses.

“It’s okay to fail, as long as you keep trying”.

(Kutipan film Frankenweenie)

“Losers are people who are so afraid of not winning, they don’t even try”.


(8)

(9)

(10)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN SUBTEMA HEWAN DI SEKITARKU MENGACU KURIKULUM SD 2013 UNTUK SISWA KELAS SATU

(1) SEKOLAH DASAR Suzana Monica Sari Universitas Sanata Dharma

2015

Penelitian ini adalah penelitian yang menghasilkan satu perangkat pembelajaran mengacu kurikulum SD 2013 yang menggunakan pembelajaran tematik integratif, dengan pedekatan saintifik, sedangkan proses kegiatan pembelajarannya menekankan pada pendidikan karakter dengan penilaian otentik. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan produk dan memaparkan kualitas perangkat pembelajaran pada subtema hewan di sekitarku untuk kelas 1 Sekolah Dasar yang mengacu pada kurikulum SD 2013.

Penelitian ini merupakan penilitian pengembangan. Prosedur pengembangan perangkat pembelajaran yang dibuat berdasarkan Jerold E Kemp dan prosedur penelitan pengembangan yang dikemukakan oleh Borg dan Gall. Prosedur pengembangan ini melalui 5 langkah dari 10 langkah prosedur pengembangan meliputi: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi ahli, (5) revisi desain. Hasil dari perangkat pembelajaran ini adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH), lembar penilaian, dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang mengacu pada kurikulum SD 2013.

Hasil validasi pakar kurikulum 2013 (a) menghasilkan skor rerata 4.00 dengan kategori baik, validasi pakar kurikulum 2013 (b) menghasilkan skor rerata 4.02 dengan kategori baik, guru kelas I(a) menghasilkan skor rerata 4.75 dengan kategori sangat baik, dan guru kelas I(b) menghasilkan skor rerata 4.22 dengan kategori sangat baik. Oleh sebab itu perangkat pembelajaran memperoleh skor rerata 4.24 dengan rentang skor (1-5) kategori sangat baik. Perangkat pembelajaran dapat ditinjau melalui aspek instrumen validasi yang meliputi: (1) tujuan dan pendekatan, (2) desain dan pengorganisasian, (3) isi, (4) topik, dan (5) metodologi. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran layak diuji coba di lapangan mengacu kurikulum 2013.


(11)

ix

ABSTRACT

LEARNING INSTRUMENTS DEVELOPMENT SUBTHEME HEWAN DI

SEKITARKU REFERRING TO THE ELEMENTARY SCHOOL

CURRICULUM 2013 FOR GRADE ONE (1) STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL

Suzana Monica Sari Sanata Dharma University

2015

This study was a study that produced a set of learning instruments referring to the elementary school curriculum 2013 using thematic integrative learning and scientific approach. Meanwhile, the process of learning activities emphasized on the character education using authentic assessment. This study aimed at describing the product development and the quality of the learning instruments on the sub-theme hewan di sekitarku to the first elementary school that referred to the elementary school curriculum 2013.

This study was research and development. The procedures of the learning instruments development used was based on Jerold. E. Kemp and the research development procedures used were proposed by Borg and Gall. These were 5 steps applied out of 10 steps in this research development procedures, they were: (1) potential and problems, (2) data collection, (3) design of the product, (4) the expert validation, (5) the revised design. The result of the learning instruments were the lesson plans, the assessment sheets, and the student worksheets referring to the elementary school curriculum 2013.

The validation result of the curriculum expert 2013 (a) produced a mean score 4,00 with a good category, the validation of the curriculum expert 2013 (b) produced a mean score of 4.02 with a good category, the teacher of grade 1 (a) produced a mean score of 4.75 with a very good category, and the teacher of grade I (b) produced a mean score 4.22 with a very good category. Therefore, the learning instruments scored 4.24 with a very good category. The learning instruments could be reviewed through the instrument’s validation aspects. They were: (1) the purpose and approach, (2) the design and organization, (3) content, (4) topic, and (5) methodology. Based on the statement above, it can be concluded that the learning instrument are worth-tested in the field referring to the curriculum 2013.


(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus yang telah memberikan limpahan kasih, rahmat dan berkat-Nya, sehingga skripsi yang berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran Subtema Hewan di Sekitarku Mengacu Kurikulum 2013 Untuk Siswa Kelas Satu (1) Sekolah Dasar dapat penulis selesaikan dengan baik. Skripsi disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu, mengarahkan, mendukung, dan membimbing dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., MA. selaku Ketua Program Studi PGSD.

3. Drs. Puji Purnomo, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing dan memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Validator perangkat pembelajaran Widiastuti, S.Pd.Jas., M.Pd, Kristi Wardani, M.Pd, Maria Widiana, S.Pd, dan Esternia P, S.Pd.

6. Kepala Sekolah, guru dan segenap staf SD Kristen kalam Kudus yang telah mengijinkan untuk melakukan validasi kepada guru kelas 1 di sekolah.


(13)

(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN……….... xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Batasan Istilah ... 7

1.6 Spesifikasi Produk ... 8

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 10

2.1.1 Kurikulum SD 2013 ... 10

2.1.2 Rasional Kurikulum SD 2013 ... 11

2.1.3 Penguatan Pendidikan Karakter dan Kemampuan berpikir tingkat tinggi ... 14


(15)

xiii

2.1.3.2Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi ... 15

2.1.4 Pendekatan Tematik Integratif ... 18

2.1.5 Pendekatan Saintifik ... 21

2.1.6 Penilaian Otentik ... 22

2.1.6.1Pengertian Penilaian Otentik ... 22

2.1.6.2Pengembangan Penelitian Otentik ... 22

2.2. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran ... 24

2.1.1. Perangkat Pembelajaran yang di Kembangkan ... 29

2.3. Penelitian yang Relevan ... 34

2.4. Kerangka Berpikir ... 37

2.5. Pertanyaan Penelitian ... 40

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 41

3.2 Prosedur Pengembangan ... 45

3.2.1 Potensi dan Masalah ... 47

3.2.2 Pengumpulan Data ... 47

3.2.3 Desain Produk ... 47

3.2.4 Validasi Desain ... 48

3.2.5 Revisi Desain ... 48

3.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 49

3.4 Validasi Ahli Kurikulum SD 2013 ... 49

3.5 Validasi Guru Kelas 1 Pelaksana Kurikulum SD 2013 ... 50

3.6 Instrumen Penelitian ... 50

3.7 Teknik Pengumpulan Data ... 51

3.8 Teknik Analisis Data ... 51

3.8.1 Data Kuantitatif ... 52

3.8.2 Data Kualitatif ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Analisis Kebutuhan ... 55


(16)

xiv

4.1.2 Pembahasan Hasil Wawancara Analisis Kebutuhan ... 58

4.2Deskripsi Produk Awal ... 59

4.2.1 Silabus ... 60

4.2.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian(RPPTH) ... 61

4.3Data Uji Coba dan Revisi Produk ... 65

4.3.1 Data Validasi Pakar Kurikulum SD 2013 dan Revisi Produk ... 65

4.3.2 Data Validasi Guru SD yang Sudah Melaksanakan Kurikulum 2013 dan Revisi Produk... 69

4.4Kajian Produk Akhir dan Pembahasan ... 71

4.4.1 Kajian Produk Akhir... 72

4.4.1.1Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik harian (RPPTH)... 72

4.4.2 Pembahasan ... 74

BAB V PENUTUP 5.1Kesimpulan ... 79

5.2Keterbatasan Pengembangan ... 80

5.3Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 82


(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum ... 12

Tabel 2.2 Penyempurnaan Pola Pikir ... 13

Tabel 3.1 Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 49

Tabel 3.2 Konversi Nilai Skala Lima ... 52

Tabel 3.3 Kriteria Skor Lima ... 54

Tabel 4.1. Komentar Pakar Kurikulum 2013 dan Revisi ... 68

Tabel 4.2 Komentar Guru Kelas I SD dan Revisi ... 70


(18)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Revisi Taksonomi Bloom ... 16 Gambar 2.2 Model Pengembangan Pembelajaran Kemp ... 24 Gambar 2.3 Kerangka Pikir... 39 Gambar 3.1 Bagan Langkah-langkah Prosedur Pengembangan Bahan Ajar

Borg dan Gall ... 41 Gambar 3.2 Bagan langkah prosedur pengembangan Perangkat


(19)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Wawancara ... 85

Lampiran 2 Surat Pernyataan Wawancara ... 86

Lampiran 3 Hasil wawancara ... 87

Lampiran 4 Data Mentah Validasi Pakar ... 89

Lampiran 5 Data Mentah Validasi Guru ... 98

Lampiran 6 Silabus Tema 7 ... 107

Lampiran 7 Biodata Penulis ... 159 Lampiran 8 Perangkat Pembelajaran (di cetak Terpisah)


(20)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang masalah

Pendidikan adalah sebuah persoalan yang khas dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, pendidikan dapat diartikan dari sudut padang yang luas yakni segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui suatu hal yang ingin diketahui. Selain itu, pendidikan juga dapat diartikan dengan pendekatan dalam arti sempit, yaitu seluruh kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di dalam lembaga pendidikan sekolah (Suhartono, 2009: 43-46). Pendidikan yang baik, idealnya dapat memberikan pembelajaran yang efisien, sehingga tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat tercapai. Dalam sistem pendidikan, belajar merupakan hal pokok dan utama .

Belajar dapat kita lihat sebagai suatu fenomena alamiah yang terjadi dalam kehidupan setiap insan. Belajar tidak hanya berlangsung didalam bangku sekolah, dalam kehidupan sehari-hari pun, manusia selalu belajar. Sejak lahir, manusia belajar, belajar untuk melihat, mendengar, membau, meraba, dan mengecap. Sejak awal manusia memang belajar dengan suatu pengalaman yang utuh, dan tidak terpisahkan. Oleh karena itu, pendidikan yang ada di bangku sekolah, khususnya sekolah dasar, hendaknya menggunakan perangkat pembelajaran yang memuat suatu pengalaman yang utuh dan tak terpisahkan, sehingga dalam prosesnya peserta didik mampu menyerap pengalaman belajar dengan baik. karena melalui


(21)

2

pengalaman belajar yang baik, pengetahuan yang di dapatkan oleh peserta didik dapat bertahan lebih lama.

Perangkat pembelajaran merupakan bagian yang penting didalam kurikulum. Menurut Poerwati dan Amri (2013: 150) Perangkat pembelajaran meliputi : Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Silabus sebagai acuan pengembangan RPP diharapkan dapat menciptakan pembelajaran yang berlangsung secara interaktif, inspiratif, dan menyenangkan, serta memberikan ruang bagi kreativitas dan kemandirian siswa sesuai dengan bakat, minat, serta perkembangan fisik dan psikologisnya. Perangkat pembelajaran dikembangkan sesuai dengan kurikulum yang sedang digunakan dalam suatu satuan pendidikan.

Pemerintah mengharapkan adanya suatu pembelajaran yang efisien. Pembelajaran yang efisien tentunya membutuhkan perencanaan yang baik, sehingga tujuan dari pendidikan dapat tercapai. Oleh karena itu pemerintah mengadakan kurikulum 2013. Dimana kurikulum 2013 ini merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perencanaan pembelajaran dapat diwujudkan dengan penyusunan perangkat pembelajaran yang sering disebut dengan rancana pelaksanaan pembelajaran tematik harian (RPPTH). Dalam kurikulum 2013, RPPTH harus dibuat oleh pendidik sebelum melaksanakan pembelajaran, agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat tercapai dengan baik, sistematis, dan efisien. RPPTH juga dapat menjadi salah satu cara untuk meningkatkan mutu pembelajaran, karena RPPTH membantu pendidik untuk mengetahui sekenario pembelajaran, sehingga materi pembelajaran dapat tersampaikan semua, tanpa ada


(22)

3

yang terlewatkan. Peningkatan mutu pembelajaran dalam kurikulum pendidikan dirasakan sangat dibutuhkan dalam dunia pendidikan, khususnya sekolah dasar. Perbaikan-perbaikan yang dilakukan di dunia pendidikan harus secara berkelanjutan, agar sesuai dengan ranah kehidupan yang up to date, hal ini mencerminkan sifat dasar kurikulum yang dinamis dan harus menyesuaikan dengan perkembagan jaman dan ilmu pengetahuan. Kurikulum SD 2013 merupakan kurikulum yang baru-baru ini diterapkan di Indonesia. Kurikulum ini memuat peoses pembelajaran yang secara utuh dapat diajarkan kepada peserta didik. Oleh karena kurikulum SD 2013 ini baru diterapkan di Indonesia, maka tak jarang guru-guru sekolah dasar masih mengalami beberapa kesulitan dalam pembuatan perencanaan pembelajaran, sekaligus penerapan pembelajarannya didalam kelas.

Beberapa alasan dan bahan pertimbangan, mengapa KTSP berubah menjadi kurikulum 2013, alasan tersebut di kemukakan oleh Hidayat (2013: 12), diantaranya adalah: (1) perubahan proses pembelajaran (dari peserta didik yang diberi tahu, menjadi peserta didik yang mencari tahu) proses penilaiannya juga berubah, dari penilaian berbasis output menjadi penilaian berbasis proses dan output yang memerlukan penambahan jam pelajaran; (2) Kecenderungan banyak Negara yang menambah jam pelajaran; (3) Perbandingan dengan Negara-negara lain, bahwa jam pelajaran di Indonesia lebih singkat; (4) pembelajaran di Finlandia relatif singkat, karena didukung dengan pembelajaran tutorial. Selain itu, pergeseran paradigma belajar abad ke-21, juga menjadi alasan pengembangan/penyempurnaan KTSP. Tema pengembangan kurikulum 2013


(23)

4

adalah dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Hidayat, 2013: 122). Kurikulum 2013 juga diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk mampu lebih baik dalam melakukan obeservasi, bertanya, bernalar, dan mempresentasikan, apa yang telah mereka peroleh.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu A.I., guru kelas I SD Kristen Kalam Kudus, Yogyakarta, pada hari Senin, tanggal 21 April 2014, pukul 07.30-08.40 WIB, diperoleh informasi bahwa guru tersebut membutuhkan perangkat pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Menurut beliau kurikulum 2013 adalah sebuah penyempurnaan dari KTSP. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang sangat baik untuk diterapkan dalam kelas, karena peserta didik tidak merasakan adanya perbedaan dalam setiap muatan pelajaran, dan keobyektifan penilaian sangat membantu dalam menilai karakeristik peserta didik.

Kesulitan yang beliau hadapi adalah ketika harus membuat RPPTH yang harus menyesuaikan dengan latar belakang dan karakteristik peserta didik yang berbeda-beda. Selain itu, beliau juga mengalami kesulitan dalam beberapa hal, yang pertama adalah pengembangan kriteria penilaian, karena di sini beliau di tuntut untuk memberikan kriteria yang lebih tinggi setiap harinya. Kesulitan yang kedua adalah RPP yang disusun setiap hari, dengan rincian RPP yang begitu rumit, dan waktu yang terbatas, beliau merasa kesulitan. Yang ketiga adalah penilaian, beliau merasa sangat kuwalahan ketika beliau harus mengajar sekaligus menilai peserta didik satu persatu, beliau berharap bahwa dalam 1 kelas,


(24)

5

setidaknya ada 2 pengampu, agar penilaian terasa lebih mudah. Selain itu, kesulitan yang mendasar adalah ketika beliau harus menyatukan kurikulum SD 2013 dengan kurikulum sekolah yang menggunakan kurikulum Bible Base.

Berdasarkan fakta tersebut, peneliti akan membantu guru tersebut dengan membuat perangkat pembelajaran yang meliputi : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) beserta lampirannya yang terdiri dari materi ajar dan LKS, media pembelajaran, Instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci jawaban serta tugas dan rubrik penilaian berupa rencana pelaksanaan pembelajaran tematik harian (RPPTH).

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran subtema hewan di sekitarku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1) Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas produk perangkat pembelajaran subtema hewan di sekitarku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1) Sekolah Dasar?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengembangkan perangkat pembelajaran subtema hewan di sekitarku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1) Sekolah Dasar

2. Untuk mendeskripsikan kualitas produk prosedur perangkat pembelajaran subtema hewan di sekitarku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1) Sekolah Dasar.


(25)

6

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi mahasiswa

Mendapatkan pengalaman membuat dan mengembangkan perangkat pembelajaran subtema hewan di sekitarku yang mengacu pada kurikulum SD 2013.

2. Bagi guru

Mendapatkan inspirasi tentang pengembangan perangkat pembelajaran yang mengacu pada kurikulum SD 2013, khususnya subtema hewan di sekitarku. 3. Bagi siswa

Mendapatkan pengalaman pembelajaran pada subtema hewan di sekitarku yang menyenangkan.

4. Bagi sekolah

Menambah bahan bacaan bagi sekolah, terkait dengan kurikulum SD 2013, khususnya pada subtema hewan di sekitarku.

5. Bagi Prodi PGSD

Sebagai inspirasi untuk pengembangan selanjutnya pada perangkat pembelajaran SD yang mengacu pada kurikulum SD 2013.

1.5. Definisi Operasional

1. Kurikulum SD 2013 adalah kurikulum yang terintegrasi dengan menggunakan pendekatan tematik itegratif dan saintifik, dan juga penilaian otentik sebagai alat pelaporan proses dan hasil belajar siswa.


(26)

7

2. Pendidikan karakter adalah suatu proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan karsa.

3. Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan yang harus dicapai oleh peserta didik sesuai dengan teori Bloom yang telah di revisi, yaitu kemampuan untuk mengingat, memahami, menerapkan, menganalisa, mengevaluasi, serta membuat.

4. Pendekatan tematik integratif adalah pendekatan pembelajaran terpadu, yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa muatan pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik.

5. Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang mengarahkan poeserta didik untuk mampu merumuskan masalah dengan banyak bertanya, bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja, selain itu, pendekatan ini juga melatih peserta didik untuk berpikir analitis bagaimana cara mengambil keputusan.

6. Penilaian otentik adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai akuntabilitas publik.

7. Perangkat pembelajaran adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) beserta lampirannya yang terdiri dari materi ajar dan LKS, media pembelajaran, Instrumen penilaian yang berupa soal dan kunci jawaban serta tugas dan rubrik penilaian.


(27)

8

1.6. Spesifikasi Produk yang dikembangkan

1. Komponen RPPTH yang disusun lengkap. Terdapat beberapa komponen dalam RPPTH seperti : (1) kompetensi inti, (2) kompetensi dasar dan indikator, (3) tujuan pembelajaran, (4) materi pembelajaran, (5) metode pembelajaran, (6) media, alat dan sumber belajar,(7) langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (8) penilaian, dan (9) lampiram-lampiran.

2. RPPTH disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi siswa (intelektual, keterampilan, sikap sosial, dan sikap spiritual) yang nampak dalam perumusan indikator dan tujuan pembelajaran. Dalam perumusan indikator pada setiap muatan pembelajaran terdapat 4 ranah yang harus diajarkan dalam setiap kegiatan pembelajaran yaitu KI-1 ( sikap spriritual), KI-2 (sikap sosial) , KI-3 (pengetahuan), dan KI-4 (keterampilan).

3. RPPTH disusun dengan pendekatan tematik integratif. Pendekatan tematik integratif, artinya dalam setiap kegiatan pembelajaran terdapat beberapa muatan pelajaran yang diajarkan. Pergantian setiap muatan pelajaran berjalan dengan landai sehingga pembelajaran tidak terlihat terpisah-pisah tetapi sudah menjadi satu kesatuan yang utuh.

4. RPPTH disusun berbasis aktivitas siswa dengan menerapkan pendekatan saintifik, artinya dalam setiap kegiatan pembelajaran terdapat kegiatan mengamati, menanya, menalar, mencoba/ mempraktikan dan mengomunikasikan. Dengan pendekatan saintifik siswa menjadi lebih aktif dan dapat mengolah ilmu pengetahuan yang berasal dari berbagai sumber.


(28)

9

5. Penilaian dalam RPPTH menggunakan penilaian otentik. Dalam setiap kegiatan pembelajaran siswa tidak hanya dinilai dari segi pengetahuannya saja akan tetapi juga dinilai dari segi keterampilan, sikap sosial dan sikap spiritual. Dari segi pengetahuan teknik penilaiannya berupa soal yang terdiri dari soal tertulis atau lisan beserta kunci jawaban dan panduan penilaian. Dari segi keterampilan teknik penilaiannya berupa performance/ kinerja dan produk, instrumen yang digunakan berupa rubrik penilaian. Dari segi sikap sosial teknik penilaiannya berupa non tes dengan melakukan observasi dan instrumen penilaian yang digunakan berupa rubrik penilaian. Tidak jauh berbeda dari sikap sosial, untuk spiritual teknik peniaiannya menggunakan non tes berupa observasi dan instrumen penilaian yang digunakan berupa rubrik penilaian.

6. RPPTH disusun sesuai dengan ketentuan EYD. Penyusunan RPPTH harus memperhatikan EYD ( Ejaan Yang Disempurnakan) yang meliputi penulisan dan tanda baca.


(29)

10

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Kurikulum SD 2013

Peneliti menemukan banyak teori yang mengungkapkan pengertian tentang kurikulum, berikut ini merupakan beberapa pengertian kurikulum menurut para ahli. Menurut Madjid (2005: 2) kurikulum adalah suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan dalam situasi yang nyata di kelas. Selain itu, Indratno (dalam Yamin 2012: 15) memaparkan bahwa kurikulum juga dapat dipandang sebagai program dan isi dari suatu sistem pendidikan yang berupaya melaksanakan proses akumulasi pengetahuan antar generasi dalam masyarakat. Kurikulum merupakan sistem pendidikan yang memiliki sifat dasar dinamis, maka harus disuaikan dengan perkembagan jaman dan ilmu pengetahuan. Salah satu alas an mengapa kurikulum harus berubah adalah karena saat ini telah terjadi perubahan paradigma belajar.

Perubahan dan pengembangan kurikulum adalah suatu bukti bahwa kurikulum merupakan sistem pendidikan yang dinamis. Sejak Indonesia merdeka hingga saat ini, tercatat Indonesia mengalami perubahan sebanyak 9 kali perubahan. Saat ini Indonesia menggunakan kurikulum 2013. Kurikulum SD 2013 merupakan pengembangan dan penyempurnaan dari kurikulum 2006, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Orientasi kurikulum 2013 adalah terjadinya suatu peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap


(30)

(attitude), keterampilan (skill), dan pengetahuan (knowledge) (Hidayat, 2013: 113).

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang terintegrasi (integrated curriculum). Kurikulum terintegrasi merupakan kurikulum yang memungkinkan

peserta didik secara individu, maupun secara kelompok, aktif menggali dan menemukan konsep dan prinsip-prinsip secara holistik, bermakna dan otentik. Organisasi kurikulum terintegrasi menghilangkan batas-batas antara berbagai muatan pelajaran dan menyajikannya dalam bentuk unit atau keseluruhan (Poerwati dan Amri, 2013: 12). Konsep kurikulum 2013 dicita-citakan untuk mampu melahirkan generasi masa depan yang cerdas komperhensif, tidak hanya cerdas intelektualnya, tetapi juga cerdas emosi, sosial, dan spiritualnya (Hidayat, 2013: 113).

2.1.2. Rasional dan elemen perubahan Kurikulum SD 2013

Seperti yang telah kita ketahui, sebelum menerapkan kurikulum 2013, Indonesia telah menerapkan kurikulum 2006 (KTSP). Akan tetapi, dalam perkembangannya, KTSP mengalami beberapa permasalahan. Oleh karena itu, muncul beberapa alasan dan bahan pertimbangan, mengapa KTSP berubah menjadi kurikulum 2013, alasan tersebut di kemukakan oleh Hidayat (2013: 12), diantaranya adalah: (1) perubahan proses pembelajaran (dari peserta didik yang diberi tahu, menjadi peserta didik yang mencari tahu) proses penilaiannya juga berubah, dari penilaian berbasis output menjadi penilaian berbasis proses dan output yang memerlukan penambahan jam pelajaran; (2) Kecenderungan banyak Negara yang menambah jam pelajaran; (3) Perbandingan dengan Negara-negara


(31)

lain, bahwa jam pelajaran di Indonesia lebih singkat; (4) pembelajaran di Finlandia relatif singkat, karena didukung dengan pembelajaran tutorial.

Pergeseran paradigma belajar abad ke-21, juga menjadi alasan pengembangan/penyempurnaan KTSP. Tema pengembangan kurikulum 2013 adalah dapat menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan (Hidayat, 2013: 122). Pergeseran paradigma tersebut mengakibatkan kesenjangan antara kurikulum saat ini dengan konsep ideal dari kurikulum SD 2013.

Sejalan dengan itu, (Mulyasa, 2013: 61-63) menjabarkan kesenjangan kurikulum KTSP dengan Kurikulum SD 2013 mealui sebuah tabel yang dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel. 2.1 Identifikasi Kesenjangan Kurikulum

KONDISI SAAT INI KONSEP IDEAL

A. KOMPETENSI LULUSAN 1 Belum sepenuhnya menekankan

pendidikan karakter

1 Berkarakter mulia 2 Belum menghasilkan keterampilan

sesuai kebutuhan

2 Keterampilan yang relevan

3 Pengetahuan-pengetahuan lepas 3 Pengetahuan-pengetahuan terkait

B. MATERI PEMBELAJARAN 1 Belum relevan dengan kompetensi

yang dibutuhkan

1 Relevan dengan materi yang dibutuhkan

2 Beban belajar terlalu berat 2 Materi esensial

3 Terlalu luas, kurang mendalam 3 Sesuai dengan tingkat perkembangan

anak C. PROSES PEMBELAJARAN

1 Berpusat pada guru 1 Berpusat pada peserta didik

2 Proses pembelajaran berorientasi pada pada buku teks

2 Sifat pembelajaran yang kontekstual 3 Buku teks hanya memuat materi

bahasan

3 Buku teks memuat materi dan proses pembelajaran, sistem penilaian serta kompetensi yang diharapkan


(32)

D. PENILAIAN

1 Menekankan aspek kognitif 1 Menekankan aspek kognitif, afektif,

psikomotorik secara proposional 2 Tes menjadi cara penilaian yang

dominan

2 Penilaian tes pada portofolio saling melengkapi

E. PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

1 Memenuhi kompetensi profesi saja 1 Memenuhi kompetensi profesi, pedagogi, sosial, dan personal

2 Fokus pada ukuran kinerja PTK 2 Motivasi mengajar

F. PENGELOLAAN KURIKULUM 1 Satuan pendidikan mempunyai

pembebasan dalam pengelolaan kurikulum

1 Pemerintah pusat dan daerah memiliki kendali kualitas dalam pelaksanaan kurikulum di tingkat satuan pendidikan

2 Masih terdapat kecenderungan satuan pendidikan menyususn kurikulum tanpa mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan,

kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah.

2 Satuan pendidikan mampu menyusun

kurikulum dengan

mempertimbangkan kondisi satuan pendidikan, kebutuhan peserta didik, dan potensi daerah

3 Pemerintah hanya menyiapkan sampai standar isi mata pelajaran

3 Pemerintah menyiapkan semua

komponen kurikulum sampai buku teks dan pedoman

Kesenjangan diatas, dapat di atasi dengan penyempurnaan pola pikir dan penggunaan pendekatan baru dalam perumusan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Menurut Mulyasa (2013: 63) perumusan SKL di dalam KBK 2004 dan KTSP 2006 yang diturunkan dari Standar Isi (SI) harus diubah menjadi perumusan yang diturunkan dari kebutuhan. Penyempurnaan pola pikir perumusan kurikulum dapat dilihat di Tabel 2.2.

Tabel 2.2 Penyempurnaan Pola Pikir

No. KBK 2004 KTSP 2006 Kurikulum SD 2013

1. Standar Kompetensi Lulusan

diturunkan dari Standar Isi

Standar Kompetensi Lulusan diturunkan dari kebutuhan 2. Standar Isi dirumuskan

berdasarkan Tujuan Mata Pelajaran (Standar Kompetensi Lulusan Mata Pelajaran) yang

Standar Isi diturunkan dari Standar Kompetensi Lulusan melalui Kompetensi Inti yang bebas mata pelajaran


(33)

dirinci menjadi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

3. Pemisahan antara mata pelajaran pembentukan sikap, pembentukan keterampilan, dan pembentukan pengetahuan

Semua mata pelajaran harus

berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan, dan pengetahuan 4. Kompetensi diturunkan dari mata

pelajaran

Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai 5. Mata pelajaran lepas satu dengan

yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah

Semua mata pelajaran diikat oleh Kompetensi Inti (tiap kelas)

Pola penyempurnaan kurikulum dapat berjalan selaras apabila mempertimbangkan faktor perubahan pasa kurikulum. Faktor perubahan kurikulum salah satunya adalah penguatan tata kelola kurikulum. Pelaksanaan kurikulum menempatkan kurikulum sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum SD 2013 untuk SD/MI diubah dan disesuaikan dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Oleh karena itu dalam Kurikulum SD 2013 dilakukan penguatan dalam tata kelola seperti tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja yang bersifat kolaboratif yaitu guru harus mampu bekerjasama satu dengan yang lainnya dalam menciptakan pembelajaran yang baru.

2.1.3. Penguatan Pendidikan karakter dan kemampuan berpikir tingkat

tinggi

2.1.3.1 Penguatan pendidikan karakter

Pendidikan adalah sebuah persoalan yang khas dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, pendidikan dapat diartikan dari sudut padang yang luas yakni segala jenis pengalaman kehidupan yang mendorong timbulnya minat belajar untuk mengetahui dan kemudian bisa mengerjakan sesuatu hal yang telah diketahui. Selain itu, pendidikan juga dapat diartikan dengan pendekatan dalam


(34)

arti sempit, yaitu seluruh kegiatan yang direncanakan serta dilaksanakan secara teratur dan terarah di dalam lembaga pendidikan sekolah (Suhartono, 2009: 43-46).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2011: 213) karakter dapat diartikan sebagai sifat-sifat khas yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Karakter merupakan serangkaian pemikiran (cognitive), perasaan (affectives), dan perilaku (behaviors) yang sudah menjadi kebiasaan (habits) menurut Zuchdi,dkk (2012: 16).

Pendidikan karakter merupakan upaya yang dilakukan untuk mengembangkan karakter yang baik (good character), dan berlandaskan kebijakan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun dalam masyarakat (Saptono, 2011: 23).

2.1.3.2Kemampuan berpikir tingkat tinggi.

Pada kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran untuk semua jenjang pendidikan, dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah, dimana proses pembelajaran harus mencakup tiga ranah/ domain (Bloom dalam Rusman 2013: 171-172), yaitu:

1) Ranah kognitif yang menekankan pada aspek intelektual dan memiliki jenjang dari yang rendah sampai yang tinggi.

2) Ranah afektif yang menekankan pada sikap, perasaan, emosi, dan karakteristik moral yang diperlukan siswa dalam kehidupan bermasyarakat.

3) Ranah psikomotor yang menekankan pada kecakapan fisik, yang dapat berupa gerakan atau keterampilan fisik siswa.


(35)

Taksonomi Bloom memuat dimensi proses kognitif mulai dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi yaitu, 1) Tahap mengingat; 2) Tahap memahami; 3) Tahap menerapkan; 4) Tahap menganalisis; 5) Tahap mengevaluasi; 6) Tahap mencipta. Kemampuan berfikir Taksonomi Bloom dapat digambarkan sebagai berikut:

2.1 Gambar taksonomi Bloom revisi

Tingkatan taksonomi Bloom diatas dapat dijabarkan satu persatu sebagai berikut:

1) Mengingat : pada tahapan ini siswa diharapkan mampu mengingat pelajaran yang telah mereka ikuti.

2) Memahami : dengan mengingat, siswa tidak lantas dapat memahami apa yang mereka pelajari, oleh karena itu pemahaman amatah penting untuk pencapaian sebuah pembelajaran dalam taksonomi Bloom.

3) Menerapkan : ingatan ataupun pemahaman siswa, dapat lebih tajam lagi jika siswa diajak untuk mencoba menerapkan pemahaman tersebut.

4) Menganalisis : pada tahapan ini, siswa diajak untuk mencari tahu kebenaran dari pembelajaran yang didapatkan dengan melakukan analisis.


(36)

5) Mengevaluasi : pada tahap ini siswa diharapkan mampu mengevaluasi hasil analisis yang telah dilaksanakannya.

6) Mencipta : jika siswa dapat melakukan ke lima tahapan diatas, maka siswa akan mampu menciptakan sesuatu dari hasil belajarnya.

Taksonomi Bloom (dalam Anderson 2010: 43) memuat dimensi proses kognitif. Pada tahap mengingat dapat dikatakan dengan mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang. Dalam tahap memahami, siswa mulai mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru. Sedangkan dalam tahap mengaplikasikan, peserta didik mulai menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu. Kemudian tahap menganalisis dimana peserta didik bisa memecah-mecah materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan. Tahap mengevaluasi, pada tahap ini peserta didik sudah bisa mengambil keputusan berdasarkan kriteria. Tahap sintesis atau mencipta peserta didik sudah bisa memadukan bagian-bagian untuki membentuk sesuatu yang baru atau untuk membuat suatu produk yang orisinal.

Aspek kemampuan berpikir tingkat tinggi meliputi: aspek analisa, aspek evaluasi, dan aspek mencipta sebagai pedoman berpikir. Salah satu karakter belajar abad ke-21, adalah Critical thinking and problem solving, pada karakter ini peserta didik diminta untuk berpikir untuk berusaha menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan suatu masalah yang dialaminya dengan mandiri, peserta didik juga memiliki kemamapuan untuk menyususn,


(37)

mengungkapkan, menganalisa, dan menyelesaikan masalah. Siswa yang mampu memecahkan suatu masalah yang mewakili kejadian yang nyata, sebenarnya dia telah terlibat dalam perilaku berpikir. Pencapaian pemecahan suatu masalah mengakibatkan peserta didik belajar sesuatu yang dapat di generalisasikan pada masalah yang lain. Dalam hal ini peserta didik telah mencapai suatu kemampuan baru yang didapatkan dari berpikir atau aturan tingkat tinggi. Berpikir rasionl dan berpikir kritis adalah suatu perwujudan dari perilaku belajar terutama yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Berpikir rasional peserta didik dituntut untuk menggunakan logika dalam menentukan sebab-akibat, menganalisis, menarik kesimpulan, dan bahkan menciptakan hukum teoritis. Sedangkan dalam berpikir kritis, peserta didik dituntut untuk menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kekurangan maupun kelebihannya. Jadi Kurikulum SD 2013 ini bertujuan mendorong siswa utuk berpikir tingkat tinggi, rasional, dan kritis.

2.1.4. Pendekatan tematik integratif

Pendekatan tematik integratif merupakan yang muncul, setelah dibuat penyempurnaan pola pikir dari KTSP ke Kurikulum 2013. Pola pikir pada kurikulum 2013 menunjukkan bahwa karakteristik pada kurikulum ini hampir sama dengan konsep pembelajaran kontekstual. Suprijono (2011: 79) mengungkapkan pembelajaran kontekstual merupakan pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru untuk mengaitkan pengetahuan siswa, sehingga mereka berusaha menemukan sendiri hubungan antara materi tersebut dengan kehidupannya.


(38)

pembelajaran kontekstual juga sering disebut dengan Contextual Teaching and Learning (CTL). Dalam hal ini, Sumiati dan Asra (2009: 14) menjabarkan

bahwa pembelajaran kontekstual lebih menyoroti pada bagaimana cara guru mengaitkan materi dengan penerapannya dalam kehidupan nyata siswa. Pembelajaran kontekstual berfokus pada perkembangan ilmu yang berkaitan dengan dunia nyata siswa.

Berdasarkan uraian yang telah peneliti jabarkan, dapat di tarik kesimpulan, bahwa pembelajaran kontekstual mendorong siswa untuk lebih mengutamakan pengetahuan dan pengalaman nyata dalam setiap pembelajaran, serta mendorong siswa untuk berpikir tingkat tinggi, menggunakan pendekatan yang berpusat pada siswa atau Student Centered.

Suprijono (2011: 80-81) memaparkan bahwa pembelajaran kontekstual memiliki tiga prinsip pokok yaitu: (1) adanya saling ketergantungan antar materi satu dengan lainnya (keterkaitan antar materi), (2) pengenalan keberagaman realitas kehidupan (hal-hal yang dipelajari sangat dekat dan nyata bagi siswa), dan (3) pengaturan diri yang dapat membuat siswa berani mengekspresikan potensi diri yang dimiliki (self control).

Selain memiliki prinsip pembelajaran, pembelajaran kontekstual juga memiliki komponen yang penting dalam pembelajaran seperti yang dijabarkan oleh Nurhadi dalam Sagala, (2009: 88-91), yaitu komponen konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian yang otentik.


(39)

Dalam pembelajaran tematik, terdapat beberapa karakteristik yang dapat membedakan dengan model pembelajaran yang lain, yaitu dalam pembelajaran tematik lebih berpusat pada siswa (Student centered). Hal ini lebih menempatkan siswa sebagai subjek, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator. Guru sebagai fasilitator artinya guru hanya memberikan kemudahan pada siswa dalam proses kegiatan belajar di sekolah.

Pembelajaran tematik juga memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Direct experiences atau pengalaman langsung yang dihadapkan siswa adalah sesuatu yang konkret yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, hal ini digunakan sebagai dasar untuk memehami hal-hal yang bersifat abstrak dalam pembelajaran. Pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang dekat dengan kehidupan peserta didik. Hal itu membuat peserta didik mampu memahami konsep secara utuh, sehingga membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa dalam kehidupan sehari-hari (Majid, 2014: 89-90)

Menurut Hesti (dalam Majid, 2014: 90) karakteristik pembelajaran tematik yaitu: 1) Holistik yaitu suatu gejala yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran tematik diamati dari berbagai bidang, bukan dari sudut yang terkotak-kotak, 2) Bermakna yaitu mengkaji fenomena dari berbagai aspek, 3) Otentik yaitu memungkinkan siswa memahami secara langsung mengenai konsep dan prinsip yang dipelajari, 4) Aktif, memlalui pendekatan inkuiri siswa secara aktif dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai evaluasi.


(40)

2.1.5. Pendekatan saintifik

Dalam kurikulum 2013, kegiatan pembelajaran menggunakan salah satu model pembelajaran terpadu menurut Robin Forgaty (dalam Majid, 2014: 193), yaitu model jaring laba-laba (webbed model). Medol webbed ini mengangkat pendekatan tematis sebagai acuan utama bahan dan kegiatan pembelajaran. Proses pembelajaran pada model ini menggunakan pendekatan saintifik. Kemdikbud (dalam Majid, 2014: 193) memaparkan bahwa pendekatan saintifik juga sering disebut dengan pendekatan pembelajaran ilmiah, dimana pendekatan saintifik dapat mendorong siswa dalam mencari tahu dari berbagai sumber observasi, bukan diberi tahu. Pendekatan saintifik memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah.

Dengan pendekatan saintifik, siswa mampu merumuskan masalah, bukan hanya menjawab masalah, selain itu siswa dilatih untuk berpikir analitis ( bagaimana siswa mengambil keputusan, bukan hafalan). Menurut Sudarwan (dalam Majid, 2014: 194), pendekatan saintifik memiliki 5 ciri yaitu : penonjolan dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran.

Pendekatan saintifik adalah suatu pendekatan yang mendorong siswa untuk berpikir secara analitis, dimana proses pembelajaran yang dilakukan melalui pengamatan, penalaran, dan penemuan siswa, dengan memperhatikan kolaborasi dan kerjasama antar siswa dalam sebuah pemecahan masalah.


(41)

2.1.6. Penilaian Otentik

2.1.6.1Pengertian Penilaian Otentik

Otentik atau autentik, dalam pembelajaran terpadu (tematik integratif) memungkinkan siswa untuk memahami konsep pembelajaran secara langsung, bukan hanya sekedar pemberitahuan dari gurunya. Penilaian dengan caara portofolio merupakan salah satu bentuk dari penilaian otentik. Penilaian otentik dikenal juga dengan berbagai istilah seperti penilaian kinerja (performace assessment), penilaian alternatif (alternative assessment), penilaian langsung

(direct assessment) dan penilaian realistis (realistic assessment). Penilaian otentik

dikatakan sebagai penilaian kinerja, karena siswa dalam hal-hal tertentu diminta untuk melakukan tugas-tugas dengan aksi nyata. Penilaian otentik dikatakan sebagai penilaian alternatif, karena dapat difungsikan sebagai alternatif untuk menggantikan penilaian tradisional. Penilaian otentik dikatakan sebagai penilaian langsung, karena memberikan lebih banyak bukti langsung dari aplikasi bermakna pengetahuan dan keterampilan dalam konteks dunia nyata. Penilaian otentik dikatakan sebagai penilaian realistis karena penilaian dapat dihubungkan dengan penerapan dalam kehidupan nyata. Menurut Nugiyantoro (2011: 23) penilaian otentik (authentic assessment) menekankan pada kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan pengetahuan yang mereka miliki secara nyata dan bermakna.

Beberapa pengertian penilaian otentik menurut para ahli. Menurut Muller (dalam Nugiyantoro 2011: 23), penilaian otentik merupakan penilaian kinerja yang menuntut siswa unjuk mempraktikkan keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan akan pengetahuan yang dimilikinya. Sejalan dengan


(42)

itu, pusat kurikulum (dalam Majid, 2014: 236) memaparkan bahwa penilaian otentik (authentic assessment) adalah suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan inforrmasi tentang proses dan hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian, pelaksanaan berkelanjutan, bukti-bukti otentik, akurat, dan konsisten sebagai hasil pembelajaran siswa. Johnson (dalam Majid, 2014: 236) mengatakan bahwa penilaian otentik memberikan kesempatan pada siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari dan kuasai. Johnson juga mengatakan bahwa penilaian otentik berfokus pada tujuan, melibatkan pembelajaran secara langsung, membangun kerja sama, dan menanamkan cara berpikir tingkat tinggi. Pokey dan Siders (dalam Majid, 2014: 236) menambahkan bahwa penilaian otentik dapat diartikan sebagai upaya untuk mengevaluasi pengetahuan atau keahlian siswa yang mendekati konteks kehidupan nyata.

Jadi penilaian otentik dapat diartikan sebagai penilaian yang mengedepankan penilaian pada kinerja siswa dalam memperagakan keterampilan yang ia miliki, sesuai dengan tingkat kemampuan siswa tersebut. Hal ini mendorong siswa untuk mengkonstruksi pemahamannya sendiri terhadap suatu materi atau pengetahuan tertentu, sehingga pengetahuan yang ia dapatkan dapat bertahan lama dalam memorinya.

2.1.6.2Pengembangan Penilaian Otentik

Pengembangan penilaian menurut Mueller (2008) dalam Nugiyantoro (2011:30) terdapat beberapa langkah yang harus ditempuh, yaitu: (1) penentuan standar; (2) penentuan tugas otentik; (3) pembuatan ktriteria; (4) pembuatan rubrik.


(43)

2.2.Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran

Model pengembangan pembelajaran yang penulis gunakan merupakan pengembangan model desain instruksional yang digagas oleh Jerold. E. Kemp. Menurut Kemp (dalam Trianto, 2012: 81) pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang berkelanjutan, dalam lingkaran ini tiap langkah pengembangan berhubungan dengan aktivitas revisi.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model pengembangan perangkat pembelajaran menurut Kemp yang telah dimodifikasi dikarenakan lebih lengkap dibandingkan perangkat pembelajaran lainnya. Berikut akan disajikan bagan model desain pembelajaran dalam Morrison (2011: 12)

Gambar 2.2 Bagan Desain Model pengembangan Perangkat Pembelajaran oleh Kemp dalam Morrison (2011: 12)


(44)

Desain siklus pembelajaran model Kemp diatas, dapat di jabarkan satu persatu sebagai berikut:

1) Identifikasi Masalah Pembelajaran (Instuctional Problems).

Tujuan dalam siklus ini adalah untuk mengidentifkasi adanya kesenjangan antara tujuan menuru kurikulum dengan fakta yang terjadi dilapangan. Kensenjangan yang diamati dalam hal ini menyangkut model, pendekatan, metode, teknik, maupun strategi yang digunakan guru untuk mencapai pembelajaran.

2) Analisis Karakteristik Siswa (Learner Characteristics).

Siklus kedua ini dilakukan untuk mengetahui tingkah laku awal siswa (mengidenifikasi keterampilan-keterampilan khusus yang harus dapat siswa lakukan) dan karakteristiknya (memperhatikan ciri, kemampuan, dan pengalaman siswa baik sebagai individu maupun sebagai kelompok).

3) Analisis Tugas (Task Analysis).

Jika menurut Kemp,dkk (1994: 58) analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menentukan isi suatu pembelajaran, itu akan berbeda menurut pendapat Nur (2002: 3) yang menyatakan bahwa analisis tugas adalah alat yang digunakan guru untuk mengidentifikasi bagaimana tercapainya sebuah pembelajaran. Meskipun demikian, pada dasarnya analisis tugas dilakukan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan prasyarat yang harus dipelajari dan diikuti oleh siswa untuk mempelajari suatu proses. Analisis ini akan menghasilkan suatu diagram atau carta yang berisi hubungan antar keterampilan yang dimiliki siswa. Dengan kata lain, analisis tugas bertujuan


(45)

untuk analisis isi pelajaran, analisis konsep, analisis prosedural, dan analisis pemrosesan informasi.

4) Merumuskan Indikator (Instructional Objectives).

Pada hakikatnya indikator merupakan tujuan pembelajaran yang diperoleh dari hasil analisis tugas/ analisis tujuan seperti yang telah di paparkan oleh Trianto (2012: 85). Pada tahap ini indikator dirumuskan dengan fungsi sebagai : (1) alat untuk mendesain kegiatan pembelajaran; (2) alat kerja dalam perencanaan evaluasi hasil belajar siswa; (3) panduan dalam belajar siswa.

5) Urutan Isi (Content Sequencing)

Menentukan isi berdasarkan tingkat kesulitan supaya dapat membantu peserta didik dalam memahami pembelajaran.

6) Strategi Pembelajaran (Instructional Strategies)

Pemilihan strategi belajar yang sesuai dengan tujuan merupakan salah satu tahapan yang harus dilaksanakan dalam pengembangan sistem pembelajaran menurut Kemp. Kegiatan ini meliputi pemilihan model, pendekatan, metode, pemilihan format, yang dipandang dapat memberikan pengalaman yang berguna untuk mencapai tujuan khusus pembelajaran. tujuan pembelajaran khuss dan kategori hasil belajar yang akan dicapai meliputi keterampilan intelektual, informasi verbal, keterampilan motorik dan sikap.

7) Cara Penyampaian Pesan atau Isi Pembelajaran (Designing the Message) Menyampaikan pesan pembelajaran dengan pemilihan gambar atau media yang akan digunakan dalam pembelajaran yang dapat membantu peserta didik memahami pengetahuan.


(46)

8) Instruksi Pengembangan (Development of Instruction)

Instruksi pengembangan dilakukan setelah menyelesaikan analisis dan rancangan, proses ini menghasilkan bahan ajar yang akan digunakan seperti video pembelajaran ataupun materi yang akan diberikan.

9) Penyusunan Instrumen Evaluasi (Evaluation Instruments)

Penyusunan instrument alat evaluasi digunakan untuk mengukur ketuntasan indikator dan ketuntasan penguasaan sisa setelah proses pembelajaran yang didasarkan pada jumlah soal yang dijawab benar. Penilaian hasil belajar atau yang sering disebut dengan evaluasi merupakan unsur terakhir dalam proses perancangan pembelajaran.

10)Evaluasi Sumatif (Summative Evaluation)

Evaluasi sumatif berfungsi untuk mengukur tingkat pencapaian tujuan-tujuan utama pada akhir pembelajaran. Penilaian sumatif meliputi hasil ujian akhir unit dan uji akhir untuk pelajaran tertentu.

11)Evaluasi Formatif (Formative Evaluation)

Evaluasi formatif merupakan bagian penting dari proses pengembangan yang berfungsi sebagai pemberi informasi bagi pengajar atau tim pengembang seberapa baik program yang telah berfungsi. Penilaian formatif dilaksanakan selama pengembangan dan uji coba.

12)Evaluasi Penegasan (Confirmative Evaluation)

Evaluasi penegasan dilakukan untuk mengetahui apakah semua telah selesai atau belum sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (Morrison, 2011: 17).


(47)

13)Revisi Perangkat Pembelajaran (Revision)

Dalam sebuah langkah pengembangan kegiatan revisi adalah hal yang dilakukan secara terus-menerus guna mendapatkan hasil yang maksimal. Seperti yang pernah di paparkan oleh Kemp bahwa setiap langkah rancangan pembelajaran selalu berhubungan dengan kegiatan revisi. Revisi dilakukan berdasarkan masukan dan penilaian dari validator yang telah melakukan validasi terhadap perangkat pembelajaran yang telah dibuat.

Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini adalah RPPTH, materi ajar, Instrumen penialain, dan LKS. RPPTH merupakan rencana atau rancangan kegiatan yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang telah dijabarkan dalam silabus, serta perangkat pembelajaran tematik integratif yang disusun sesuai dengan standar Kurikulum SD 2013. Perangkat pembelajaran ini berisi materi dan soal-soal latihan sebagai pedoman guru dalam mengajar.

14)Perencanaan (Planning)

Pengaturan rancangan usaha berbeda pada tingkatan komleksitas dan jumlah dari perencanaan dan pengaturan yang diperlukan untuk sebuah pengaturan proyek pembelajaran yang ditentukan oleh jangkauan dari proyek pembelajaran tersebut.


(48)

15)Pelaksanaan (Implementation)

Perencanaan yang matang dan keterlibatan orang lain selama proses perancanagn instruksi dapat meningkatkan pelaksanaan dan penerapan instruksi tersebut. Pelaksanaan seperti evaluasi formatif, dimulai pada awal proses desain instruksional. Perencanaan pelaksanaan lebih awal dapat membantu memastikan peluncuran program instruksional berjalan dengan lancar.

16)Manajemen Proyek (Project Management)

Manajemen proyek sangat penting dilakukan dalam pengembangan perangkat pembelajaran. Upaya yang dibutuhkan untuk proyek ditentukan oleh ruang lingkup manajemen proyek.

17)Pelayanan Pendukung (Support Services)

Pelayanan pendukung yang dimaksud seperti staf tata usaha, kebijkan kepala sekolah, guru mitra dan tenaga – tenaga terkait lainnya. Selian itu anggaran atau dana, fasilitas, bahan, perlengkapan juga merupakan salah satu pelayanan pendukung yang dapat membantu berlangsungnya pengembangan.

2.2.1. Perangkat Pembelajaran yang Dikembangkan

Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH), materi ajar, instrumen penilaian, dan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan dijelaskan sebagai berikut.


(49)

2.2.1.1. Silabus

Salim (dalam Majid 2009: 98) memaparkan bahwa istilah silabus didefinisikan sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi dan materi pembelajaran. silabus adalah seperangkat rancangan pembelajaran yang berisi sistematika pembelajaran, komponen-komponen rencana bahan ajar pada jenjang dan kelas tertentu, sebagai hasil seleksi, pengelompokan, pengurutan, dan penyajian materi kurikulum yang dipertimbangkan berdasarkan kebutuhan daerah setempat.

Komponen silabus umumnya harus mencakup beberapa unsur diantaranya: tujuan pembelajaran, sasaran-sasaran mata pelajaran, keterampilan yang akan dikembangkan, urutan topik-topik yang akan diajarkan, aktivitas dan sumber-sumber belajar, dan juga berbagai teknik evaluasi yang digunakan. Komponen silabus yang lebih rinci juga dikemukakan oleh Rusman 2014:4, Rusman memaparkan bahwa silabus sebagai acuan pengembangan RPP, berisi uraian program yang mencantumkan : identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, standar kompetensi dan kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator penapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan sesuai kurikulum. Pendekatan yang dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran ini adalah pendekatan tematik terpadu dan pendekatan saintifik. Silabus menjadi panduan yang digunakan dalam membuat RPP.


(50)

Seperti yang tercantum dalam buku pedoman umum pengembangan silabus (Depdiknas 2004: 45), secara umum langkah-langkah dalam pembuatan silabus yaitu: 1) penulisan identitas sekolah dan mata pelajaran; 2) perumusan standar kompetensi; 3) penentuan kompetensi dasar; 4) penentuan materi pokok dan uraiannya; 5) penentuan pengalaman belajar; 6) penentuan alokasi waktu; 7) penentuan sumber bahan.

2.2.1.2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH)

Setelah menyusun silabus, langkah berikutnya adalah pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) merupakan bentuk perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh pendidik dalam kegiatan pembelajaran (Fadillah, 2014: 143). Setiap guru pada semua satuan pendidikan berkewajiban untuk menyusun RPP seara lengkap dan sisematis agar pembelajaran yang akan dilaksanakan dapat berjalan seara interaktif, inspiratif, kreatif, dan menyenagkan.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) disusun setiap pertemuan. Skenario dalam pembelajaran dikembangkan dari rumusan tujuan pembelajaran yang mengacu dari indikator untuk mencapai hasil belajar sesuai dengan Kurikulum SD 2013. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) disusun secara sistematis sesuai dengan pendekatan yang digunakan oleh peneliti. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) terdiri dari berbagai komponen, yaitu: (1) identitas sekolah, (2) Kompetensi inti Kurikulum SD 2013, (3) kompetensi dasar, (4) indikator, (5)


(51)

tujuan pembelajaran, (6) media, alat, dan sumber belajar, (7) materi pelajaran, (8) pendekatan dan metode pembelajaran, (9) penilaian, dan (10) lampiran-lampiran.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) dibuat sebanyak satu subtema, dalam satu subtema terdapat 6 pembelajaran. Pembelajaran dikelas bawah (kelas I) pada hari pertama hingga hari keempat memiliki alokasi watu (6x35 menit) setiap harinya. Sedangkan pembelajaran pada hari kelima dan keenam memiliki alokasi waktu (4x35 menit) setiap harinya. Setiap pembelajaran dibuat sesuai langkah-langkah yang mengaktifkan siswa sehingga peran guru hanya sebagai fasilitator.

Dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tematik Harian (RPPTH) harus di sertai dengan pedoman penilaian dan LKS yang dapat digunakan untuk alat ukur ketercapaian materi. Kerangka Lembar Kerja Sisiwa (LKS) merupakan landasan atau yang akan digunakan dalam menyusun LKS tematik integratif sesuai dengan pendekatan saintifik sesuai Kurikulum SD 2013 yang lebih rinci.

Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan ini adalah Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disusun sesuai acuan standar Kurikulum SD 2013. Lembar Kerja Siswa (LKS) berisi latihan soal yang sesuai kompetensi dan tujuan pembelajaran yang telah dirancang dalam RPPTH. Kegiatan pembelajaran dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) di sisipi nilai pendidikan karakter seperti kejujuran, toleransi, tanggungjawab, dan sebagaianya serta karakter spiritual yang berhubungan antara pribadi siswa dengan Tuhan Yang Maha Esa. Berikut ini peneliti akan menjabarkan mengenai Lembar Kerja Siswa (LKS).


(52)

Lembar Kerja Siswa (LKS) yang dikembangkan Peneliti berisi komponen-komponen yang disusun secra sistematis. LKS merupakan media belajar dan digunakan sebagai alat ukur ketercapaian materi. isi komponen Lembar Kerja Siswa (LKS) ini adalah: (1) pemetaan Kompetensi Dasar 1, 2, 3 dan 4 ; (2) mengenai ruang lingkup pembelajaran satu minggu; (3) pemetaan indikator mingguan. (4) pemetaan indikator harian; (5) keterangan pembelajaran pada hari ke berapa; (6) kolom identitas siswa seperti: nama, kelas, nomor; (7) tujuan pembelajaran yang sesuai dengan LKS; (8) alat dan bahan yang di gunakan sebagai pendukung dalam mengerjakan LKS; (9) petunjuk kegiatan yang dapat digunakan sebagai acuan siswa dalam mengerjakan LKS; (10) langkah-langkah kegiatan, dimana disitu berisi soal yang akan diujikan kepada peserta didik berguna untuk mengukur kemampuan atau pemahaman siswa selama belajar satu hari; (11) soal evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi pengetahuan siswa dalam aspek pengetahuan; (12) refleksi, hal ini berguna untuk merefleksikan kegiatan yang dilakukan peserta didik selama sehari. Ini juga dapat digunakan untuk memperbaiki proses pembelajaran esok hari; (13) kegiatan bersama orangtua. Hal ini digunakan sebagai langkah untuk mengetahui peran orangtua dalam mendukung anak dalam memperoleh pendidikan.

Pedoman penilaian ini berisi instrumen penelitian setiap muatan pelajaran. Penilaian berdasar pada Kompetensi Inti 1 sampai Kompetensi Inti 4 pada setiap muatan pelajaran. Setiap jenis penilaian berisi indikator, teknik penilaian, instrumen, tugas, rubrik penilaian, dan pedoman penskoran sesuai dengan rubrik berdasarkan indikator pencapaian.


(53)

Penilaian terhadap peserta didik terdapat empat aspek yang meliputi penilaian pengetahuan, penilaian keterampilan, sikap sosial, dan penilaian sikap spiritual. Penilaian kognitif (pengetahuan) menilai kemampuan siswa dalam akademik peserta didik. Penilaian keterampilan, berisi penilaian tentang keterampilan yang terkait dengan performance dan kerja siswa sehingga sebagian besar berupa produk-produk yang dihasilkan. Penilaian sikap terdiri dari sikap individu-sosial dan penilaian sikap spiritual. Penilaian sikap dilakukan dengan melihat karakter siswa atau sikap siswa dengan sesama dan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Daftar pustaka berisikan kajian pustaka yang digunakan peneliti dalam menyusun Lembar Kerja Siswa (LKS). Daftar pustaka ini memuat urutan buku-buku yang peneliti gunakan dalam pembuatan seperangkat pembelajaran yang disusun berdasarkan urutan abjad dari A – Z nama depan dari pengarang buku. Daftar pustaka yang digunakan tidak hanya buku akan tetapi berasal dari teks, artikel, skripsi, dan sumber lain yang mendukung.

2.3.Penelitian yang Relevan

Pengembangan perangkat pembelajaran, merupakan hal yang sedang banyak dibicarakan pada sistem pendidikan dalam semua jenjang. Berikut ini tiga penelitian yang relevan yang sesuai dengan pengembangan bahan ajar.

Pertama, penelitian pengembangan yang berjudul “Analisis Komponen-Komponen Pengembangan Kurikulum 2013 pada Bahan Uji Publik Kurikulum

2013” oleh Deden Cahya Kusuma (2013). Penelitian ini menyatakan bahwa


(54)

pendidikan. Adapun komponen-komponen pengembangan kurikulum meliputi : komponen tujuan, komponen isi, komponen metode, dan komponen evaluasi, dimana komponen-komponen ini saling berkaitan satu sama lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurikulum menduduki tempat yang paling penting dalam rangka menunjang operasi pembelajaran.

Kedua, penelitian yang berjudul “Pembelajaran Saintifik Elektronika

Dasar Berorientasi Pembelajaran Berbasis Masalah” oleh Rezti Fauziah, dkk

(2013). Penelitian ini memaparkan bahwa implementasi kurikulum baru (implementasi kurikulum 2013) sangat menonjolkan pendekatan saintifik dengan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memerlukan riset implementasi di kelas. Hasil penelitian menujukkan dampak positif terhadap peningkatan hard dan soft skill siswa.

Ketiga, Yunus Abidin (2012) juga melakukan penelitian yang berjudul Model Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman

Berorientasi Pendidikan Karakter”. Penelitian Yunus Abidin ini memaparkan

bahwa penilaian otentik merupakan saluran yang paling penting, sebab penilaian otentik dapat digunakan untuk mencakup pemilihan bahan ajar dan model pembelajaran. menurut Abidin, penilaian otentik memadukan pembelajaran melalui pengreasian aktivitas belajar yang dilakukan siswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Abidin, menunjukkan bahwa penilaian otentik berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan membaca pemahaman, dan karakter siswa.

Ketiga penelitian tersebut relevan terhadap penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Pada penelitian pertama membahas tentang komponen-komponen


(55)

pengembangan kurikulum meliputi : komponen tujuan, komponen isi, komponen metode, dan komponen evaluasi, dimana komponen-komponen ini saling berkaitan satu sama lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurikulum menduduki tempat yang paling penting dalam rangka menunjang operasi pembelajaran. Berdasarkan penelitian pertama, peneliti ingin membuat seperangkat perangkat pembelajaran yang mengacu kurikulum SD 2013 dengan komponen-komponen yang lengkap.

Penelitian kedua berkaitan dengan implementasi kurikulum baru (implementasi kurikulum 2013) yang sangat menonjolkan pendekatan saintifik dengan metode pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memerlukan riset implementasi di kelas. Hasil penelitian menujukkan dampak positif terhadap peningkatan hard dan soft skill siswa. Berdasarkan penelitian yang kedua peneliti akan mengembangkan perangkat pembelajaran berupa RPPTH, materi ajar, intrumen penilaian, dan LKS. Sasaran yang dituju adalah pembelajaran di kelas satu (1) Sekolah Dasar .

Penelitian ketiga yang membahas tentang penilaian otentik yang digunakan untuk mencakup pemilihan bahan ajar dan model pembelajaran. menurut Abidin, penilaian otentik memadukan pembelajaran melalui pengreasian aktivitas belajar yang dilakukan siswa. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Abidin, menunjukkan bahwa penilaian otentik berkontribusi terhadap peningkatan kemampuan membaca pemahaman, dan karakter siswa. Jika dalam penelitian sebelumnya penilaian otentik digunakan untuk menilai kemampuan membaca dan karakter siswa saja, maka peneliti akan mengembangkan penelitian tersebut


(56)

dengan membuat seperangkat penilaian otentik untuk pembelajaran pada subtema hewan disekitarku, yang mengacu pada kurikulum 2013.

Berdasarkan ketiga penelitian di atas, maka peneliti akan membuat pengembangan perangkat pembelajaran yang mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas 1 pada subtema hewan disekitarku, dengan menekankan pada pendidikan karakter dan penilaian otentik. Pendidikan karakter merupakan ciri khas dari kurikulum 2013, begitu juga dengan penilaian otentik. Penilaian otentik digunakan untuk menilai setiap detail kegiatan siswa.

Salah satu kelebihan dari penelitian ini adalah pembuatan perangkat pembelajaran khususnya pada subtema Hewan di Sekitarku untuk kelas I yang mengacu pada kurikulum 2013. Selama ini belum banyak penelitian yang berfokus pada kelas I, khususnya yang membuat perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran ini, nantinya akan dijadikan ruang lingkup penelitian. Produk yang dihasilkan berupa RPPTH mengacu kurikulum SD 2013, materi ajar, instrumen penilaian dan LKS. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model pengembangan perangkat pembelajaran menurut Kemp yang telah dimodifikasi

2.4. Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian pada subbab sebelumnya, maka disusun kerangka berfikir tentang pengembangan perangkat pembelajaran subtema hewan disekitarku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa sekolah dasar kelas 1. Kurikulum 2013 adalah kurikulum penyempurna dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), yang diusahakan oleh pemerintah untuk mempersiapkan


(57)

generasi bangsa yang baik. Akan tetapi, menurut survei kebutuhan yang peneliti lakukan dengan cara wawancara kepada guru kelas I di salah satu sekolah di lapangan, guru masih banyak membutuhkan contoh ataupun acuan dalam pembuatan perangkat pembelajaran. Oleh sebab itu, Penelitian yang dilakukan difokuskan oada pengembangan perangkat pembelajaran kelas 1 mengacu pada kurikulum 2013 yang dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan siswa, dengan memperhatikan karakteristik masing-masing siswa.

Berdasarkan alasan di atas, peneliti berusaha untuk mengembangkan sebuah perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum 2013 untuk sekolah dasar kelas 1. Ciri utama dalam kurikulum 2013 adalah pendekatan tematik integratif dan pendekatan saintifik. Perangkat pembelajaran yang dibuat oleh peneliti yaitu subtema hewan dan tumbuhan disekitarku dengan menggunakan pendekatan tematik terpadu (integratif) dan pendekatan saintifik menjadi pedoman dalam menyusun perangkat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Penilaian bagi siswa menggunakan penilaian otentik. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti pun belum sempurna dan masih perlu perbaikan.


(58)

Gambar 2.3. Bagan Kerangka Berpikir

Kurikulum SD 2013

1. Rasional pengembangan kurikulum SD 2013

2. Elemen perubahan kurikulum

3. Pendekatan tematik integratif dan saintifik

4. Penilaian otentik 5. Pendidikan karakter

Analisis Kebutuhan terhadap perangkat pembelajaran Kurikulum SD 2013 1. Guru belum memahami Kurikulum SD 2013 2. Perumusan indikator dan tujuan dalam

pembelajaran sesuai dengan buku guru 3. Belum memahami pendekatan saintifik 4. Penilaian otentik kurang dipahami 5. Cukup memahami pendidikan karakter 6. Perangkat pembelajaran Kurikulum SD 2013

sangat dibutuhkan guru

Spesifikasi Produk yang Dikembangkan 1. Komponen RPPTH yang disusun lengkap

2. RPPTH disusun dengan memperhatikan keutuhan perkembangan pribadi siswa (intelektual, keterampilan, sikap sosial, dan sikap spiritual) yang terdapat pada perumusan indikator dan tujuan pembelajaran

3. RPPTH disusun dengan pendekatan tematik integrative, dengan menonjolkan pendidikan karakter

4. Dalam RPPTH siswa yang dituntut aktif dengan penerapan pendekatan saintifik

5. RPPTH menggunakan penilaian otentik 6. RPPTH disusun sesuai EYD


(59)

2.5. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian teori diatas maka dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana mengembangkan perangkat pembelajaran subtema hewan di sekitarku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1) Sekolah Dasar?

2. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran subtema hewan di sekitarku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1) Sekolah Dasar menurut pakar kurikulum 2013?

3. Bagaimana kualitas perangkat pembelajaran subtema hewan di sekitarku mengacu kurikulum SD 2013 untuk siswa kelas satu (1) Sekolah Dasar menurut Guru SD kelas I?


(60)

41

BAB 3

Metode Penelitian

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang peneliti gunakan adalah metode penelitian dan pengembangan atau sering disebut dengan Research & Development (R&D). R&D merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dengan cara menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2013: 402). Penelitian R & D umumnya akan menghasilkan sebuah desain produk untuk di uji cobakan. Prosedur pengembangan menurut Borg dan Gall yang mencakup 10 langkah pengembangan yaitu : (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, (6) ujicoba produk, (7) revisi produk, (8)uji coba pemakaian, (9) revisi produk, (10) produksi masal.

. Berikut peneliti akan menjelaskan kesepuluh prosedur penelitian tersebut kedalam sebuah bagan lengkap dengan penjabarannya.

3.1. Bagan Langkah-langkah Prosedur Pengembangan Perangkat

Pembelajaran Borg dan Gall (Sugiyono, 2013: 406). Potensi dan Masalah Desain Produk Pengumpulan Data Validasi Desain Revisi Produk Uji Coba Pemakaian Uji Coba Produk Revisi Desain Revisi Produk lanjutan Produksi Masal


(61)

1. Potensi dan masalah

Penelitian Research and Development berangkat dari adanya potensi dan masalah yang ada di lapangan. Potensi merupakan segala sesuatu yang memiliki nilai tambah. Sedangkan masalah merupakan penyimpangan antara yang diharapkan dengan kenyataan yang ada. Sehingga potensi adanya masalah dapat diatasi dalam penelitian R&D dengan cara melakukan penelitian sehingga menemukan suatu model, pola, atau sistem penanganan terpadu yang efektif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.

2. Pengumpulan data

Dari penelitian yang menunjukkan adanya potensi masalah dilapangan, maka selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi faktual yang digunakan sebagai bahan untuk perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut.

3. Desain Produk

Produk yang dihasilkan dalam penelitian Research & Development bermacam-macam, sesuai dengan bidang pengembangannya. Dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian R&D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Produk-produk dalam bidang pendidikan misalnya kurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, perangkat pembelajaran, buku ajar, modul, dll.

Hasil akhir dari kegiatan penelitian pengembangan adalah berupa desain produk baru, yang lengkap dengan spesifikasinya sesuai dengan kebutuhan


(62)

dilapangan. Dalam penelitian ini akan menghasilkan perangkat pembelajaran yang dapat digunakan untuk membantu proses pembelajaran di sekolah.

4. Validasi desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai secara rasional keefektifan, kelebihan serta kekurangan rancangan produk. Dikatakan secara rasional, karena validasi yang dilakukan berdasarkan pemikiran rasional dari sang validator. Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang dirancang tersebut. Selain itu, validasi desain juga dapat dilakukan dalam forum diskusi. Sebelum diskusi dimulai, sebelumnya peneliti mempresentasikan proses penelitian hingga ditemukannya desain beserta keunggulannya.

5. Revisi desain

Desain produk, yang telah divalidasi melalui diskusi dengan para pakar dan para ahli lainnya, akan dapat ditemukan kelemahannya. Kelemahan tersebut selanjutnya diperbaiki dengan cara revisi desain oleh peneliti, sesuai dengan kritik dan saran dari tim pakar dan para ahli. Revisi desain dilakukan untuk memperbaiki kekurangan dari desain produk yang telah dibuat peneliti.

6. Uji coba produk

Setelah divalidasi dan direvisi, desain produk dalam bidang pendidikan seperti metode mengajar baru dapat langsung diuji coba dengan cara mensimulasikan. Tujuan dari uji coba produk adalah untuk mendapatkan informasi apakah metode mengajar baru tersebut lebih efektif dan efisien dibandingkan metode mengajar yang lama.


(63)

7. Revisi produk

Setelah melalui tahap uji coba, desain produk yang peneliti buat diketahui kelemahannya saat digunakan dilapangan. Kelemahan ini dapat di minimalisir dengan cara revisi produk dengan mengutamakan keefisienan produk.

8. Uji coba pemakaian

Uji coba pemakaian, dimaksudkan untuk menguji apakah suatu produk pendidikan layak dan memiliki keunggulan dalam tataran praktik. Dalam uji coba pemakaian kali ini, tujuannya bukan lagi menyempurnakan produk, karena produk diasumsikan sudah sempurna. Pengujian produk akhir, diterapkan dalam lingkup lembaga pendidikan yang luas. Dalam pengujian produk akhir, sebaiknya digunakan kelompok kontrol.

9. Revisi produk lanjutan

Revisi produk lanjutan dilakukan, apabila dalam pemakaian dalam lingkup lembaga pendidikan yang lebih luas ditemukan kekurangan atau kelemahan. Dalam uji pemakaian, sebaiknya peneliti sebagai pembuat produk selalu melakukan evaluasi kinerja produk. Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan.

10.Produksi masal.

Apabila produk yang berupa metode mengajar baru telah dinyatakan efektif dalam beberapa kali pengujian, maka produk berupa metode mengajar baru dapat diterapkan pada setiap lembaga pendidikan.


(1)

154 2.1 Berperilaku sportif

dalam bermain

sesuai fungsinya. Menentukan penggunaan benda sesuai fungsinya dengan menjawab latihan soal yang ada pada buku.

Mengomunikasikan Bercerita tentang benda kesayangannya Menyusun dan

merapikan benda. Bermain jual-beli dalam kelompoknya. Mengerjakan latihan yang ada pada buku. Bernyanyi lagu Pelangi. 2.2Bertanggung jawab

terhadap keselamatan diri sendiri, orang lain, dan lingkungan sekitar, serta dalam penggunaan sarana dan prasarana pembelajaran

2.7 Menerima kekalahan dan kemenangan dalam permainan

1.1 Menghargai tubuh dengan seluruh perangkat gerak dan kemampuannya sebagai anugrah Tuhan.


(2)

155 Menyebutkan kembali

warna pelangi sesuai nyanyian.

Berlatih menulis huruf tegak bersambung.

Mengerjakan latihan menyusun huruf menjadi kata dan mengelompokkan benda sesuai persamaan warna yang dimiliki. Menjelaskan bahwa lantai ruang kelas ditutupi dengan ubin yang memiliki bentuk dan ukuran sama Menyebutkan bangun datar mana saja yang bisa menutupi lahan yang diberikan secara penuh tanpa celah. Melakukan

pengubinan sesuai dengan latihan yang ada pada buku siswa.


(3)

156 Berlatih

memasangkan bola dengan jenis permainan.

Menyebutkan barang yang ingin dipinjam dari temannya. Mempraktikkan cara meminjam barang dari orang lain Menuliskan hasil pengamatannya pada tempat yang tersedia. Mencoba menutupi bagian segitiga besar menggunakan potongan segitiga yang berukuran kecil. Menggunting lalu menempelkan. Membandingkan jumlah potongan segitiga yang digunakan untuk menutupi kedua bangun segitiga Menentukan segi tiga


(4)

157 mana yang lebih luas

dan alasannya

(segitiga B lebih luas karena memerlukan potongan segitiga yang lebih banyak dari segitiga A). Menunjukkan barang bekas yang

dibawanya dari rumah.

Menyebutkan bentuk dasar dari bangun tersebut.

Memperhatikan benda yang ditunjukkan guru

Membuat mainan sederhana dari barang bekas yang dibawa. Menceritakan hasil karyanya.

Bermain tebak-tebakan benda. Menentukan harga mainan masing-masing.


(5)

158 Menentukan uang

yang harus

dibayarkan saat ingin membeli barang tersebut.

Mengerjakan latihan soal secara mandiri. Menarik karet dan menunjukkan bahwa karet dapat dibentuk dan ditarik.

Bermain lompat tali Melompat dan memutar tali. Bermain lompat tali.


(6)

159 formal pertama di Taman Kanak-Kanak Pertiwi, Pematang Tahalo, Jabung, Lampung Timur,

Lampung pada tahun 1999. Kemudian mendapatkan pendidikan dasar di SD Negeri 1

Pematang Tahalo, Jabung, Lampung Timur, Lampung, dan tamat pada tahun 2005.

Pendidikan menengah pertama diperoleh di SMP Negeri 1 Bandar Sribhawono, Lampung

Timur, Lampung, tamat pada tahun 2008. Pendidikan menengah atas diperoleh di SMA N 1

Bandar Sribhawono, Lampung Timur, Lampung, tamat pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, peneliti melanjutkan studi ke perguruan

tinggi swasta yang ada di kota pendidikan, Yogyakarta dan

terdaftar sebagai mahasiswi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta pada Falkutas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar terhitung

sejak tahun 2011. Peneliti mengakhiri studi di perguruan

tinggi dengan menulis skripsi yang berjudul

Pengembangan Perangkat Pembelajaran Subtema 2 Hewan di Sekitarku Mengacu Kurikulum 2013 untuk Siswa kelas satu (I) Sekolah Dasar”.