Faktor Psikososial Faktor-faktor Kesehatan Kerja 1. Faktor Fisik

digunakan dalam upaya penyesuaian faktor manusia dengan mesin dan peralatan serta perlengkapan kerja dan juga guna menetapkan cara kerja yang serasi dengan faktor manusia Suma’mur, 2009. Pelepasan energi mekanik yang berulang-ulang atau akibat posisi kerja yang kurang ergonomis untuk jangka waktu yang lama, dapat menimbulkan gangguan musculoskeletal, seperti repetitive strain injury, nyeri pinggang bagian bawah, dan hand arm vibration syndrome Harrianto, 2012.

2.6.5. Faktor Psikososial

Manusia dalam pekerjaannya bukan robot yang bekerja tanpa perasaan, pikiran dan kehidupan sosial. Manusia adalah mahluk yang paling kompleks. Manusia memiliki rasa suka dan benci. Manusia mempunyai kehendak, kemauan, angan-angan dan cita-cita. Manusia memiliki dorongan-dorongan hidup. Selain itu, manusia mempunyai pikiran dan pertimbangan yang menentukan sikap, pendirian dan perbuatannya. Juga manusia mempunyai pergaulan hidup, baik di rumahnya atau tempat kerjanya, maupun dalam masyarakat luas sekitarnya. Maka demikian pula seorang pekerja dan juga pengusaha memiliki pula perasaan, pikiran dan kehidupan sosial seperti itu. Kesemua hal tersebut menyebabkan pengaruh sangat dominan terhadap keadaan pekerja dalam pekerjaan dan melakukan pekerjaannya atau pengusaha dalam usaha dan menjalankan usahanya. Kehendak, kemauan, dan cita-cita seorang pekerja berpengaruh pula pada pekerjaannya. Mungkin pekerjaannya yang sekarang itu sama sekali bukan kehendak atau cita-citanya, sehingga yang bersangkutan bekerja sekadarnya. Atau siapa tahu Universitas Sumatera Utara pekerjaan yang dikerjakan itu sama sekali bertentangan dengan kehendak atau cita- citanya, melainkan hanya karena keadaan memaksanya untuk melakukan pekerjaan tersebut. Atau siapa tahu pula justru pekerjaan itu berlawanan dengan hati nurani dan rasa harga dirinya human dignity. Mengerjakan suatu pekerjaan yang benar-benar menjadi iclaman akan disertai semangat kerja penuh, motivasi kerja tinggi, kegairahan kerja, kebanggaan akan prestasi kerja dan penuh tanggung jawab serta dedikasi. Manusia memiliki pikiran dan pertimbangan. Salah satu pikiran yang selalu menggangu adalah pikiran yang berakar kepada kekhawatiran. khawatir kalau pekerjaan pada suatu waktu tidak akan ada lagi, oleh karena perusahaan bangkrut. Khawatir kalau dipecat dari pekerjaan. Khawatir berbuat salah. Dan aneka kekhawatiran lainnya. Kekhawatiran ini sering meningkat menjadi tegangan pikiran yang mengakibatkan pekerja yang bersangkutan menjadi sakit. Selain itu, suatu kekhawatiran kadang-kadang di selimuti dengan perbuatan yang seolah-olah di maksud untuk meniadakan kekhawatiran tersebut; misalnya seorang pekerja marah kepada atasannya oleh karena ia merasakan ketidakadilan perlakuan atasannya, kemarahannya dipendamnya, namun dalam pikiran ia benar- benar khawatir kalau atasannya mengetahui tentang kemarahannya kepada atasannya. Untuk menghidari diri dari kemungkinan atasannya mengetahui kemarahannya dan juga untuk menghilangkan kekhawatiran yang menggangu pikiran itu pekerja dimaksud sering tidak masuk kerja yang sesungguhnya perbuatan demikian Universitas Sumatera Utara dimaksudkan guna menutupi kekhawatirannya dan menghindari atasannya mengetahui tentang kemarahannya. Seorang pekerja adalah anggota atau pimpinan dari satu keluarga dan sekurang-kurangnya anggota pula dari masyarakat tempat pergaulan hidupnya. Kehidupan kekeluargaan sangat mempengaruhi pekerja dalam pekerjaan dan lingkungan kerjanya. Jika seorang pekerja berselisih dengan istrinya sebelum ia pergi bekerja. setidak-tidaknya kesan perselisihan tadi masih dibawanya ke tempat kerja, bahkan mungkin ia menjadi cepat sekali marah pada hari-hari tersebut. Tekanan hidup yang berat bagi keluarga pekerja tercermin pula dalam pekerjaannya, misalnya dalam bentuk pelambatan kerja atau perusakan alat. Suatu pekerjaan penuh risiko hanya boleh dikerjakan oleh seseorang yang kehidupan keluarganya memungkinkan perasaan dan pikiran stabil-mantap sehingga risiko pekerjaan dapat diatasi dan dilalui dengan mulus dan selamat. Demikian pula kehidupan dalam masyarakat memperlihatkan pengaruh yang cukup berarti kepada perilaku pekerja yang bersangkutan. Umumnya dapat dikatakan bahwa seorang pekerja yang baik mempunyai pergaulan hidup yang baik pula. Sebaliknya lingkungan hidup yang penuh kekerasan menyebabkan seseorang bertingkah laku keras dan kasar. Faktor-faktor di lingkungan kerja yang menyebabkan para pekerja tertekan jiwanya dapat mengakibatkan menurunnya produktivitas kerja, kecenderungan terjadinya kecelakaan kerja, kecanduan alkohol, penyalahgunaan obat-obatan, atau bahkan dapat menimbulkan terjadinya penyakit jiwa, seperti neorosis dan psikosis Harianto, 2012. Universitas Sumatera Utara

2.7. Pengendalian Faktor Kesehatan Kerja

Bagi pekerja di pencetakan batu bata, cara yang paling baik untuk menghindari bahaya kesehatan kerja adalah dengan menggunakan Alat Pelindung Diri APD mengurangi kontak dengan sumber infeksi dan ini dapat di lakukan dengan usaha kesehatan pribadi dan usaha perlindungan diri dalam bekerja. 2.8. Landasan Teori Penelitian Menurut Suma’mur 2009, faktor-faktor yang menjadi penyebab penyakit akibat kerja sebagai berikut: 1. Faktor fisik, seperti: a. Suara, yang bisa menyebabkan tuli akibat kerja. b. Radiasi sinar-sinar Rotgen atau sinar radioaktif, yang menyebabkan antara lain penyakit saluran darah dan kelainan kulit. Radiasi sinar inframerah bisa mengakibatkan katarak cataract pada lensa mata, sedangkan sinar ultraviolet menjadi sebab konjuntivitis foto elektrika conjunctivitis photoelectrica. c. Suhu yang terlalu tinggi menyebabkan heat stoke pukulan panas, kejang panas heat cramps, atau hiperpireksia hyperpyrexia, sedangkan suhu terlalu rendah antara lain menimbulkan frostbite. d. Tekanan udara tinggi menyebabkan penyakit kaison caisson desease. e. Penerangan lampu yang buruk dapat menyebabkan kelainan kepada indera penglihatan atau kesilauan yang memudahkan terjadinya kecelakaan. Universitas Sumatera Utara