Pada tahap pembakaran batu bata berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis mengamati bahwa terjadi radiasi pada tenaga kerja karena
harus bekerja pada tungku pembakaran yang disebabkan nyala apinya sangat panas yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan seperti iritasi kulit dan keringat
berlebihan. Bahaya faktor fisik yang dapat terjadi pada tenaga kerja pencetakan batu bata
tradisional di gampong beureugang ini seperti iritasi kulit dan keringat berlebihan yang disebabkan karena panas dan terganggunya komunikasi pekerja akibat bising
dan berdebar-debarnya jantung akibat getaran yang terjadi pada tangan dan seluruh badan.
5.2. Bahaya Faktor Kimia
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan informan maka diketahui bahwa ada beberapa faktor kimia yang dapat mengganggu kesehatan tenaga
kerja pada pencetakan batu bata yaitu pada tahap pembakaran dimana proses pembakaran ini menghasilkan bahan kimia antara lain:
- Asap Asap berasal dari proses pembakaran kayu untuk memanaskan batu bata di dalam
tungku maka dari proses pembakaran ini akan mengeluarkan asap yang bisa mengganggu kesehatan tenaga kerja dan lingkungan pekerja dimana tempat ia
bekerja.
Universitas Sumatera Utara
- Jelaga Jelaga juga berasal dari proses pembakaran kayu untuk memanaskan batu bata di
dalam tungku yang dibawa asap maka dari proses pembakaran ini akan mengeluarkan asap dan jelaga yang juga bisa mengganggu kesehatan tenaga kerja
dan lingkungan tempat bekerja. - Abu
Hasil akhir dari pembakaran kayu atau sisa pembakaran batu bata adalah abu kayu atau debu yang bisa terhirup ketika pembongkaran batu bata dari tungku yang bisa
menimbulkan gejala gangguan kesehatan seperti batuk, bersin bahkan bisa menyebabkan sesak sehingga mengganggu sistem pernafasan yang bisa
menyebakan demam pada tenaga kerja. Bahaya faktor kimia yang dapat terjadi pada tenaga kerja pencetakan batu bata
tradisional di gampong beureugang ini seperti sesak, batuk, bersin bahkan sesak dan demam pada tenaga kerja.
5.3. Bahaya Faktor Biologi
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa faktor biologi disini tidak memiliki peran dalam hal menimbulkan gangguan kesehatan tenaga kerja pada
pencetakan batu bata tradisional di Gampong Beureugang
Universitas Sumatera Utara
5.4. Bahaya Faktor Fisiologi dan Ergonomi
Berdasarkan hasil penelitian maka diketahui bahwa ada beberapa faktor fisiologi dan ergonomi yang dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja pada
pencetakan batu bata diantaranya: - Cara kerja
Sebagaimana hasil wawancara dan pengamatan yang penulis lakukan diketahui bahwa banyak pekerjaan dilakukan dengan cara kerjaanya yang tidak sesuai
dengan pergerakan badan sehingga banyak tenaga kerja yang cepat merasakan capek dan lelah sehingga dengan cara gerakan kerja yang tidak sesuai dan salah
bisa menyebabkan rasa nyeri pada anggota badan terutama bagian pergerakan tubuh.
Pada pengerukan tanah dapat kita lihat bahwa pekerjaan yang dilakukan harus dengan mencangkul terus menerus sambil berdiri dengan posisi badan setengan
membungkuk dan sedikit badan memutar ketika memasukkan tanah kedalam kereta dorong.
Pada tahap pencampuran tenaga kerja juga diketahui bahwa ketika mengambil tanah yang sudah dicampur dari dalam kolam pencampuran untuk dimasukan
kedalam kereta dorong itu cara kerjanya sambil membungkuk dan berdiri yang dilakukan secara berulang selama lebih kurang 2 jam lamanya.
Mencetak batu bata juga merupakan tahapan yang dilakukan pekerja untuk mencetak batu bata yang cara kerjanya juga sambil berdiri dan juga membungkuk
untuk mengambil dan mengangkat tanah kemeja cetakan, setelah batu bata siap di
Universitas Sumatera Utara
cetak kemudian pekerja juga harus membungkuk lagi untuk menempatkan batu bata kelantai dan cara kerja ini dilakukan secara berulang sampai tanah yang telah
di campur habis dipakai untuk dicetak menjadi batu bata. - Kesesuaian alat kerja
Tahap pencampuran pada waktu pengerukan tanah tenaga kerja mengunakan alat berupa cangkul, sekrop dan kereta dorong, ketika pekerja sudah lama mencangkul
mereka mengalami rasa nyeri pada pangkal lengan dan sakit pada pinggang karena gagang cangkul yang tidak sesuai ukuran badan dan posisi badan yang sedikit
membungkuk. Berdasarkan pengamatan penulis alat yang mereka gunakan tidak memenuhi syarat kesesuaian seperti cangkul yang tumpul dengan gagang yang
pendek. Berikut diceritakan oleh Informan 3 dengan cuplikan wawancaranya:
“Yang jelas capek, sakit pinggang juga ada tapi malam terasa dan lengan juga karena siang kerja mencangkul dan mengangkat tanah kedalam grek untuk di
dorong ke dalam kolam pencampuran”.
Pada tahap pencampuran tenaga kerja mengendali mobil hand tractor yang ukurannya besar berputar-putar mengelilingi kolam dan pekerja harus menarik dan
mengendalikan gagangnya supaya jalannya tidak keluar dari kolam, disini pekerja juga cepat merasakan lelah dan capek karena ukuran mobil hand tractor tidak
sesuai dengan postur badan pekerja. Pada tahap pencampuran ini pekerja juga mengalami nyeri di pinggang dan
lengan karena harus melakukan pekerjaan dengan mengunakan alat sederhana
Universitas Sumatera Utara
berupa ember atau timba kecil tapa ada tali dan kerekan untuk mengambil air sampai cukup untuk pencampuran yang juga dilakukan secara berulang.
Berikut hasil wawancara dengan Informan 2, mengatakan: “Pada tahap pencampuran kita mengambil air dari sumur dan menaruhnya
kedalam kubangan secukupnya, dan ditunggu sapai air terserap merata kira-kira 1 jam lamanya baru kemudian di giling dengan ban moto hand hingga tanahnya
melumat dan bisa dicetak. Tanah yang sudah lembek di ambil lagi dengan tangan yang dibasahkan dengan air diangkat kedalam grek sampai penuh lalu baru di
bawa ke pencetak ”.
Pada tahap pencetakan pekerja juga mengalami hal yang sama yaitu rasa nyeri pada pinggang, lengan dan kadang-kadang betis terasa keram serta lelah bila
sudah lama berdiri mencetak batu bata karena cara kerja juga dengan posisi badan membungkuk ketika mengambil tanah dari bawah diangkat lalu dimasukkan
kedalam cetakan dan meletakan batu bata yang sudah siap di cetak kedasar lantai dan ini juga dilakukan gerakan secara berulang sampai pencetakan selesai.
Berikut hasil wawancara dengan Informan 5 menyatakan: “Kalau tahap ini di lakukan pencetakan bata dari tanah yang sudah dicampur
dengan air sehingga menjadi lembek lalu diambil sedikit atau sebagian dan diangkat dimasukan kedalam cetak diatas meja yang sudah ada dengan di
berikan pasir supaya tidak lengket waktu di tindih satu persatu diatasnya”.
Pada tahap pembakaran pekerja juga mengalami sakit pinggang, terjepit kayu bahkan keseleo ketika harus mengangkat kayu dengan tangan dan ukuran
yang berbeda untuk dimasukkan kedalam tungku dan kemudian di bakar.
Universitas Sumatera Utara
Berikut cuplikan informan 1 dengan penulis: “Rasa haus, rasa panas api ketika membakar bata hingga keluar banyak keringat
kadang tidak kecing selama bakar bata ini, pernah juga terjepit kayu bakar sapai keseleo, ada juga bersin serta batuk-batuk ketika membongkar bata karena
terhirup abu kayu bakar kadang malam bisa sesak”.
Bahaya faktor Fisiologi dan Ergonomi yang dapat terjadi pada tenaga kerja
pencetakan batu bata tradisional di gampong beureugang ini seperti nyeri pada pinggang, lengan, bahu, kaki, juga keseleo dan cepat merasakan lelah.
5.5. Bahaya Faktor Psikososial