Profil Informan Bahaya Faktor Fisik

sampai tahun 2005. Gampong Beureugang termasuk salah satu daerah yang menjadi target utama Tentara Nasional Indonesia untuk mencari anggota Gerakan Aceh Merdeka. Kemudian pada tanggal 15 Agustus 2005 berlangsungnya Memorendum Of Understanding MOU yaitu kesepakatan damai antara pemerintah RI dengan Gerakan Aceh Merdeka GAM.

4.4. Profil Informan

Tenaga kerja pencetakan batu bata tidak semuanya menjadi subjek penelitian hanya beberapa pekerja saja yang sudah pernah bekerja pada semua tahap proses pencetakan batu bata informan pokok dan tokoh desa yang menjadi subjek penelitian. Informan pokok adalah informan yang pertama kali dijumpai untuk memperoleh data atau informasi yang berkaitan dengan pencetakan batu bata dan merupakan pekerja yang sudah pernah bekerja pada semua tahap proses pencetakan batu bata guna ditanyai pengalaman dan kesan serta gangguan kesehatan yang pernah dialami dan dirasakan dari pekerjaan pencetakan batu bata tradisional yang sudah ada secara turun-temurun. Penelitian kualitatif menuntut suatu penggalian informasi yang mendalam berkaitan dengan objek atau permasalahan penelitian, oleh sebab itu tidak memungkinkan untuk mengambil subjek penelitian dengan jumlah yang banyak. Pada penelitian ini peneliti memilih beberapa informan yang bertujuan untuk menggali informasi yang terkait tentang faktor-faktor timbulnya gangguan kesehatan pada tenaga kerja pencetakan batu bata. Informan dalam penelitian sangat penting Universitas Sumatera Utara guna memperoleh informasi mengenai hal – hal yang menyangkut masalah yang akan di teliti. Dalam penelitian ini penulis memilih informan sebanyak 7 orang, diantaranya 2 orang sebagai tokoh gampong dan 5 orang tenaga kerja yang sudah pernah bekerja ≥5 tahun pada semua tahap proses pencetakan batu bata. Tenaga kerja pencetakan batu bata yang menjadi informan tersebut diantaranya, berumur 30 sampai 61 tahun yang memiliki banyak pengalaman tentang pencetakan batu bata.

4.5. Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan selama ini, maka didapatkan data dan informasi tentang faktor-faktor timbulnya gangguan kesehatan tenaga kerja pencetakan batu bata, berikut beberapa cuplikan hasil wawancara dengan informan dilokasi penelitian. Berikut beberapa cuplikan wawancara dengan para tenaga kerja pencetakan batu bata di gampong beureugang: 4.5.1. Sejak Kapan Pencetakan Batu Bata Ada di Gampong Beureugang? Pencetakan batu bata tradisional yang sudah lama keberadaannya, ada sedikit perbedaan pada saat sekarang ini yaitu pada tahap pencampuran karena sudah menggunakan mobil Hand Traktor moto hand, yang sebelumnya menggunakan binatang yaitu kerbau. Universitas Sumatera Utara Berikut cuplikan hasil wawancara dengan dengan Informan 1: “Pencetakan bata disini sudah lama ada sekitar 40 tahun lalu dan prosesnya tidak jauh beda seperti yang dilakukan orang dahulu hanya beda waktu mencampur tanah kalau dulu pakai kerbau sekarang pakai motor hand untuk mencampurnya”. Berikut cuplikan hasil wawancara dengan dengan Informan 2: “Lamanya pencetakan bata disini sudah ada 40 tahun lebih dimana pembuatannya tidak jauh beda dari yang dilakukan dahulu beda hanya waktu mencampur tanah kalau dulu pakai binatang kerbau sekarang pakai motor hand untuk mencampurnya”. Berikut cuplikan hasil wawancara dengan dengan Informan 3: “Bikin bata disini sudah lama ada sejak beberapa tahun lalu dan cara bikinnya sedikit beda seperti dilakukan orang dulu yaitu waktu mencampur tanah sekarang pakai motor hand kalau dulu pakai kerbau”. Berikut cuplikan hasil wawancara dengan dengan Informan 4: “Buat bata disini sudah lama ada dan cara buatpun tidak jauh beda seperti dilakukan orang jaman dulu hanya beda ketika mencampur tanah kalau dulu pakai kerbau sekarang pakai motor hand ”. Berikut cuplikan hasil wawancara dengan dengan Informan 5: “Cetak bata disini sudah ada lebih kurang sekitar 40 tahun lalu dan cara membuatnya tidak beda seperti apa yang dilakukan orang dulu hanya beda waktu campur tanah sekarang sudah pakai motor hand dalam mencampurnya”. Berdasarkan hasil wawancara maka diketahui bahwa pencetakan batu bata di gampong beureugang sudah lama keberadaannya sekitar 40 tahun yang lalu dan teknik pekerjaannya yang dilakukan secara turun temurun. Universitas Sumatera Utara 4.5.2. Bagaimana Cara Melakukan Pencetakan Batu Bata dari Awal Sampai Akhir Menjadi Batu Bata? Berdasarkan hasil wawancara maka diketahui bahwa pencetakan batu bata ini mempunyai beberapa tahapan diantaranya pengerukan, pencampuaran, pengeringan dan pembakaran, berikut beberapa cuplikan wawancara dengan pekerja pencetakan batu bata sebagai informan: Berikut hasil wawancaranya dengan Informan 1: “Tahap pencetakan bata ini beda-beda mulai dari mengeruk tanah, mencampur, mencetak, berangin-angin dan dibakar, tempatnya juga beda- beda bahkan alat yang dipakai juga beda-beda seperti grek yang perlu dipakai pada semua pekerjaan ada juga cangkul, sekrop, timba kecil, motor hand, cetak dan kawat pemotong tanah ketika mau dicetak”. Berikut hasil wawancaranya dengan Informan 2: “Pencetakan bata ini punya beberapa tahap mulai mengeruk tanah, mencampur, mencetak, diangin-angin dan dibakar, tempat melakukannya juga beda-beda bahkan alat-alat yang digunakan juga beda-beda seperti grek untuk mudah mengangkut ada juga sekrop, cangkul, timba, motor hand, cetakan dan pemotong tanah ketika sedang dicetak”. Berikut hasil wawancaranya dengan Informan 3: “Tahap pencetakan bata memang beda-beda sesuai cara kerjanya mulai dari mengeruk tanah, mencampur, mencetak, berangin-angin sampai dibakar, tempatnya juga berbeda-beda bahkan alat yang dipakai juga berbeda-beda seperti kereta dorong yang perlu dipakai pada semua tahapan pekerjaan ada juga seperti cangkul, sekrop, timba air, motor hand, cetakan dan kawat pemotong tanah ketika dicetak”. Berikut hasil wawancaranya dengan Informan 4: “Dalam pencetakan bata disini beda-beda ada beberapa tahap mulai dari mengambil tanah, mencampur tanah, mencetak bata, berangin-angain dan membakar, tempatnya jelas beda-beda danjuga alat yang dipakai beda-beda seperti grek untuk dipakai pada semua tahap pekerjaan ada juga cangkul, Universitas Sumatera Utara sekrop, timba kecil, motor hand, cetakan, kawat pemotong tanah ketika mau dicetak”. Berikut hasil wawancaranya dengan Informan 5: “Tahap pencetakan bata ini beda mulai dari mengeruk tanah, mencampur, mencetak, diangin-angin dan dibakar, tempatnya juga beda-beda, alat yang dipakai juga beda-beda seperti grek yang dipakai pada semua tahap pekerjaan ada juga cangkul, sekrop untuk mengeruk tanah, timba kecil untuk mengambil air, motor hand untuk mencampurkan tanah, cetakan untuk mencetak bata dan kawat pemotong tanah untuk memotong bagian tanah dari catakan bata”. Berdasarkan cerita informan selaku pekerja pencetakan batu bata yang sudah lama bekerja, ternyata dalam melakukan pencetakan batu bata ada beberapa tahap berbeda yang harus dilakukan dan alat-alat yang di pakai juga berbeda pada semua tahapan pekerjaannya. 4.5.3. Bagaimana Cara Melakukan Pekerjaan pada Tahap Pertama ini? Pada tahap pertama penulis mengetahui bahwa hal yang dilakukan adalah mengambil tanah dari lokasi yang telah ditentukan dengan mencangkul dan kemudian dimasukan kedalam kereta dorong untuk dibawa kedalam kolam pencampuran sebanyak 10 sampai 12 kali pengangkutan dengan kereta dorong yang dilakukan untuk satu hari kerja. Berikut diceritakan oleh Informan 1 dengan cuplikan wawancaranya: “Tahap pertama untuk ambil tanah dari lokasi perlu dicangkul dulu dan dimasukan kedalam grek dan dibawa kedalam kubang sampai penuh sekitar 10 sampai 20 grek untuk sekali campur dan satu kubang untuk satu hari kerja”. Universitas Sumatera Utara Berikut diceritakan oleh Informan 2 dengan cuplikan wawancaranya: “Tahap pertama diambil tanah dahulu dari lokasi yang sudah ditentukan dengan dicangkul dulu kemudian dimasukan kedalam grek dandidorong dibawa kedalam kubang pencampuran sampai penuh sekitar 15 sampai 20 grek untuk sekali campur dalam satu kubang untuk satu hari kerja”. Berikut diceritakan oleh Informan 3 dengan cuplikan wawancaranya: “Tahap pertama untuk mengambil tanah dari lokasi dengan dicangkul dulu dan dimasukan kedalam kereta dorong dan dibawa kedalam kolam pencampuran sampai penuh sekitar 15 sampai 20 grek untuk sekali campur dan satu kolam untuk sehari kerja”. Berikut diceritakan oleh Informan 4 dengan cuplikan wawancaranya: “Tahap awal mengambil tanah dari lokasi dengan dicangkul dulu dan dimasukan kedalam grek dan kemudian dibawa ke kolam pencampuran sampai penuh sekitar 10 sampai 15 grek untuk sekali campur dalam satu kolam untuk satu hari kerja”. Berikut diceritakan oleh Informan 5 dengan cuplikan wawancaranya: “Tahap pertama mengeruk tanah dari lokasi dengan mencangkul dulu dan dimasukan kedalam kereta dorong kemudian dibawa kedalam kubang sampai penuh sekitar 15 sampai 20 grek untuk sekali campur dan satu kubang itu untuk satu hari kerja”. Pada tahap pertama ini dengan cara kerja demikian bagaimana yang terasa dengan kondisi badan? Berikut diceritakan oleh Informan 1 dengan cuplikan wawancaranya: “Yang terasa ya capek kemudian sakit pinggang karena sedikit menjongkok dan lengan karena harus mencangkul dan mengangkat tanah kedalam grek untuk dibawa ke kubang pencampuran”. Berikut diceritakan oleh Informan 2 dengan cuplikan wawancaranya: “Sakit pinggang ya karena membungkuk dan lengan juga sakit kadang karena harus mencangkul dan mengangkat tanah kedalam grek untuk dibawa ke tempat pengaduk”. Universitas Sumatera Utara Berikut diceritakan oleh Informan 3 dengan cuplikan wawancaranya: “Yang jelas capek, sakit pinggang juga ada tapi malam terasa dan lengan juga karena siang kerja mencangkul dan mengangkat tanah kedalam grek untuk di dorong ke dalam kolam pencampuran”. Berikut diceritakan oleh Informan 4 dengan cuplikan wawancaranya: “Ya capek paling sakit pinggang juga lengan mungkin karena harus mencangkul juga mengangkat tanah memasukan kedalam grek di bawa ke kubang pencampuran”. Berikut diceritakan oleh Informan 5 dengan cuplikan wawancaranya: “Biasalah capek kadang sudah kerja sakit pinggang lagi dan lengan juga mungkin karena mencangkul dan mengangkat tanah kedalam grek untuk dibawa ke tempat pencampuran”. Berdasarkan wawancara pada tahap pertama pekerjaan pencetakan batu bata ini pekerja mengeluh ada merasakan nyeri pada pinggang dan lengan karena pekerjaan mencangkul dan mengangkat dengan posisi badan yang membungkuk.

4.5.4. Pada Tahap Kedua Ini Bagaimana Cara Melakukan Pekerjaannya

Pada tahap ini pekerja sudah menggunakan mobil Hand Tractor untuk melakukan pencampuran tanah dengan air. Berikut hasil wawancara dengan Informan 1, mengatakan: “Pada tahap ini pencampuran kita menaruh air dengan cara mengambil dengan tangan lalu dimasukan kedalam kubangan secukupnya, dan ditunggu sebentar kira-kira 1 jam lamanya untuk diserap airnya oleh tanah, baru kemudian diinjak-injak berputar dengan ban moto hand hingga tanahnya lembek dan bisa dicetak. Tanah yang sudah lembek diambil lagi dengan tangan sambil membungkuk dan tangan sudah dibasahkan dengan air dan diangkat kedalam grek sampai penuh dan di bawa ke pencetak ”. Universitas Sumatera Utara Berikut hasil wawancara dengan Informan 2, mengatakan: “Pada tahap pencampuran kita mengambil air dari sumur dan menaruhnya kedalam kubangan secukupnya, dan ditunggu sapai air terserap merata kira- kira 1 jam lamanya baru kemudian di giling dengan ban moto hand hingga tanahnya melumat dan bisa dicetak. Tanah yang sudah lembek di ambil lagi dengan tangan yang dibasahkan dengan air diangkat kedalam grek sampai penuh lalu baru di bawa ke pencetak ”. Berikut hasil wawancara dengan Informan 3, mengatakan: “Pada tahap mencampur kita masukan air kedalam kubangan secukupnya, dan kita tunggu sebentar kurang lebih 1 jam lamanya untuk penyerapan airnya dalam tanah, setelah itu dimasukan moto hand untuk dijalankan berputar-putar hingga tanahnya lembek dan bisa di cetak. Tanah yang sudah lembek di ambil lagi dari kubangan dengan tangan yang dibasahkan dengan air diangkat kedalam grek sampai penuh kemudian di bawa ketempat pencetakan ”. Berikut hasil wawancara dengan Informan 4, mengatakan: “Kalau tahap pencampuran biasanya menaruh air kedalam kolam pencampuran secukupnya, dan ditunggu sebentar kira-kira 1 sampai 2 jam lamanya guna penyerapan airnya oleh tanah, baru kemudian di pijak-pijak dengan ban moto hand hingga tanahnya melumat dan bisa dicetak. Tanah yang sudah melumat diambil lagi dengan tangan yang dibasahkan dengan air dimasukan kedalam grek sampai penuh baru dibawa untuk di cetak ”. Berikut hasil wawancara dengan Informan 5, mengatakan: “Dalam tahap pencampuran air ditaruh kedalam kolam secukupnya untuk dicampur dengan tanah dan kemudian di tunggu sambil istirahat kira-kira 1 jam untuk diserap airnya oleh tanah, baru kemudian diputar-putar dengan ban moto hand hingga tanahnya bercampur menjadi lembek dan bisa dicetak. Tanah yang sudah lembek diambil lagi dengan diangkat kedalam grek sedikit- sedikit sampai penuh kemudian dibawa ke pencetak untuk dicetak ”. Pada tahap pencampuran penulis melihat alat yang digunakan adalah mesin hand tractor yang memakai jenis ban karet sebagai pengganti dari kerbau untuk mempercepat proses pencampuran air dengan tanah. Pada tahap ini pekerja Universitas Sumatera Utara mengambil air dengan timba hanya di pegang dengan tangan untuk mengambil air kedalam sumur atau kolam air untuk pencampuran yang diklakukan secara berulang dan kemudian ditunggu 1 jam untuk terjadi penyerapan air dan seanjutnya diinjakan dengan mobil dengan berputar-putar sehingga bercampur menjadi lembek. Selanjutnya tanah yang sudah lembek diambil dengan tangan seukuran 3 kg diangkat dan dimasukan kedalam kereta dorong untuk dibawa ketempat pencetakan. Bagaimana perasaan badan ketika pada tahap pencampuran ini dilakukan? Berikut cuplikan wawancara dengan informan 1: “Ketika ambil air sakit pinggang karena harus membungkuk kedalam sumur kalau tangan terasa bergetar waktu mulai memegang mesin yang sudah hidup lainnya kalau orang ngomong tidak terdengar karena suara mesinnya besar”. Berikut cuplikan wawancara dengan informan 2: “Terasa juga sakit pinggang waktu ambil air tangan juga terasa bergetar waktu mulai memegang mesin kadang terasa mual kalau tidak makan pagi, bila mesin sudah hidup orang ngomong kadang tidak terdengar karena suara mesinnya besar”. Berikut cuplikan wawancara dengan informan 3: “Mungkin tangan terasa bergetar karena memegang mesin yang sudah hidup dari mulai kerja lainnya mungkin suara mesin ya terus menerus jadi kurang terdengar kalau orang bicara”. Berikut cuplikan wawancara dengan informan 4: “Lelah, jangan terasa gemetar kadang terasa seluruh badan ketika sudah mulai memegang mesin, kalau lainnya mungkin suara mesin besar kalau orang ngomong kurang terdengar, kalau sudah lama kadang di panggil tidak tau”. Universitas Sumatera Utara Berikut cuplikan wawancara dengan informan 5: “Kadang badan dan tangan terasa gemetar kalau sudah mulai memegang mesin yang sudah hidup dan juga sesudah kerja, kemudian ada juga kalau orang ngomong tidak terdengar karena suara mesinnya besar sekali mungkin karena mesin sudah agak tua”. Pada tahap ini pekerja menyatakan keluhannya saat mengendalikan mobil Hand Tractor terasa bergetar baik ditangan maupun seluruh badan ketika sedang bekerja dan juga setelah bekerja mengendalikan mobil Hand Tractor, pekerja juga merasakan kurang mendengar bahkan tidak terdengar karena suara mesin mobil Hand Tractor yang suaranya besar, kadang-kadang juga ada terasa mual kalau belum makan pagi. Dari mana air diambil dan bagaimana cara mengambilnya untuk mencampur tanah? Berikut hasil wawancara dengan Informan 1 menyatakan: “Air biasanya kami ambil dari dalam sumur disamping kolam pencampuran, cara ambilnya dengan tangan sambil membungkuk kedalam sumur karena dangkal”. Berikut hasil wawancara dengan Informan 2 menyatakan: “Cara ambilnya dengan tangan pakai timba kecil sambil bungkuk karena air itu diambil dari dalam kolam yang kami buat dekat dengan kubang pencampuran”. Berikut hasil wawancara dengan Informan 3 menyatakan: “Air diambil dari dalam sumur kayak kolam yang dangkal dekat kolam pencampuran biasa kami ambil dengan timba kecil pakai tangan kalau pakai tali lama”. Universitas Sumatera Utara Berikut hasil wawancara dengan Informan 4 menyatakan: “Untuk mencampurnya air itu kami ambil dari dalam sumur didekat kolam pencampuran dengan timba kecil dengan membungkuk kedalam kolam”. Berikut hasil wawancara dengan Informan 5 menyatakan: “Airnya di ambil dari dalam kolam yang ada disamping kolam pencampuran dengan tangan pakai timba sambil membungkuk”. Berdasarkan pengamatan peneliti, air untuk pencampuran diambil dari dalam kolam yang sengaja dibuat dekat dengan kolam pencampuaran supaya mempermudah pengambilannya untuk diangkat dengan tangan yang memegang timba tanpa tali dan posisi badan yang membungkuk dengan gerakan yang berulang sampai jumlah air mencukupi. Bagaimana perasaan badan setelah mengambil air dari dalam sumur tersebut? Berikut hasil wawancara dengan Informan 1 menyatakan: “Terasa lelah badan dan cepat capek dan terasa sedikit nyeri di pinggang”. Berikut hasil wawancara dengan Informan 2 menyatakan: “Terasa sedikit nyeri di pinggang juga terasa lelah badan dan cepat capek setelah bekerja”. Berikut hasil wawancara dengan Informan 3 menyatakan: “Badan terasa lelah dan cepat capek dan terasa sedikit nyeri pinggang dan bahu”. Berikut hasil wawancara dengan Informan 4 menyatakan: “Terasa badan cepat capek dan lelah juga terasa nyeri di pinggang dan bahu serta lengan tangan”. Universitas Sumatera Utara Berikut hasil wawancara dengan Informan 5 menyatakan: “Rasa capek dan lelah kadang terasa nyeri pundak, tangan dan juga di pinggang”. Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja sebagai informan keluhan yang dirasakan pada waktu bekerja mengambil air dalam sumur atau kolam hampir sama seperti merasakan capek dan lelah juga rasa nyeri pada bahu dan pinggang setelah bekerja. 4.5.5. Bagaimana Cara Bekerja pada Tahap Pencetakan Batu Bata Ini? Tahapan selanjutnya adalah melakukan pencetakan batu bata yaitu dengan cara mengambil tanah yang sudah lembek secukupnya diambil dan diangkat keatas meja pencetakan kemudian dimasukkan kedalam cetakan dengan dilumuri pasir supaya batu bata yang telah dicetak tidak lengket antara satu dengan lainnya. Berikut hasil wawancara dengan Informan 1 menyatakan: “Bata di buat dari tanah yang sudah dicampur dengan air sehingga menjadi lembek kemudian diambil sedikit demi sedikit dengan cara diangkat keatas meja untuk dimasukan kedalam cetak yang sudah ada dengan di tarok pasir supaya tidak lengket ketika ditindih dan disusun satu persatu diatasnya”. Berikut hasil wawancara dengan Informan 2 menyatakan: “Dalam mencetak bata di ambil dari tanah yang sudah dicampur dengan air tadi yang sudah menjadi lembek kemudian diambil sedikit dan diangkat keatas meja untuk dimasukan kedalam cetakan yang sudah ada dengan di beri pasir supaya tidak lengketsatu sama lain ketika di susun diatasnya”. Berikut hasil wawancara dengan Informan 3 menyatakan: “Bata dibuat dari tanah yang sudah dicampur dengan air sehingga menjadi lembek kemudian diambil sedikit demi sedikit dan diangkat keatas meja untuk Universitas Sumatera Utara dimasukan kedalam cetak yang sudah ada dengan ditarok pasir supaya tidak lengket ketika ditindih dan disusun satu persatu diatasnya”. Berikut hasil wawancara dengan Informan 4 menyatakan: “Untuk membuat bata di ambil tanah yang sudah dicampur tadi dengan air yang sudah menjadi lembek kemudian di ambil secukupnya dan di angkat keatas meja dan dimasukan kedalam cetak yang sudah ada dan di beri pasir agar tidak melengket waktu ditindih diatasnya”. Berikut hasil wawancara dengan Informan 5 menyatakan: “Cara melakukan pencetakan bata yaitu dari tanah yang sudah dicampur dengan air sudah menjadi lembek lalu diambil sedikit atau sebagian dan diangkat dimasukan kedalam cetak diatas meja yang sudah ada dengan di berikan pasir supaya tidak lengket waktu di tindih satu persatu diatasnya”. Bagaimana perasaan badan ketika bekerja pada tahap pencetakan ini Berikut cuplikan wawancara dengan informan 1: “Yang terasa ya capek kadang betis keram sudah lama berdiri, sakit pinggang kalau sudah sedikit lama mencetak karena badan harus bungkuk- bungkuk waktu ambil tanah dan waktu menaruk bata yang sudah kelantai”. Berikut cuplikan wawancara dengan informan 2: “Biasa sakit pinggang yang terasa kalau sudah lama mencetak karena badan harus membungkuk waktu ambil tanah dan waktu menaruk bata yang sudah kelantai kadang betis keram juga karena lama berdiri”. Berikut cuplikan wawancara dengan informan 3: “Yang terasa sakit pinggang, capek kalau sudah banyak mencetak karena badan harus membungkuk berulang-ulang waktu ambil tanah dan waktu menaruk bata yang sudah dicetak kebawah”. Berikut cuplikan wawancara dengan informan 4: “Kalau saya sakit pinggang biasanya kalau sudah sedikit lama mencetak karena mungkin posisi badan harus bungkuk-bungkuk waktu ambil tanah Universitas Sumatera Utara kemudian di angkat di taruh dalam cetakan dan lalu bungkuk lagi waktu menaruk bata yang sudah dicetak kelantai”. Berikut cuplikan wawancara dengan informan 5: “Biasa terasa seperti capek kadang sakit pinggang juga betis keram kalau sudah lama berdiri mencetak karena badan harus berdiri terus dan membungkuk lagi waktu ambil tanah dan waktu menaruk bata yang sudah di cetak kebawah”. Pada tahap pencetakan batu bata pekerja juga mengalami keluhan yang sering dirasakan ketika dan sesudah bekerja seperti capek, sakit pinggang dan keram pada betis karena sudah lama berdiri. 4.5.6. Bagaimana Cara Bekerja Selanjutnya yang Dilakukan dalam Pencetakan Batu Bata Ini? Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti hal selanjutnya yang dilakukan adalah mengeringkan batu bata yang telah dicetak dengan cara diangin- angin secara alami, batu bata yang telah dicetak selama 1 hari kemudian dipindahkan untuk disusun rapi dipinggir rumah tempat pencetakan dan kemudian ditunggu selama 15-20 hari dan bila sudah benar-benar kering maka batu bata sudah siap untuk dibakar. Pada tahap ini pekerja tidak membutuhkan alat hanya dengan menggunakan tangan ketika untuk mengangkat batu bata agar tidak rusak atau mudah pecah. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 1: “Cara bekerja pada tahap ini bata yang sudah di cetak diangkat dan di susun rapi supaya cepat kering untuk di bakar”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 2: “Bekerja pada tahap ini bata yang sudah di cetak sudah bisa di angkat dan di susun rapi agar mudah kering dan siap di bakar”. Universitas Sumatera Utara Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 3: “Cara bekerja pada tahap ini bata yang sudah di cetak diangkat dan di susun rapi supaya cepat kering siap di bakar”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 4: “Pada tahap ini bata yang sudah di cetak diangkat kepinggir dan di susun rapi agar cepat kering dan bisa untuk di bakar”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 5: “Cara bekerja seperti biasa bata yang sudah siap di cetak diangkat dan di susun rapi supaya kering dan bisa di bakar”. Hal apa yang terasa atau terjadi pada tubuh pada tahap pengeringan ini? Berikut wawancara dengan informan 1: “Mungkin pada tahap ini tidak begitu terasa ada gangguan cuma capek karena harus mondar mandir dari tempat pencetakan ketempat pengeringan untuk mengangkat dan menyusun rapi bata agar cepat kering, kadang kaki luka karena terjatuh bata dari tangan”. Berikut wawancara dengan informan 2: “Pada tahap ini tidak terlalu terasa ada gangguan biasa cuma capek dan sakit tumit karena harus kesana kemari dari tempat cetak ketempat pengeringan untuk mengangkut bata dan menyusun rapi bata supaya cepat kering, yang lain kadang kaki luka karena bata lepas dari tangan ketika di bawa”. Berikut wawancara dengan informan 3: “Tahap ini yang terasa ada gangguan cuma capek karena harus kesana sekali kesini sekali dari tempat cetak ketempat pengeringan untuk mengangkat dan menata rapi bata supaya cepat kering, kalau yang lain cuma kadang kaki terluka akibat terjatuh bata lepas dari tangan dan kadang tumit terasa sakit kalau sudah lama kerja”. Universitas Sumatera Utara Berikut wawancara dengan informan 4: “Mungkin capek ya karena pada tahap ini harus mondar mandir dari satu tempat ketempat lain untuk mengangkat bata dan menyusun bata agar cepat kering, mungkin yang lain tidak ada kadang ada sedikit kaki luka karena terjatuh bata yang lepas dari tangan”. Berikut wawancara dengan informan 5: “Kalau terasa ya pastilah capek ini mungkin karena harus bolak balik dari tempat pencetakan ketempat pengeringan untuk mengangkut serta menyusun bata supaya cepat kering, yang lain kadang ada juga luka kaki karena kena bata lepas dari tangan”. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan pekerja tahap pengeringan ini tdak begitu berpengaruh dengan fisik tubuh tenaga kerja karena tahap ini tidak menggunakan alat-alat hanya terasa nyeri pada tumit dan luka kecil pada kaki akibat kejatuhan bata terlepas dari tangan. 4.5.7. Bagaimana Cara Kerja pada Tahap Pembakaran Ini? Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan pekerja tahap selanjutnya yaitu batu bata yang sudah kering di angkat dan kemudian di bawa dengan tangan sekitar 5 sampai 10 biji sekali jalan untuk di masukan ke dalam kereta dorong untuk kemudian di bawa ke tungku pembakaran untuk di bakar. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 1: “Pertama mengangkat bata dengan tangan satu persatu dan dimasukan kedalam grek dan dipindahkan untuk dibawa dan disusun kedalam tungku, kemudian mengangkat kayu dan memasukkan kedalam tungku sampai penuh lalu baru di bakar dan api di jaga tetap menyala selama dua hari semalam ”. Universitas Sumatera Utara Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 2: “Awal bata diangkat beberapa biji dengan tangan satu persatu dan di tarok dalam grek dan dibawa kemudian di susun kedalam tungku, kemudian baru kayudi angkat lalu dimasukkan kedalam tungku sampai penuh kemudian baru di bakar dan api harus di jagasupaya tetap nyala lebih kurang selama dua hari satu malam ”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 3: “Bata yang sudah keringdipindahkan dengan mengangkat satu persatu dengan tangan lalu dimasukan kedalam grek di dorong dan dipindahkan untuk dibawa dan disusun kedalam tungku, kemudian kayu segera diambil dan di angkat dimasukkan kedalam tungku sampai penuh setelah itu baru di bakar dan api di jaga tetap agar menyala selama pembakaran dua hari semalam ”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 4: “Pertama bata diambil dan diangkat dengan tangan satu persatu dan dimasukan kedalam grek untuk dipindahkan dan di dorong dibawa untuk di susun kedalam tungku, kemudian di ambil kayu dan dimasukkan segera kedalam tungku sampai penuh lalu baru di bakar dan api harus di jaga selalu menyala biasanya selama dua hari semalam ”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 5: “Cara kerjanya bata diambil dengan tangan dan diangkat satu-satu untuk dimasukan kedalam grek dan di dorong dibawa untuk disusun dalam tungku, lalu disiapkan kayu diangkat dan memasukkan kedalam tungku lalu baru di bakar dengan api di jaga selalu menyala rata biasanya selama dua hari semalam ”. Bagaimana terasa keadaan badan pada tahap pembakaran? Berikut cuplikan informan 1 dengan penulis: “Rasa sangat haus, rasa panas api ketika membakar bata hingga keluar banyak keringat kadang tidak kecing selama bakar bata ini, pernah juga terjepit kayu bakar sampai keseleo, ada juga bersin serta batuk-batuk ketika membongkar bata karena terhirup abu kayu bakar kadang malam bisa sesak”. Universitas Sumatera Utara Berikut cuplikan informan 2 dengan penulis: “Rasa panas api sehingga timbul rasa haus waktu membakar bata, kadang terjepit kayu bakar, juga ada batuk-batuk kadang bersin ketika membongkar bata karena terhirup abu yang bisa membuat sesak”. Berikut cuplikan informan 3 dengan penulis: “Rasa panas api dan sangat haus waktu membakar bata, terjepit kayu bakar, kadang ada bersin serta batuk ketika membongkar bata karena terhirup abu kayu bakar kadang malam bisa sesak”. Berikut cuplikan informan 4 dengan penulis: “Biasanya rasa haus karena panas api ketika bata dibakar, ada juga bersin serta batuk-batuk terjadi ketika bongkar bata dari tungku karena terhirup abu kayu bakar kadang malam dirumah bisa sesak”. Berikut cuplikan informan 5 dengan penulis: “Rasa haus karena rasa panas api waktu bakar bata, kadang terjepit kayu waktu memasukan kedalam tungku, bersin dan batuk-batuk ketika bata di bongkar dari tungku karena terhirup abu kayu bakar kadang tengah malam bisa sesak”. 4.5.8. Alat Apa Saja yang Dipakai pada Tahapan Proses Pencetakan Batu Bata? Untuk pekerjaan pencetakan batu bata ini memerlukan alat dan juga manusia sebagai operatornya maka kesesuaian alat dan manusia sangat menentukan tingkat produktifitas kerja. Berikut cuplikan wawancara dengan Informan 1 tentang pengalamannya selama bekerja: “Untuk kerja ya perlu tenaga manusia disini yang kerja ada laki-laki ada perempuan dan juga alat-alat yang diperlukan tetapi disini alat yang dibutuhkan tidak terlalu banyak hanya cangkul, sekrop, timba, grek, moto hand, cetak dan kawat ikat besi untuk potong tanah dalam cetak”. Universitas Sumatera Utara Berikut cuplikan wawancara dengan Informan 2 tentang pengalamannya selama bekerja: “Dalam pekerjaan ya pasti perlu tenaga manusia disini saja yang kerja ada laki-laki ada perempuan dan juga alat-alat yang diperlukan tetapi disini alat yang dibutuhkan tidak terlalu banyak hanya cangkul, sekrop, timba, grek, moto hand, cetak dan kawat ikat besi untuk potong tanah dalam cetak”. Berikut hasil wawancara dengan Informan 3 tentang pengalamannya selama bekerja: “Kalau kerja ya perlu orang disini ada laki-laki ada perempuan yang kerja kalau alat-alat yang dibutuhkan di sini tidak terlalu banyak cuma cangkul, sekrop, timba, grek, moto hand, cetak dan kawat ikat besi untuk potong tanah dalam cetak”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 4 tentang pengalamannya selama bekerja: “Untuk tenaga kerja ya perlu manusia disini ada juga perempuan dan juga alat-alat yang diperlukan disini tidak terlalu banyak hanya cangkul, sekrop, timba, grek, moto hand, cetak dan kawat ikat besi untuk potong tanah dalam cetak”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 5 tentang pengalamannya selama bekerja: “Dalam bekerja disini ada manusia yang kerja ada laki-laki ada perempuan dan juga alat-alat yang diperlukan tetapi disini alat yang dibutuhkan tidak terlalu banyak cuma cangkul, sekrop, timba, grek, moto hand, cetak dan kawat ikat besi untuk potong tanah dalam cetak”. Universitas Sumatera Utara 4.5.9. Berapa Jumlah Tenaga Kerja yang Diperlukan pada Proses Pencetakan Batu Bata? Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 1: ”Kalau jumlah orang kerja yang dibutuhkan tidak menentu ada 5 orang kadang ada 6 orang tenaga kerja, kadang bisa berkurang atau bertambah biasanya itu pada waktu mencetak bata”. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 2: ”Jumlah yang kerja di sini tidak menentu ada 3 orang kadang ada 6 orang dan yang tetap 4 orang kerja, kadang biasanya itu pada waktu mencetak bata bisa berkurang atau bertambah orangnya”. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 3: ”Tenaga kerja yang dibutuhkan tidak menentu bisa 5 orang kadang juga ada 6 orang tenaga kerja, kadang bisa berkurang atau bertambah biasanya itu pada waktu mencetak bata”. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 4: ”Jumlah orang kerja yang dibutuhkan kadang ada 5 orang kadang ada 6 orang tenaga kerja, kadang bisa berkurang atau bertambah biasanya itu pada waktu mencetak bata”. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 5: ”Yang kerja disini kadang ada beberapa orang kadang 5 orang kadang ada 6 orang yang kerja, kadang ganti-ganti jadi bisa berkurang atau bertambah biasanya pada waktu cetak bata”. 4.5.10. Berapa Lama Waktu Kerja Seorang Pekerja dalam Proses Pencetakan Batu Bata? Berdasarkan cerita pekerja pencetakan batu bata yang sudah lama bekerja, ternyata dalam melakukan pencetakan batu bata lama kerjanya lebih kurang 8 jam Universitas Sumatera Utara perhari, ada sedikit berbeda karena waktu kerja tidak ada ketentuan hanya ikut keadaan orang kerja terdahulu. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 1: “Lama kerja sehari-hari lebih kurang 8 jam karena tidak ada ketentuan khusus untuk jam kerja bisa datang terlambat bahkan bisa pulang cepat tidak pengaruh pada gaji. Mengenai waktu kerja kadang juga tergantung permintaan orang beli dan juga cuaca kalau musim hujan bisa sampai 1 bulan, kalau musim kemarau bata cepat kering untuk dibakar dalam 20 hari sudah bisa kita jual”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 2: “Tidak tentu lebih kurang 8 jam karena tidak ada ketentuan khusus untuk jam kerja kadang orang kerja datang terlambat bahkan kadang pulang cepat tidak ada sanksi. Kalau waktu kerja kadang juga tergantung permintaan orang beli dan juga cuaca kalau musim hujan bisa sampai 1 bulan, musim kemarau bata cepat kering cepat di bakar dalam 20 hari sudah kita jual”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 3: “Lama kerja sehari-hari sekitar 8 jam dari jam 8 pagi sampai jam 11 kerja lagi jam 2 siang sampai selesai karena tidak ada ketentuan khusus untuk jam kerja bisa datang terlambat bahkan bisa pulang cepat tidak pengaruh pada gaji. waktu kerja kadang juga tergantung permintaan orang beli bata dan juga cuaca kalau banyak yang beli tapi musim hujan bata bisa sampai 1 bulan baru bisa dijual, kalau musim kemarau bata cepat kering untuk dibakar dalam 20 hari sudah bisa kita jual”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 4: “Waktu kerja sehari-hari lebih kurang ada 8 jam karena tidak ada yang menentuka untuk jam kerja jadi bisa datang terlambat bahkan bisa pulang cepat tidak pengaruh gaji yang nanti dibayar. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 5: “Lama waktu kerja satu hari lebih kurang 8 jam karena tidak tentu untuk jam kerja kadang bisa datang terlambat bahkan bisa pulang cepat tidak pengaruh pada gaji yang dibayar. Mengenai waktu kerja kadang juga tergantung Universitas Sumatera Utara permintaan orang beli kalau banyak yang minta ya kerja harus ekstra cepat tapi tidak bias juga kalau musim hujan”. Apakah ada waktu jam istirahat dalam sehari kerja Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 1: “Jam istirahat ya ada tapi tidak ditentukan, kalau sudah capek ya kami istirahat habis itu kerja lagi, biasanya jam 11 sudah istirahat dan kerja lagi waktu jam 2 siang”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 2: “Ada tapi tidak tentu, kalau capek ya berhenti kami istirahat habis itu kerja lagi, biasanya jam 11 sudah istirahat dan kembali bekerja lagi waktu jam 2 siang”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 3: “Jam istirahat ya ada tapi tidak ditentukan, untuk minum kopi makan dan shalat, kadang kalau sudah capek ya kami istirahat saja habis itu kerja lagi, biasanya jam 11 istirahat dan masuk kerja lagi waktu jam 2 siang sampe sore”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 4: “Jam istirahat ada jam 11 itu sudah istirahat semua karena sudah kebiasaan waktu segitu istirahat, kalau sudah capek ya kami juga istirahat habis itu kerja lagi, siang habis shalat makan kerja lagi waktu jam 2 siang”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 5: “Ada tapi tidak tentu, kalau capek ya kami berhenti lalu istirahat habis itu kerja lagi, kalau biasanya jam 11 sudah istirahat dan kerja lagi waktu jam 2 siang”. Berdasarkan hasil wawancara bahwa tenaga kerja tidak memiliki ketentuan khusus mengenai jam istirahat tetapi mengikuti kebiasaan yang ada di tempat pencetakan batu bata, biasanya istirahat jam 11 sampai dengan makan siang dan shalat, sesudah itu baru kerja kembali sampai jam 5 sore. Universitas Sumatera Utara 4.5.11. Bagaimana Kesesuaian Kemampuan Kerja dengan Pekerjaan yang Dilakukan? Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 1: “Ya semua mampu sesuai karena sanggup kami lakukan walaupun umur sudah sedikit tua tetapi kalau dalam keadaan sehat tidak masalah untuk cari makan sehari-hari”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 2: “Ya sesuai karena sanggup kami lakukan memang dari kecil sudah bekerja disini sekarang walaupun umur sudah sedikit tua tetapi kalau dalam keadaan sehat tidak masalah untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 3: “Ya sesuailah karena sanggup dan bias kami lakukan karena sudah terbiasa biar umur sudah agak tua tapi kalau tidak sakit insyaallah sanggup kami kerja untuk cari makan sehari-hari”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 4: “Ya semua sesuai dan sanggup kami lakukan mungkin karena sudah terbiasa walaupun sudah sedikit tua tetapi kalau dalam keadaan sehat walafiat tidak masalah dengan pekerjaan untuk mencari makan sehari-hari”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 5: “Untuk kerja ya masih mampu semua sesuai karena sanggup kami lakukan walaupun sudah tua mungkin ini sudah biasa tetapi kalau dalam keadaan sehat tidak tidak sakit maka tetap kerja untuk cari makan sehari-hari”. Berdasarkan hasil wawancara bahwa tenaga kerja tidak memiliki ketentuan khusus mengenai kemampuan dan kapasitas kerja karena kemampuan kerja didapat secara turun temurun dari pekerja sebelunya bagaimana cara melakukan pencetakan batu bata. Universitas Sumatera Utara 4.5.12. Bagaimana Perasan Hati Selama Bekerja pada Pencetakan Batu Bata? Berdasarkan hasil wawancara bahwa tenaga kerja juga pernah merasakan rasa bosan dan jenuh dengan pekerjaan yang menoton selama bekerja pada pencetakan batu bata tradisional di gampong Beureugang. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 1: “Kadang bosan atau jenuh, tapi mau dibilang apa memang sudah menjadi pekerjaaan kami”. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 2: “Rasa bosan atau jenuh, tapi ya mau dibilang apa sudah menjadi pekerjaaan kami sehari-hari”. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 3: “Kalau ada ya jenuh, bosan tapi kami harus kerja mau bagaimanapun memang sudah menjadi pekerjaaan tetap kami”. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 4: “Rasa hati ini kadang malas karena sudah terasa bosan dan jenuh dengan pekerjaan, tapi mau kerja dimana memang sudah takdir ini menjadi pekerjaaan kami”. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 5: “Perasaan hati kadang beda ya, kalau saya bosan atau jenuh kadang muak juga ada, tapi ya begini mau dibilang apa sudah menjadi pekerjaaan kami sehari-hari”. 4.5.13. Bagaimana Kepengurusan Pengorganisasian dalam Pencetakan Batu Bata? Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 1: “Tidak ada pengurus atau organisasi yang ada toke karena langsung kerja semuanya. Nanti dibayar sama toke”. Universitas Sumatera Utara Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 2: “Tidak ada pengurus atau kelompok yang ada disini cuma ada toke yang bilang dan bertanya, tanpa diperintah langsung kerja semuanya. Nanti dibayar sama toke”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 3: “Tidak ada yang urus organisasi yang ada pekerja sama toke, karena langsung kerja semuanya. urusan bayar sama toke”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 4: “Organisasi formal mungkin tidak ada ya, tapi yang urus ada toke sama pekerja dan tidak ada perintah langsung kerja semuanya. Kalau tidak kerja tidak di bayar gitu saja”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 5: “Kayaknya tidak ada yang namanya kepengurusan organisasi di sini yang ada toke untuk bayar kami karena dia punya tempat cetak bata ini”. Berdasarkan hasil wawancara bahwa tenaga kerja mereka dalam pencetakan batu bata tidak memiliki pengurus organisasi formal tetapi hanya mengikuti kebiasaan yang ada di tempat pencetakan batu bata dengan pemilik tempat pencetakan batu bata yaitu toke. 4.5.14. Bagaimana dengan Pengaturan Jadwal Kerja Seperti Jam Kerja dan Lembur? Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diketahui bahwa tidak ada pengaturan secara khusus mengenai waktu kerja dan jenis pekerjaan. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 1: “Tidak ada, kerja disini bebas mau kerja atau tidak tergantung kita sendiri, kalau mau dapat uang ya kerja, kalau tidak kerja ya tidak dapat uang”. Universitas Sumatera Utara Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 2: “Tidak ada, kerja disini tidak di paksa mau kerja mau tidak tergantung kita sendiri, kalau mau ya kerja dapat uang, kalau tidak kerja ya tidak dapat apa- apa”. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 3: “Tidak ada, ikut kebiasaan kerja disini orang datang kita pun datang orang kerja kita juga kerja kalau orang pulang ya kitapun ikut pulang jadi tidak ada aturan, bebas mau kerja atau tidak tergantung kita sendiri, kalau mau dapat uang ya kerja, kalau tidak kerja ya tidak dapat uang”. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 4: “Tidak ada, disini kerja kita bebas mau kerja atau tidak tergantung kita sendiri, kerja tambahan juga tidak ada cuma kalau cetak bata ada yang perempuan yang lain laki-laki semua kemudian kalau mau dapat uang ya kerja, kalau tidak kerjapun tidak apa-apa”. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 5: “Tidak ada yang atur, ikut kebisaan seperti perempuan yang boleh kerja cuma waktu mencetak yang lain laki-laki, kerja disini bebas mau kerja atau tidak tergantung kita sendiri, kalau mau dapat uang ya kerja, kalau tidak kerja ya tidak dapat uang”. 4.5.15. Bagaimana Pembayaran Upah yang Dilakukan Selama Ini Sesuaikah dengan Pekerjaan yang Dilakukan? Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diperoleh informasi bahwa pembayaran upah yang dilakukan selama ini oleh pemilik pencetakan batu bata sesuaia dengan pekerjaan yang telah dilakukan. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 1: “Ya sesuai, tapi biasanya kami ambil pinjaman sama toke, jadi kalau bata sudah laku dijual kami langsung dibayar dengan jumlah uang yang sudah dipotong pinjaman, kadang sekali-kali ada juga terlambat dibayar sama toke”. Universitas Sumatera Utara Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 2: “Ya pas sesuai yang dijanjikan dan pasaran, tapi biasanya kami selalu ambil pinjaman sama toke, jadi kalau bata sudah laku dijual kami langsung dibayar dengan jumlah yang sudah dipotong pinjaman, kadang memang tidak ada gaji sama sekali sudah dipotong pinjaman semuanya”. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 3: “Ya sesuai cocok, tapi biasanya kami ambil pinjaman sama toke, jadi gaji kami tidak ada yang utuh waktu dibayar kalau bata sudah laku dijual”. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 4: “Ya sesuai, tapi biasanya sudah di pijam duluan sama toke, jadi waktu di bayar gajinya sudah terpotong sama pinjaman, maunya gaji kami ditambah lagi biar enak kerja”. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 5: “Ya sesuai, tapi tidak utuh lagi karena sudah ambil pinjaman sama toke, jadi kalau bata sudah laku terjual kami langsung dibayar dengan jumlah yang sudah dipotong pinjaman”. 4.5.16. Bagaimana Kalau Pekerjaannya Baik dan Mencapai Target, Ada Diberikan Sesuatu oleh Pemilik Pencetakan Batu Bata? Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diperoleh informasi bahwa apa bila pekerjaan mencapai target pekerja tidak pernah mendapatkan pembayaran lebih ataupun bonus dari pemilik pencetakan batu bata. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 1: “Tidak ada penghargaan ataupun bonus, walaupun bata banyak laku dijual untuk orang”. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 2: “Mana ada penghargaan ataupun bonus, walaupun bata banyak laku dijual untuk orang, gaji aja tidak ada ditambah”. Universitas Sumatera Utara Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 3: “Mana ada penghargaan ataupun bonus, paling dibeli kopi untuk kami waktu toke datang itu pun waktu bayar gaji”. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 4: “Tidak pernah ada semacam penghargaan ataupun bonus, walaupun bata banyak laku dijual untuk orang, gaji saja tidak ditambah”. Berikut cuplikan wawancara dengan pekerja Informan 5: “Tidak ada yang namanya penghargaan ataupun bonus, tapi kalau saya sudah diberi pinjaman saja sudah jadi karena kita memang kerja sama dia”. 4.5.17. Bagaimana Hubungan dengan Teman Kerja dan Pemilik Pencetakan Batu Bata? Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diperoleh informasi bahwa hubungan tenaga kerja dengan sesama teman kerja selalu baik dan harmonis demikian juga dengan pemilik pencetakan batu bata. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 1: “Ya baik semua, tetapi dengan toke kadang-kadang jengkel juga, kalau kita sedang butuh uang mendadak kadang tidak diberikan pinjaman seperti yang kita harapkan, padahal sudah jelas kita bekerja untuk dia”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 2: “Ya tidak tentu, tetapi dengan toke kadang-kadang tidak enak juga, kalau kita sedang perlu uang mendadak kadang tidak diberikan, dengan macam- macam alasan, padahal sudah jelas kita bekerja sama dia, kalau dengan teman ya biasa saja”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 3: “Ya kadang baik kadang tidak tetapi dengan toke banyak tidaknya dan saya rasa itu biasa karena toke, tidak enak dengan toke gaji kita tidak ada di tambah sedikitpun untuk kita pekerja ini, apa lagi bonus maunya kan ada”. Universitas Sumatera Utara Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 4: “Ya kalau kita lagi tidak ada masalah pribadi baik semua, tetapi kalau dengan toke memeng jengkel selalu, karena dia itu pelit mungkin makanya dia jadi toke, kalau kita minta pinjaman saja susah setengah mati pada hal kita kerja sama dia”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 5: “Ya kalau saya baik semua, semua tergantung sama kita bagaimana cara kita dalam bekerja dan berkawan, kalau kita baik orang tetap akan baik dengan kita.” Bagaimana kalau ada keluhan rasa sakit pada badan? Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diperoleh informasi bahwa bila ada keluhan kesehatan pada tenaga kerja, maka pengobatan sering dilakukan baik kepada dukun maupun kepada tenaga kesehatan. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 1: “Kalau badan terasa sakit ya berobat kadang kemantri kalau mau di kusuk saya ke dukun tukan kusuk supaya dikusuk seluruh badan”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 2: “Kalau badan terasa sakit pasti berobat dan tegantung sakit apa, kalau capek dan keram rasa nyeri badan cukup dikusuk saja”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 3: “Kalau seluruh badan terasa sakit saya kusuk saja tapi kalau demam kadang berobat kemantri”. Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 4: “Bila terasa sakit saya cari obat kampung yang sering dipakai dari dulu, kalau mau di kusuk saya ke dukun tukang kusuk kalau badan terasa sangat lelah”. Universitas Sumatera Utara Berikut hasil wawancara dengan pekerja Informan 5: “Saya kalau sakit ya berobat cukup dengan di kusuk saya ke dukun kusuk supaya dikusuk seluruh badan biar badannya segar”. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diketahui bahwa jika para pekerja merasa sakit seperti nyeri pada anggota badan mereka cukup hanya dengan melakukan kusuk pada dukun atau tukang kusuk, jika merasa demam mereka baru mendatangi tenaga kesehatan seperti mantri atau puskesmas. Universitas Sumatera Utara BAB 5 PEMBAHASAN Setelah penulis mempelajari hasil penelitian mengenai faktor-faktor timbulnya gangguan kesehatan pada tenaga kerja pencetakan batu bata di Gampong Beureugang dengan melihat dari perspektif orang yang dipelajari, dan setelah dianalisis dengan cara mengelompokkan dan membandingkan informasi yang sama atau informasi yang saling terkait kemudian dibuat dalam area tematik, maka dapat dijelaskan bagaimana timbulnya gangguan kesehatan tenaga kerja pencetakan batu bata dari faktor Fisik, kimia, Biologi, Fisiologi dan Ergonomi serta Psikososial. Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis, pencetakan batu bata dari awal sampai menjadi batu bata mempunyai beberapa tahap pengerjaan yang mana pada tahap-tahap ini berisiko terjadi bahaya atau gangguan kesehatan kerja dari cara kerja dan alat-alat yang digunakan, berikut cuplikan dari salah satu informan: Berikut hasil wawancaranya dengan Informan 2: “Pencetakan bata ini punya beberapa tahap mulai mengeruk tanah, mencampur, mencetak, diangin-angin dan dibakar, tempat melakukannya juga beda-beda bahkan alat-alat yang digunakan juga beda-beda seperti grek untuk mudah mengangkut ada juga sekrop, cangkul, timba, motor hand, cetakan dan pemotong tanah ketika sedang dicetak”. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka berikut ini pembahasannya untuk mengetahui bahaya faktor-faktor yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan tenaga kerja pada pencetakan batu bata tradisional di Gampong Beureugang Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat: 75 Universitas Sumatera Utara

5.1. Bahaya Faktor Fisik

Berdasarkan hasil penelitian maka diketahui bahwa ada beberapa faktor fisik yang dapat mengganggu kesehatan tenaga kerja pada pencetakan batu bata antara lain: - Bising Pada tahap pencampuran berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan diketahui bahwa pekerja mengalami gangguan komunikasi dengan orang lain sehubungan penggunaan mesin traktor yang menimbulkan suara yang besar sehingga menjadi bising yang menyebabkan pendengarannya terganggu sesaat ketika sedang bekerja dan sesudah bekerja. - Getaran Pada tahap pencampuran berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan diketahui bahwa pekerja mengalami gangguan kesehatan pada tangan bahkan seluruh badan akibat penggunaan mesin traktor yang menimbulkan getaran dari mesinnya sehingga pekerja menjadi terasa getaran pada tangan dan seluruh tubuhnya ketika sedang bekerja dan sesaat sesudah bekerja. - Radiasi Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis mengamati bahwa pada tahap pengerukan tanah terjadi radiasi karena tenaga kerja bekerja diluar tempat teduh yaitu dibawah panas sinar matahari yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan seperti iritasi pada kulit dan keringat berlebihan. Universitas Sumatera Utara Pada tahap pembakaran batu bata berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan penulis mengamati bahwa terjadi radiasi pada tenaga kerja karena harus bekerja pada tungku pembakaran yang disebabkan nyala apinya sangat panas yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan seperti iritasi kulit dan keringat berlebihan. Bahaya faktor fisik yang dapat terjadi pada tenaga kerja pencetakan batu bata tradisional di gampong beureugang ini seperti iritasi kulit dan keringat berlebihan yang disebabkan karena panas dan terganggunya komunikasi pekerja akibat bising dan berdebar-debarnya jantung akibat getaran yang terjadi pada tangan dan seluruh badan.

5.2. Bahaya Faktor Kimia