Uji Asumsi Klasik Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.2 Uji Asumsi Klasik

Kemudian dilakukan uji asumsi klasik pada model regresi yang diperoleh untuk mengetahui apakah model yang didapatkan telah memenuhi asumsi klasik yang ada. Karena dalam analisis regresi linier berganda terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi agar persamaan regresi yang dihasilkan akan valid jika digunakan untuk memprediksi nilai variabel dependen, Santosa dan Ashari, 2005 : 231. Beberapa asumsi klasik tersebut menurut Sulaiman 2004 : 88 adalah sebagai berikut : 1. Homokedastisitas kesamaan varians Salah satu asumsi penting dalam model regresi linier berganda adalah bahwa varians dan residual dari salah satu pengamatan ke pengamatan yang lain adalah tetap. Apabila asumsi tersebut tidak terpenuhi berarti terjadi gejala heteroskedasitas. Salah satu cara untuk mendeteksi terjadi atau tidaknya heteroskedasitas adalah melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterpoli, dimana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual Y Prediksi – Y Sesungguhnya yang telah di studentized, Santosa, 2000 : 210. Adapun dasar pengambilan keputusan adalah sebagai berikut : a. Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar, kemudian menyempit, maka telah terjadi heteroskedasitas. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber b. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskeditas. 2. Non-autokorelasi Pengujian terhadap asumsi ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terdapat korelasi antara dua data observasi yang disusun menurut urutan waktu seperti data times series atau menurut urutan ruang atau tempat seperti data cross section. Jika terjadi korelasi berarti muncul gejala autokorelasi. Suatu model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari gejala autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi, dapat dilakukan pengujian Durbin Watson DW dengan ketentuan sebagai berikut Trihendardi, 2005 : 98. a. 1,65 DW 2,35 tidak terjadi autokorelasi. b. 1,21 DW 1,65 atau 2,35 DW 2,79 tidak dapat disimpulkan. c. DW 1,21 atau DW 2,79 terjadi autokorelasi. 3. Non-multikolinearitas Multikonieritas berarti terdapat hubungan korelasi di antara beberapa atau semua variabel independen dalam model regresi. Suatu model regresi yang baik mengasumsikan bahwa tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas, dapat dilihat dari nilai VIF Variance Inflations Factor dan tolerance. Suatu model regresi dikatakan bebas dari gejala multikolinearitas apabila nilai VIF 10 dan tolerance value 0,10. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber Apabila dalam model regresi terjadi multikolinearitas, maka salah satu cara penanggulangannya adalah dengan mengeluarkan salah satu dari variabel independent yang saling berkorelasi kuat Santosa S, 2000 : 207. 4. Normalitas Pengujian terhadap normalitas dilakukan untuk menguji kenormalan distribusi data. Suatu data dikatakan terdistribusi secara normal apabila data mengikuti bentuk distribusi normal, yaitu memusat pada nilai rata-rata medium Santosa dan Ashari, 2005 : 231. Salah satu cara untuk mengetahui bentuk distribusi data adalah dengan menggunakan plot probabilitas normal normal probability plot. Dalam plot ini, masing-masing nilai pengamatan dipasangkan dengan nilai harapan dari distribusi normal. Adapun dasar pengambilan keputusan menurut Sulaiman 2004 : 89 adalah sebagai berikut : a. Jika titik-titik data menyebar di sekitar garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika titik-titik data menyebar jauh dari garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

3.4.3 Teknik Analisis Regresi Linier Berganda

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Layanan, Kepercayaan, Image terhadap Kepuasan Nasabah di PT. BPR ( Bank perkreditan Rakyat ) Milala Medan

0 64 89

Restrukturisasi Kredit Macet Debitor Di PT. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Terabina Seraya Mulia Selatpanjang

1 72 114

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM MENGAMBIL KREDIT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) GENTENG DI GENTENG – BANYUWANGI

0 4 7

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM MENGAMBIL KREDIT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) GENTENG DI GENTENG – BANYUWANGI

0 4 7

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN NASABAH DALAM MENGAMBIL KREDIT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) GENTENG DI GENTENG – BANYUWANGI

0 11 13

“PERSEPSI NASABAH TERHADAP PENGAJUAN KREDIT PADA PT.BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI KABUPATEN MAGETAN”

0 3 1

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH DALAM MENGAMBIL KREDIT PADA PT BANK PERKREDITAN ( BPR ) PURISEGER SENTOSA DI MOJOKERTO.

0 0 134

Pengaruh Kualitas Layanan, Kepercayaan, Image terhadap Kepuasan Nasabah di PT. BPR ( Bank perkreditan Rakyat ) Milala Medan

0 0 11

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH DALAM MENGAMBIL KREDIT PADA PT BANK PERKREDITAN ( BPR ) PURISEGER SENTOSA DI MOJOKERTO PROPOSAL

0 1 21

PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN NASABAH DALAM MENGAMBIL KREDIT PADA PT BANK PERKREDITAN RAKYAT ( BPR ) ARTA SWASEMBADA DI MOJOKERTO (Studi kasus pada nasabah PT Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Arta Swasembada di Mojokerto)

0 0 18