Cara Mendesain Pertanyaan Esensial Cara Menyampaikan Pertanyaan Esensial

24 1. Memberikan isyarat bahwa inkuiri merupakan tujuan inti dari proses pembelajaran. 2. Membuat tiap unit pembelajaran atau tema mempunyai kaitan secara logis. 3. Membantu guru mengklarifikasi dan memprioritaskan materi pembelajaran. 4. Memberikan tranparasi kepada siswa. 5. Mendukung dan memberi contoh metakognisi untuk siswa. 6. Memberikan kesempatan bagi guru dan siswa untuk menghubungkan pembelajaran baik intradisipliner dan interdisipliner. 7. Mendukung diferensiasi yang berfokus pada pembelajaran yang bermakna.

c. Cara Mendesain Pertanyaan Esensial

Selain memberikan pertanyaan yang baik kepada siswa, memberikan pertanyaan yang esensial juga sangat penting dan bukanlah hal yang mudah. Berikut ini terdapat beberapa cara untuk mendesain pertanyaan yang esensial yang dipaparkan McTighe dan Wiggins dalam Setyawan, Kurniastuti, dan Sumarah, 2016. 1. Menurunkan pertanyaan esensial dari tujuan akhir pembelajaran 2. Membuat pertanyaan yang lebih spesifik 3. Considering Possible or Predictable Misconceptions menemukan beberapa miskonsepsi yang mungkin terjadi kemudian membuat pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada perbaikan konsep. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 4. Considering the Facets of Understanding mempertimbangkan tingkatan-tingkatan kognitif sekaligus kata-kata kerja yang dapat digunakan untuk membuat pertanyaan yang esensial.

d. Cara Menyampaikan Pertanyaan Esensial

Selanjutnya menurut Setyawan, Kurniastuti, dan Sumarah 2016 perlu juga dipahami tentang tata cara menggunakan pertanyaan esensial. Cara pemberian pertanyaan esensial berbeda dengan penyampaian instruksi secara konvensional, pertanyaannya tidak sekedar ditanyakan, didiskusikan, dan ditinggalkan begitu saja. Keseluruhan poin dari pemberian pertanyaan esensial ialah eksplorasi yang didesain seperti spiral atau bolak-balik antara pertanyaan dan sumber-sumber informasi yang baru, pengalaman, atau perspektif. Dengan kata lain, kita perlu untuk berulangkali kembali ke pertanyaan untuk menggali lebih lanjut, berpikir lebih dalam, dan mendapatkan pemahaman yang mencerahkan insightful . McTighe dan Wiggins dalam Setyawan, Kurniastuti, dan Sumarah, 2016 mengemukakan bahwa untuk sukses dalam menggunakan pertanyaan esensial, perlu mengikuti proses empat fase berikut. Fase 1: Berikan pertanyaan yang memprovokasi rasa ingin tahu siswa Pastikan bahwa pertanyaan esensialnya benar-benar merangsang pemikiran, relevan dengan siswa dan isi dari materi pembelajaran, dan pertanyaan percobaan, masalah, isu, atau kegiatan simulasi. Fase 2: Timbulkan beraneka macam respons dari pertanyaan 26 Gunakan teknik bertanya yang memungkinkan jawaban yang beraneka macam dari siswa, misalnya dengan ambiguitas kata-kata dalam pertanyaan. Fase 3: Kenalkan dan gali perspektif-perspektif baru Bawalah teks bacaan baru, data baru, atau fenomena maupun peristiwa yang membuat siswa bertanya-tanya. Bandingkan antara jawaban atau data dari informasi sebelumnya dengan informasi yang baru didapat, cari kemungkinan hubungannya, dan adanya inkonsistensi antar data. Fase 4: Berikan penutup dari masing-masing proses Mintalah siswa untuk menyimpulkan temuannya, menyampaikan pemahaman baru, dan tetap bertanya-tanya mengenai pemahaman sementara yang didapatkan mengenai materi yang dipelajari. Dari cara menyampaikan pertanyaan esensial yang telah diuraikan, dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan yang memprovokasi rasa ingin tahu siswa. Sehingga siswa terdorong untuk mencari tahu dan merangsang kenginginan berpikirnya, terutama jika pertanyaan yang diberikan merupakan pertanyaan yang relevan dengan siswa dan isi materi pembelajaran. Kemudian timbulkan beraneka macam respons dari pertanyaan dan mengenalkan serta menggali perspektif-perspektif baru. Setelah itu beri penutup dari masing-masing proses dengan meminta siswa untuk menyimpulkan temuannya, menyampaikan pemahaman barunya, dan bertanya mengenai pemahaman sementara yang telah didapatkan. 27

B. Penelitian yang Relevan

Susanti 2010 melakukan penelitian mengenai peningkatan kemampuan bertanya pada pembelajaran IPA dengan menggunakan metode tanya - jawab dan dengan bantuan media film peristiwa alam. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2010 dengan subyek penelitian 6 orang siswa kelas IV SD. Dalam pengumpulan data, metode-metode yang digunakan adalah pendataan pertanyaan-pertanyaan yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung, perekaman video, dan pengisian kuesioner oleh siswa untuk mengetahui penyebab siswa malas untuk bertanya. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen studi kasus. Penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini peneliti melakukan treatment kepada subyek yang diteliti. Sedangkan penelitian studi kasus yaitu penelitian yang mendalami suatu kasus pada individu atau sekelompok individu. Berdasarkan jenis data dan cara analisisnya penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif-kualitatif. Dikatakan penelitian kuantitatif karena jenis data yang diperoleh berupa bilangan. Jenis data yang berupa bilangan adalah jumlah pertanyaan yang diajukan oleh siswa. Sedangkan dalam analisis kualitatif, jenis data yang digunakan adalah jenis pertanyaan yang diajukan oleh siswa dan jenis pertanyaan tersebut digolongkan ke dalam pertanyaan tingkat rendah atau pertanyaan tingkat tinggi. Berdasarkan analisis dan data yang diperoleh peneliti, maka peneliti menyimpulkan bahwa siswa sebenarnya memiliki keinginan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI