Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian Deskripsi Subjek Penelitian Deskripsi Data Hasil Penelitian Pembahasan Hasil Penelitian

64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP N 3 Pedan yang beralamat di Kedungan, Pedan, Klaten. Letak sekolah ini cukup stategis karena berada tepat di jalan utama yang dilewati berbagai kendaraan umum seperti bus, sehingga memudahkan siswa yang menggunakan kendaraan umum untuk pergi kesekolah. SMP N 3 Pedan memiliki tiga angkatan kelas yakni kelas VII, VIII, IX yang masing-masing angkatan memiliki 7 kelas. Sarana dan prasarana yang digunakan untuk proses belajar mengajar sangat lengkap dan dalam kondisi yang terawat. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 4-5 November 2015 dengan menyebarkan skala burnout belajar kepada seluruh siswa kelas VIII.

B. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP N 3 Pedan yang berjumlah 173 siswa, yang terdiri dari 113 siswa laki-laki dan 60 siswa perempuan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling yang merupakan jenis sampel probabilitas. Dalam pengambilan besarnya sampel dilakukan berdasarkan rumus slovin dengan tingkat kesalahan sebesar 5 0,05, sehingga dapat diambil sampel untuk siswa laki-laki sebesar 88 dan siswa perempuan sebesar 52. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan 65 skala burnout belajar, yang selanjutnya akan diproses untuk mengetahui perbandingan burnout belajar antara siswa laki-laki dan perempuan di SMP N 3 Pedan.

C. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Data yang diperoleh oleh peneliti berasal dari skala burnout belajar yang telah disebarkan kepada seluruh siswa kelas VIII. Kemudian data tersebut akan diolah dan dikategorikan menjadi tiga tingkat yaitu tingkat burnout belajar tinggi, sedang, dan rendah. Data yang diperoleh akan menjawab perbedaan tingkat burnout siswa laki-laki dan perempuan kelas VIII di SMP N 3 Pedan.

D. Uji Prasyarat

Untuk mengetahui perbedaan burnout siswa laki-laki dan perempuan akan dilakukan menggunakan teknik analisis statistik uji-t, akan tetapi sebelum melakukan analisis tersebut terlebih dahulu akan dilaksanakan uji normalitas dan uji homogenitas, berikut adalah paparan dari uji normalitas dan uji homogenitas :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS for Windows Seri 16.0. Uji normalitas ini dilakukan guna mengetahui normal atau tidaknya data yang telah diperoleh. Adapun hasil uji normalitas adalah sebagai berikut : 66 Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Tests of Normality jenis_kelam in Kolmogorov-Smirnov a Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig. Hasil laki_laki .088 88 .090 .973 88 .063 Perempuan .098 52 .200 .956 52 .053 a. Lilliefors Significance Correction . This is a lower bound of the true significance. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa hasil uji normalitas data yang telah diperoleh dari siswa laki-laki dan perempuan berdasarkan kolmogorov-Smirnov terlihat hasil pada signifikansi 5 menyatakan bahwa p-value laki-laki 0,05 yaitu sebesar 0,090 dan p-value perempuan 0,05 sebesar 0,200. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang telah diperoleh pada siswa laki- laki dan perempuan adalah berdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji data yang diperoleh dari siswa apakah data yang diambil memiliki kemampuan yang sama homogen atau tidak. Berdasarkan data yang diperoleh dari siswa laki- laki dan perempuan dapat disimpulkan bahwa data tersebut homogen atau identik. Berikut adalah hasil dari pengujian yang telah dilakukan menggunakan SPSS 16.0 67 Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas Burnout Siswa Laki-Laki dan Perempuan. Levene’s Test for Equality of Variances F Sig Burnout Belajar Equal variances assumed .221 .639 Equal variances not assumed Berdasarkan tabel 6 diatas maka dapat diketahui bahwa hasil signifikansi p0,05. Hasil diatas menunjukkan bahwa hasil signifikansi sebesar 0,639 yang berarti bahwa Ho diterima. Dilihat dari data tersebut yang menggunakan taraf kepercayaan sebesar 95 telah mendukung hipotesis Ho yang berarti tidak terdapat perbedaan variansi dari data yang telah diambil dari siswa laki-laki dan perempuan.

3. Uji Hipotesis

Uji Hipotesis atau uji t ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan burnout belajar siswa laki-laki dan perempuan di SMP N 3 Pedan dengan taraf signifikansi sebesar 5 0,05. Uji hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 dengan uji beda Independent-Sample T Test. Berikut adalah hipotesis nol dan hipotesis alternatif dalam penelitian ini : Ho : Tidak terdapat perbedaan tingkat burnout siswa laki-laki dan perempuan kelas VIII di SMP N 3 Pedan. Ha : Terdapat perbedaan tingkat burnout siswa laki-laki dan perempuan kelas VIII di SMP N 3 Pedan, dimana siswa 68 laki-laki mempunyai tingkat burnout yang tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan. Apabila nilai signifikansi p-valuealpha maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berikut hasil uji-t menggunakan SPSS 16 mengenai perbedaan burnout belajar siswa laki-laki dan siswa perempuan. Tabel 8. Output Uji-t Perbedaan Burnout Belajar Mahasiswa N Mean Std. Deviation Burnout belajar Laki-laki Perempuan 88 52 163,23 155,25 20,1 19,33 Dari hasil diatas diperoleh nilai mean sebesar 163,23 pada siswa laki-laki dan nilai mean sebesar 155,25 pada siswa perempuan, yang berarti bahwa siswa laki-laki memiliki tingkat burnout belajar lebih tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan. Kemudian hasil tersebut akan dibuktikan menggunakan perhitungan uji beda Independent-Sample T Test. Berikut adalah hasil uji hipotesis dengan menggunakan Independent-Sample T Test. Tabel 9. Hasil Uji Hipotesis Burnout Siswa Laki-Laki dan Perempuan 69 Berdasarkan hasil pengolahan SPSS pada tabel diatas maka dapat diketahui bahwa nilai sig2-tailed sebesar 0,023 berarti nilai p-value alpha atau 0,0230,05 maka Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan tingkat kepercayaan sebesar 95, data yang ada tidak mendukung hipotesis Ho dan Ha diterima. Dengan demikian hipotesis yang diajukan terbukti bahwa terdapat perbedaan burnout siswa laki-laki dan perempuan kelas VIII di SMP N 3 Pedan.

E. Analisis Hasil Penelitian

1. Burnout Belajar Siswa Laki-Laki

Penelitian ini menggunakan skala burnout belajar dengan jumlah item sebanyak 61 soal. Skor tertinggi dari item yang disebarkan adalah 4 dan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga nilai skor tertinggi dapat ditentukan dari 61 X 4 = 244, dan skor nilai terendah adalah 61 X 1 = 61. Dari hasil pengumpulan data diperoleh skor tertinggi sebesar 202 dan skor terendah sebesar 125. Hasil analisis deskriptif hitung diperoleh nilai mean sebesar 163,23, median sebesar 161, modus sebesar 150 dan standar deviation sebesar 20,1. 70 Berikut adalah tabel hasil analisis deskriptif burnout belajar siswa laki- laki : Tabel 10. Hasil Analisis Deskriptif Siswa Laki-laki Deskripsi Data Laki-laki Jumlah 14364 Mean 163,23 Median 161 Modus 150 Nilai Max 202 Nilai Min 125 Varian 404,02 Range 77 SD 20,1 Distribusi frekuensi relative burnout belajar tercantum pada tabel dibawah ini : Tabel 11. Distribusi Frekuensi Burnout Belajar Siswa Laki-laki No Kategori Rentang Skor FrekuensiBanyak Siswa 1. Rendah 61-121 2. Sedang 122-182 68 77 3. Tinggi 183-224 20 23 Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa terdapat 20 siswa laki-laki yang mempunyai kecenderungan burnout belajar dengan kategori tinggi atau setara dengan 23, siswa dengan kecenderungan burnout belajar sedang sebanyak 68 atau setara dengan 77, dan tidak terdapat siswa dalam kategori burnout rendah atau setara dengan 0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa laki-laki memiliki 71 kencenderungan burnout belajar dalam kategori sedang. Berikut grafik distribusi frekuensi : Gambar 2. Grafik Burnout Belajar Siswa Laki-Laki

2. Burnout Belajar Siswa Perempuan

Data yang dikumpulakan dari 52 responden siswa perempuan diperoleh hasil pada tabel dibawah ini. Skor tertinggi adalah 4 dan skor jawaban terendah adalah 1, sehingga nilai tertinggi adalah 61 X 4 = 244 dan nilai skor teerendah adalah 61 X 1 = 61. Dari hasil pengumpulan data maka diperoleh skor tertinggi sebesar 199 dan skor terendah sebanyak 123. Hasil, analisis deskriptif hitung diperoleh nilai mean sebesar 155,25, median sebesar 154,5, modus sebesar 133, dan standar deviation sebesar 19,33. 72 Berikut adalah tabel hasil analisis deskriptif burnout belajar siswa perempuan. Tabel 12. Hasil Analisis Deskriptif Siswa Perempuan Deskripsi Data Perempuan Jumlah 8073 Mean 155,25 Median 154,5 Modus 133 Nilai Max 199 Nilai Min 123 Varian 373,84 Range 76 SD 19.33 Distribusi frekuensi relative burnout belajar siswa perempuan tercantum dalam tabel sebagai berikut : Tabel 13. Distribusi Frekuensi Burnout Belajar Siswa Perempuan No Kategori Rentang Skor FrekuensiBanyak Siswa 1. Rendah 61-121 2. Sedang 122-182 44 85 3. Tinggi 183-224 8 15 Pada tabel 12. Terlihat bahwa siswa perempuan berada dalam pengelompokan burnout belajar kategori tinggi sebanyak 8 siswa atau setara dengan 15, sedangkan dalam kategori sedang sebanyak 44 siswa atau setara dengan 85, dan tidak terdapat siswa dalam kategori burnout belajar rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa perempuan mempunyai kecenderungan burnout belajar dalam kategori sedang. Berikut adalah diagram dari masing-masing kategori : 73 Gambar 3. Grafik Burnout Belajar Siswa Perempuan

3. Burnout Belajar Siswa Laki-Laki dan Perempuan pada Setiap

Aspek Setelah diketahui Burnout belajar siswa laki-laki dan perempuan peneliti akan menjabarkan aspek-aspek burnout belajar siswa laki-laki dan perempuan untuk mengetahui perbedaan dari masing-masing aspek yang dihitung berdasarkan dari nilai reratamean M, simpangan bakustandart deviation SD dan prosentase dari masing- masing aspek. Berikut adalah distribusi frekuensi perbedaan burnout belajar siswa laki-laki dan perempuan pada setiap aspek. 74

a. Aspek Kelelahan Fisik

Tabel 14. Burnout Belajar Siswa Laki-laki dan Perempuan pada Aspek Kelelahan Fisik Kategori Kelelahan Fisik Rentang Skor Jenis Kelamin Laki -laki Perempuan Tota l Rendah 15-29 2 2 2 4 4 Sedang 30-44 56 64 33 63 89 Tinggi 45-60 30 34 17 33 47 88 100 52 100 140 Gambar 4. Grafik Burnout Belajar pada Aspek Kelelahan Fisik Pada tabel 14 dan grafik 4 diatas, dapat terlihat bahwa pada aspek kelelahan fisik sebanyak 30 siswa laki-laki setara dengan 34 memiliki kategori tinggi, 56 siswa setara dengan 64 masuk dalam kategori sedang, dan 2 siswa setara dengan 2 masuk dalam kategori rendah. Sedangkan pada siswa perempuan terdapat 17 siswa setara dengan 33 masuk dalam kategori tinggi, 33 siswa setara dengan 63 masuk dalam kategori sedang, dan 2 siswa atau setara dengan 4 masuk dalam kategori rendah. 75

b. Aspek Kelelahan Emosi

Tabel 15. Burnout Belajar Siswa Laki-laki dan Perempuan pada Aspek Kelelahan Emosi Kategori Kelelahan Emosi Rentang Skor Jenis Kelamin Laki- laki Perempuan Total Rendah 16-31 7 8 7 13 14 Sedang 32-47 62 70 39 75 101 Tinggi 48-64 19 22 6 12 25 88 100 52 100 140 Gambar 5. Grafik Burnout Belajar pada Aspek Kelelahan Emosi Berdasarkan tabel dan diagram diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 19 siswa laki-laki setara dengan 22 masuk dalam kategori tinggi, 62 siswa setara dengan 70 masuk dalam kategori sedang, dan 7 siswa atau setara dengan 8 masuk dalam kategori rendah. Sedangkan untuk siswa perempuan, terdapat 6 siswa setara dengan 12 masuk dalam kategori tinggi, 39 siswa atau setara dengan 75 masuk dalam kategori sedang, dan 7 siswa setara dengan 13 masuk dalam kategori rendah. 76

c. Aspek Kelelahan Mental

Tabel 16. Burnout Belajar Siswa Laki-laki dan Perempuan pada Aspek Kelelahan Mental Kategori Kelelahan Mental Rentang Skor Jenis Kelamin Laki- laki Perempuan Total Rendah 10-19 5 6 7 13 12 Sedang 20-29 63 71 42 81 105 Tinggi 30-40 20 23 3 6 23 88 100 52 100 140 Gambar 6. Grafik Burnout Belajar pada Aspek Kelelahan Mental Dilihat dari tabel dan grafik diatas maka dapat dijelaskan bahwa sebanyak 20 siswa setara dengan 23 dari 88 siswa masuk dalam kategori tinggi dan terdapat 63 siswa setara dengan 71 masuk dalam kategori sedang serta 5 siswa setara dengan 6 masuk dalam kategori rendah. Selain itu siswa perempuan terdapat 3 siswa setara dengan 6 siswa yang masuk dalam kategori tinggi, 42 siswa setara dengan 81 masuk dalam kategori sedang, dan sebanyak 7 siswa setara dengan 13 masuk dalam kategori rendah. Hal ini mencerminkan bahwa siswa laki-laki dan perempuan 77 memiliki kecenderungan untuk mengalami kelelahan mental dalam belajar. d. Aspek Depersonalisasi Tabel 17. Burnout Belajar Siswa Laki-laki dan Perempuan pada Aspek Depersonalisasi Kategori Kelelahan Mental Rentang Skor Jenis Kelamin Laki- laki Perempuan Total Rendah 10-19 5 6 7 13 12 Sedang 20-29 62 70 40 77 102 Tinggi 30-40 21 24 5 10 26 88 100 52 100 140 Gambar 7. Grafik Burnout Belajar pada Aspek Depersonalisasi Dilihat dari tabel dan grafik diatas maka dapat diperoleh bahwa untuk siswa laki-laki sebanyak 21 siswa setara dengan 24 masuk dalam kategori tinggi dan terdapat 62 siswa setara dengan 70 masuk dalam kategori sedang serta 5 siswa setara dengan 6 masuk dalam kategori rendah. Selain itu siswa perempuan terdapat 5 siswa setara dengan 10 siswa yang masuk dalam kategori tinggi, 40 siswa setara dengan 77 masuk dalam kategori sedang, 78 dan sebanyak 7 siswa setara dengan 13 masuk dalam kategori rendah.

e. Aspek Rendahnya Penghargaan Diri

Tabel 18. Burnout Belajar Siswa Laki-laki dan Perempuan pada Aspek Rendahnya Penghargaan Diri Gambar 8. Grafik Burnout Belajar pada Aspek Rendahnya Penghargaan Diri Dari tabel dan grafik diatas maka dapat diperoleh bahwa sebanyak 26 siswa setara dengan 30 dari 88 siswa laki-laki masuk dalam kategori tinggi dan terdapat 61 siswa setara dengan 69 masuk dalam kategori sedang serta 1 siswa setara dengan 1 masuk dalam kategori rendah. Selain itu untuk siswa perempuan terdapat 11 siswa setara dengan 21 siswa yang masuk dalam kategori tinggi, 37 siswa setara dengan 71 masuk dalam kategori Kategori Kelelahan Mental Rentang Skor Jenis Kelamin Laki- laki Perempuan Total Rendah 10-19 1 1 4 8 5 Sedang 20-29 61 69 37 71 98 Tinggi 30-40 26 30 11 21 37 88 100 52 100 140 79 sedang, dan sebanyak 4 siswa setara dengan 8 masuk dalam kategori rendah. Tabel 19. Distribusi Frekuensi Perbedaan Burnout Belajar Siswa Laki-Laki dan Perempuan pada Setiap Aspek Aspek Burnout Belajar Burnout Belajar Siswa Laki-Laki Burnout Belajar Siswa Perempuan M SD Frekatego ri M SD Frekkateg ori Kelelahan Fisik 42 6 Tinggi :30 Sedang:56 Rendah:2 34 64 2 42 6 Tinggi:17 Sedang:33 Rendah:2 33 63 4 Kelelahan Emosi 41 6 Tinggi:19 Sedang:62 Rendah:7 22 70 8 40 6 Tinggi:6 Sedang:39 Rendah:7 12 75 13 Kelelahan Mental 26 4 Tinggi:20 Sedang:63 Rendah:5 23 71 6 24 4 Tinggi:3 Sedang:42 Rendah:7 6 81 13 Depersonalis asi 27 4 Tinggi:21 Sedang:62 Rendah:5 24 70 6 24 4 Tinggi:5 Sedang:40 Rendah:7 10 77 13 Rendahnya Penghargaan Diri 28 4 Tinggi:26 Sedang:61 Rendah:1 30 69 1 25 4 Tinggi:11 Sedang:37 Rendah:4 21 71 8 Perbedan diantara siswa laki-laki dan perempuan dilihat dari hasil mean yang di dapat dari data yang diperoleh. Pada aspek kelelahan fisik, siswa laki-laki dan perempuan memiliki tingkat burnout yang sama. Hal tersebut dilihat dari nilai mean siswa laki-laki sebesar 42, dan mean siswa perempuan sebesar 42. Dari aspek kelelahan emosi siswa laki-laki memiliki tingkat kelelahan yang lebih tinggi daripada siswa perempuan karena memiliki nilai mean sebesar 41, sedangkan siswa perempuan memiliki nilai mean 40. Selanjutnya dalam aspek kelelahan mental siswa laki-laki memiliki nilai mean 26 sedangkan siswa perempuan memiliki mean 24, sehingga siswa laki-laki memiliki kelelahan mental yang tinggi dibandingkan siswa perempuan. Siswa 80 laki-laki juga memiliki tingkat depersonalisasi yang lebih tinggi dari pada siswa perempuan yaitu sebesar 27, sedangkan siswa perempuan sebesar 24. Dilihat dari rendahnya penghargaan diri, nilai mean laki-laki juga lebih besar dibandingkan dengan siswa perempuan, yaitu sebesar 28, dan siswa perempuan sebesar 25. Sehingga dari data diatas dapat disimpulkan bahwa siswa laki-laki memiliki tingkat burnout yang lebih tinggi daripada siswa perempuan dalam berbagai aspek.

F. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dalam penelitian yang berjudul “Perbedaan Tingkat Burnout Siswa Laki-Laki dan Perempuan Kelas VIII di SMP N 3 Pedan” ini, dapat diketahui hipotesis yang menyatakan bahwa “terdapat perbedaan burnout belajar pada siswa laki- laki dan perempuan kelas VIII di SMP N 3 Pedan”. Hal tersebut didasarkan pada nilai t lebih besar dari t t pada taraf signifikasi 5 hipotesis tersebut diterima karena ada perbedaan tingkat burnout belajar pada siswa laki-laki dan perempuan yang dapat dilihat dari hasil mean diantara ke-duanya. Untuk siswa perempuan memiliki nilai mean sebesar 155,25 sedangkan nilai mean untuk siswa laki-laki sebesar 163,23, maka dari data yang diperoleh dapat simpulkan bahwa siswa laki-laki mengalami burnout belajar yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa perempuan. Hasil tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Jacob et.al 2013 kepada 149 mahasiswa, yang diperoleh bahwa 81 siswa perempuan mengalami kejenuhan belajar sebanyak 30 sedangkan untuk mahasiswa laki-laki yang mengalami kejenuhan belajar mencapai angka 70. Menurut Faber Mubiar Agustin, 2010: 34 pria lebih rentan terhadap stress dan mengalami kejenuhan jika dibandingkan dengan wanita. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Doyle Hind Karabiyik et al, 2009: 95 yang mengatakan bahwa wanita lebih rentan mengalami stress yang tinggi akan tetapi memiliki tingkat kejenuhan yang rendah. Perbedaan burnout belajar pada siswa laki-laki dan perempuan dapat dilihat dari hasil mean pada setiap aspek burnout belajar. Dalam aspek kelelahan fisik, siswa laki-laki dan perempuan memiliki nilai mean yang sama, yaitu sebesar 42. Hal itu menandakan bahwa siswa laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki tingkat kelelahan fisik yang sama, yang ditunjukkan dengan perasaan malas untuk berangkat sekolah, dan sering merasa pusing ketika mendapat banyak tugas dari bapak dan ibu guru. Dilihat dari aspek kelelahan emosi, siswa laki-laki memiliki tingkat kelelahan emosi yang lebih tinggi daripada siswa perempuan. Kelelahan emosi ini ditandai dengan mudah tersinggung, mudah marah, bermusuhan, dan emosi tidak stabil. Ciri-ciri kelelahan emosi tersebut sangat sesuai dengan keadaan anak laki-laki di SMP N 3 Pedan, mereka mudah marah dan sering bermusuhan dengan teman laki-laki yang berbeda kelas. 82 Berbeda dengan siswa perempuan yang hanya memendam rasa marahnya ketika sedang memiliki masalah dengan teman mereka. Perbedaan dari aspek kelelahan mental, siswa laki-laki memiliki tingkat kelelahan mental yang lebih tinggi pula jika dibandingkan dengan siswa perempuan. Kelelahan yang dialami oleh siswa laki-laki ini ditandai dengan bersifat negatif dengan orang lain, terutama kepada guru mata pelajaran. Selain itu, ditandai dengan bersikap sinis kepada siswa yang lebih aktif di dalam kelas. Dalam aspek depersonalisasi, siswa laki-laki memiliki tingkat depersonalisasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa perempuan. Depersonalisasi yang dialami oleh siswa laki-laki disebabkan karena sifat bawaan laki-laki tersebut. Kartini Kartono 1992: 177 menjelaskan bahwa wanita memiliki sifat sosial, perduli dengan orang disekitarnya, sedangkan laki-laki cenderung egois dan lebih mementingkan kepentingannya sendiri. Jika dilihat dari teori yang disampaikan ahli diatas, maka tidak heran jika siswa laki-laki memiliki tingkat depersonalisasi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa perempuan. Pada aspek yang terakhir, aspek rendahnya penghargaan diri siswa laki-laki juga lebih tinggi daripada siswa perempuan. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada siswa SMP N 3 Pedan, siswa laki-laki cenderung kurang percaya diri jika harus membantu teman sekelas untuk memecahkan masalah, karena mereka khawatir gagasan yang mereka 83 keluarkan tidak sesuai dengan pemikiran teman-teman yang lain, berbeda dengan siswa perempuan yang selalu aktif memberikan ide dan gagasan kepada teman yang sedang mengalami kesulitan. Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa di SMP N 3 Pedan mengalami burnout belajar, hal tersebut dikarenakan para siswa jenuh karena terlibat dalam proses belajar yang sangat lama. Pada umumnya, para siswa yang tergolong dalam remaja ini sebenarnya mengetahui bahwa untuk menjadi orang yang sukses harus rajin belajar. Namun, selain karena sudah merasa jenuh dengan proses belajar yang sedang mereka alami, mereka juga sedang dalam upaya pencarian identitas diri sebagai remaja sehingga sering kali lebih senang mencari kegiatan-kegiatan yang menyenangkan bersama-sama dengan kelompoknya daripada belajar. Akibatnya, sering ditemui remaja yang yang malas dan tidak disiplin dalam belajar dan bahkan sampai mengalami burnout belajar seperti pada siswa di SMP N 3 Pedan. Untuk membuat kebiasaan-kebiasaan belajar yang baik bagi siswa agar tidak mengalami burnout belajar, hendaknya para siswa meninjau sikap dan kebiasaan belajar berdasarkan prinsip-prinsip belajar. Prayitno Erman Amti 2004: 287 menjabarkan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut : 1. Belajar berarti melibatkan diri secara penuh, lebih dari sekedar membaca bahan-bahan yang tercetak dalam buku-buku teks. 84 2. Efisiensi belajar akan meningkat apabila perbuatan belajar didasarkan atas rencan atau tujuan yang nyata dan hasilnya dapat diukur. 3. Kata-kata, ungkapan-ungkapan, dan kalimat-kalimat yang ada dalam bahan yang dipelajari baru dibaca dengan penuh pengertian. 4. Sebagian bahan belajar hanya dapat dipelajari dengan baik kalau menggunakan seluruh metode belajar. 5. Belajar dalam suasana terpaksa tidak memberikan harapan besar untuk berhasil dengan baik. 6. Untuk dapat melaksanakan kegiatan dan mencapai hasil belajar yang baik diperlukan adanya suasana hati yang nyaman, kesehatan yang baik, tidur teratur, dan rekreasi yang memadahi. Kebiasaan belajar siswa yang baik perlu ditumbuhkan melalui bantuan dari orang-orang disekitar terutama guru-guru bimbingan konseling, agar para siswa mampu mengatasi kejenuhan dalam proses belajar yang mereka alami. Menurut Prayitno Erman Amti 2004: 287 dalam layanan bimbingan belajar peranan guru dan konselor adalah untuk saling membantu, mengisi, dan menunjang, dimana guru sebagai penguasa lapangan dan penggerak kegiatan pembelajaran siswa, sedangkan konselor atau guru BK sebagai penasehat, pemberi masukan dan pertimbangan kepada siswa melalui layanan bimbingan belajar. 85

G. Keterbatasan Penelitian