32
memantapkan berbagai norma sosial yang berlaku. Jika ditinjau dari hal ini, kondisi keluarga masyarakat marginal sebagai lingkungan sosial kurang
menudukung dalam proses pembentukan watak dan sifat-sifat pribadi anak. Kondisi yang kurang mendukung tersebut terutama dilihat dari situasi yang
tidak mendukung proses belajar seperti kebiasaan hidup yang tidak teratur, pemilihan aspirasi yang terbatas, kebiasaan mengundur pemuasan mendadak
dari kebutuhannya dan stigma yang menjadi cap sebagai keluarga miskin yang akan berpegaruh bagi kepribadian anak Soetomo: 2013.
B. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Setiawan pada tahun 2015 berjudul
“Anak Putus Sekolah pada Masyarakat Marginal di Perkotaan Studi terhadap Masyarakat di Kelurahan Meranti Pandak Kecamatan Rumbai
Pesisir Kota Pekanbaru ” menunjukkan hasil bahwa faktor penyebab anak
putus sekolah di kelurahan Meranti Pandak karena faktor kemauan sendiri 40,90 yang menjadi faktor dominan, faktor ekonomi keluarga 31,83
dan faktor lingkungan teman bermain 27,27. Aktifitas anak putus sekolah adalah bekerja 45,5 yang menjadi aktifitas dominan, membantu orangtua
36,3 dan pengangguran 18,2. .Persepsi orangtua terhadap pendidikan
anaknya mayoritas kurang baik 54,5 . 2.
Penelitian yang dilakukan oleh Benny Heldrianto pada tahun 2013 berjudul
“Penyebab Rendahnya Pendidikan Anak Putus Sekolah dalam Program Wajib Belajar 9 Tahun Desa Sungai Kakap Kecamatan Sungai Kakap
Kabupaten Kubu Raya” menunjukkan bahwa rendahnya pendidikan anak
33
putus sekolah yang terjadi di desa sungai kakap Kecamatan Sungai kakap, merupakan permasalahan pendidikan yang di karenakan faktor sosial dan
budaya masyarakat serta faktor kesadaran individu itu sendiri. Adapun rendahnya pendidikan anak putus sekolah tersebut terjadi dikarenakan
kebiasaan-kebiasaan penduduk lokal yang mencerminkan budaya yang tidak mendukung aspek pendidikan itu untuk berkembang, seperti: masih
adanya anggapan bahwa pendidikan bukanlah sesuatu yang penting, adanya kebudayaan yang menganggap bahwa wanita tidak memerlukan pendidikan
yang tinggi, faktor ekonomi keluarga yang ikut mempengaruhi rendahnya pendidikan anak, pergaulan semaja yang semakin menyimpang dan tanpa
kontrol. C.
Kerangka Pikir Penelitian
Pendidikan anak merupakan salah satu hak anak yang harus dipenuhi oleh orang dewasa. Hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang No. 35
Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan anak merupakan
tanggung jawab berbagai pihak tidak hanya terbatas pada pendidikan formal namun juga pendidikan informal yang menjadi tanggung jawab orangtua dan
masyarakat. Proses pendidikan anak baik formal atau informal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri anak tersbut dan dari
lingkungan sekitar, seperti kondisi sosial ekonomi yang baik, pergaulan sosial yang luas dan sehat, olah seni dan budaya, kondisi sosial politik yang merdeka
dan demokratis, serta kehidupan keagamaan yang sehat.
34
Masyarakat marginal merupakan suatu kelompok masyarakat yang diidentikkan sebagai masyarakat kecil atau pra-sejahtera yang salah satu
karakteristiknya adalah tingkat pemahaman, pengetahuan, sikap, dan presepsi tentang pendidikan masih rendah. Salah satu contoh masyarakat marginal
adalah masyarakat Kampung Pajeksan, Kelurahan Sosromenduran Kota Yogyakarta. Keluarga di Kampung Pajeksan jika dilihat dari segi sosial-
ekonomi tergolong masyarakat menengah ke bawah yang kehidupannya bergantung pada sektor pariwisata karena lokasi Kampung Pajeksan yang dekat
dengan kawasan wisata Malioboro. Ditinjau dari segi lingkungan, lingkungan di Kampung Pajeksan kurang kondusif untuk keberlangsungan proses
pendidikan anak karena lokasi Kampung Pajeksan dekat dengan lokalisasi Pasar Kembang dan pabrik lapen. Padahal, lingkungan tempat berlangsungnya
proses pendidikan adalah salah satu faktor penting yang dapat menentukan kualitas dan keberlangsungan usaha pendidikan.
35
Gambar 2. Skema kerangka pikir penelitian
D. Pertanyaan Penelitian