71
b. Strategi orangtua dalam mengasuh anak
Mengasuh merupakan
sebuah proses
mendidik dan
mengembangkan kepribadian anak sehingga kelak anak dapat tumbuh menjadi manusia yang tangguh dalam mengahadapi tantangan hidup,
bertanggung jawab, serta tidak mudah terpengaruh perilaku negatif di lingkungannya. Proses mengasuh anak melibatkan berbagai macam
aspek dalam diri anak baik aspek jasmani, intelektual, emosional, serta norma-norma dan nilai-nilai.
Proses mengasuh anak yang dilakukan oleh orangtua meliputi beberapa hal seperti memberi kasih sayang, memberi rasa aman,
memberi contoh yang baik. Untuk itu, orangtua memiliki strategi- strategi
dalam mengasuh
anak agar
tujuan mendidik
dan mengembangkan kepribadian anak tercapai. Strategi yang digunakan
oleh orangtua di Kampung Pajeksan dalam mengasuh anak antara lain: 1
Memberi nasihat Memberi nasihat merupakan cara yang paling sering
dilakukan oleh orangtua untuk mengasuh anak di Kampung Pajeksan. Pemberian nasihat oleh orang tua kepada anak tidak
dilakukan dalam waktu-waktu khusus melainkan dilakukan setiap ada kesempatan. Misalnya ketika sedang berkumpul menonton
televisi bersama, ketika orangtua mendampingi anak bermain, atau ketika orangtua sedang mendampingi anak belajar.
72
Orangtua memberi nasihat kepada anak ketika berkumpul bersama keluarga terjadi ketika peneliti melakukan pengamatan di
keluarga Ibu AR. Nasihat yang diberikan Ibu AR kepada anaknya berkaitan dengan tayangan televisi yang sedang ditonton oleh anak-
anaknya. Misalnya ketika Ibu AR mendampingi anaknya menonton serial kartun “Ipin Upin” lalu ada satu adegan salah satu tokoh
memukul tokoh yang lain, Ibu AR menasihati anaknya untuk tidak melakukan hal serupa kepada temannya ketika bermain.
Nasihat diberikan orangtua ketika menemani anak bermain umumnya dilakukan dengan melarang anak untuk berbuat tidak baik
kepada teman-teman bermainnya. Orangtua memberi nasihat ketika menemani anak bermain ditemukan peneliti hampir di setiap
keluarga dan tidak hanya terjadi pada orangtua dan anak dalam satu keluarga. Ini juga ditemukan peneliti ketika melakukan pengamatan
di keluarga Ibu AR. Ibu AR memberikan nasihat kepada teman bermain anaknya agar tidak melakukan perbuatan tidak baik kepada
temannya. Pemberian nasihat kepada anak ketika mendampingi anak
belajar ditemukan peneliti ketika melakukan pengamatan pada keluarga Ibu RD dan Ibu NP. Ketika Ibu NP mendampingi anak-
anaknya belajar, kedua anak Ibu NP sempat bercanda lalu Ibu NP menasihati anak-anaknya agar belajar dengan sungguh-sungguh agar
dapat memahami pelajaran yang sedang dipelajari. Pemberian
73
nasihat ketika mendampingi anak belajar yang ditemukan peneliti di keluarga Ibu RD dilakukan oleh ibu dari Ibu RD yang saat itu sedang
mendampingi NA belajar. Beliau menasihati NA agar belajar sungguh-sungguh supaya bisa terus bersekolah dan mencapai apa
yang dia cita-citakan. 2
Memberi teladan Menanamkan nilai-nilai dalam proses mengasuh dan
mendidik anak tidak cukup jika hanya dilakukan dengan memberikan nasihat-nasihat kepada anak. Usaha orangtua untuk
mendidik dan mengasuh anak menjadi anak yang baik akan lebih melekat pada anak jika orangtua juga memberikan teladan. Memberi
teladan adalah cara mendidik anak dengan memberikan contoh. Orangtua tidak hanya menyuruh anak melakukan sesuatu melainkan
juga mempraktikkannya kepada anak. Memberi teladan kepada anak hanya dilakukan oleh sebagian
orangtua di Kampung Pajeksan. Memberi teladan pada anak ditemukan peneliti hadi keluarga Ibu NP dan Ibu RD. Teladan yang
diberikan Ibu NP kepada anak-anaknya berupa ajakan untuk mengerjakan sholat berjamaah dan mengajari anak mengaji setelah
sholat seperti pernyataan Ibu NP “Kalau waktunya sholat saya ajak jamaah, biasanya kalau
habis sholat gitu saya ajarin ngaji dikit- dikit.” Wawancara
11062016
74
Pernyataan Ibu NP ini sesuai dengan pengamatan yang dilakukan peneliti di rumah Ibu NP dan didukung oleh pernyataan RA, anak
Ibu NP “Kalau maghrib biasanya diajak shoat berjamaah di rumah,
nanti habis sholat terus ngaji sebentar.” Wawancara 11062016
Memberi teladan kepada anak dilakukn Ibu RD tidak jauh
berbeda dengan yang dilakukan Ibu NP. Ibu RD memberikan contoh kepada anaknya tentang tata karma dan nilai kesopanan seperti cara
berinteraksi dengan orang di lingkungan sekitar tempat tinggal Ibu RD. Hal ini peneliti lihat ketika seorang anak tetangga Ibu RD
memberikan makanan kepada NA, ibu NA memberi contoh untuk mengucapkan terima kasih. Selain diri sendiri, Ibu RD juga
menunjuk orang lain untuk dijadikan teladan oleh anaknya. Misalnya Ibu RD menunjuk salah satu keponakannya yang memiliki
pendidikan untuk dijadikan teladan oleh anaknya seperti peryantaan Ibu RD berikut.
“Cuma saya bilangin harus giat belajar, nanti biar pinter seperti mbak itu bisa sekolah di luar negeri dapat beasiswa.
Saya ngasih contoh ke anak saya, itu yang pintar.”
Wawancara 04062016 3
Memberi pengawasan dan aturan-aturan Salah satu tanggung jawab orangtua terhadap anak adalah
mengawasi anak baik dalam pendidikan maupun pergaulan. Pengawasan perlu dilakukan oleh orangtua untuk menjaga anak-
anaknya dari
pengaruh-pengaruh negatif
lingkungan, baik
75
lingkungan bergaul maupun lingkungan tempat tinggal anak. Upaya yang dapat dilakukan orangtua untuk mempermudah pengawasan
terhadap anak adalah dengan membuat aturan-aturan yang diterapkan untuk anak.
Pengawasan orangtua terhadap anak di Kampung Pajeksan sebagian besar dilakukan oleh orangtua sendiri terutama Ibu dan
sebagian dibantu oleh anggota keluarga lain atau tetangga sekitar tempat tinggal. Pengawasan yang dilakukan oleh orangtua sendiri
ditemukan peneliti dalam keluarga Ibu RN, Ibu NP, dan Ibu AR. Pengawasan yang diberikan Ibu RN kepada anaknya sangat
longgar. Pengawasan terhadap anak dilakukan oleh Ibu RN sendiri dan hanya dilakukan oleh Ibu RN ketika ibu RN dan anaknya sama-
sama berada di rumah, padahal baik Ibu RN, suaminya, dan anaknya lebih banyak berada di luar rumah seperti diungkapkan Ibu RN
“Tidak ada, mbak. Kalau saya dan suami saya berangkat kerja, anak saya juga pergi. Anak saya itu lebih sering di luar
daripada di rumah, jadi saya ya susah kalau memperhatikan.” Wawancara 26052016
Berdasarkan pengamatan peneliti, letak rumah Ibu RN hanya bersebelahan dengan rumah orangtua Ibu RN namun Ibu RN tidak
pernah meminta bantuan orangtuanya untuk mengawasi anaknya. Ibu RN juga tidak banyak memberikan aturan-aturan terkait
pergaulan anaknya. Beliau hanya berpesan kepada anaknya agar tidak berbuat dan mengikuti tindakan yang tidak baik ketika anaknya
hendak pergi bersama teman-temannya.
76
Pengawasan yang dilakukan Ibu NP terhadap anaknya berbeda jauh dengan yang dilakukan Ibu RN. Ibu NP mengawasi
anaknya dengan sangat ketat. Ibu NP benar-benar mengawasi anak- anaknya terutama ketika bermain di luar rumah. Hal ini dilakukan
Ibu NP untuk melindungi anaknya dari pengaruh perilaku negatif yang ada di lingkungan tempat tiggal Ibu NP seperti pernyataan Ibu
NP “Kalau mainnya sama tetangga dekat-dekat sini saya bolehin.
Tapi kalau udah jauh gitu pasti saya cari sampai ketemu. Soalnya saya khawatir, mbak, kalau jauh-jauh gak ada yang
ngawasin, apalagi daerah sini kan rawan, mbak. ”
Wawancara 11062016 Pernyataan Ibu NP ini didukung oleh pernyataan RA
“Kalau main di sekitar rumah saja, mbak. Soalnya kalau main jauh-
jauh dicariin ibu” Wawancara 11062016 Keadaan keluarga Ibu NP yang merupakan pendatang dari
luar Kota Yogyakarta membuat Ibu NP mengalami kesulitan dalam mengawasi anak-anaknya karena tidak ada yang bisa dimintai tolong
untuk menjaga anak-anaknya terutama ketika anak-anak bermain. Pengawasan dan kontrol terahadap anak-anak dilakukan oleh Ibu NP
sendiri dan terkadang dibantu oleh keponakan Ibu NP yang sesekali berkunjung ke rumah Ibu NP. Kurangnya tenaga untuk mengawasi
anak-anak ini mendorong Ibu NP untuk membuat aturan-aturan terkait pergaulan anaknya seperti membatasi wilayah bermain anak
dan mewajibkan anak meminta ijin dan memberitahu dengan siapa dia bermain ketika anak hendak pergi bermain.
77
Pengawasan Ibu AR terhadap anaknya tidak seketat yang dilakukan Ibu NP. Ibu AR memberikan pengawasan yang berbeda
terhadap anak-anaknya. Anak bungsu Ibu AR diawasi oleh Ibu AR sendiri terkadang dibantu oleh saudara Ibu AR yang rumahnya
berdekatan, sedangkan untuk anak sulungnya, Ibu AR lebih memberi kebebasan.
Ibu AR tidak terlalu banyak membuat aturan-aturan untuk anak-anaknya. Beliau membebaskan anaknya bermain ke mana saja
asalkan meminta ijin terlebih dahulu. Keterbatasan Ibu AR dalam mengawasi anak sulungnya ketika bermain diatasi oleh Ibu AR
dengan cara menitipkan anaknya kepada tetangga di sekitar tempat bermain anak seperti pernyataan Ibu AR
“Kalau yang besar main sendiri sama teman-temannya, biasanya saya titipkan ke tetangga yang rumahnya dekat
tempat mainnya.” Wawancara 30052016 Pengawasan Ibu RD terhadap anaknya dilakukan Ibu RD
degan bantuan dari Ibu dan kakak Ibu RD. Hal ini dilakukan Ibu RD karena kesibukan beliau bekerja sehingga sulit melakukan kontrol
langsung terhadap anak. Ibu RD tidak banyak menerapkan aturan- aturan pada anaknya. Beliau memberi kebebasan kepada anaknya
untuk bermain dengan siapa saja seperti pernyataan beliau “Anak saya tidak pernah main jauh-jauh paling di sekitar sini
aja, soalnya kan ini tetangga-tetangga juga ada yang anaknya seumuran dan masih saudara juga jadi bisa dititipi. Tapi saya
tidak pernah ngelarang anak saya kalau main jangan sama si ini atau si itu.
” Wawancara 04062016
78
Pengawasan yang diterapkan oleh Ibu RD kepada anaknya sedikit berbeda dengan pengawasan yang diterapkan oleh Ibu dari
Ibu RD. Berdasarkan pengamatan peneliti, Ibu dari Ibu RD lebih protektif dalam mengawasi cucunya. Beliau lebih banyak membatasi
cucunya ketika bergaul. Misalnya ketika NA, anak Ibu RD, meminta ijin bermain ke rumah teman, Ibu dari Ibu RD menanyakan nama
teman dan rumahnya dengan detail dan sempat menyarankan NA untuk mengajak temannya bermain di rumah saja namun NA
menolak. 4
Memberi hukuman Hukuman dalam pendidikan diberikan kepada anak karena
kesalahannya. Hukuman jenisnya ada bermacam-macam namun tidak semuanya dapat digunakan dalam mendidik anak. Orangtua di
Kampung Pajeksan memberikan hukuman kepada anaknya ketika anak melakukan kesalahan. Hukuman yang diberikan kepada anak
berbeda-beda di masing-masing keluarga. Hukuman yang paling sering digunakan oleh orangtua berupa
teguran dan peringatan. Teguran yang diberikan orangtua kepada anak berbeda di masing-masing keluarga. Misalnya dalam keluarga
Ibu AR dan Ibu NP teguran yang diberikan kepada anak berupa teguran yang keras. Hal ini ditemukan peneliti ketika melakukan
pengamatan di keluarga Ibu AR. Ibu AR memarahi anak sulungnya ketika Ibu AR mengetahui anak sulungnya membuat anak bungsu
79
Ibu AR menangis. Kejadian serupa terjadi ketika peneliti melakukan pengamatan di keluarga Ibu NP. Ibu NP memarahi anaknya ketika
kedua anaknya bertengkar. Orangtua berusaha menghindari hukuman fisik ketika harus
memberi hukuan pada anaknya seperti pernyataan Ibu RN “Kalau anaknya nakal saya marahin tapi saya tidak pernah
main tangan kalau sama anak saya. Walaupun nakal kan dia anak saya sendiri jadi saya tidak tega kalau mau memukul.”
Wawancara 26052016
Pernyataan Ibu RN sejalan dengan penyataan Ibu AR “Saya marahin paling, mbak kalau nakal. Tapi ya cuma
dimarahi saja.” Wawancara 30052016 Ibu RD juga menyatakan hal yang sama
“Kalau anak saya nakal cuma saya peringatkan saja tidak pernah menghukum.” Wawancara 04062016
Orangtua tidak memberikan hukuman secara fisik kepada
anak karena tidak tega menyakiti anak sendiri. Selain itu, kesalahan yang dilakukan anak tidak terlalu berat sehingga orangtua merasa
tidak perlu sampai memberikan hukuman fisik kepada anak. Berbeda dengan keluarga yang lain, Ibu NP adalah orangtua
yang berani memberikan hukuman fisik kepada anaknya seperti pernyataan beliau
“Kadang saya cubit, mbak, kalau pas saya ngajarin pada berantem atau bercanda. Maksudnya biar anak-
anak serius.” Wawancara 11062016
Pernyataan Ibu NP ini didukung oleh RA
80
“Kalau nakal dicubit sama ibu, makanya saya tidak berani nakal.” Wawancara 11062016
Berdasarkan pernyataan Ibu NP, tujuan beliau memberikan hukuman fisik kepada anak bukan untuk menyakiti anak-anaknya melainkan
agar anak-anak menurut kepada beliau.
c. Interaksi orangtua dengan anak