maksimal, 5 Evaluasi keperawatan : dilakukan secara periodik dari semua tindakan dan rencana tindakan yang terlaksana.
2.4. Landasan Teori
Budaya memiliki arti penting dalam organisasi. Menurut Poerwanto 2008 budaya organisasi merupakan seperangkat asumsi dasar yang diciptakan dan dianut
bersama untuk mengarahkan perilaku organisasional dalam beradaptasi dengan lingkungan luar maupun integrasi internal. Temuan Tepeci 2001 mengungkapkan
bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap tingkat kepuasan kerja. Sehubungan dengan kajian mengenai budaya organisasi dalam penelitian ini dilakukan pada
pelayanan keperawatan di rumah sakit umum milik pemerintah, maka indikator mengacu pada teori Sembiring 2012 yaitu iman dan taqwa, profesionalisme,
orientasi masyarakat, orientasi kinerja, dan orientasi kesejahteraan pegawai. Faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah manajemen konflik.
Proposisi yang diajukan oleh Chuang, Church, dan Zikic 2004 dalam Sopiah 2008, yakni kesesuaian budaya organisasi akan dapat mengurangi terjadinya
konflik, baik yang berkaitan dengan pekerjaan maupun yang berkaitan dengan hubungan antarindividu. Penelitian Raditya 2012 menemukan adanya hubungan
antara gaya manajemen konflik dengan kepuasan kerja pegawai negeri sipil berupa obliging dan avoiding untuk para staf fungsinal umum dan tertentu. Menurut Ross
yang dikutip Sumaryanto 2010 bahwa manajemen konflik merupakan langkah- langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan
Universitas Sumatera Utara
perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin
menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dalam penelitian ini mengacu pada toeri Hendricks 2008 bahwa gaya
penyelesaian konflik ada mempersatukan integrating, kerelaan untuk membantu obliging, mendominasi dominating, menghindar avoiding, dan kompromis
compromising. Menurut Handoko 2001, kepuasan kerja adalah keadaan emosional yang
menyenangkan dan tidak menyenangkan ketika karyawan memandang pekerjaannya. Pendapat Robbins 2001, bahwa seseorang tidak hanya sekedar melakukan
pekerjaan, tetapi juga berhubungan dengan setiap aspek lain seperti interaksi dengan rekan sekerja, atasan, kebijakan organisasi, dan lingkungan kerja tertentu yang
memungkinkan untuk tidak sesuai atau sesuai dengan dirinya. Pendapat tersebut menunjukkan kepuasan kerja seseorang dipengaruhi banyak faktor, tidak hanya
dinilai dari gaji saja, namun juga berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri serta faktor lainnya seperti hubungan dengan atasan dan rekan sekerja manajemen
konflik dan aturan-aturan budaya organisasi. Untuk mengukur kepuasan kerja petugas rawat inap di RSUD Kota Padangsidimpuan, penulis mengacu pada Job
Descriptive Index yang dikembangkan oleh Smith, Kendall, dan Hullin pada tahun 1969 yang dikutip oleh Sopiah 2008 dan disarankan dipakai oleh Schermerhon, Jr.,
John R., James G. Hunt, Richard N. Osborn, dan Mary Uhl-Bien 2011 dalam Wibowo 2013.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Kerangka Konsep Variabel Bebas X