4.4.1. Menilai Kelayakan Model Regresi
Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dihitung goodness of fit, yaitu untuk mengetahui apakah model regresi sudah fit. Uji hipotesis menggunakan uji
Hosmer and Lomeshow Test. Berdasarkan hasil uji Hosmer and Lomeshow Test diperoleh nilai Chi Square Test sebesar 2,970 dengan nilai p=0,226 p=0,05, hal ini
memberikan makna bahwa model regresi biner sudah fit dan layak digunakan pada analisis selanjutnya karena tidak terdapat perbedaan klasifikasi yang diprediksi dan
diamati.
4.4.2. Menilai Keseluruhan Model Overall Model Fit
Langkah ini bertujuan untuk menguji model secara keseluruhan melalui uji Nagelkerhe R Square. Berdasarkan koefisien Nagelkerhe R Square diperoleh bahwa
kedua variabel mampu menjelaskan sebesar 63,8 dan sisanya sebesar 36,2 dijelaskan oleh faktor lain di luar model. Hasil pengujian overall model fit disajikan
pada Tabel 4.10.
Tabel 4.10. Model Summary
Step -2 Log likehood
Cox Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 37,471
0,479 0,638
4.4.3. Pengujian Hipotesis
Analisis multivariat model regresi logistik berganda harus memenuhi persyaratan hasil pengujian. Persyaratan yang dimaksud, yaitu indikator variabel
Universitas Sumatera Utara
independen yang disertakan ke dalam uji multivariat harus memiliki uji statistik p0,25 Tabel 4.8 dan Tabel 4.9.
Berdasarkan uji bivariat dengan metode chi square seluruh variabel bebas memiliki nilai p0,25, sehingga variabel budaya organisasi dan manajemen konflik
disertakan dalam uji regresi logistik. Hasil uji regresi logistik menggunakan metode enter diketahui bahwa seluruh
variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja petugas rawat inap p0,05 Tabel 4.11. Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “Budaya Organisasi
dan Manajemen Konflik berpengaruh terhadap Kepuasan Kerja Petugas Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan Tahun 2014” diterima.
Hasil pengujian dapat dijelaskan sebagai berikut : a.
Budaya organisasi mempunyai nilai Exp B sebesar 41,743, artinya responden mempunyai peluang 42 kali merasakan kepuasan kerja dengan budaya organisasi
yang baik dibandingkan dengan budaya organisasi tidak baik. b.
Manajemen konflik mempunyai nilai Exp B sebesar 9,724, artinya responden mempunyai peluang 10 kali merasakan kepuasan kerja dengan manajemen konflik
yang baik dibandingkan dengan manajemen konflik tidak baik.
Tabel 4.11. Hasil Uji Regresi Logistik Berganda No.
Variabel B
SE Wald
df Sig.
Exp.B
1. Budaya
Organisasi 3,732
0,936 15,895
1 0,001
41,473 2.
Manajemen Konflik
2,275 0,970
5,500 1
0,019 9,724
Constant -3,598
1,079 11,128
1 0,001
0,27
Universitas Sumatera Utara
Untuk menafsirkan dan memprediksi, kita menggunakan persamaan regresi berikut :
Y = a + b
1
x
1
+ b
2
x
2
Kepuasan kerja = -3,598 + 3,732 budaya organisasi + 2,275 manajemen konflik. Terlihat di atas bahwa angka konstantanya sebesar -3,598 angka tersebut 1,
maka probabilitasnya sama dengan 0 yang artinya bahwa jika dilakukan budaya organisasi dan manajemen konflik yang baik, responden akan merasa kepuasan
kerja. Koefisien sebesar 3,732 berarti bahwa jika dilakukan perubahan dalam budaya organisasi, kemungkinan kepuasan kerja responden bertambah sebesar 4 kali.
Sedangkan koesifisien 2,275 berarti bahwa jika dilakukan perubahan manajemen konflik, kemungkinan kepuasan kerja responden bertambah sebesar 2 kali.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Pengaruh Variabel Budaya Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Petugas
Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan
Hasil penelitian menunjukkan budaya organisasi pada kategori baik, hal ini terjadi karena Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan telah menetapkan
visi menjadi rumah sakit umum yang diminati masyarakat. Namun, pada pelaksanaan misi Rumah Sakit Umum Daerah Kota Padangsidimpuan tidak
seluruhnya berjalan lancar. Budaya senyum, sapa dan sentuh yang merupakan nilai budaya organisasi yang diterapkan selama ini tidak selalu dapat memuaskan
masyarakat yang dilayani oleh petugas rawat inap. Idrus 2006 menyatakan bahwa iklim organisasi memiliki kontribusi yang
cukup signifikan terhadap setiap individu di organisasi, yang pada ujung-ujungnya akan berpengaruh pula terhadap kualitas kerja. Kepuasan kerja dan kualitas kerja
antara satu individu dengan individu lainnya dapat berbeda, dikarenakan perbedaan dalam mempersepsi iklim organisasi tempat dirinya bekerja. Bagi mereka yang
mempersepsi secara positif, maka dengan sendirinya akan tercipta rasa nyaman dan nikmat dalam bekerja, dan pada akhirnya akan menghasilkan kualitas kehidupan
kerja yang baik. Sebaliknya, mereka yang mempersepsi iklim organisasi secara negatif, maka akan menyebabkan rasa bosan dalam bekerja, menurunnya gairah
kerja, jika sudah demikian yang terjadi adalah meningkatnya kemangkiran dalam
Universitas Sumatera Utara