Motivasi Intrinsik Motivasi .1 Pengertian Motivasi

para manajer. Motivasi penting karena manajer, bekerja bersama dan melalui orang lain. Motivasi membingungkan karena motif penyebab orang lain bertindak tidak dapat diamati atau diukur secara langsung, motivasi harus diduga dari perilaku manusia. Robbins 2009 mendefinisikan motivasi sebagai proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seseorang individu untuk mencapai tujuan. Tiga elemen utama dalam motivasi adalah intensitas, arah dan ketekunan. Intensitas berhubungan dengan seberapa giat seseorang berusaha, dikaitkan dengan arah yang menguntungkan organisasi, ketekunan merupakan ukuran mengenai berapa lama seseorang bisa bertahan dalam berusaha .

2.3.2 Motivasi Intrinsik

Herzberg yang dikenal dengan teori higiene adalah pembuat teori kesamaan motivasi membagi hirarki Maslow menjadi kebutuhan tingkat rendah psikologis, keamanan, dan sosial dan kebutuhan tingkat tinggi pencapaian dan aktualisasi diri. Herzber mengatakan bahwa cara terbaik untuk memotivasi seseorang adalah mensistematiskan pekerjaan sehingga dengan mengerjakannya mendapatkan hasil dan tantangan yang membantu untuk memenuhi tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Menurut Herzberg, kebutuhan yang lebih tinggi tidak mungkin dipenuhi sehingga pemberian penghargaan dan pekerjaan yang menantang akan membentuk pembangkit motivasi Dessler, 2007. Herzberg menamakan dua faktor yang merupakan inti teori motivasi dengan hygiene dan motivasi. Herzberg menyatakan faktor hygiene yang memenuhi tingkat kebutuhan rendah berbeda dengan motivator yang memenuhi tingkat kebutuhan yang lebih tinggi. Jika faktor hygiene kondisi kerja, gaji, dan insentif tidak seimbang, karyawan akan merasa tidak puas. Menambah faktor hygiene seperti insentif pada pekerjaan disebut Herzberg sebagai motivasi ekstrinsik adalah cara paling rendah untuk memotivasi seseorang, karena kebutuhan tingkat rendah lebih mudah terpenuhi. Dessler, 2007 Menurut Herzberg, pengusaha lebih tertarik dalam menciptakan tenaga kerja yang memiliki motivasi diri harus menekankan “isi pekerjaan” atau faktor motivasi intrinsik. Motivasi berasal dari dalam diri seseorang dan motivasi akan timbul hanya dengan melakukan pekerjaan. Teori Herzberg menyimpulkan bahwa hanya bergantung pada insentif finansial sangat beresiko, karena itu pengusaha tidak boleh mengabaikan manfaat dari memberikan penghargaan secara formal dan pekerjaan yang menantang yang merupakan hasrat hampir semua orang Dessler, 2007. Menurut Ivancevich et al 2007 Herzberg mengembangkan teori isi yang dikenal sebagai teori motivasi dua faktor. Kedua faktor tersebut disebut dissatisfier- satisfier, motivator higiene, atau faktor ekstrinsik-intrisik. Penelitian awal yang memancing munculnya teori motivator higiene memberikan 2 dua kesimpulan yang spesifik. Pertama, adanya serangkaian kondisi ekstrinsik, konteks pekerjaan, yang menimbulkan ketidakpuasan antarkaryawan ketika kondisi ekstrinsik tidak ada. Jika kondisi ekstrinsik ada, kondisi ekstrinsik tidak selalu memotivasi karyawan. Kondisi ekstrinsik adalah dissatisfier atau faktor higiene, karena faktor-faktor ekstrinsik diperlukan untuk mempertahankan, setidaknya, suatu tingkat dari “tidak adanya ketidakpuasan”. Faktor-faktor tersebut diantaranya : 1. Gaji 2. Keamanan pekerjaan 3. Kondisi kerja 4. Status 5. Prosedur perusahaan 6. Kualitas pengawasan teknis 7. Kualitas hubungan interpersonal antar rekan kerja, dengan atasan, dan dengan bawahan. Kedua, serangkaian kondisi intrinsik, isi pekerjaan, ketika ada dalam pekerjaan dapat membentuk motivasi yang kuat hingga dapat menghasilkan kinerja pekerjaan yang baik. Jika kondisi intrinsik tidak ada, pekerjaan tidak terbukti memuaskan. Faktor- faktor dalam rangkaian intrinsik disebut satisfier atau motivator dan beberapa didalamnya adalah : 1. Pencapaian prestasi 2. Pengakuan orang lain 3. Tanggung jawab 4. Kemajuan 5. Pekerjaan itu sendiri 6. Kemungkinan untuk tumbuh pengembangan. Motivator secara langsung berkaitan dengan sifat pekerjaan atau tugas dari pekerjaan. Ketika ada, faktor-faktor motivator berkontribusi terhadap kepuasan, yang pada akhirnya akan menghasilkan motivasi tugas intrinsik. Menurut Herpen et al dalam Koesmono 2005 hasil penelitiannya mengatakan bahwa motivasi seseorang berupa intrinsik dan ekstrinsik. Menurut Handoko dalam Iriani 2010 bahwa menurut sumber motivasi terbagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu motivasi atau dorongan yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dari orang lain, melainkan atas dasar kemauan sendiri. Contohnya: self actualization need keinginan untuk mengaktualisasikan diri . Menurut Mathis Jackson 2009 teori motivasi atau higiene Herzberg mengasumsikan bahwa sekelompok faktor motivator, menyebabkan tingkat kepuasan dan motivasi kerja yang tinggi. Akan tetapi, faktor-faktor higiene, dapat menimbulkan ketidakpuasan kerja. Motivator : prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, kemajuan. Faktor higiene: hubungan antarpersonal, administrasi atau kebijakan perusahaan, pengawasan, gaji, kondisi kerja. Menurut Herzberg dalam Hasibuan 2007, orang menginginkan dua macam faktor kebutuhan, yaitu: Pertama: kebutuhan akan kesehatan atau pemeliharaan maintenance factors. Faktor pemeliharaan berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketenteraman dan kesehatan badaniah. Kebutuhan pemeliharaan merupakan kebutuhan yang berlangsung terus menerus, karena kebutuhan pemeliharaan akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi. Misalnya: orang lapar akan makan, kemudian lapar lagi, lalu makan, dan seterusnya. Faktor-faktor pemeliharaan meliputi balas jasa, kondisi kerja fisik, kepastian pekerjaan, supervisi yang menyenangkan,mobil dinas, rumah dinas, dan macam-macam tunjangan lain. Hilangnya faktor pemeliharaan dapat menyebabkan timbulnya ketidakpuasan dissatisfiers = faktor higienis. Faktor-faktor pemeliharaaan perlu mendapat perhatian yang wajar dari pimpinan, agar kepuasan dan kegairahan bekerja bawahan dapat ditingkatkan. Kedua: faktor pemeliharaan menyangkut kebutuhan psikologis seseorang. Kebutuhan psikologis meliputi serangkaian kondisi intrinsik, kepuasan pekerjaan yang jika terdapat dalam pekerjaan akan menggerakkan tingkat motivasi yang kuat, yang dapat menghasilkan prestasi pekerjaan yang baik. Jika kondisi intrinsik tidak ada, tidak akan menimbulkan rasa ketidakpuasan yang berlebihan. Serangkaian faktor intrinsik dinamakan satisfiers atau motivators. Rangkaian intrinsik melukiskan hubungan seseorang dengan apa yang dikerjakannya yakni kandungan pekerjaan pada tugasnya. Cara terbaik untuk memotivasi karyawan adalah dengan memasukkan unsur tantangan dan kesempatan guna mencapai keberhasilan dalam pekerjaan mereka. Menurut Hasibuan 2007, harus diusahakan agar faktor pemeliharaan dan faktor motivasi dapat dipenuhi. Banyak kenyataan yang dapat dilihat dalam suatu perusahaan, kebutuhan pemeliharaan mendapat perhatian lebih banyak daripada pemenuhan individu secara keseluruhan. Kebutuhan peningkatan prestasi dan pengakuan adakalanya dapat dipenuhi dengan memberikan tugas yang menarik untuk dikerjakan bawahan. Merupakan suatu tantangan bahwa suatu pekerjaan direncanakan sedemikian rupa sehingga dapat menstimulasi dan menantang pekerja serta memberikan kesempatan bagi pekerja untuk maju. 2.4 Perawat 2.4.1 Definisi Perawat

Dokumen yang terkait

Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Burnout Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

21 206 87

Persepsi Pasien Umum Tentang Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap RSUD Kabupaten Gayo Lues Tahun 2014

0 35 80

Pengaruh Budaya Organisasi terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Ruang Rawat Inap kelas III di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2013

0 44 117

Pengaruh Motivasi Intrinsik Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSU Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007

0 35 105

Gambaran Komunikasi Interpersonal Perawat Pelaksana Menurut Persepsi Perawat dan Klien di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

1 42 140

Persepsi Pasien Umum Tentang Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Gayo Lues Tahun 2014

3 38 80

Hubungan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruangan dengan Burnout Perawat Pelaksana di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

0 0 25

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja - Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Ruang Dan Motivasi Intrinsik Perawat Pelaksana Kontrak Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Kontrak Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

0 0 30

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Ruang Dan Motivasi Intrinsik Perawat Pelaksana Kontrak Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Kontrak Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

0 0 11

Pengaruh Gaya Kepemimpinan Transformasional Kepala Ruang Dan Motivasi Intrinsik Perawat Pelaksana Kontrak Terhadap Kinerja Perawat Pelaksana Kontrak Di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. Pirngadi Medan

0 0 17