Pendistribusian Tentang Ganti Rugi

Amsterdam, karena OLH tersebut dianggap mempunyai kepentingan untuk mencegah tindakan-tindakan yang merusak daya dukung lingkungan hidup. • Di Australia : Kasus Yates Security Service Pty. Ltd. versus Keating 1990, dimana penggugat mempersoalkan pembangunan industri yang mengancam sumber mata pencaharian organisasi mereka di bidang pariwisata dan penjualan barang-barang souvenir. • Di Indonesia : Kasus Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia WAHLI di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagai penggugat yang ditujukan terhadap 5 lima instansi pemerintah dan PT. Indorayon Utama selaku tergugat, dalam kasus pencemaran danatau perusakan lingkungan, hidup akibat limbah industri pulp PT. Indorayon Utama di Sumatera Utara dan Kasus Yayasan Wahana Lingkungan Hidup Indonesia WAHLI Versus Presiden Republik Indonesia mengenai kasus pembatalan Surat Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 1994 Tentang Bantuan Pinjaman kepada perusahaan Perseroan PT. Industri Pesawat Terbang Nusantara PT. IPTN.

C. Pendistribusian Tentang Ganti Rugi

Tahapan ini merupakan tahapan terakhir dari proses prosedur gugatan perwakilan kelompok setelah tahapan-tahapan lainnya yang dikemukakan diatas dilalui seluruhnya. Universitas Sumatera Utara Ganti kerugian dapat diberikan kepada anggota kelompok atau sub kelompok setelah dilakukan pemberitahuan atau notifikasi. Dan anggota kelompok atau sub kelompok dapat mengambil ganti rugi yang diterima dengan membuktikan bahwa dirinya juga sebagai korban atau penderita. Jika gugatan dikabulkan, putusan Hakim harus memuat jumlah ganti kerugian secara rinci, penentuan kelompok atau sub kelompok yang berhak menerima ganti rugi, dan mekanisme pendistribusian ganti kerugian dan langkah- langkah yang wajib ditempuh oleh wakil kelompok dalam proses pendistribusian, termasuk penunjukan timpanel khusus yang terdiri dari pihak penggugat, tergugat, dan pengadilan, atau pihak lain yang dianggap patut, yang bertanggung jawab mengelola dan mendistribusikan dana ganti kerugian kepada anggota kelompok. Meskipun tahapan penyelesaian ganti kerugian ini hanya bersifat praktis administratif saja, tetapi persoalannya tidak dapat dianggap ringan karena menyangkut soal dana atau uang yang cukup besar dan dapat memicu perpecahan apabila tidak diawasi dan dikelola dengan baik. Dalam hal gugatan ganti rugi dikabulkan, Hakim wajib memutuskan jumlah ganti rugi secara rinci, penentuan kelompok danatau sub kelompok yang berhak, mekanisme pendistribusian ganti rugi dan langkah-langkah yang wajib ditempuh oleh wakil kelompok dalam proses penetapan dan pendistribusian seperti halnya kewajiban melakukan pemberitahuan atau notifikasi. Pada tingkat pembagian ganti kerugian akan dilakukan pemberitahuan lagi kepada anggota Universitas Sumatera Utara kelompok, dan anggota kelompok dapat juga mengambil ganti kerugian yang diterima dengan membuktikan bahwa dirinya juga sebagai korban. Jadi sesuai dengan ketentuan Pasal 9 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tata Cara Penerapan Gugatan Perwakilan Kelompok, Hakim wajib memutuskan : a. Jumlah ganti rugi secara rinci. b. Penentuan kelompok danatau sub kelompok yang berhak. c. Mekanisme pendistribusian ganti rugi. d. Kewajiban wakil kelompok untuk melakukan pemberitahuan atau notifikasi. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2002 Tentang Tata Cara Penerapan Gugatan Perwakilan Kelompok tidak menentukan jenis-jenis ganti rugi selain daripada ganti kerugian kepada anggota kelompok secara individu yang mengalami kerugian. Sedangkan di Amerika Serikat ganti rugi dapat meliputi 35 a. Ganti kerugian secara individual terhadap korban atau yang mengalami kerugianpernderitaan. : b. Ganti kerugian untuk kepentingan komunitaskolektif yang terkena dampak kerusakan atau ganti kerugian untuk biaya pemulihan lingkungan. c. Ganti kerugian untuk individu atau komunitas yang diperkirakan akan mengalami kerugian di waktu yang akan datang. Kerugian dimaksud belum terlihat pada saat ini. 35 Elisabeth Cabrasar and Peter Hacker, Class Actions, California State Report. Universitas Sumatera Utara d. Ganti kerugian untuk generasi yang akan datang future generation. Untuk keadaan di Indonesia taraf penyelesaian ganti rugi ini akan menimbulkan kesulitan, karena para pihak umumnya enggan untuk berdamai dan perkara akan berlanjut sampai dengan putusan kasasi. Sedangkan pelaksanaan eksekusi suatu putusan adalah wewenang dari Ketua Pengadilan Negeri, yang tidak selalu juga sebagai Hakim yang menyidangkan perkara tersebut. Dan bagaimana membagikan ganti rugi kepada anggota kelompok yang berjumlah sangat banyak dan bukti-bukti apa yang harus diajukan. Oleh karena itu, usulan pembentukan suatu tim atau panel sangat membantu, jika dimohonkan dalam petitum gugatan. Kemungkinan dapat terjadi bahwa gugatan perwakilan kelompok diajukan di beberapa pengadilan negeri oleh wakil kelompok yang berbeda yang mengatas namakan anggota kelompok tertentu yang sama. Duplikasi gugatan perwakilan kelompok ini, di Amerika Serikat telah diatur secara khusus. Konggres pada tahun 1968 telah menerbitkan peraturan “Judicial Panel on Multidistrict Ligitation” atau umum lebih dikenal dengan istilah “Panel”. Terbitnya peraturan tersebut lebih dipacu karena adanya kebutuhan bahwa pada saat itu muncul kurang lebih 2.000 duaribu gugatan class actions atas dugaan pelanggaran antitrust price fixing di 35 tiga puluh lima pengadilan negeri di berbagai wilayah di Amerika Serikat, melawan perusahaan-perusahaan elektronik 36 Peraturan tersebut menyatakan bahwa dalam hal terjadi gugatan yang melibatkan banyak orang dengan permasalahan yang sama di beberapa pengadilan . 36 Gregory Hansel, Futures Extreme Ligitatio, An Overview with Judge Wim Terrell Hodges, Chairman of the Judicial Panel on Multidistrict Ligitation 9, Hal. 37 Universitas Sumatera Utara negeri, gugatan tersebut dapat ditransfer ke pengadilan negeri tertentu untuk dilakukan konsolidasi dan koordinasi pada awal pemeriksaan. Penyerahan dilakukan oleh “Judicial Panel on Multidistrict Ligitation”. Dalam menentukan pengadilan mana yang ditunjuk, “Panel” akan memerhatikan kepentingan, kemudahan para pihak, saksi-saksi dan lain-lain yang bersifat efisiensi. Semua gugatan-gugatan, oleh “Panel” akan diserahkan kepada pengadilan yang ditunjuk sebelum diputuskan pre trial proceedings 37 Di Australia tampaknya tidak diatur secara khusus, namun dalam prakteknya Hakim akan melakukan tindakan sebagai berikut . 38 a. Memerintahkan kepada penggugat untuk melakukan koordinasi atau konsolidasi danatau melakukan penggabungan menjadi satu gugatan perwakilan kelompok. : b. Medelegasikan gugatan kepada satu kesatuan yurisdiksi pengadilan tertentu. c. Melakukan penilaian tentang kualitas dan kecakapan atau kapabilitas dan kredibilitas wakil kelompok danatau kuasanya untuk menentukan pihak mana yang lebih berhak mengajukan gugatan perwakilan kelompok. Mengenai adanya gugatan perwakilan kelompok yang sama yang diajukan di pengadilan negeri yang berbeda, Peraturan Mahkamah Agung tidak mengaturnya, akan tetapi hal tersebut sebenarnya sulit terjadi di Indonesia, karena proses beracara kita mengacu kepada HIR dan RBG dimana gugatan diajukan antara lain di tempat tinggaldomisili tergugat atau salah satu dari tergugat jika 37 Ibid, Gregory Hansel, Hal. 38 38 Justice M. Wilcox, Op. cit Universitas Sumatera Utara tergugat terdiri lebih dari satu orang. Namun, jika terjadi duplikasi gugatan, mengenai masalah yang sama, terhadap tergugat yang sama, yang memiliki wilayah usaha yang luas, sehingga gugatan yang sama diajukan di pengadilan negeri yang berbeda oleh wakil kelompok yang berbeda, penulis berpendapat maka tergugat memohon kepada pengadilan agar gugatan perwakilan kelompok tersebut digabungkan. Atas permintaan tersebut Hakim wajib meneruskan kepada Mahkamah Agung untuk ditunjuk pengadilan negeri mana yang ditetapkan untuk memeriksa dan memutuskan perkara tersebut, dengan tembusan kepada pengadilan negeri lain yang juga memeriksa perkara yang sama. Sebagaimana tujuan dan manfaat gugatan class actions, agar supaya proses berpekara lebih ekonomis dan biaya juga lebih efisien. Manfaat ekonomis ini, tidak saja dirasakan oleh penggugat, akan tetapi juga oleh tergugat, sebab dengan pengajuan gugatan terhadap tergugat yang sama, mengenai hal yang sama, di berbagai tempat yang berbeda, adalah tidak efektif dan tidaklah adil jika tergugat harus berkali-kali melayani gugatan pihak-pihak atau kelompok-kelompok yang sama mengenai masalah yang sama. Pemeriksaan oleh pengadilan yang berbeda, juga dikhawatirkan dapat berakibat putusan yang berbeda. Proses acara yang demikian bukanlah hal yang baru bagi pengadilan, karena dalam perkara keberatan terhadap putusan KPPU yang sama, yang diajukan oleh pelaku usaha di beberapa pengadilan yang berbeda, KPPU berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2005 dapat mengajukan permohonan kepada Mahkamah Agung untuk menunjuk salah satu pengadilan negeri yang berwenang yang juga menerima keberatan dari Universitas Sumatera Utara pelaku usaha. Dan pengadilan negeri yang menerima tembusan permohonan penggabungan harus menghentikan pemeriksaan dan menunggu penunjukan dari Mahkamah Agung. Pengadilan yang menerima penunjukan dari Mahkamah Agung yang akan meneruskan pemeriksaan gugatan class actions yang diajukan, sedangkan pengadilan negeri yang tidak ditunjuk harus menyerahkan berkas perkara kepada pengadilan yang ditunjuk. Dalam praktek negara-negara yang menganut sistem hukum common law, apabila aspek pertanggung jawabannya liability telah berhasil dibuktikan oleh penggugat, maka biasanya tergugat menawarkan bentuk dan jumlah kesepakatan, dan kemudian terjadilah perundingan perdamaian antara penggugat dan tergugat. Apabila tercapai kesepakatan, kesepakatan tersebut dituangkan dalam perjanjian kesepakatan perdamaian. Penggugat dan tergugat sendiri yang melakukan penafsiran jenis ganti kerugian dan mekanisme pelaksanaannya. Sebagai perlindungan bagi anggota kelompok, terlebih dahulu Hakim harus memberikan persetujuan terhadap setiap usulan kesepakatan penyelesaian perdamaian yang diajukan. Praktek yang sering terjadi, tergugat menawarkan usulan kesepakatan, walaupun belum sampai pada tahap pembuktian terhadap masalah pertanggung jawabannya liability. Hal ini dapat terjadi karena tergugat menyadari bahwa bukti-bukti yang dimiliki penggugat sangat kuat, sehingga untuk menghemat waktu dan biaya, tergugat tidak ingin memperpanjang perkaranya, dan mengajukan penawaran kesepakatan perdamaian, tanpa harus menunggu proses Universitas Sumatera Utara pemeriksaan selesai. Baik di Australia maupun di Amerika Serikat sebagian besar perkara gugatan class actions diselesaikan dengan settlement agreement ini 39 Dalam proses awal prosedur gugatan class actions dikenal istilah proses sertifikasi, yaitu proses awal untuk menentukan apakah suatu gugatan dapat dilangsungkan melalui prosedur gugatan class actions atau tidak. . Untuk kondisi di Indonesia dengan mengacu pada Pasal 130 dan 131 HIR, dan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2008, yang mewajibkan Hakim untuk mendamaikan para pihak di awal persidangan, maka sebaiknya setelah penetapan prosedur gugatan perwakilan kelompok dikabulkan, sebelum dimulainya proses pemeriksaan pokok perkara, Hakim juga mendorong para pihak untuk menyelesaikan perkaranya melalui mediasi danatau perdamaian. Seperti halnya di negara-negara dengan sistem hukum common law, usulan penyelesaian perdamaian yang diajukan oleh para pihak seyogyanya mendapat persetujuan dari Hakim terlebih dahulu, demi untuk melindungi anggota kelompok yang pada umumnya tidak hadir penggugat absentee. Jika perdamaian tidak tercapai, maka pemeriksaan pokok perkara diteruskan sampai dengan proses acara seperti dalam proses gugatan biasa, sampai dengan tercapainya suatu keputusan baik gugatan dikabulkan ataupun gugatan ditolak.

D. Mekanisme Gugatan Class Actions. 1. Proses Awal Pemeriksaan Persidangan atau Proses Sertifikasi