Latar Belakang Penerapan Gugatan Class Action Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional dalam suatu negara bukan merupakan tanggung jawab pemerintah saja. Setiap warga negara mempunyai tanggung jawab dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan nasional. Salah satu yang mendorong pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan ekonomi adalah dunia usaha, yaitu hasil pelaksanaan berbagai instansi dan pihak-pihak. Instansi dan pihak-pihak tersebut diantaranya adalah perusahaan-perusahaan. Jadi perusahaan adalah sebagai salah satu pelaku ekonomi. Salah satu bentuk perusahaan yang terkenal dan terlibat di dalam perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional di Indonesia adalah Perseroan Terbatas. Perseroan Terbatas PT merupakan suatu bentuk kegiatan ekonomi yang paling disukai saat ini, di samping karena pertanggungjawabannya yang bersifat terabatas, perseroan juga memberikan kemudahan bagi pemilik atau pemegang sahamnya untuk mengalihkan perusahaannya kepada setiap orang dengan menjual seluruh saham yang dimilikinya. Kata “Perseroan” menunjuk kepada modalnya yang terdiri atas sero saham. Sedangkan kata “terbatas” menunjuk kepada tanggung jawab pemegang saham yang tidak melebihi nilai nominal saham yang diambil bagian dan dimilikinya. Bentuk hukum seperti Perseroan Terbatas ini juga dikenal di negara Universitas Sumatera Utara negara lain, seperti : di Malaysia yang disebut Sendirian Berhad SDN BHD, di Singapura disebut Private Limited Pte Ltd, di Jepang disebut Kabushiki Kaisa, di Inggris disebut Registered Companie, di Belanda disebut Naamloze Vennotschap NV, dan di Prancis disebut Societes A Responsabilite Limite SARL 1 Dalam keberadaannya Perseroan Terbatas melakukan aktivitasnya sebagai perusahaan sesuai dengan bidangnya. Di dalam pelaksanan aktivitasnya yang merupakan kepentingan perusahaan tersebut, suatu perusahaan sering sekali tidak . Dalam melaksanakan usahanya, Perseroan Terbatas atau dipersamakan di sini dengan perusahaan harus memperhatikan seluruh aspek, yaitu aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan yang berdasarkan konsep Triple Bottom Line . Tidak hanya mementingkan keuntungan yang akan dicapai. Perusahaan sebagai pelaku bisnis di dalam menjalankan usahanya yaitu dituntut untuk semakin memperhatikan keadaan sosial dan lingkungan yang ada di sekitarnya. Jadi ketika suatu perseroan tersebut telah memperoleh keuntungan, maka perusahaan tersebut harus menyadari bahwa ada masyarakat di sekitarnya dan memikirkan tanggung jawab apa yang harus dilakukannya terhadap masyarakat tersebut. Karena perusahaan tersebut awalnya adalah berdiri untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat, bukan hanya untuk mencari keuntungan sendiri. Terutama perusahaan-perusahaan yang mengusai hajat hidup orang banyak. Hal inilah yang dikatakan tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat sekitar. 1 Ahmad Yani Gunawan, Seri Hukum Bisnis Perseroan Terbatas. Jakarta, PT Rajagrafindo Persada, 2000, hal 1 Universitas Sumatera Utara terlalu memperhatikan bahwa mereka mempunyai suatu tanggung jawab terhadap stakeholder. Stakeholder di sini mencakup karyawan, pelanggan, pemasok, pemegang saham, LSM, ataupun pemerintah. Masing-masing stakeholder tersebut memiliki derajat dan kepentingan yang berbeda-beda. Salah satu tanggung jawab Perseroan Terbatas yaitu tanggung jawab terhadap masyarakat yang ada di sekitar perusahaan tersebut. Sering kali hal ini diabaikan, atau kalaupun dilaksanakan hanya untuk mencari mempunyai suatu tanggung jawab terhadap berbagai hal. Tanggung jawab tersebut yaitu tanggung jawab terhadap stakeholders. Hal ini menekankan kepada perlunya memberi perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan telah tercantum dalam Undang- Undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. Terlepas dari kontroversi yang menyertainya, perusahaan terutama yang bergerak dalam bidang yang mengusai hajat hidup orang banyak serta berbasis sumber daya alam berkewajiban untuk melaksanakan Corporate Social Responsibility CSR. Walaupun sebenarnya CSR bersifat sukarela. Dalam hal UU PT tersebut definisi CSR lebih menitik beratkan kepada pengembangan komunitas community development 2 Sebenarnya seperti yang telah dikatakan sebellumnya CSR memang seharusnyalah dilakukan oleh perusahaan dengan kesadaran dan sukarela. Karena . 2 DR. A.B. Susanto, A Strategic Management Approach Corporate Social Responsibility, Jakarta, The Jakarta Consulting Group,2007, hal vii Universitas Sumatera Utara perusahaan tersebut awalnya berdiri adalah untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat bukan hanya untuk mencari keuntungan dan pemasukan sendiri. Dan karena saat ini CSR telah menjadi suatu social license to operation bagi perusahaan, yang sebenarnya dapat dijabarkan dari perumusan misi suatu perusahaan. CSR pada awalnya merupakan suatu motif filantropik suatu perusahaan, yang biasanya bersifat spontanitas sehingga belum terkelola dengan baik. Namun selanjutnya seiring dengan tuntutan dari masyarakat dan dorongan internal dari perusahaan agar perusahaan lebih peduli dan memperhatikan lingkungan serta masyarakat yang ada disekitarnya. Dan semakin lama makna CSR semakin meluas, bukan hanya merupakan suatu tanggung jawab terhadap masyarakat sekitar dan hanya bersifat filantropik, tetapi sudah lebih meluas dan harus dikelola dengan sasaran yang jelas dan perencanaan yang baik. Di tengah masyarakat yang semakin kritis dan peduli terhadap keberlangsungan lingkungan dalam jangka panjang CSR menjadi suatu keharusan bagi perusahaan. Apalagi sebenarnya perusahaan sendiri pun memperoleh manfaat dari CSR ini, yang terutama yaitu mengenai manajemen reputasi perusahaan. CSR yang awalnya hanya sebagai suatu kegiatan filantropik sudah menjadi suatu strategi perusahaan 3 Jika perusahaan mengabaikan keseimbangan Triple Bottom Line dengan cara mengabaikan masyarakat sekitar dan lingkungan disekitar perusahaan maka akan terjadi gangguan pada manusia dan lingkungan sekitar perusahaan yang . 3 Ibid, hal viii Universitas Sumatera Utara dapat menimbulkan reaksi, seperti demonstrasi masyarakat sekitar dan gugatan ke pengadilan atau kerusakan lingkungan sekitar akibat fasilitas perusahaan yang mengabaikan keseimbangan tersebut. Jika ada atau tidaknya suatu peraturan yang mengatur tentang CSR seharusnya sebuah perusahaan memang harus melaksanakan program CSR agar tercipta keseimbangan sehingga tidak menimbulkan suatu reaksi dari pihak yang dirugikan kepada perusahaan tersebut jika terjadi ketidak seimbangan. Pada intinya CSR memanglah perlu dilakukan oleh perusahaan. Dan CSR yang dilakukan oleh perusahaan tersebut harus dilakukan dengan suatu sudut pandang yang strategis dan dikelola secara profesional agar bermanfaat bagi perusahaan manapun bagi masyarakat dan lingkungan disekitarnya.

B. Perumusan Masalah